Anda di halaman 1dari 23

MEMAHAMI MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan social dan budaya pada hakikatnya adalah upaya
menjadikan manusia berbudaya. Budaya dalam pengertian yang
luas mencakup segala hal dari bertingkah laku, berpikir, sampai
produk produk manusia dalam hal berpikir yang berwujud dalam
bentuk benda ( material ) maupun dalam bentuk system nilai ( non
material ).
Kemudian munculnya kebudayaan baru tidak sepenuhnya
memberikan efek positif terhadap perkembangan suatu bangsa,
tetapi ada juga yang berdampak negatif untuk menghindari hal hal
negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan pemehaman
terhadap kebudayaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
masyarakat.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melaksanakan pembelajaran ini mahasiswa mampu:
Mengemukakan hakikat nilai, norma, moral & hukum
Menjelaskan pentingnya nilai, norma, moral & hokum bagi manusia
Mengemukakan tujuan hukum bagi masyarakat
Membedakan perilaku melanggar etik dan hokum
Memposisikan diri terhadap pelaku pelanggaran etik dan hokum
B. MATERI PEMBELAJARAN
Hakikat, fungsi, perwujudan nilai , moral dan hukum
C. KATA-KATA KUNCI
Nilai, norma, moral , hukum

BAB II

PEMBAHASAN
MEMAHAMI MANUSIA NILAI, MORAL, DAN HUKUM

1. HAKIKAT NILAI DAN MORAL


Pembahasan mengenai nilai termasuk kawasan etika, Bertens
(2001) menyebutkan ada 3 jenis makna etika yaitu :
a. Etika berarti nilai-nilai / norma yang menjadi pegangan bagi
seorang / kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
b. Etika berarti kumpulan asas / nilai moral. Etika yang dimaksud
adalah kode etik.
c. Etika berarti ilmu tentang baik dan buruk. Etika yang
dimaksud sama dengan istilah filsafat moral.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai
misalkan kita mengatakan orang itu baik atau lukisan itu berarti kita
melakukan penilaian terhadap suatu objek baik dan indah adalah contoh
nilai ,manusia memberikan nilai pada sesuatu . sesuatu itu bias dikatakan
adalah baik , indah, cantik, anggun dan lain-lain. ( Sumber : Drs.
Herimanto, M.Pd. M.Si. Dan Winarno, S.Pd. M.Si. 2012. Ilmu social &
Budaya Dasar. Halaman 126. Jakarta: Bumi Aksara )
Istialah nilai (value) menurut kamus POERWODARMINTO (1979)
diartikan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Harga dalam arti taksiran , misalnya nilai emas


Harga sesuatu , misalnya uang
Angka , skor
Kadar, mutu
Sifat-sifat /hal penting bagi manusia.

Beberapa pendapat tentang pengertian nilai:


Menurut BAMBANG DAROESO, nilai adalah suatu kualitas /
penghargaan terhadap sesuatu yang menjadi dasar penentu tingkah
laku sesuatu.
Menurut DARJI DARMODIHARDJO , nilai adalah kualitas atau keadaan
yang bermanfaat bagi manusia baik lahir atau batin.

1
Sesuatu dianggap bernilai apabila memiliki sifat sebagai berikut:

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Menyenangkan (peasent)
Berguna (useful)
Memuaskan (satisfying)
Menguntungkan (profitable)
Menarik (interesting)
Keyakinan (believe)

Ada dua pendapat mengenai. Pendapat pertama mengatakan bahwa


nilai itu objektif, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa nilai itu
subjektif.
Menurut aliran idealisme nilai itu objektif ada pada setiap sesuatu tidak
diciptakan didunia tanpa ada suatu nilai yang melekat didalamnya.
Dengan demikian segala sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi manusia
hanya saja manusia tidak/ belum tahu nilai apa dari objek tersebut . Aliran
ini disebut sebagai aliran objektifisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada
subjek yang menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai sama
dengan emas bagi orang kehausan ditengah padang pasir, tanah memiliki
nilai bagi seorang petani, gunung bernilai bagi seorang pelukis,dsb. Jadi,
nilai itu subjektif aliran ini disebut aliran subjektifisme.
Diluar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan
adanya nilai yang ditentukan oleh subjek yang menilai dan objek yang
dinilai. Sebelum ada subjek yang menilai maka barang atau objek itu tidak
bernilai. Inilah ajaran yang berusaha menggabungkan antara aliran
subjektifisme dan objektifisme.
Menurut Bambang Daroeso (1986), nilai memiliki ciri sebagai berikut :
a. Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat ditangkap melalui
indra,tetapi ada)
b. Normative ( yang seharusnya,ideal,sebaiknya,diinginkan)
c. Berfungsi sebagai daya dorong manusia(sebagai motivator).
Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya,manusia
mengakui ada keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah
abstrak (tidak dapat diindra). Yang dapat diindra adalah objek yang
memiliki nilai keindahan itu. Misalnya,lukisan atau pemandangan.
(sumber: Drs. Herimanto, M.Pd.,M.Si.2012.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
hal:128)

Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (dasolen) oleh manusia. Nilai


merupakan sesuatu yang baik yang dicitakan manusia. Contohnya, semua
manusia mengharapkan keadilan sebagai nilai adalah normative.
Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar
harapan itu terwujud dalam kehidupanya. Nilai diharapkan manusia
sehingga mendorong manusia berbuat. Misalnya, siswa berharap akan
kepandaian. Maka, siswa melakukan berbagai kegiatan agar pandai.
Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong oleh nilai.
Contoh nilai adalah keindahan , keadilan, kemanusaian, kesejahteraan,
kearifan, keanggunan, kebersihan, kerapian, keselamatan,dsb. dalam
kehidupan ini banyak sekali nilai yang melingkupi kita.
nilai yang beragam dapat diklasifikasi kedalam macam atau jenis nilai
Prof.Drs.Notonegoro,S.H. (1975) menyatakan ada 3 macam nilai,yaitu:
a. nilai materiil,yakni sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
b. Nilai vital,yakni sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melaksanakan kegiatan.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
Nilai etik / etika adalah nilai tentang baik buruk yang berkaitan dengan
perilaku manusia. Selain etika kita mengenal pula estetika .Estetika
merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan penampilan fisik dan
keserasian dalam hal penampilan. Estetika berkaitan dengan penampilan.
Sedangkan nilai etik / moral berkaitan dengan perilaku manusia.
Nilai kerohanian , dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
1. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia
(rasio,budi&cipta).
2. Nilai estetika( keindahanbersumberpadamanusia)
3. Nilai kebaikan / moral bersumber pada kehendak keras, karsa hati,
nulari manusia
4. Nilai religious ( Ketuhanan ) yang bersifat mutlak yang bersumber
pada keyakinan manusia
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat/kebiasaan.
Kata mores ini mempunyai kata sinonimmos ,moris, manner,
mores/manners , morals .
Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak (bahasa arab) /
kesusilaan yang mengndung makna kata tertib batin atau tata tertib
batin/ tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku
dalam hidup.

3
Dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima
masyarakat umum tentang sikap , perbuatan , kewajiban, dan
sebagainya. Dari beberapa pendapat diatas istilah moral dapat
dipersamakan dengan istilah etika, etik, akhlak, kesusilaan, dan budi
pekerti. Dalam hubungannya dengan nillai moral adalah bagian dari
nilai ,yaitu nilai moral. Tidak semua nilai adalah nilai moral . nilai moral
berkaitan dengan perilaku manusia (human ) tentang hal baik buruk .
Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis:
a. Nilai logika yaitu nilai tentang benar dan salah
b. Nilai etika yaitu nilai tentang baik buruk
c. Nilai estetika yaitu nilai tentang indah jelek
niilai penting bagi kehidupan manusia sebab nilai bersifat normative
dan menjadi motivator tindakan manusia dan demikian nilai belum dapat
berfungsi secara praktis sebagai penuntun perilaku manusia itu sendiri.
Nilai etik/atika adalah nilai tentang baik buruk yang berkaitan
dengan perilaku manusia.Jadi,kalau kita mengatakan etika orang itu
buruk,bukan berarti wajahnya buruk,tetapi menunjuk perilaku orang itu
yang buruk.Nilai etik adalah nilai moral.Jadi moral yang dimaksudkan
adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai.
Selain etika,kita mengenal pula estetika.Estetika merupakan nilai
yang berkaitan dengan keindahan,penampilan fisik dan keserasian dalam
hal penampilan.Sebuah lukisan memiliki nilai estetika,bukan nilai etik.Nilai
estetika berkaitan dengan penampilan,sedangkan nilai etik atau moral
berkaitan dengan perilaku manusia.
Ada 6 nilai yang amat menetukan wawasan etika dan kepribadian
manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat, yaitu: ekonomi,
solidaritas, agama, seni , kuasa, dan teori . (sumber: Prof. Dr. Rusmin
Tumanggor,M.A. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.hal:143.)
1. Nilai Teori. Ketika manusia menetukan dengan objektiv identitas
benda-benda atau kejadian-kejadian maka dalam prosesnya
hingga menjadi pengetahuan.
2. Nilai Ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunajkan bendabenda atau kejafian-kejadian, maka ada proses penilaian
ekonomi atau kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk
memperbesar kesenangan hidup.

3. Nilai Agama ketika manusia menilai suatu rahasia yang


menakjubkan dan kebesaran yang menggetarkan . Maka
manusia mengenal nilai agama.
4
4. Nilai Seni. Jika yang dialami itu keindahan dimana ada konsep
estetika dalam menilai benda atau kejadian-kejadian , maka
manusia mengenal nilai seni.
5. Nilai Kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain menikuti
pikirannya, norma-normanya, dan kemauannya, maka ketika itu
manusia mengenal nilai kuaa.
6. Nilai Solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi
cinta, persahabatan, dan simpati sesame manusia, mengharai
orang lain dan merasakan kepuasan ketika membantu mereka
maka manusia mengenal nilai solidaritas.
Nilai budaya itu merupakan kristalisasi dari berbagai macam nilai
kehidupan, yang selanjutnya menetukan konfigurasi kepribadian dan
norma etik individu maupun masyarakat. Mereka sebagai manusia
budaya, oran yang lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomi cenderung kurang
memerhatikan halal dan haram, orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai
teori cenderung menjadi ilmuan, yang lebih dipengaruhi oleh nilai kuasa
cenderung tega dan nekad, yang lebih dipengaruhi oleh nilai agama dan
seni cenderung menjadi sufi dan lain-lain (sumber: Prof. Dr. Rusmin
Tumanggor,M.A. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.hal:143.)
NILAI,MORAL SEBAGAI SUMBER BUDAYA DAN KEBUDAYAAN
Ada beberapa bidang filsafat yang berhubungan dengan cara
manusia mencari hakikat sesuatu, salah satu diantaranya adalah
aksiologi, bidang ini disebut filsafat nilai, yang memiliki 2 kajian utama
yatu estetika dan etika. Estetika berhubungan dengan keindahan,
sementara etika berhubungan dengan kajian baik dan buruk dan benar
salah.
Ketika persoalan etika dan estetika ini semakin di perluas, tentu
semakin kompleks, sebab menyentuh hal hal yang berhubungan dengan
eksistensi manusia, apakah jasmani, rohaninya, fisiknya, mentalnya,
pikirsnnys, bshksn perasaannya.seolah olah nilai berhubungan dengan
pribadi manusia semata.apabila nilai sudah masuk pada kawasan pribadi,
muncul persoalan apakah pihak lain atau orang laindapat mencampuri
urusan pribadi orang tersebut. Misalnya saja, saya menyukai sebuah
lukisan, karena saya menganggap lukisan tersebut indah, apakah orang
lain berhak menyukai lukisan indah tersebut serta melarang saya

