PENDAHULUAN
Anestesi umum adalah suatu tindakan yang membuat pasien tidak sadar
selama prosedur medis, sehingga pasien tidak merasakan atau mengingat apa pun
yang terjadi. Anestesi umum biasanya dihasilkan oleh kombinasi obat intravena
dan gas yang dihirup (anestesi). "Tidur" pasien yang mengalami anestesi umum
berbeda dari tidur seperti biasa. Otak yang dibius tidak merespon sinyal rasa sakit
atau manipulasi bedah.
Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan pernapasan pasien
dan memantau fungsi vital tubuh pasien selama prosedur anestesi berlangsung.
Anestesi umum diberikan oleh dokter yang terlatih khusus, yang disebut ahli
anestesi, ataupun bisa juga dilakukan oleh perawat anestesi yang berkompeten.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identifikasi
Nama
: Ny. LM
Umur
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Suku bangsa
: Sumatera
Agama
: Islam
Alamat
: Rumah Tumbuh
No. RM
: 179202
MRS
: 23 Maret 2016
II. Anamnesis
Tanggal
: 29 Maret 2016
Diberikan oleh
III.
PemeriksaanFisik
I.
Pemeriksaan Umum
II.
Keadaan umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Suhu
: 36,70C
BB
: 58 kg
Tekanan darah
: 150/90 mmHg
Pernafasan
: 19 x/menit, reguler
Nadi
Pemeriksaan Khusus
Kepala
Mata: CA (-), SI (-), pupil bulat, isokor, sentral D: 3mm/3mm. Edema palpebral
(-)
Hidung: sekret, darah (-), deviasi septum (-)
Mulut: mukosa bibir pucat (-) sianosis (-) atrofi papil lidah (-), buka mulut 3 jari,
gigi goyang (-) ompong (-), gigi palsu (-), Malampati I, Faring/tonsil: Arkus
faring simetris, uvula ditengah, palatum mole (+), tonsil T1 T1 hiperemis (-),
detritus (-), kripta tidak melebar, tidak mudah berdarah.
Leher: Jejas (-), deformitas (-), JVP 5-2 cmH2O, Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru: statis-dinamis simetris, sonor, vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung: BJ I-II (+) normal, HR = 94 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: datar, lemas, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan (+) supra pubis,
tymphani, BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, pucat (-), edema (-)
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak didapatkan hasil laboratorium pada status pasien.
V.
Diagnosis Kerja
Diagnosa Bedah
Diagnosa Anestesi
VI. Terapi
- Infus Asering 500 ml
- Informed consent operasi
- Konsul bagian anestesi
- Informed consent pembiusan
VI.
VI.
Rencana Anestesi
a. Jenis pembedahan
: Eksisi
b. Jenis anestesi
: General anestesi
c. Teknik anestesi
d. Lama anestesi:
: 60 menit
e. Lama operasi
: 60 menit
f. Premedikasi
: Ondansetron 4 mg
g. Induksi
h. Medikasi tambahan
:-
: 60 menit
d. Premedikasi
: Ondansetron 4 mg
e. Induksi
f. Medikasi tambahan
:-
g. Relaksasi
:-
h. Respirasi
: Terkontrol
i. Posisi
: Supinasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pentothal
Cara Pemberian:
Larutan 2,5% dimasukkan IV pelan-pelan 4-8 CC sampai penderita
tidur, pernapasan lambat dan dalam. Apabila penderita dicubit tidak
bereaksi, operasi dapat dimulai. Selanjutnya suntikan dapat ditambah
secukupnya apabila perlu sampai 1 gram.
Kontra Indikasi:
1.Anak-anak di bawah 4 tahun
2.Shock , anemia, uremia dan penderita-penderita yang lemah
3.Gangguan pernafasan: asthma, sesak nafas, infeksi mulut dan saluran
nafas
4.Penyakit jantung
5.Penyakit hati
6.Penderita yang terlalu gemuk sehingga sukar untuk menemukan vena
yang baik.
Ketalar (Ketamine)
Diberikan IV atau IM berbentuk larutan 10 mg/cc dan 50 mg/cc.Dosis: IV
1-3 mg/kgBB,IM 8-13 mg/kgBB1-3 menit setelah penyuntikan operasi
dapat dimulai.
Penggunaan:
jantung,
roentgen
foto,
pemeriksaanmata,
telinga,
- Faktor jaringan.
- Faktor obat anestesi.
Faktor respirasi
Sesudah obat anestesi inhalasi sampai di alveoli, maka akan mencapai
tekanan parsiel tertentu, makin tinggi konsentrasi zat yang dihirup tekanan
parsielnya makin tinggi. Perbedaan tekanan parsiel zat anestesi dalam alveoli dan
di dalam darah menyebabkan terjadinya difusi. Bila tekanan di dalam alveoli lebih
tinggi maka difusi terjadi dari alveoli ke dalam sirkulasi dan sebaliknya difusi
terjadi dari sirkulasi ke dalam alveoli bila tekanan parsiel di dalam alveoli lebih
rendah (keadaan ini terjadi bila pemberian obat anestesi dihentikan.
