Anda di halaman 1dari 1

Kue Panekuk : Sepotong Kenangan Indah Dari Masa Lalu

saat kecil, Bapak sering membuatkan saya sarapan kue panekuk. Kue dadar yang dibuat dari
terigu, telur, dan susu. Bapak memasaknya untuk sarapan saya ketika hendak berangkat sekolah,
kadang beliau juga membuat kue yang aslinya berasal dari negeri Belanda itu saat malam hari,
sebagai cemilan sambil menonton acara sepakbola di televisi.
Sepiring kue itu adalah rasa terindah saat saya kecil.
Saya tak tahu kenapa sangat menyukai kue panekuk buatan bapak, bapak bukan seorang yang
pintar memasak. Dan jika dibandingkan dengan kue-kue yang sering dijajakan di pasar mungkin
rasanya masih kalah jauh.
Bapak selalu mengajak saya berbelanja ke pasar Cisurupan, Garut. Itu pasar terdekat yang dapat
ditempuh dari rumah kami. Disana kami membeli terigu, mentega, susu dan sebungkus coklat
bubuk. Tiada yang paling saya sukai selain memakan kue panekuk ditemani secangkir coklat
hangat. Kami berangkat dan pulang ke rumah berjalan kaki sambil ditemani segarnya udara
pedesaan sebelum kemudian udara pedesaan kini telah tercemar dengan polusi udara dari
kendaraan bermotor.
Pasar Cisurupan adalah surga saat saya kecil, saya perlu menunggu sebulan untuk diajak bapak
ke pasar itu. tepat tanggal satu sambil beliau mengambil pensiunnya di kantor pos kecamatan.
Sekilo terigu, beberapa butir telur, sebungkus coklat bubuk dan kadang alat-alat sekolah baru
membuat hati saya berbunga-bunga.
Bapak saya orangnya pendiam, tinggi, tegas tapi senang bergaul dengan siapa saja. Dia sangat
senang membaca buku, kemana-mana dia selalu membawa Koran, Koran kesukaannya adalah
Koran pikiran rakyat. Satu lagi kegemarannya adalah mengisi teka-teki silang, ia sering
mengajak saya mengisi teka-teki silang bersama. Karena banyak pertanyaan yang tidak saya
ketahui, kadang saya hanya menuliskan jawaban yang bapak sebutkan saja. Tapi saya tetap
merasa senang, kini saya mengerti untuk merasa bahagia lebih baik kita tak perlu tahu jawaban
dari sebuah pertanyaan.

Anda mungkin juga menyukai