Pendamping
dr. Dwi Retno S
Disusun Oleh
dr. Dianing Pratiwi
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG
UPTD PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
2015
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: An. A
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 4 tahun
Alamat
: Lodoyong, Ambarawa
Tanggal pemeriksaan
: 10 Juli 2015
Diagnosis
: Pneumonia ringan
B. Anamnesis (Heteroanamnesis)
Keluhan utama
Batuk
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat.
Riwayat kehamilan
Ibu rutin mengkonsumsi obat penambah darah yang didapat dari bidan.
Berat badan ibu bertambah. Pasien merupakan anak kedua. Selama
mengandung pasien, ibunya rajin memeriksakan kehamilan di bidan,
hampir setiap bulan, >4 kali. Selama hamil, ibu mengaku tidak pernah
sakit, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, maupun jamu-jamuan.
Riwayat persalinan
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan. Menurut ibu
pasien, pasien langsung menangis dengan berat lahir 3200 gram. IMD (-)
Riwayat imunisasi
Pasien diberikan MPASI sesuai anjuran bidan dan disapih saat usia 2
tahun.
Riwayat sosial
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan satu kakaknya. Bapak
pasien seorang perokok berat dan mengaku sering merokok di dekat
anaknya. Ibu pasien memasak menggunakan kompor gas dirumahnya.
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
HR
: 110 x/menit
RR
: 46 x/menit
Suhu : 37,60 C
Penilaian pertumbuhan
Berat badan
: 16 kg
Tinggi badan
: 102 cm
Status gizi
Weight-for-age: -2 < z < 0
Height-for-age: -2 < z < 0
Weight-for-height: 0 < z < 2
Thoraks
o Inspeksi
retraksi
:gerakan
dinding
dada
simetris,
suprasternal
(+)
ringan,
retraksi
tidak teraba.
o Perkusi
o Palpasi
Ekstremitas bawah
Hangat
+/+
+/+
Pucat
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
F. Diagnosis Banding
Asma bronkial
TB
Bronkiolitis
Bronkitis
Bronkopneumonia
G. Terapi
Edukasi ibu mengenai penyakitnya dan kemungkinan diagnosis lain.
Memotivasi agar anak makan dan minum hangat.
Edukasi ibu mengenai kebiasaan merokok ayahnya.
Syr Co-trimoxazole 2 x Cth.
Paracetamol 4 tab, Bromhexine 4 tab, dijadikan 10 pulveres, 3 x 1
Pulv.
Kontrol 3 hari.
H. Follow Up
Tanggal/Jam
Perjalanan Penyakit
Pengobatan
yang
diberikan
21/7/15
Cth
O: CM, KU baik, , T: 37,3, Paracetamol
tab,
RR: 43x/mnt
tab,
Bromhexine
dijadikan 10 pulveres, 3 x
1 Pulv
24/7/15
10
pulveres,
harus
terus
tetapi
jangan
pemicu
lain
seperti debu.
J. Prognosis
Qua Ad Vitam
Qua Ad Fungsionam
Qua Ad Sanam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA DAN ASMA BRONKIAL
A. Pneumonia
1.Definisi
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia
didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal
bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli.
2.Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang dua juta anak
balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara. Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% angka
kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
system respiratori, terutama pneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun Insiden pneumonia pada anak 5 tahun di negara
maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20
kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian
pertahun pada anak balita di negara berkembang.
3.Etiologi
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomonas sp,
atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A, S.
9
aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut,
sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang
mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human
metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan estimasi insidens
global pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta episode baru di seluruh dunia
dengan 3.4 juta episode pneumonia berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan
tahun 2005 terjadi kematian 66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV,
99% di antaranya terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas
kembali peran RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia
anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.
4.Klasifikasi
WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan
retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang.
Namun demikian, kriteria tersebut mempunyai sensitivitas yang buruk untuk anak
malnutrisi dan sering overlapping dengan gejala malaria.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO dijelaskan pada tabel berikut:
Klasifikasi
Pneumonia
Kesadaran turun,
Sangat Berat
letargis
Tidak mau menetek /
minum
Kejang
Demam atau
hipotermia
Bradipnea atau
Pneumonia
Berat
pernapasan ireguler
Napas cepat
Retraksi (+)
10
Takipnea
Pneumonia
Ringan
Retraksi (-)
Sedangkan dalam
pneumonia dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus dirawat inap dan
pneumonia ringan yang bisa rawat jalan.