menyukainya karena dia memiliki sudut pandang dan rasa yang berlainan.
Persoalan nilai ini jauh lebih rumit taktakala menyentuh persoalan selera,
mungkin dalam kawasan etika lebih mudah mencari standar ukurannya,,
karena banyak nilai etis yang disepakati secara universal: keadilan,
kejujuran, keikhlasan dan sebagainya,akan tetapi apabila masuk pada
kawasan estetika, mungkinsetiap orang mempunyai selera yang
berbeda, baikpersoalan warna, bentuk,maupun gayanya. (sumber:
Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:184)
5

Begitu kompleksnya persoalan aksiologi (nilai), maka pembahasan


ini difokuskan hanya pada kawasan etika.etika pun memiliki makna yang
bervariasi, bertens(2000) menyebutkan 3 jenis makna etika, yaitu.
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai nilai dan norma norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah laku.
2. Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud
disini adalah kode etik.
3. Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk etika disini
artinya sama dengan filsafat moral.
Yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat. Demikian pula
untuk mempertimbangkan dan mengembangkan keyakinan diri dan
aturan masyarakatnya dibutuhkan pemahaman dan perenungan yang
mendalam tentang mana yang dikatakan baik, mana yang dikatakan
buruk. Inilah yang disebut filsafat moral.
Nilai erat dengan hubungan manusia,baik dalam bidang etika yang
mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan sehari hari maupun
bidang estetika yang berhubungan dengan persoalan keindahan, bahkan
nilai masuk etika manusia memahami agama dan keyakinan beragama.
Oleh karena itu, nilai berhubungan dengan sikap seseorang sebagai warga
masyarakat , warga suatu bangsa, sebagai pemeluk agama dan nilai
warga dunia.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memahami 2 konteks,
pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif , apabila
dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya,bahkan
adanya manusia sebagai penilai. Baik dan buruk, benar dan salah, bukan
hadir karena hasil presepsi atau penafsiran manusia, tetapi ada sebagai
sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam
kehidupannya.persoalannya bukan bagaimana seseorangharus

menemukan nilai yang telah ada tersebut, tetapi lebih kepada bagaimana
menerima dan mengaplikasikannya nilai tersebutdalam kehidupan sehari
hari.
Pandangan kedua memendang nilai itu ada subjetif, artinya nilai itu
sangat tergantung pada subjek yang menilainya. Jadi , nilai memang tidak
aka ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai. Nilai dalam
pemgertiannya ini bukan diluar si penilai,tetap dengan subjek yang
menilai. Nilai dalm objek bukan penting atau tidak penting dalam objek
sejatinya, melainkan tergantung si penilai memberikan presepsi terhadap
objek tersebut.

6
Menurut Riseiri Frondizi(2001), nilai itu objektif atau subjektif bisa
dilihat dari dua kategori: . (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:187)
1. Apakah objek itu memiliki nilai kareana kita mendambakannya, atau
kita mendambakannya karena objek itu memiliki nilai.
2. Apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada
objek, atau kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa
objek tersebut memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi
psikologi badan organis kita.
Setiap benda, zat dan apapun yang ada di alam raya ini, termasuk
manusia memiliki kualitas. Kualitasa adalah sebuah sifat, kualitas
menentukan tinggi rendahnya derajat sesuatu, kualitas pun menentukan
berharga tidaknya suatu objek. Kualitas melekat dan hadir serta terlihat
karena adanya objek yang ditempati sifat atau kualitas tersebut, kualitas
memang ada, tapi adanya membutuhkan penopang yaitu objek yang
ditempati kualitas.
1. Setiap benda, zat dan apapun yang ada di alam raya ini, termasuk
manusia memiliki kualitas. Kualitasa adalah sebuah sifat, kualitas
menentukan tinggi rendahnya derajat sesuatu, kualitas pun
menentukan berharga tidaknya suatu objek. Kualitas Primer, yaitu
kualitas dasar yang tanpa itu objek tidak dapat menjadi ada, seperti
panjang dan beratnya batu sudah ada sebelum batu itu di pahat
menjadi patung

2. Kualitas Sekunder, yaitu kualitas yang dapat dituangkan oleh


pancaindra sepeti warna, rasa, bau dan sebagainya. Kualitas ini
terpengaruh oleh tingkat subjektivitas
Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia menilai. Menilai
berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil suatu keputusan,
keputusan niali dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak
benar. Penilaian itu dihubungkan dengan unsur unsur atau hal yang ada pada
manusia, seperti jasmani, cipta, karsa, dan keyakinan.sesuatu dipandang bernilai
karena sesuatu itu berguna, maka disebut nilai kegunaan, bila benar dipandang
beernilai maka disebut nilai kebenaran, indah dipandang bernilai maka disebut
nilai keindahan (estetis), baik dipandang bernilai maka disebut nilai moral (etis),
relegius dipandang bernilai maka disebut keagamaan.

