BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan social dan budaya pada hakikatnya adalah upaya
menjadikan manusia berbudaya. Budaya dalam pengertian yang
luas mencakup segala hal dari bertingkah laku, berpikir, sampai
produk produk manusia dalam hal berpikir yang berwujud dalam
bentuk benda ( material ) maupun dalam bentuk system nilai ( non
material ).
Kemudian munculnya kebudayaan baru tidak sepenuhnya
memberikan efek positif terhadap perkembangan suatu bangsa,
tetapi ada juga yang berdampak negatif untuk menghindari hal hal
negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan pemehaman
terhadap kebudayaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
masyarakat.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melaksanakan pembelajaran ini mahasiswa mampu:
Mengemukakan hakikat nilai, norma, moral & hukum
Menjelaskan pentingnya nilai, norma, moral & hokum bagi manusia
Mengemukakan tujuan hukum bagi masyarakat
Membedakan perilaku melanggar etik dan hokum
Memposisikan diri terhadap pelaku pelanggaran etik dan hokum
B. MATERI PEMBELAJARAN
Hakikat, fungsi, perwujudan nilai , moral dan hukum
C. KATA-KATA KUNCI
Nilai, norma, moral , hukum
BAB II
PEMBAHASAN
MEMAHAMI MANUSIA NILAI, MORAL, DAN HUKUM
1
Sesuatu dianggap bernilai apabila memiliki sifat sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Menyenangkan (peasent)
Berguna (useful)
Memuaskan (satisfying)
Menguntungkan (profitable)
Menarik (interesting)
Keyakinan (believe)
3
Dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima
masyarakat umum tentang sikap , perbuatan , kewajiban, dan
sebagainya. Dari beberapa pendapat diatas istilah moral dapat
dipersamakan dengan istilah etika, etik, akhlak, kesusilaan, dan budi
pekerti. Dalam hubungannya dengan nillai moral adalah bagian dari
nilai ,yaitu nilai moral. Tidak semua nilai adalah nilai moral . nilai moral
berkaitan dengan perilaku manusia (human ) tentang hal baik buruk .
Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi 3 jenis:
a. Nilai logika yaitu nilai tentang benar dan salah
b. Nilai etika yaitu nilai tentang baik buruk
c. Nilai estetika yaitu nilai tentang indah jelek
niilai penting bagi kehidupan manusia sebab nilai bersifat normative
dan menjadi motivator tindakan manusia dan demikian nilai belum dapat
berfungsi secara praktis sebagai penuntun perilaku manusia itu sendiri.
Nilai etik/atika adalah nilai tentang baik buruk yang berkaitan
dengan perilaku manusia.Jadi,kalau kita mengatakan etika orang itu
buruk,bukan berarti wajahnya buruk,tetapi menunjuk perilaku orang itu
yang buruk.Nilai etik adalah nilai moral.Jadi moral yang dimaksudkan
adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai.
Selain etika,kita mengenal pula estetika.Estetika merupakan nilai
yang berkaitan dengan keindahan,penampilan fisik dan keserasian dalam
hal penampilan.Sebuah lukisan memiliki nilai estetika,bukan nilai etik.Nilai
estetika berkaitan dengan penampilan,sedangkan nilai etik atau moral
berkaitan dengan perilaku manusia.
Ada 6 nilai yang amat menetukan wawasan etika dan kepribadian
manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat, yaitu: ekonomi,
solidaritas, agama, seni , kuasa, dan teori . (sumber: Prof. Dr. Rusmin
Tumanggor,M.A. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.hal:143.)
1. Nilai Teori. Ketika manusia menetukan dengan objektiv identitas
benda-benda atau kejadian-kejadian maka dalam prosesnya
hingga menjadi pengetahuan.
2. Nilai Ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunajkan bendabenda atau kejafian-kejadian, maka ada proses penilaian
ekonomi atau kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk
memperbesar kesenangan hidup.
menyukainya karena dia memiliki sudut pandang dan rasa yang berlainan.
Persoalan nilai ini jauh lebih rumit taktakala menyentuh persoalan selera,
mungkin dalam kawasan etika lebih mudah mencari standar ukurannya,,
karena banyak nilai etis yang disepakati secara universal: keadilan,
kejujuran, keikhlasan dan sebagainya,akan tetapi apabila masuk pada
kawasan estetika, mungkinsetiap orang mempunyai selera yang
berbeda, baikpersoalan warna, bentuk,maupun gayanya. (sumber:
Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:184)
5
menemukan nilai yang telah ada tersebut, tetapi lebih kepada bagaimana
menerima dan mengaplikasikannya nilai tersebutdalam kehidupan sehari
hari.
