Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

REHABILITASI PASIEN GANGGUAN JIWA


DI RUMAH SAKIT GRHASIA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:
RATNA HERLIA DEWI
08/267932/KU/12773

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

KONSEP DASAR REHABILITASI


A. PENGERTIAN

Rehabilitasi didefinisikan sebagai suatu program holistik dan terpadu atas


intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan
individu penyandang cacat untuk meraih pencapaian pribadi, kebermaknaan sosial,
dan interaksi efektif yang fungsional.
Program rehabilitasi dengan gangguan jiwa merupakan pencegahan tersier,
aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan kecacatan yang disebabkan
oleh penyakit jiwa kronis/ berat yang dimiliki individu. Kecacatan yang dimaksud di
sini adalah keterbatasan individu dalam melaksanakan suatu aktivitas seperti
layaknya orang normal, misalnya ketidakmampuan individu dalam berhias/
berdandan, atau membersihkan diri. Kecacatan dapat juga dimanifestasikan dengan
ketidakmampuan individu dalam berfungsi secara sosial di masyarakat, seperti
belanja, menggunakan transportasi umum, atau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di
masyarakat.
Secara umum, program rehabilitasi diartikan sebagai proses membantu individu
kembali pada tingkat fungsi tertinggi ( Stuart & Laraia, 2005). Namun demikian,
proses yang dimaksud pada definisi tersebut tidak hanya sebatas membantu individu
agar dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi karena penyakit yang
dideritanya. Lebih jauh lagi program rehabilitasi diartikan sebagai suatu proses yang
dinamis yang menitikberatkan pada pengembangan diri individu baik pada aspek
fisik, sosial, psokologis, dan spiritual (Davis & OConnor, 1999). Program
rehabilitasi pasien dengan gangguan jiwa sering disebut dengan istilah lain seperti
program rehabilitasi psikiatrik atau program rehabilitasi psikososial (Ackerson,
2000; Adams & Partee, 1998; Stuart & Laraia, 2005). Dari semua istilah tersebut,
program rehabilitasi untuk pasien dengan gangguan jiwa merujuk pada rangkaian
intervensi yang mencakup intervensi di bidang sosial, pendidikan, pekerjaan,
perilaku dan kognitif, yang diberikan pada individu yang mengalami gangguan jiwa
kronik untuk meningkatkan kesembuhan serta meningkatkan fungsi sosial individu di
masyarakat.

B. PRINSIP PROGRAM REHABILITASI

Menurut Palmer-Erbs, Connolly, Brach, dan Hoff (1995) prinsip-prinsip


rehabilitasi sebagai berikut :
1. Percaya bahwa pasien dengan gangguan jiwa mengalami proses penyembuhan.
2. Program yang diberikan mampu memberdayakan pasien.
3. Program yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan pasien terkait dengan

kebutuhan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual pasien.


4. Pasien diberikan kesempatan untuk memilih program yang diminati.
5. Program yang diberikan mampu memberikan kesempatan pada pasien gangguan

jiwa untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan sehingga mereka mmapu


hisup mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
6. Kerja sama dengan keluarga dan tenaga profesional lainnya harus dipertahankan

demi tercapainya tujuan.

C. TUJUAN

Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa rehabilitasi


diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik,
mental, dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman.
Maksud dan tujuan rehabilitasi pada klien mental dalam psikiatri yaitu
mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan
dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan
sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan
berguna.

D. TAHAPAN

Upaya rehabilitasi terdiri dari 3 tahap, yaitu:


1. Tahap Persiapan

a. Orientasi: selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari

bimbingan seorang yang profesional. Perawat menolong klien untuk


mengenali dan memahami masalahnya dan menentukkan apa yang
diperlukannya.
b. Identifikasi: perawat mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta

membantu klien seiring penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman


dan memberi orientasi positif akan perasaan dan kepribadiannya serta
memberi kebutuhan yang diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan: perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien

menerima secara penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah


hubungan. Tujuan baru yang akan dicapai melalui usaha personal dapat
diproyeksikan, dipindah dari perawat ke klien ketika klien menunda rasa puasnya
untuk mencapai bentuk baru dari apa yang dirumuskan
3. Tahap pengawasan: tahap pengawasan perawat melakukan resolusi. Tujuan baru

dimunculkan secara bertahap dan tujuan lama dihilangkan. Ini adalah proses
dimana klien membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang lain.

E. JENIS KEGIATAN

Jenis kegiatan dalam rehabilitasi pada klien dengan gangguan jiwa, yaitu:
1. Orientation: pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang

lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman klien


terhadap waktu, tempat, atau maksud dan tujuan. Sedangkan kesadaran dapat
dikuatkan melalui interaksi dan aktifitas pada semua klien.
2. Assertion: kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam mengekspresikan diri secara
efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat melalui kelompok
asertif, kelompok klien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau elompok
interkasi klien.
3. Accuption: kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi melalui

keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat idlakukan dengan cara
memeberikan aktifitas klien dalam bentuk kegiatan sederhana seperti teka-teki,

mengembangkan aktifitas fisik seperti menyulam, membuat bungan, melukis, dan


meingkatkan manfaat interkasi sosial.
4. Recreation:

kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang


menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesekmpatan pada klien untuk
mengikuti bermacam reaksi dan membantu klien menerapkan keterampilan yang
telah ia pelajari, seperti: orientasi asertif, interaksi sosial, ketangksan fisik. Contoh
aktifitas relaksasi seperti: permainan kartu, menebak kata dan jalan-jalan, bermain
musik dan drama.