NORMA SEBAGAI PERWUJUDAN DARI NILAI


Nilai penting bagi kehidupan manusia,sebab nilai bersifat normatif dan
menjadi motifator tindakan manusia.Namun demikian nilai belum
berfungsi secara praktis sebagai penuntun perilaku manusia itu
sendiri.Nilai sendiri masih bersifat abstrak sehingga butuh
konkretisasiatas nilai tersebut. . ( Sumber : Drs. Herimanto, M.Pd. M.Si.
Dan Winarno, S.Pd. M.Si. 2012. Ilmu social & Budaya Dasar. Halaman 130 )

7
Jadi,nilai belum dapat berfungsi praktis bagi manusia.Nilai perlu
dikonkretisasikan atau diwujudkan ke dalam norma.Nilai yang bersifat
normatif dan berfungsi sebagai motifator tindakakan manusia itu harus
diimplementasikan dalam bentuk norma.Norma merupakan konkretisasi
dari nilai.Norma adalah perwujudan dari nilai.
Setiap Norma pasti terkandung nilai di dalamnya.Nilai sekaligus
menjadi sumber bagi norma.Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud
norma.Sebaliknya,tanpa dibuatkan norma maka nilai yang hendak
dijalankan itu mustahil terwujudkan.
Contohnya,ada norma yang berbunyi dilarang membuang sampah
sembaranganatau buanglah sampah pada tempatnya. norma diatas
berusaha mewujudkan nilai kebersihan. dengan mengikuti nilai tersebut
diharapkan kebersihan sebagai nilai dapat terwujudkan dalam kehidupan.
Norma atau kaidah adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi
pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan
masyarakat.Disamping sebagai pedoman atau panduan berbuat atau

bertingkah laku,norma juga dipakai sebagai tolak ukur di dalam


mengevaluasi perbuatan seseorang.
Disamping sebagai pedoman atau panduan berbuat atau bertingkah
laku,norma juga dipakai sebagai tolak ukur didalam mengefaluasi
perbuatan seseorang. norma selalu berpasangan dengan sanksi,yaitu
suatu keadaan yang dikenakan kepada si pelanggar norma
Macam-macam norma di atas dapat diklasifikasikan pula sebagai
berikut:
a.
b.
a.
b.

Norma
Norma
Norma
Norma
Norma
Norma

yang berkaitan dengan aspek kehidupan pribadi yaitu:


agama/religi
moral/kesusilaan
yang berkaitan dengan aspek kehidupan antar pribadi yaitu:
adat/kesopanan
hukum

HUKUM SEBAGAI NORMA


Hukum pada dasarnya adalah bagian dari norma yaitu norma hukum.
Jadi, jika kita berbicara mengenai hukum yang dimaksud adalah norma
hukum. Hukum sebagai norma berbeda dengan ketiga norma
sebelumnya(agama,kesusilaan dan kesopanan). Perbedaan norma hukum
dengan norma lainya adalah sebagai berikut: ( Sumber : Drs. Herimanto,
M.Pd. M.Si. Dan Winarno, S.Pd. M.Si. 2012. Ilmu social & Budaya Dasar.
Halaman 134 )

8
Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri, yaitu dari kekuasaan
atau lembaga yang resmi dan berwenang .
a. Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik.
Norma lain tidak dilekati sanksi pidana fisik.
b. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat
negara.Jadi,meskipun ada norma agama,kesusilaan dan kesopanan,
namun dalam kehidupan bernegara tetap dibutuhkan norma hukum.
Norma hukum dibutuhkan karena dua hal yaitu:
1. Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan
dan efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban
masyarakat.

2. Masih ada perilaku lain yang perlu diatur diluar ketiga norma di
atas,misalnya perilaku di jalan raya.
MORAL , NORMA, MASYARAKAT DAN NEGARA
Dalam kehidupan sehari hari kita tidak lepas dari pengaruh orang lain
dan pengaruh masyarakat, baik dilingkungan keluaraga maupun
dilingkungan masyrakat.
Perilaku manusia dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk
pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan
mendapatkan respon yang positif dari orang lain.
Manusia tidak akan bisa hidup sendiri kalau tidak hidup ditengah
tengah masyarakat , mereka berinteraksi dengan yang lain, tetapi tidak
selamanya interaksi itu berjalan dengan baik,terkadang menimbulkan
kekacauan kekacauan dan pertentangan diantara sesama manusia.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan adanya petunjuk yang
berisi pedoman pedoman tentang bagaimana seseorang berbuat
terhadap orang lain dan dalam masyarakat. (sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:197)
Pembinaan nilai moral sangat penting dilakukan, karena dalam
kehidupan yang semakin kompleks ini terutama dalam perkembangan
zaman yang semakin modern ini sebagai dampak kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menghasilkan berbagai perubahan, pilihan
dan kesempatan, sehingga mengandung berbagai resiiko akibat yang
ditimbulkan. Problematika pembinaan nilai moral, dipengaruhi oleh
beberapa hal:

9
1. PENGARUH KEHIDUPAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN NILAI
MORAL
Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan teknologi menghasilkan
berbagai perubahan, pilihan dan kesempatan, tetapi mengandung
berbagai resiko yang ditimbulkan. Salah satu kesulitan yang ditimbulkan
adalah munculnya nilai nilai modern yang tidak jelas dan
membingungkan anak (individu). (sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:198)