Pandangan kedua memendang nilai itu ada subjetif, artinya nilai itu
sangat tergantung pada subjek yang menilainya. Jadi , nilai memang tidak
aka ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai. Nilai dalam
pemgertiannya ini bukan diluar si penilai,tetap dengan subjek yang
menilai. Nilai dalm objek bukan penting atau tidak penting dalam objek
sejatinya, melainkan tergantung si penilai memberikan presepsi terhadap
objek tersebut.
6
Menurut Riseiri Frondizi(2001), nilai itu objektif atau subjektif bisa
dilihat dari dua kategori: . (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:187)
1. Apakah objek itu memiliki nilai kareana kita mendambakannya, atau
kita mendambakannya karena objek itu memiliki nilai.
2. Apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada
objek, atau kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa
objek tersebut memiliki nilai mendahului dan asing bagi reaksi
psikologi badan organis kita.
Setiap benda, zat dan apapun yang ada di alam raya ini, termasuk
manusia memiliki kualitas. Kualitasa adalah sebuah sifat, kualitas
menentukan tinggi rendahnya derajat sesuatu, kualitas pun menentukan
berharga tidaknya suatu objek. Kualitas melekat dan hadir serta terlihat
karena adanya objek yang ditempati sifat atau kualitas tersebut, kualitas
memang ada, tapi adanya membutuhkan penopang yaitu objek yang
ditempati kualitas.
1. Setiap benda, zat dan apapun yang ada di alam raya ini, termasuk
manusia memiliki kualitas. Kualitasa adalah sebuah sifat, kualitas
menentukan tinggi rendahnya derajat sesuatu, kualitas pun
menentukan berharga tidaknya suatu objek. Kualitas Primer, yaitu
kualitas dasar yang tanpa itu objek tidak dapat menjadi ada, seperti
panjang dan beratnya batu sudah ada sebelum batu itu di pahat
menjadi patung
7
Jadi,nilai belum dapat berfungsi praktis bagi manusia.Nilai perlu
dikonkretisasikan atau diwujudkan ke dalam norma.Nilai yang bersifat
normatif dan berfungsi sebagai motifator tindakakan manusia itu harus
diimplementasikan dalam bentuk norma.Norma merupakan konkretisasi
dari nilai.Norma adalah perwujudan dari nilai.
Setiap Norma pasti terkandung nilai di dalamnya.Nilai sekaligus
menjadi sumber bagi norma.Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud
norma.Sebaliknya,tanpa dibuatkan norma maka nilai yang hendak
dijalankan itu mustahil terwujudkan.
Contohnya,ada norma yang berbunyi dilarang membuang sampah
sembaranganatau buanglah sampah pada tempatnya. norma diatas
berusaha mewujudkan nilai kebersihan. dengan mengikuti nilai tersebut
diharapkan kebersihan sebagai nilai dapat terwujudkan dalam kehidupan.
Norma atau kaidah adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi
pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan
masyarakat.Disamping sebagai pedoman atau panduan berbuat atau
Norma
Norma
Norma
Norma
Norma
Norma
8
Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri, yaitu dari kekuasaan
atau lembaga yang resmi dan berwenang .
a. Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik.
Norma lain tidak dilekati sanksi pidana fisik.
b. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat
negara.Jadi,meskipun ada norma agama,kesusilaan dan kesopanan,
namun dalam kehidupan bernegara tetap dibutuhkan norma hukum.
Norma hukum dibutuhkan karena dua hal yaitu:
1. Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan
dan efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban
masyarakat.
2. Masih ada perilaku lain yang perlu diatur diluar ketiga norma di
atas,misalnya perilaku di jalan raya.
MORAL , NORMA, MASYARAKAT DAN NEGARA
Dalam kehidupan sehari hari kita tidak lepas dari pengaruh orang lain
dan pengaruh masyarakat, baik dilingkungan keluaraga maupun
dilingkungan masyrakat.
Perilaku manusia dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk
pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan
mendapatkan respon yang positif dari orang lain.