F. BENTUK

1. Rehabilitasi fisik

Aktivitas sehari-hari (ADL): Keterampilan-keterampilan ini dapat dilatih


melalui program rehabilitasi di rumah dan di luar rumah. Keterampilan ADL
yang dapat dilakukan di rumah antara lain : kebersihan diri, berhias, makan,
minum, membersihkan rumah, mempersiapkan alat masak, mengatur uang
belanja, menyusun kegiatan sehari-hari, dan melakukan olahraga.
Keterampilan yang dapat dilakukan di luar rumah misalnya menggunakan
fasilitas umum (bank, pusat perbelanjaan, kantor pos).

Keterampilan belajar (tenang, memperhatikan, mengobservasi).

Keterampilan bekerja (menggunakan perkakas pertanian, perkebunan, dan


kerajinan tangan).

2. Rehabilitasi emosional

Aktitivitas sehari-hari: hubungan dengan orang lain, kontrol diri, mekanisme


koping pemecahan masalah.

Keterampilan belajar
Membuat pertanyaan dan berusaha menjawab, mengikuti petunjuk, dan aktif
mendengarkan.

Keterampilan bekerja: wawancara pekerjaan, dan hubungan sosial terkait


pekerjaan.

3. Rehabilitasi intelektual

Aktivitas sehari-hari: Manajemen keuangan, menggunakan sumber dukungan


sosial, mempunyai tujuan.

Keterampilan belajar: membaca, menulis, berhitung, mengetik.

Keterampilan bekerja: mencari pekerjaan yang sesuai.

G. PERAN PERAWAT DALAM REHABILITASI


1. Pada tahap persiapan, peran perawat klien dengan gangguan jiwa:
a. Peran stranger (orang yang tidak dikenal) : hal yang pertama terjadi ketika

perawat dan klien bertemu mereka belum saling kenal, maka klien
diperlakukan secara biasanya. Perawat menolong klien untuk mengenali dan
memahami masalahnya dan menentukkan apa yang diperlakukannya. Hal ini
dilakukan dengan cara bina hubungan saling percaya dengan memebrikan
salam pada klien, bersikap terbuka dengna mendengarkan apa yang klien
sampaikan, menyapa klien dengan ramah sesuai dengan panggilan kesukaan.
b. Peran pendidik: perawat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan

yang spesifikmeliputi segala hal tentang rehabilitaasi yang dijalani oleh klien
dan menginterpretasikan pada klien dan keluarga bagaimana cara perawatan
klien dan rencana perawatan selanjutnya setelah rehabiliatsi
c. Peran wali: klien menganggap perawat sebagai walinya, sikap dan tingkah

laku perawat menciptakan suatu perasaan tertentu dalam diri klien yang
bersifat reaktif dan muncul dari hubungan sebelumnya.
d. Peran kepemimpinan: mebantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui

hubungan yang kooperatif dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim
kesehatan yang terlibat dengan mengkomunikasikan tim rehabiliatsi tentang
jadwal dan jenis kegiatan rehabilitasi yang dilaksanakan klien untuk
kelangsungan perawatan yang berkesinambungan.
e. Peran pelaksana: memberikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi dengan

medis yang diperlukan.


2. Pada tahap pelaksanaan

Peran perawat pada klien dengan gangguan jiwa, yaitu:

a. Peran pelaksana: membimbing klien dengan jenis kegiatan rehabilitasi sesuai

dengan kemampuan klien, mengobservasi perilaku klien selama kegiatan


rehabilitasi, memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam melaksanakan
kegiatan rehabilitasi, memberikan dukungan jika klien belum bisa
menyelesaikan kegiatan.
b. Peran wali: membimbing klien mengenali dirinya dengan sosok yang ia

bayangkan dengan mendampingi klien selama kegiatan rehabilitasi


3. Tahap pengawasan dan evaluasi

Peran perawat pada klien dengan gangguan jiwa, yaitu:


a. Peran pendidik: kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang

klien tidak ketahui dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam
menerima dan menggunakan informasi. Perawat memberikan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang spesifik meliputi segala hal tentang rehabilitasi
yang dijalani oleh klien dan menginterpretasikan kepada klien dan keluarga
bagaimana cara perawatan klien dan rencana perawatan selanjutnya setelah
dilakukan rehabilitasi
b. Peran kepemimpinan: membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui

hubungan yang kooperatif dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim
kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi dalam hal ini dengan
social worker untuk home visite apabila klien sudah kooperatif dan
direncanakan akan dilakukan pemulangan ke rumah.
c. Peran pelaksana: melakukan dokumentasi dengan menerapkan prinsip

dokumen.

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi Ketujuh. Surabaya: Airlangga
Universitas Press
Stuart, GW. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Terjemahan dari Pocket Guide To
Psychiatric Nursing. Jakarta: EGC
Stuart & Sundeen. 1995. Principels and Practice of Psyciatrics Nursing. Mosby-Year
Book, Inc. USA.

Anda mungkin juga menyukai