Keluarga sebagai bagian dari masyarakat, terpengaruh oleh tuntutan


kemajuan yang terjadi, namun masih banyak orang yang meyakini bahwa
nilai moral itu hidup dan dibangun dalam lingkungan keluarga. Tapi setiap
hari, dalam keluarga terjadi perubahan perubahan. Sering kali pada
keluarga yang broken home atau pada keluarga yang kedua orang tuanya
bekerja, berakibat penurunan intensitas hubungan antara anak dengan
orang tua. Dalam lingkungan yang kurang baik dan kadang menegangkan
ini seorang anak sangat sulit unntuk membangun nilai- nilainya secara
jelas.
Ada benarnya pernyataan yang mengungkapkan bahwa keluarga`saat
ini merupakan pelarian dari dunia nyata. Bapak, ibu, dan anak anak
pulang kerumah untuk bersembunyi dari berbagai tekanan kehidupan
diluar rumah. Orang tualah yang sering meninggalkanrumah selama
berjam jam setiap harinya. Mereka meningggalkan rumah lebih awal,
sehingga tidak mampu melakukan komunikasi yang cerdas dan bijak
dengan anak anaknya.
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta
terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak,
mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral
anak. Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas nilai
yang harus dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai
bagi anak.
2. PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PEMBINAAN MORAL
Sebagai makhluk social, anak pasti punya teman, dan pergaulan
dengan teman akan menambah perbendaharaan informasi yang akhirnya
akan mempengaruhi berbagai jenis kepercayaan yang dimilikinya.
Kumpulan kepercayaan yang dimiliki anak anak akan membentuk sikap
yang dapat mendorong untuk memilih atau menolak sesuatu. Sikap
sikap yang ada pada diri anak akan menjadi nilai yang akan berpengaruh
pada perilakunya.

10
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan
yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif
manakala isu dan kebiasaan teman itu positif pula, sebaliknya akan

berdampak negative bila sikap dan tabiat yang ditampilkan memang


buruk. Pertemanan yang paling berpengaruh timbul dari teman sebaya,
karena diantara mereka relative lebih terbuka, dan intensitas
pergaulannya lebih sering, baik di sekolah atau kampus maupun dalam
lingkungan masyarakat. Keluarga sering dikagetkan oleh penolakan anak
saat memberikan nasihat, dengan alas an bahwa apa yang disampaikan
orang tua berbeda atau bertentangan dengan aturan yang disampaikan
oleh temannya, kelompok sebaya tentu mempunyai aturan main sendiri,
dan anak cenderung akan menyesuaikan dengan aturan main tersebut,
dengan harapan agar diterima oleh kelompoknya. Perbedaan sudut
pandang antara keluarga dengan temannya menjadi masalah tersendiri
bagi nilai anak anak. Persoalan nilai mana yang akan menjadi keyakinan
individu tentu diperlukan adanya upaya pendidikan untuk membimbing
mereka keluar dari kebingungan nilai serta menemukan nilai hakiki yang
harus menjadi pegangannya. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:200)
3. PENGARUH FIGUR OTORITAS TERHADAP PERKEMBANGAN
NILAI MORAL INDIVIDU
Diawal reformasi, banyak orang yang meneriakkan demokrasi dengan
melakukan perussakan, kerusuhan etnis terjadi di Sampit, Poso dan
Maluku yang banyak menelan korban dan bahkan pada akhir - akhir ini
timbul polemic inul dengan goyang ngebornya, dilema antara moralitas
dean kreativitas. Orang dewasa, terlebih anak lagi anak anak
dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah menjawabnya, seolah olah
kita telah mati rasa dengan maraknya variasi nilai yang ditawarkan, setiap
figure otoritas, masing masing menawarkan nilai yang berbeda,
menambah bingungnya nilai bagi anak.
Jika seorang anak atau remaja mengungkapkan kebingungannya
dihadapkan orang dewasa, maka dapat diprediksi reaksi orang dewasa
tersebut, langsungataupun tidak langsung, orang dewasa akan berusaha
menunjukkan jalan mana yang paling bijak dan yang paling benar atau
menunjukkan jalan yang baik bagi anak atau remaja tersebut. Orang
dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin
hubungan dengan anak anak adalah member tahu seseuatu kepada
mereka: memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan waktu
yang tepat untuk melakukannya, dimana harus dilakukan, seberapa sering
harus melakukan dan juga kapan harus mengakhirinya. Jika anak itu
menolak maka dapat dipastikan anak itu digolongan tidak taat, kurang
ajar, atau pembangkang. Dengan kata lain, orang dewasa hanya
menambahkan berbagai arahan nilai atau norma yang sudah ada pada
anak anak, baik yang didapatnya dari sekolah, tokoh politik, guru ngaji,

buku bacaan, radio, televise, film, Koran, majalkah, maupun anak anak
lainnya. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar. Hal:201)
11