Manusia tidak akan bisa hidup sendiri kalau tidak hidup ditengah
tengah masyarakat , mereka berinteraksi dengan yang lain, tetapi tidak
selamanya interaksi itu berjalan dengan baik,terkadang menimbulkan
kekacauan kekacauan dan pertentangan diantara sesama manusia.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan adanya petunjuk yang
berisi pedoman pedoman tentang bagaimana seseorang berbuat
terhadap orang lain dan dalam masyarakat. (sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:197)
Pembinaan nilai moral sangat penting dilakukan, karena dalam
kehidupan yang semakin kompleks ini terutama dalam perkembangan
zaman yang semakin modern ini sebagai dampak kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menghasilkan berbagai perubahan, pilihan
dan kesempatan, sehingga mengandung berbagai resiiko akibat yang
ditimbulkan. Problematika pembinaan nilai moral, dipengaruhi oleh
beberapa hal:
9
1. PENGARUH KEHIDUPAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN NILAI
MORAL
Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan teknologi menghasilkan
berbagai perubahan, pilihan dan kesempatan, tetapi mengandung
berbagai resiko yang ditimbulkan. Salah satu kesulitan yang ditimbulkan
adalah munculnya nilai nilai modern yang tidak jelas dan
membingungkan anak (individu). (sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:198)
10
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan
yang dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif
manakala isu dan kebiasaan teman itu positif pula, sebaliknya akan
buku bacaan, radio, televise, film, Koran, majalkah, maupun anak anak
lainnya. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar. Hal:201)
11
Sekarang pun muncul alat alat cetak terbaru dengan komputerisasi yang
relative lebih ekonomis. Buku anak. Buku - buku ini menjadi penyampai
cerita criminal, horror, dan semua bentuk kejangggalan kehidupan. Pada
saat yang bertepatan, surat kabar, majalah pun berubah dratis, isinya
lebih banyak menampilkan cerita criminal, seks, dan korupsi. Gambar
tidak senonoh pun dicetak, bahkan muncul layanan iklan yang
mempromosikan layanan seksual, dan tentu mendorong orang untuk
mendorong orang untuk mencoba melakukannya. (sumber: Suratman,
SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:203)
12
Dalam hal ini, tidak bermaksud menyatakan bahwa alternative
altenatif menyebutkan bahwa anak anak tidak dapat mengambil
pelajaran dari semua kejadian tersebut. Tetapi jika hanya dengan dirinya
sendiri, anak tidak akan mampu mengambil manfaat besar dari jutaan
pilihan yang tersedia. Jika keluarga dapat membahasnya secara masuk
akal dari setiap hal yang disajikan, mungkin setiap anak akan dapat
mengambil pelajaran tentang makna dari pandangan pandangan baru
dalam kehidupan ini.
5. PENGARUH OTAK DAN BERPIKIR TERHADAP PERKENBANGAN
NILAI MORAL
Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik akan belajar tentang
sesuatu yang diinginkan guru/dosen, dan biasanya siswa/ mahasiswa
hanya menunjukan respons yang sederhana. Apabila mereka diberi
kesempatan untuk berpikir dan memilih responnya sendiri setiap hari,
tanpa disadari akan terjadi pertumbuhan atau kematangan,meskipun
mereka tidak mengkritisi yang sama, namun mereka sama-sama sedang
tumbuh dan berubah. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial
Dan Budaya Dasar. Hal:205)
Dalam konteks pendidikian, berpikir dimaknai sebagai proses yang
berhubungan dengan penyelidikan dan pembuatan keputusan.
Dimanapun keputusan diambil, pertimbangan nilai pasti terlibat, dan
dimanapun penyelidikan berlangsung akan selalu melibatkan tujuan.
Ketika menyusun tugas sebelum siswa atau mahasiswa
membandingkan dua atau lebih kesatuan, proses berpikir dilakukan untuk
mencari fakta tentang persamaan dan perbedaannya. Langkah ini berarti
memperluasnya untuk menuju pada sebuah pilihan, dan dalam melakukan
pilihan berarti melibatkan nilai
13
14
K.Bertens(2000) yang menyatakan bahwa selain itu ada 4 perbedaan
antara hokum dan moral: (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:208)
a. Hukum lebih dikodifikasikan dari pada moralitas, artinya dibukukan
secara sistematis dalam perundang undangan. Oleh Karena itu,
norma hokum lebih memiliki kepastian dan objektif dibandingkan
dengan norma moral, sedangkan norma moral bersifat lebih
subjektif dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi
diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis
dan tidak etis
b. Meski hokum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun
hokum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan
moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
15
TUNTUTAN DAN SANKSI MORAL, NORMA, HUKUM DALAM
MASYARAKAT DAN NEGARA
Dalam mengadakan hubungan dengan sesama, maka perlu adanya
serangkaian petunjuk atau pedoman bertingkah laku dalam berinteraksi
Norma/kaidah
Norma/kaidah
Norma/kaidah
Norma/kaidah
agama
kesusilaan
kebiasaan
hukum
1. Norma/kaidah agama
Norma agama adalah norma , atau peraturan hidup yang bersal dari
tuhan yang diberlakukan bagi manusia ciptaannya melalui perantara
utusannya para rosul atau serangkaian petunjuk hidup yang berisi
pedoman-pedoman perilaku manusia yang datangnya dari Tuhan yang
memuat tentang perintah-perintah dan larangan-larangan dan anjurananjuran. Norma/kaidah agama ini bertujuan untuk membentuk manusia
yang baik hubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan
alam sekitar. Pelanggaran terhadap norma agama berupa sanksi didunia
dan akhirat. Misalnya, jangan membunuh atau jangan mencuri. Bagi
orang yang melanggarnya, kelak akan memperoleh sanksi pada
kehidupan diakhirat. Meskipun sanksi tersebut juga dirasakan pada
kehidupannya didunia berupa keguncangan hidup.
