PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan suatu rongga melalui suatu defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia inguinalis lateralis terlihat sebagai
suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap suatu tuberkulum pubikum, tonjolan dapat
timbul apabila pasien menangis, megejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara
spontan bila pasien dalam keadaan istirahat dan terlentang. Hernia biasanya berisi usus atau
mesenterum. Pada perempuan, ovarium dapat mengalami herniasi.
Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab
di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong isi hernia. Hernia
inguinalis lateralis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika tidak
dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam kanalis
inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian
usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada
dinding perut agar hernia inguinalis lateralis tidak berulang
Hernia inguinalis lateralis sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.itu
disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita
semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum
(kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang
berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu
tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk melaporkan dan membahas kasus pasien
dengan Hernia Inguinalis Lateralis dengan menitikberatkan pada proses diagnosis),
penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosisnya.
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
2.1
2.2
Identitas Pasien
Nama Pasien
: Tn. S
Usia
: 56 thn
Alamat
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Masuk RS
ANAMNESIS
2.2.1
2.2.2
berat ataupun batuk atau bersin dan kemudian bisa masuk kembali saat istirahat
dan berbaring. Sejak 6tahun yang lalu pasien sudah mengeluhkan benjolan yang
terkadang keluar pada testis. Mulai 12 jam smrs benjolan tidak bisa masuk sama
sekali. Sudah 2 minggu ini benjolan sering muncul dan semakin nyeri pada
daerah benjolan dan nyeri menetap saat benjolan timbul. Ketika berbaring nyeri
berkurang dan kadang menghilang. Karena benjolan semakin membesar dan
dirasakan nyeri maka pasien segera ke Rumah Sakit. Pasien mengeluhkan mual
+ dan muntah + sebanyak 2x, berisi makanan, darah -, perut kembung -, panas
badan -, batuk lama-, nyeri kepala -, BAB (pasien BAB 1x/hari, tidak
mengeluhkan BAB sulit, BAB warna kuning dan lembek), dan BAK normal .
Riwayat Penyakit Dahulu:
Penrah mengalami keluhan yang sama sudah 6thn yll. DM- HT -.
2.2.3
2.2.4
Riwayat Sosial
Pasien seorang petani sehingga sering mengangkat barang-barang berat.
2.3
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan gizi
: cukup
Tekanan darah
: 117/97 mmHg
Nadi
: 85 x/menit
Suhu
: 36 0C
Pernafasan
: 20 x/menit
: a/i/c/d -/-/-
Abdomen : slight distended, Hepar dan Lien tidak teraba, BU (+) normal, massa
(-), nyeri tekan epigastrium (+)
Ektremitas: Akral hangat, kering, merah. Edema (-), capillary refill time < 2
2.3.2 Status lokalis regio inguinal sinistra
Pada posisi terlentang:
- Inspeksi:
Tanpa mengedan (tampak benjolan pada daerah inguinal sinistra, tidak tampak
benjolan pada inguinalis dextra, tanda radang -).
Dengan mengedan (tampak benjolan bentuk lonjong pada daerah inguinal
sinistra, tidak tampak benjolan pada inguinal dextra, tanda radang -)
- Palpasi:
Inguinal sinistra: Bentuk agak lonjong, benjolan sinistra tidak dapat masuk
kembali, permukaan licin rata, teraba kenyal, nyeri tekan +, mobile, finger test:
teraba di ujung jari, thumb test: tidak teraba).
- Auskultasi: Bising usus + normal
2.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam batas normal
2.5
DAFTAR MASALAH
RENCANA DIAGNOSIS
2.7
Darah Lengkap
Foto Thorax PA
RENCANA TERAPI
-
2.8
MRS
- Infus RL 1000cc/24 jam Maintenance Aering 1500cc/24jam
- Inj ceftriaxon 2x1gr
- Inj Ranitidin 2x1amp
- Inj Metamizole 3x1amp
- Pasang kateter foley
- Konsul Sp.B Rencana cito op
RENCANA EDUKASI
Menjelaskan kepada pasien & keluarga tentang kondisi pasien, tindakan yang akan
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Embriologi
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati
canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri
terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.3
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum ke dalam
tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian dibungkus oleh suatu lipatan refleksi
prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis dikenal sebagai tunika
vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika vaginalis
testis lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum, menutup pada saat lahir atauu segera sesudahnya. Disamping
dibungkus oleh lapisan-lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga
terbungkus di dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior yang
dilewatinya.4
Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk
kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi processus vaginalis
oleh tunika vaginalis mengakibatkan berbagai anomaly inguinal.5
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
Seperti pada gambar dibawah ini
dalam,
Stratum
membranosum
(fascia
scarpae):
stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior,
stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu dengan
fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama
dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus
eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
Ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah
aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke
ramus superior tulang pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan paling bawah
dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus
yang berasal dari daerah Sias.5
10
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan melanjutkan
diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga pelvis.6
Saraf-saraf dinding anterior abdomen:6
11
Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.
Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari
anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica
Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
12
13
14
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada
laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis inguinalis
untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut
muskulus obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis
profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat
di belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabutserabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae
fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior
dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior
abdomen dilindungi oleh tungkai atas.
3.4 Funikulus Spermatikus6
Funikulus spermatikus berawal pada anulus inguinalis profundus yang terletak
lateral terhadap arteria epigastrica inferior dan berakhir di testis. Struktur-struktur
pada funikulus spermatikus adalah sebagai berikut: 1. Vas deferens, 2. Arteria
testikularis, 3. Vena testikularis, 4. Pembuluh limfatik testis, 5. Saraf-saraf otonom, 6.
15
Dasarnya
dibentuk
oleh
fascia
transversalis
yang
diperkuat
serat
16
disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini
adalah hernia indirek.
Pengertian hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia
Hernia merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang
abnormal. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.
Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
17
18
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis,
antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis yang terbuka
(baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi
otot, dan hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit
sistemik.
tertentu.
Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia
melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra
abdominal.
b. Hernia akuisita
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa
operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke
cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa
19
nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ
disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,
dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda
ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke
arah luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica
b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax,
bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
-
20
21
kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis
inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis
Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga
abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan
bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin
dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia
mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal nuck
Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah, lapisan prosesus
vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal di
sekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal.
Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan
bagian distal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis
22
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi
saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di
regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Pada
pemeriksaan secara auskultasi, bila isi hernia berupa usus maka bising usus dapat terdengar.
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti
jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan
(externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie), Secara klinis
HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :
1.
Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2.
Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3.
Penderita disuruh batuk:
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
23
gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal
ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es
diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan
operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi
seperti pada gambar :
24
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun cara yang
berumur
lebih
dari
4000
tahun
ini
masih
saja
dipakai
sampai
sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit
dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus
spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari testis
B. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia
adalah herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang
dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi.
25
Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap,
terutama pada hernia inguinalis sinistra.
26
Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama
Eduardo Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah
penjahitan conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis. Kemudian metode Bassini tersebut
dikembangkan dengan berbagai variasinya. Shouldice pada tahun 1953 memperkenalkan
multilayered repair dan metode ini dianggap sebagai operasi pure tissue repair yang paling
sukses dengan angka rekurensi <1%.
27
28
29
30
pori dan lebih lemas, mempunyai tekstur berbutirbutir untuk mencegah penggelinciran, dan
hanya mempunyai kecenderungan minimal untuk melengkung jika dibengkokkan ke dua arah
sekaligus.
3.1.8. Komplikasi
Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai Strangulata dengan
gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi operasi hernia dapat
berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens,
atau buli-buli. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak
maka dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinodynia" yang biasanya disebabkan oleh
kerusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, neuroma, jaringan parut,
misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi hernia, penyempitan
cincin inguinal di sekitar korda spermatika, dan periostitis.
Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi jangka panjang dapat berupa
atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis dan residif.
3.1.9. Prognosis
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden
terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati
1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada
riwayat inkarserata atau strangulasi.
Insiden hernia yang residif bergantung pada usia pasien, letak hernia, teknik
hernioplasti yang dipilih dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat
jarang residif. Angka residif hernia inguinalis indirek pada segala usia lebih rendah bila
dibandingkan dengan hernia inguinalis direk atau hernia femoralis.
31
BAB 4
PEMBAHASAN
32
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien Tn. AM usia 26 tahun
mengeluh keluhan benjolan pada selangkangan kiri, benjolan tidak semakin membesar dan
terkadang disertai rasa kemeng saat dibuat berjalan. benjolan muncul jika pasien mengedan
atau saat mengangkat benda berat atau bersin. Benjolan sempat hilang timbul namun sejak 2
minggu ini benjolan tidak menghilang saat berbaring dan istirahat. Pasien mengeluhkan
benjolan seperti ini sejak 1 tahun yang lalu, Mulai 1 minggu ini benjolan terasa semakin
nyeri, ketika berbaring nyeri berkurang dan kadang menghilang. mual (-), muntah (-),
kembung (-), panas badan (-), tidak bisa kentut (-), batuk lama (-), BAB 1x sehari, BAB
warna kuning, dan lembek, saat BAB pasien sering mengejan, frekuensi BAK 6x dalam
sehari, BAK tidak puas -, pancaran BAK lemah-, BAK menetes -, nyeri saat BAK-, warna
kuning dan banyak.