Anak anak diharuskan mengikuti anjuran yang disarankan. Mereka


juga harus mengikuti harapan atau aspirasi yang dimiliki orang tua, masih
ada kecendrungan untuk menganggap bahwa keyakinan orang dewasa
tetap harus dipertahankan, anak harus memiliki keyakinan seperti
keyakinannya. Dengan demikian orang dewasa tidak berupaya
mengurangi kebingungan nilai anak bahkan sebaliknya menambah jumlah
penilaian nilai yang menimbulkan tingginya tingkat kebingungan dan
ketidakjelasan nilai bagi anak. Dalam kondisi seperti inilah lembaga
pendidikan perlu mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan
nilai dirinya tanpa bertentangan dengan nilai nilai yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
4. PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN
NILAI MORAL
Pada akhir abad ke- 20, alat alat komunikasi yang potensial telah
diperkenalkan kedalam ritualita kehidupan keluarga. Pertama kali telepon,
lalu disusul dengan radio dan setelah Perang Dunia II datanglah televisi.
Mereka yang menangani pemrograman mulai mengembangkan sesuatu
yang dianggapnya menarik dan menyenangkan anak anak.
Jika nilai memang mewakili cara pandang terhadap kehidupan, atau
memberi arahan kehidupan, serta membuat perubahan dalam hidup,
setiap orang tentu berharap pentingnya memperhatikan perkembangan
nilai anak anak, oleh karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu
akan mengembangkan suatu pandanngan hidup yang terfokus sehingga
memberikan stabilitas nilai pada anak. Namun media media tersebut
justru menyuguhkan berbagai pandangan hidup yang sangat variatif pada
anak. Hasilnya sangat dramatis, baik dari radio, film, televise, VCD,
majalah, anak anak jadi terbiasa melihat dan menyimak pandangan dan
nilai kehidupan tersebut dalam keluarga tidak akan mereka temui.
Sekarang persoalan pornografi, seksualitas dan kekerasan disuguhkan
secara terbuka. Bahkan adegan-adegan yang benar benar dipandang
moral dilakukan oleh orang orang yang tampaknya berpendidikan tinggi,
sementara semua orang menonton, menyimak, dan mencernanya. Sudah
tentu anak akan memungut jumlah gagasan atau nilai dari semua ini baik
nilai-nilai positif dan termasuk pengaruh negatifnya.

Sekarang pun muncul alat alat cetak terbaru dengan komputerisasi yang
relative lebih ekonomis. Buku anak. Buku - buku ini menjadi penyampai
cerita criminal, horror, dan semua bentuk kejangggalan kehidupan. Pada
saat yang bertepatan, surat kabar, majalah pun berubah dratis, isinya
lebih banyak menampilkan cerita criminal, seks, dan korupsi. Gambar
tidak senonoh pun dicetak, bahkan muncul layanan iklan yang
mempromosikan layanan seksual, dan tentu mendorong orang untuk
mendorong orang untuk mencoba melakukannya. (sumber: Suratman,
SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:203)

12
Dalam hal ini, tidak bermaksud menyatakan bahwa alternative
altenatif menyebutkan bahwa anak anak tidak dapat mengambil
pelajaran dari semua kejadian tersebut. Tetapi jika hanya dengan dirinya
sendiri, anak tidak akan mampu mengambil manfaat besar dari jutaan
pilihan yang tersedia. Jika keluarga dapat membahasnya secara masuk
akal dari setiap hal yang disajikan, mungkin setiap anak akan dapat
mengambil pelajaran tentang makna dari pandangan pandangan baru
dalam kehidupan ini.
5. PENGARUH OTAK DAN BERPIKIR TERHADAP PERKENBANGAN
NILAI MORAL
Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik akan belajar tentang
sesuatu yang diinginkan guru/dosen, dan biasanya siswa/ mahasiswa
hanya menunjukan respons yang sederhana. Apabila mereka diberi
kesempatan untuk berpikir dan memilih responnya sendiri setiap hari,
tanpa disadari akan terjadi pertumbuhan atau kematangan,meskipun
mereka tidak mengkritisi yang sama, namun mereka sama-sama sedang
tumbuh dan berubah. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial
Dan Budaya Dasar. Hal:205)
Dalam konteks pendidikian, berpikir dimaknai sebagai proses yang
berhubungan dengan penyelidikan dan pembuatan keputusan.
Dimanapun keputusan diambil, pertimbangan nilai pasti terlibat, dan
dimanapun penyelidikan berlangsung akan selalu melibatkan tujuan.
Ketika menyusun tugas sebelum siswa atau mahasiswa
membandingkan dua atau lebih kesatuan, proses berpikir dilakukan untuk
mencari fakta tentang persamaan dan perbedaannya. Langkah ini berarti
memperluasnya untuk menuju pada sebuah pilihan, dan dalam melakukan
pilihan berarti melibatkan nilai

Manusia melalui pemikiran rasional dan kesadaran moral serta


keyakinan agamanya dapat digunakan untuk menjelaskan eksistensinya.
Manusia melalui penyelidikan rasionalnya akan membuktikan prnsip
prinsip yang berlaku secara universal. Atas dasar logika rasional inilah
manusia akhirnya menentukan serangkaian rasional impreative yaitu
aturan aturan (hukum) yang ditentukan secara rasional ini akan
memberikan bimbingan moral dan pengetahuan tentang benar dan salah,
sehingga manusia pantas diberi derajat tinggi melebihi makhluk lain.
Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir
dan lebih berorientasi pada upaya upaya untuk mengklarifikasi nilai
moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara berpikir
dengan nilai itu sendiri.

13

6. PENGARUH INFORMASI TERHADAPAP PERKEMBANGAN NILAI


MORAL
Setiap hari manusia mendapatkan informasi, informasi ini berpengaruh
terhadap sistem keyakinan yang dimiliki oleh individu, baik informasi itu
diterima secara keseluruhan, diterima sebagian atau ditolak semuanya,
namun bagaimanapun informasi itu ditolak akan menguatkan keyakinan
yang telah ada pada individu tersebut.(sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:207)
apabila informasi tersebut diterima individu serta mengubah atau
menguatkan keyakinannya, maka akan terbentuklah sikap. Serangkaian
sikap inilah yang akan mendorong munculnya pertimbangan yang harus
dibuat sehingga menghasilkan standar atau prinsip yang bisa dijadikan
alat ukur sebuah tindakan.
Informasi baru yang dihasilkan. (yang dapat mengubah keyakinan,
sikap dan nilai) sangat tergantung pada faktor faktor sebagai berikut:
a. Bagaimana informasi itu diperkenalkan (proses input)
b. Oleh siapa informasi itu disampaikan (hal ini berhubungan dengan
kredebilitas si pembawa informasi)