Tingkat kepatuhan seseorang terhadap norma/kaidah agama
tergantung pada tebal tipisnya keimanan orang tersebut. Artinya makin
tebal imannya makin tinggi tingkat kepatuhannya terhadap norma/kaidah
agama, sebaliknya makin tipis imannya makin rendah pula tingkat
kepatuhannya. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan
Budaya Dasar. Hal:212)
16
2. Norma/kaidah kesusilaan
Norma moral atau kesusilaan adalah norma yang hidup dalam
masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan dijadikan pedoman
dalam bertingkah laku. Yang berasal dari bisikan kalbu atau hati nurani
manusia.Norma kesusilaan dipatuhi oleh seseorang agar terbentuk akhlak
pribadi yang mulia . pelanggaran atas norma moral ada sanksinya yang
bersumber dari dalam diri pribadi misalnya anak yang tidak patuh kepada
orang tuanya akan menyesal pada kemudian hari. Selain itu , akan
menjadi buah bibir dikalangan masyarakatnya. (sumber: Suratman, SH.,
M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:213)
Oleh karena itu, tingkat kepatuhan terhadap norma/kaidah kesusilaan
ini tergantung pada tingkat kepekaaan hati nurani seseorang dalam
masyarakat. Artinya mskin tinggi tingkat kepekaan hati nurani seseorang
makin tinggi pula tingkat kepatuhannya terhadap norma/kaidah
kesusilaan , sebaliknya makin tinggi tingkat kepekaan hati nurani
seseorang makin rendah pula tingkat kepatuhannya.
3. Norma/kaidah kebiasaan
Norma kesopanan/kebiasaan adalah norma yang timbul dari kebiasaan
kebiasaaan yang terjadi dalam masyarakat dan diterima oleh kesadaran
hukum masyarakat tersebut. Norma kesopanan disebut juga norma adat,
karena sesuai dengan adat yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu.
Misalnya kaum muda harus menghormati kaum tua yang muda harus
memberikan tempat duduknya, cara bertamu, cara bersalaman.
Pelanggaran atas norma kesopanan adalah sanksi dari masyarakat ,
dikucilkan. (sumber: Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar. Hal:215)
4. Norma/kaidah hukum
Norma hukum adalah norma atau peraturan yang timbul dari hukum
yang berlaku. Norma hukum perlu ada untuk mengatur kepentingan
manusia dalam masyarakat agar memperoleh kehidupan yang tertib . jika
norma ini dilanggar akan ada sanksi yang bersifat memaksa. Norma
hukum tertuang dalam peraturan perundang undangan. (sumber:
Suratman, SH., M.Hum.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Hal:215)
Disamping itu, norma hukum tidak boleh sama sekali melupakan unsur
kenyataan yang ada dalam masyarakat, sebab norma hukum bukanlah
semata semata merupakan ketentuan ketentuan yang mati,
melainkan ia harus benar benar hidup dalam arti ketentuan ketentuan
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi orang-orang yang tidak patuh pada norma-norma kesopanan,
kesusilaan dan norma agama dapat menimbulkan ketidaktertiban dalam
kehidupan bersama sehingga memperoleh sanksi yang bersifat
memaksa . misalnya orang yang melanggar norma agama tidak takut
akan sanksi diakhirat , ataupun terguncang kehidupannya. Bagi orangorang yang demikian ini dapat menimbulkan kekacauan dimasyarakat.
Oleh karena itu, norma hukum dipaksakan agar orang-orang mematuhi
peraturan hidup.
19
DAFTAR PUSTAKA
Drs . Herimanto, M.Pd. M.Si. 2012 Ilmu Sosial Dan Budaya . Jakarta : Bumi
Aksara .
Prof. Dr. rusmin tumanggor, M.A. Dan kholis ridho, S.Ag., M.S.i . 2010 Ilmu Sosial
Dan Budaya. Jakarta: Prenada Media Group.
Dr. Elly M. Setiadi, M.Si. 2007 Ilmu Sosial Dan Budaya. Jakarta : Prenada Media
Group.
Drs. Nurochim, M.M. 2010 Ilmu Sosial Dan Budaya. Jakarta : Pranada Media
Group.
Suratman, SH. M.Hum .2010 Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Intimedia .
21