Makin tinggi perbedaan tekanan parsiel makin cepat terjadinya difusi.
Proses difusi akan terganggu bila terdapat penghalang antara alveoli dan sirkulasi
darah misalnya pada udem paru dan fibrosis paru. Pada keadaan ventilasi alveoler
meningkat atau keadaan ventilasi yang menurun misalnya pada depresi respirasi
atau obstruksi respirasi.
Faktor sirkulasi
Aliran darah paru menentukan pengangkutan gas anestesi dari paru ke
jaringan dan sebaliknya. Pada gangguan pembuluh darah paru makin sedikit obat
yang dapat diangkut demikian juga pada keadaan cardiac output yang menurun.
Blood gas partition coefisien adalah rasio konsentrasi zat anestesi dalam
darah dan dalam gas bila keduanya dalam keadaan keseimbangan. Bila kelarutan
zat anestesi dalam darah tinggi/BG koefisien tinggi maka obat yang berdifusi
cepat larut di dalam darah, sebaliknya obat dengan BG koefisien rendah, maka
cepat terjadi keseimbangan antara alveoli dan sirkulasi darah, akibatnya penderita
mudah tertidur waktu induksi dan mudah bangun waktu anestesi diakhiri.
Faktor jaringan
Yang menentukan antara lain:
Stadium anestesi
Kedalaman anestesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi anestesi, agar
tidak terlalu dalam sehingga membahayakan jiwa penderita, tetapi cukup adekuat
untuk melakukan operasi. Kedalaman anestesi dinilai berdasarkan tanda klinik
yang didapat. Guedel membagi kedalaman anestesi menjadi 4 stadium dengan
melihat pernafasan, gerakan bola mata, tanda pada pupil, tonus otot dan refleks
pada penderita yang mendapat anestesi ether.
1. Stadium I
Disebut juga stadium analgesi atau stadium disorientasi. Dimulai sejak
diberikan anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini operasi
kecil bisa dilakukan.
2. Stadium II
4.
Stadium IV
Dari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. Juga disebut stadium
over dosis atau stadium paralysis. Ditandai dengan hilangnya semua
refleks, pupil dilatasi, terjadi respiratory failure dan dikuti dengan
circulatory failure.
bersertifikat, obat-obatan dan peralatan yang tepat, serta keadaan pasien yang
optimal.
Persyaratan minimum untuk anestesi umum
Kebutuhan infrastruktur minimum untuk anestesi umum termasuk ruang
yang cukup terang dengan ukuran yang memadai, sebuah sumber oksigen
bertekanan (paling sering di pipa); perangkat hisap yang efektif; monitor yang
sesuai dengan standar ASA (American Society of Anesthesiologist) , termasuk
denyut jantung, tekanan darah, EKG, denyut nadi oksimetri, kapnografi, suhu,
dan konsentrasi oksigen terinspirasi dan dihembuskan dan zat anestesi yang
diaplikasikan.
Selain ini, beberapa peralatan dibutuhkan untuk memasukkan zat anestesi.
Alat yang sederhana seperti jarum dan jarum suntik, jika obat harus diberikan
sepenuhnya
intravena.
Dalam
sebagian
besar
keadaan,
ini
berarti
Skor Mallampati yang tinggi telah terbukti menjadi prediksi intubasi sulit.
Namun, tidak ada sistem penilaian yang sensitive 100% atau spesifik 100% .
Akibatnya, praktisi mengandalkan beberapa kriteria dan pengalaman mereka
untuk menilai jalan napas.
Pelaksana anestesi bertanggung jawab untuk menilai semua faktor yang
mempengaruhi kondisi medis pasien dan memilih teknik anestesi yang optimal
sesuai kondisi pasien. Beberapa pertimbangan dalam melakukan anestesi umum
meliputi:
Keuntungan
-
Kekurangan
-
anestesi:
Rebreathing
Reservoir bag
Sodalime
Tingkat polusi
Tingkat
kamar operasi
keborosan obat
Open
++++
+++
Semi open
+++
++
Semi closed
++
Closed
Dengan demikian tekanan parsiel obat anestesi di alveoli juga berangsurangsur turun, sehingga lebih rendah dibandingkan dengan tekanan parsiel obat
anestesi inhalasi didalamdarah. Maka terjadilah difusi obat anestesi inhalasi dari
dalam darah menuju ke alveoli. Semakin tinggi perbedaan tekanan parsiel tersebut
kecepatan difusi makin meningkat. Sementara itu oksigen dari alveoli akan
berdifusi ke dalam darah.
Semakin tinggi tekanan parsiel oksigen di alveoli (akibat oksigenisasi)
difusi kedalam darah semakin cepat, sehingga kadar oksigen di dalam darah
meningkat, menggantikan posisi obat anestesi yang berdifusi menuju ke alveoli.
Akibat terjadinya difusi obat anestesi inhalasi dari dalam darah menuju ke alveoli,
maka kadarnya di dalam darah makin menurun.