c. Dalam kondisi yang bagaimana informasi itu disampaikan atau di


terima.
d. Sejauh mana tingkat disonansi kognitif yang terjadi akibat informasi
baru tersebut (yaitu tingkat dan sifat konflik yang terjadi dengan
keyakinan yang telah ada)
e. Level penerimaan individu yaitu motivasi individu untuk berubah
f. Level kesiapan individu untuk menerima informasi baru serta
mengubah tingkah lakunya (tahap kematangan individu serta
kekayaan pengalaman masa lalunya).
Oleh karena itu, munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi
itu sama kuatnya maka akan mempengaruhi disonasi kognitif yang sama,
misalnya saja pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan
keluarga dan aturan agama akan menjadi konflik internal pada individu,
yang pada akhirnya akan menimbulkan kebingungan nilai bagi individu
tersebut.
DIALEKTIKA HUKUM DAN MORAL DALAM MASYARAKAT DAN
NEGARA
Antara hokum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali,
hokum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong
tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hokum harus selalu diukur
dengan norma moral, perundang - undang . disisi lain, moral juga
membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hokum hanya angan angan
saja, kalau tidak diundangkan atau dilambangkan dalam masyarakat.
Dengan demikian hokum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas.

14
K.Bertens(2000) yang menyatakan bahwa selain itu ada 4 perbedaan
antara hokum dan moral: (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:208)
a. Hukum lebih dikodifikasikan dari pada moralitas, artinya dibukukan
secara sistematis dalam perundang undangan. Oleh Karena itu,
norma hokum lebih memiliki kepastian dan objektif dibandingkan
dengan norma moral, sedangkan norma moral bersifat lebih
subjektif dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi
diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis
dan tidak etis
b. Meski hokum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun
hokum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan
moral menyangkut juga sikap batin seseorang.

c. Sanksi yang berkaitan dengan hokum berbeda dengan sanksi yang


berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian terbesar dapat
dipaksakan, pelanggaran akan terkena hukumnya. Tapi norma etis
tidak dapat dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh bagian
luar, sedangkan pebuatan etis justru berasal dari dalam. Satu
satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak
tenang.
d. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas
kehendak Negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari
Negara seperti hukum adat, namun hokum itu harus diakui oleh
negarasupaya berlaku sebagai hukum. Moralitas didasarkan
padanorma norma moral yang melebihi para individu dan
masyarakat. Dengan cara demokrasi atau dengan cara lain
masyarakat dapat mengubah hokum, tapi tidak pernah masyarakat
dapat mengubah hukum, tapi tidak pernah masyarakat dapat
mengubah atau membatalkan suatu norma moral, moral menilai
hukum dan tidak sebaliknya.
Sedangkan Gunawan Setiardja (1990, halaman 119) membedakan
hukum dan moral , pertama, dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar
yuridis consensus, dan hukum alam, sedangkan moral berasal dari hokum
alam, kedua dilihat dari otonominya, hokum bersifat heteronom yaitu
datang dari luar diri manusia, sedangkan moral bersifat otonom datang
dari diri sendiri, ketiga dlihat dari pelaksanaan, hukum secara lahiriah
dapat di paksakan, sedangkan moral secara lahiriah dan terutama
batiniah tidak dapaat dipaksakan,keempat dilihat dari sanksinya, saksi
hokum bersifat yuridis sanksi lahiriah, sedangkan sanksi moral berbentuk
sanksi kodrati, batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri. Kelima
dilihat dari tujuannya, hokum mengatur kehidupan manusia dalam
kehidupan bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia
sebagai manusia, keenam dilihat dari waktu dan tempat, hukum
tergantung pada waktu dan tempat, sedangkan moral secara objektif
tidak tergantung pada tempat dan waktu.

15
TUNTUTAN DAN SANKSI MORAL, NORMA, HUKUM DALAM
MASYARAKAT DAN NEGARA
Dalam mengadakan hubungan dengan sesama, maka perlu adanya
serangkaian petunjuk atau pedoman bertingkah laku dalam berinteraksi

tersebut, sehingga terhindar dari kekacauan kekacauan yang mungkin


timbul, sebaliknya setiap individu dapat berhubungan secara harmonis
dengan individu lain di sekitarnya(sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:210)
Petunjuk atau pedoman yang disebut norma atau kaidah sosial
memmberikan informasi kepada setiap orang sebagai anggota
masyarakat tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan
terhadap orang lain. Dengan demikian manusia yang semula dapat
berbuat sekehendak hatinya menjadi tidak bebas lagi karena mereka
terikat ketentuan ketentuan norma atau kaidah sosial tersebut. Artinya
norma atau kaidah sosial itu bukan hanya sekedar petunjuk petunjuk
yang mati, melainkan harus dilaksanakan oleh setiap anggota masyarakat
agar ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat dapat terealisasi.
Norma atau kaidah sosial yang menjadi pedoman manusia berperilaku
dalam masyarakat ada bermacam macam, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Norma/kaidah
Norma/kaidah
Norma/kaidah
Norma/kaidah