Pada pemeriksaaan fisik status lokalis regio inguinal sinistra didapatkan
Pada posisi terlentang:
Inspeksi:
Tanpa mengedan (tampak benjolan pada daerah inguinal sinistra, tidak tampak benjolan
pada inguinalis dextra, tanda radang -).
Dengan mengedan (tampak benjolan bentuk lonjong pada daerah inguinal sinistra, tidak
tampak benjolan pada inguinal dextra, tanda radang
Palpasi:
33
Inguinal sinistra: Bentuk agak lonjong, benjolan sinistra tidak dapat masuk kembali,
permukaan licin rata, teraba kenyal, nyeri tekan +, mobile, finger test: teraba di ujung jari,
thumb test: tidak teraba).
Auskultasi: Bising usus + normal
Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada benjolan di selangkangan kiri. Timbulnya
nyeri kemungkinan disebabkan penurunan isi hernia. Nyeri bersifat
menjalar ke pusat perut. Hal ini kemungkinan terjadi karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia, dan jenis nyeri termasuk
nyeri visceral. Pada kasus ini HIL bukan jenis inkaserata/strangulasi, karena pasien tidak
mengeluh nyeri hebat, dan tidak sertai
inkarserata (L.: incarceratio = terperangkap) atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan dengan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata (L.: strangulare = mencekik).
Pada kasus ini, pasien termasuk HIL ireponible inguinal sinistra, karena pada hernia
ireponible adalah bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini
disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku
(misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus.
Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi
daripada hernia reponibel.
Diagnosis banding pasien ini adalah :
1. Hidrokel
Hidrokel adalah kumpulan cairan serosa yang disekresi oleh tunika vaginalis dan
terletak di dalam tunika vaginalis atau prosesus vaginalis. Selama perkembangannya testis di
34
selubungi oleh peritoneum lapis ganda yang akan menjadi tunika vaginalis, yang
menghubungkan tunika vaginalis dengan peritoneum dan akhirnya menjadi hilang. Jika
proses vaginalis tetap bertahan, cairan peritoneal dapat terbawa ke dalam rongga yang
terdapat di sekitar testis sehingga menjadi hidrokel komunikans. Sedangkan jika yang terjadi
adalah prosesus vaginalis dihilangkan dan memerangkapkan cairan di dalam tunika vaginalis
maka hal tersebut akan menghasilkan hidrokel non-komunikans. Gejala klinis yang sering
ditemukan, antara lain ada benjolan di skrotum yang tidak nyeri, serta benjola di skrotum
yang tidak berubah sepanjang hari. Pada palpasi teraba kistik dan pemeriksaan transiluminasi
(hasil +)
2. Varikokel
Varikokel adalah dilatasi pleksus vena pampiniformis dan vena spermatika interna
yang berada di dalam skrotum. Varikokel adalah etiologi yang jelas penyebab penurunan
fungsi testis. Kelainan yang sering muncul adalah belum mempunyai anak setelah bebrapa
tahun menikah, adanya benjolan di atas testis, dan nyeri pada testis.
3.
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke anterior
melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika inferior.
Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak
pernah ditemukan pada wanita.
Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi atau
inkaserata. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah
peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach,
batuk yang kronik, dan kerja berat. Gejala yang sering dirasakan penderita hernia ini adalah
nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila
melakukan pekerjaan yang sangat berat.
35
4. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di
tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.
5. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal
pada hernia femoralis.
6. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya
dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian
tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak
berhubungan dengan aktivitas demikian
Tatalaksana pada kasus ini adalah :
-
MRS
- Infus RL 1000cc/24 jam
- Inj cefotaxime 3x1gr
- Pasang kateter foley
- Puasa
- Konsul Sp.B
BAB 5
KESIMPULAN
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Kaynak B, Celik F, Guner A, et al. Moloney darn repair versus Lichtenstein mesh
hernioplasty for open inginal hernia repair. Surg Today 2007; 37:958-60
Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery.
18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG, Williams
NS.Bailey & Loves Short Practice Of Surgery, 22nd Edition London: ELBS With
Chapmann & Hall; 1995. p.1277 90.
Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi ke- 3,
Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000. p.313-317
Mcintosh A, Hutchinson A, Roberts A et al. Evidence-based management of groin hernia
in primary care. Oxf j Surg 2000; 17: 442-7.
Read RC. Inguinofemoral Herniation: Evolution of repair through the anterior approach
to the groin. Dalam: Zuidema GD, Yeo CJ, eds. Shackelfords surgery of alimentary
tract, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2002. p.101-14.
Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, edisi
VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 18.
Sjamsuhidajat, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010. p.619 36.
38
Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschrafts
pediatric surgery. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. p.669
Stead LG, et al. First aid for the surgery clerkship, International edition. Singapore: The
Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2003. p.307 17.
Widjaja, H. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. p.21-5.
39