Turunnya kadar obat anestesi inhalasi tertentu di dalam darah, selain
akibat difusi di alveoli juga akibat sebagian mengalami metabolisme dan ekskresi
lewat hati, ginjal, dan keringat. Kesadaran penderita juga berangsur-angsur pulih
sesuai dengan turunnya kadar obatanestesi di dalam darah. Bagi penderita yang
mendapat anestesi intravena, maka kesadarannya, berangsur-angsur pulih dengan
turunnya kadar obat anestesi akibat metabolisme atau ekskresi setelah pemberinya
dihentikan.
Selanjutnya pada penderita yang dianestesi dengan respirasi spontan tanpa
menggunakan pipa endotrakheal maka tinggal menunggu sadarnya penderita,
sedangkan bagi penderita yang menggunakan pipa endotrakheal maka perlu
dilakukan ekstubasi(melepas pipa ET). Ekstubasi bisa dilakukan pada waktu
penderita masih teranestesi dalam dan dapat juga dilakukan setelah penderita
sadar. Ekstubasi pada keadaan setengah sadar membahayakan penderita, karena
dapat terjadi spasme jalan napas, batuk, muntah, gangguan kardiovaskuler,
naiknya tekanan intra okuli dan naiknya tekanan intra cranial.
Ekstubasi pada waktu penderita masih teranestesi dalam mempunyai
resiko tidak terjaganya jalan nafas, dalam kurun waktu antara tidak sadar sampai
sadar. Tetapi ada operasi tertentu ekstubasi dilakukan pada waktu penderita masih
teranestesi dalam. Pada penderita yang mendapat balance anestesi maka ekstubasi
dilakukan setelah napas penderita adekuat. Untuk mempercepat pulihnya
Nilai
1. Kesadaran:
Sadar penuh
Bangun bila dipanggil
Tidak ada respon
2
1
0
2. Respirasi:
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan
Apnoe
2
1
0
2
1
0
2
1
0
5. Warna kulit
Normal
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik
Cyanotic
2
1
0
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien, Ny. LM, 38 tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi
eksisi Fibroadeno Mammae (FAM) sinistra pada tanggal 29 Maret 2016 dengan
diagnosis pre operatif Fibroadeno Mammae (FAM) sinistra. Persiapan operasi
dilakukan pada tanggal 28 Maret 2016.
Dari anamnesis terdapat keluhan nyeri dengan benjolan di payudara kiri
yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir. Benjolan dapat digerakkan, nyeri (-),
demam (-), dan mual (-).
Satu minggu yang lalu, os datang ke RS dengan keluhan nyeri pada
benjolan di regio mammae sinistra, benjolan dirasakan membesar, demam (+),
mual dan muntah (-).
Karena , dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi kistektomi.
6 bulan yang lalu, os mengeluh terasa benjolan pada regio mammae
sinistra, tidak ada nyeri, benjolan dapat digerakkan, demam (-), mual dan muntah
(-).
Dari pemeriksaan laboratorium hematologi yang dilakukan tanggal 21
Desember 2015. Hb :11,7 g/dl Leukosit
mm3,BT : 3 C: 6
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan, tekanan darah: 120/80
mmHg, Nadi : 84x/menit, Respirasi : 22x/menit; Suhu : 36,7OC.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA I.
Persiapan operasi :
Pemberian maintenance cairan sesuai dengan berat badan pasien yaitu 58
kg, maka cairan yang diberikan sebanyak 2352 cc/24jam atau 98 cc/jam
Look externally jejas (-), gigi goyang (-), ompong (-), lidah besar (-),
leher pendek (-)
Evaluate 3-3-2 rule Baik
Mallampati Grade I
Obstruction Tidak ada
Neck mobility kaku (-)
Dilakukan pemasangan ETT jenis kinking dengan size 7.0, Intubasi
berhasil dilakukan tanpa hambatan.
Kemudian dialirkan sevofluran 2 vol%, oksigen sekitar 50 ml/menit
sebagai anestesi rumatan. Ventilasi dilakukan dengan bagging dengan laju napas
20 x/menit. Sesaat setelah operasi selesai gas anestesi (N2O) diturunkan untuk
menghilangkan efek anestesi perlahan-lahan dan untuk membangunkan pasien.
Juga diharapkan agar pasien dapat melakukan nafas spontan menjelang operasi
selesai.
Operasi selesai tepat jam 12.15 WIB. Lalu mesin anestesi diubah ke
manual supaya pasien dapat melakukan nafas spontan. Dilakukan bagging untuk
mempertahankan ventilasi selama menunggu pasien bernafas spontan. Gas
sevofluran dihentikan karena pasien sudah nafas spontan dan adekuat. Kemudian
dilakukan ekstubasi endotracheal secara cepat untuk menghindari penurunan
saturasi lebih lanjut.
Total cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 500 cc Ringer Laktat.
Perdarahan pada operasi ini kurang lebih 200 cc. Pada pukul 12.10 WIB, sebelum
selesai pembedahan dilakukan pemberian analgetik, injeksi ketorolac 30 mg
diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang
sampai berat setelah prosedur pembedahan.
Pada pukul 12.15 WIB, pembedahan selesai dilakukan, dengan
pemantauan akhir TD 122/78 mmHg; Nadi 86x/menit, dan SpO2 99%.