agama
kesusilaan
kebiasaan
hukum

1. Norma/kaidah agama
Norma agama adalah norma , atau peraturan hidup yang bersal dari
tuhan yang diberlakukan bagi manusia ciptaannya melalui perantara
utusannya para rosul atau serangkaian petunjuk hidup yang berisi
pedoman-pedoman perilaku manusia yang datangnya dari Tuhan yang
memuat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan dan anjurananjuran. Norma/kaidah agama ini bertujuan untuk membentuk manusia
yang baik hubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan
alam sekitar. Pelanggaran terhadap norma agama berupa sanksi didunia
dan akhirat. Misalnya, jangan membunuh atau jangan mencuri. Bagi
orang yang melanggarnya, kelak akan memperoleh sanksi pada
kehidupan diakhirat. Meskipun sanksi tersebut juga dirasakan pada
kehidupannya didunia berupa keguncangan hidup.
Tingkat kepatuhan seseorang terhadap norma/kaidah agama
tergantung pada tebal tipisnya keimanan orang tersebut. Artinya makin
tebal imannya makin tinggi tingkat kepatuhannya terhadap norma/kaidah
agama, sebaliknya makin tipis imannya makin rendah pula tingkat
kepatuhannya. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan
Budaya Dasar. Hal:212)
16

2. Norma/kaidah kesusilaan
Norma moral atau kesusilaan adalah norma yang hidup dalam
masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan dijadikan pedoman
dalam bertingkah laku. Yang berasal dari bisikan kalbu atau hati nurani
manusia.Norma kesusilaan dipatuhi oleh seseorang agar terbentuk akhlak
pribadi yang mulia . pelanggaran atas norma moral ada sanksinya yang
bersumber dari dalam diri pribadi misalnya anak yang tidak patuh kepada
orang tuanya akan menyesal pada kemudian hari. Selain itu , akan
menjadi buah bibir dikalangan masyarakatnya. (sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:213)
Oleh karena itu, tingkat kepatuhan terhadap norma/kaidah kesusilaan
ini tergantung pada tingkat kepekaaan hati nurani seseorang dalam
masyarakat. Artinya mskin tinggi tingkat kepekaan hati nurani seseorang
makin tinggi pula tingkat kepatuhannya terhadap norma/kaidah
kesusilaan , sebaliknya makin tinggi tingkat kepekaan hati nurani
seseorang makin rendah pula tingkat kepatuhannya.
3. Norma/kaidah kebiasaan
Norma kesopanan/kebiasaan adalah norma yang timbul dari kebiasaan
kebiasaaan yang terjadi dalam masyarakat dan diterima oleh kesadaran
hukum masyarakat tersebut. Norma kesopanan disebut juga norma adat,
karena sesuai dengan adat yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu.
Misalnya kaum muda harus menghormati kaum tua yang muda harus
memberikan tempat duduknya, cara bertamu, cara bersalaman.
Pelanggaran atas norma kesopanan adalah sanksi dari masyarakat ,
dikucilkan. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar. Hal:215)

4. Norma/kaidah hukum
Norma hukum adalah norma atau peraturan yang timbul dari hukum
yang berlaku. Norma hukum perlu ada untuk mengatur kepentingan
manusia dalam masyarakat agar memperoleh kehidupan yang tertib . jika
norma ini dilanggar akan ada sanksi yang bersifat memaksa. Norma
hukum tertuang dalam peraturan perundang undangan. (sumber:
Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:215)
Disamping itu, norma hukum tidak boleh sama sekali melupakan unsur
kenyataan yang ada dalam masyarakat, sebab norma hukum bukanlah
semata semata merupakan ketentuan ketentuan yang mati,
melainkan ia harus benar benar hidup dalam arti ketentuan ketentuan

norma hukum tersebut benar-benar dilaksanakan oleh semua anggota


masyarakat dalam suatu masyarakat tertentu.
17
Oleh karena itu, badan yang ditugasi untuk membentuk norma hukum,
selain harus memerhatikan unsur idealnya juga harus memerhatikan
unsur kenyataan agar hukum itu nantinya benar benar dapat
dilaksanakan oleh semua anggota masyarakat.
Adakalanya norma hukum itu tidak dibuat oleh badan ditugasi untuk
itu, melainkan diangkat dari kebiasaan kebiasaan yang ada dalam
masyarakat, kebiasan kebiasaan ini pun merupakan kenyataankenyataan atau fakta - fakta yang terjadi dalam masyarakat. Norma
hukum ini terkenal dengan norma kebiasaan.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa norma hukum dapat meramu kedua
unsur tersebut, yaitu unsur ideal dan unsur kenyataan secara seimbang.

18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi orang-orang yang tidak patuh pada norma-norma kesopanan,
kesusilaan dan norma agama dapat menimbulkan ketidaktertiban dalam
kehidupan bersama sehingga memperoleh sanksi yang bersifat
memaksa . misalnya orang yang melanggar norma agama tidak takut
akan sanksi diakhirat , ataupun terguncang kehidupannya. Bagi orangorang yang demikian ini dapat menimbulkan kekacauan dimasyarakat.
Oleh karena itu, norma hukum dipaksakan agar orang-orang mematuhi
peraturan hidup.

19

DAFTAR PUSTAKA
Drs . Herimanto, M.Pd. M.Si. 2012 Ilmu Sosial Dan Budaya . Jakarta : Bumi
Aksara .
Prof. Dr. rusmin tumanggor, M.A. Dan kholis ridho, S.Ag., M.S.i . 2010 Ilmu Sosial
Dan Budaya. Jakarta: Prenada Media Group.
Dr. Elly M. Setiadi, M.Si. 2007 Ilmu Sosial Dan Budaya. Jakarta : Prenada Media
Group.
Drs. Nurochim, M.M. 2010 Ilmu Sosial Dan Budaya. Jakarta : Pranada Media
Group.
Suratman, SH. M.Hum .2010 Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Intimedia .

21

Anda mungkin juga menyukai