Diagnosis Klinis
Klasifikasi (MTBS)
(Pneumonia berat)
Pneumonia
11
jarak
yang
harus
ditempuh
oleh
oksigen
dan
12
7.Gejala Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang
berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga
13
Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ;
kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, merintih, dan sianosis.
8.Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
-
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan
infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan
berkurang. Pada perkusi tidak terdapat kelainan dan pada auskultasi
ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada
tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang
mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang
atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar
14
(tergantung
dari
mekanisme
terjadinya).
Crackles
dihasilkan
oleh
Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan,
hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto
rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran
klinis. Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis
pneumonia hanyalah pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa
tambahan posisi lateral pada foto rontgen toraks tidak meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas penegakkan diagnosis.
15
Infiltrat
interstisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
Infiltrat
alveolar,
merupakan
konsolidasi
paru
dengan
air
Gambaran
foto
rontgen
toraks
dapat
membantu
mengarahkan
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit.
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau
aspirasi paru
10. Penegakan Diagnosis
Pneumonia Ringan
Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
Dan dipastikan anak tidak memiliki tanda tanda pneumonia berat.
Umur anak
<2 bulan
30-50x/menit
2-12 bulan
25-40x/menit
12 bulan-5 tahun
20-30x/menit
Pneumonia Berat
Terdapat batuk dan/atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut :
17
Diagnosis Banding
Diagnosis
Bronkiolitis
18
Tuberculosis
(TB)
5 mm)
pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
demam ( 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
batuk kronis ( 3 minggu)
pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang
spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul,
lutut, falang.
Asma
12. Penatalaksanaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres
pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi
kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Bayi
Anak
Grunting
19
kali
sehari
selama
hari
atau
Amoksisilin
20
-Jika frekuensi pernapasan, demam, dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti
ke antibiotik ke lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali lagi.
-Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai
pedoman di bawah ini.
21
Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
Nutrisi
-Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral, harus
dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau
intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan
pernapasan, khusunya pada bayi/anak dengan ukuran lubang hidung kecil.
Jika memang dibutuhkan sebaiknya menggunakan yang terkecil.
-
Kriteria pulang:
-
13.
Komplikasi
22
14.
Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
15.
Pencegahan
Pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita
23
namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal 2
bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan
cukup 1 kali.
B. Asma Bronkial
1. Definisi Asma
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas
dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya
bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai
berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
2. Faktor Risiko Asma
Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor
genetik dan faktor lingkungan.
1.
Faktor genetik
a.
Hipereaktivitas
Saluran napas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun
iritan
b.
Atopi/alergi bronkus
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya. Risiko orang tua dengan
asma mempunyai anak dengan asma adalah tiga kali lipat lebih
tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu
atopi. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu
kalau anak dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko
menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika
kedua orang tua asmatisk.
24
d.
Jenis Kelamin
Pria merupakan risiko untuk asma pada anak. Sebelum usia 14 tahun,
prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak
perempuan. Tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih
kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak.
Peningkatan risiko pada anak laki-laki mungkin disebabkan semakin
sempitnya saluran pernapasan, peningkatan pita suara, dan mungkin
terjadi peningkatan IgE pada laki-laki yang cenderung membatasi
respon bernapas.
Didukung oleh adanya hipotesis dari observasi yang menunjukkan
tidak ada
Ras/etnik
Ras kulit hitam menpunyai prevalensi lebih tinggi untuk terjadi asma
dibandingkan dengan ras kulit putih di Amerika Serikat, namun hal
ini juga dicetuskan oleh kondisi dari sosioekonomi, paparan terhadap
alergen serta faktor-faktor diet, dan tidak hanya karena ras/etnik saja.
2. Faktor lingkungan
a.
25
di
tempat-tempat
atau
benda-benda
yang
banyak
mengandung debu. Misalnya debu yang berasal dari karpet dan jok
kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga
dari tumpukan koran-koran, buku-buku, pakaian lama.
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster,
burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab
asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di
bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang
sangat
c.
26
d.
e.
f.
(batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma dan serangan
asma. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa risiko munculnya
asma meningkat pada anak yang terpapar sebagai perokok pasif
g.
volatile organic
27
i.
Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
j.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
k.
Sosioekonomi
l.
2.
3.
30
Diagnosis
a. Anamnesis
Studi epidemiologi menunjukkan asma underdiagnosed di seluruh dunia,
disebabkan berbagai hal antara lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya
penyakit yang sangat bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga
penderita tidak merasa perlu ke dokter.
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan
cuaca.
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
31
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya
kelainan. Perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda
asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien
asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga pada asma yang sangat
berat berat mengi dapat tidak terdengar (silent chest), biasanya pasien dalam
keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk diagnosis asma:
Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada tidaknya
alergi.
5.
Klasifikasi
32
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan
(akut).
1. Asma saat tanpa serangan
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari: 1)
Intermitten; 2) Persisten ringan; 3) Persisten sedang; dan 4) Persisten berat
Tabel Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada
orang dewasa
Derajat asma
Gejala
Intermitten
Gejala malam
Faal paru
Bulanan
APE80%
Gej
2 kali sebulan -
ala<1x/minggu.
-
80%
Tan
pa
gejala
diluar
-
Sera
biliti APE<20%.
VEP1
ala>1x/minggu
80%
tetapi<1x/hari.
APE80%
Sera
ngan
nilai
aktifiti
Varia
biliti APE 20-30%.
APE 60-80%
Gej
V
E
Sera
ngan
nilai
dan tidur
Harian
prediksi
terbaik.
dapat
mengganggu
Persisten sedang
Varia
APE>80%
Gej
prediksi
nilai terbaik.
ngan singkat.
Mingguan
Persisten ringan
nilai
APE80%
serangan.
-
VEP1
mengganggu
33
6
Me
0-
mbutuhkan
bronkodilator
8
setiap
hari.
%
n
il
ai
p
r
e
d
i
k
si
A
P
E
6
08
0
%
n
il
ai
te
r
b
ai
k.
-
34
Variab
iliti
APE>
30%.
Persisten berat
Kontinyu
-
APE 60%
Gej
Sering
APE60% nilai
ng kambuh
-
VEP1
terbaik
Akti
Varia
biliti APE>30%
6.
35
Tujuan :
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;
Mencegah eksaserbasi akut;
Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin;
Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;
Menghindari efek samping obat;
Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
ireversibel;
Mencegah kematian karena asma.
Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai
potensi genetiknya.
Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara
dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta
apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan
keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Program penatalaksanaan asma, yang meliputi 7 komponen :
1. Edukasi
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
Ketujuh hal tersebut di atas, juga disampaikan kepada penderita dengan
bahasa yang mudah dan dikenal (dalam edukasi) dengan 7 langkah mengatasi
asma, yaitu : 21
36
prinsipnya
penatalaksanaan
asma
klasifikasikan
menjadi:
1)
kortikosteroid sistemik
2. Penatalaksanaan asma jangka panjang
37
Kontrol teratur
b. Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol.
i.
Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Leukotrien modifiers
ii.
Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot
38
tetapi
hasil
belum
tercapai,
penggunaannya
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin
Gejala harian
Terkontrol
Terkonrol
Tidak
Sebagian
Terkonrol
Tidak ada (dua kali Lebih dari dua Tiga atau lebih gejala
atau
perminggu)
Pembatasan aktivitas
Gejala
nokturnal/gangguan
Tidak ada
Tidak ada
Sebagian,
Sewaktu-waktu
muncul
sewaktu
dalam seminggu
Sewaktu waktu
dalam seminggu
tidur (terbangun)
39
Kebutuhan akan reliever Tidak ada (dua kali Lebih dari dua
atau terapi rescue
Normal
FEV1*)
terbaik
bila
diukur)
Eksaserbasi
Tidak ada
dalam
seminggu***)
Keterangan :
*)
Fungsi paru tidak berlaku untuk anak-anak di usia 5 tahun atau di bawah 5
tahun
**)
benar-benar
adekwat
***)
Prognosis
40
8.
Pencegahan
41
DAFTAR PUSTAKA
42