Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Eklampsia merupakan peningkatan lebih berat dan
berbahaya dari pre-eklampsia.dengan tambahan gejala kejang atau koma. Oleh karena itu,
pre-eklampsia dan eklampsia sering disebut sebagai toxemia gravidarum.
Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Oleh kerena
itu, penyakit ini disebut juga the disease of many theories in obstetrics."
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklamsia adalah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian
dengan penyakit ini. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pre-eklampsia
dan eklampsia.
Patofisiologi
Perubahan pokok pada pre-eeklamsia, yang terjadi adalah vasospasmus pembuluh
darah (arteriola) pada seluruh vaskuler ibu yang secara otomatis menyebabkan kelainan
pada berbagai organ tubuh.
Pada otak terjadi penurunan perfusi dan suplai oksigen ke otak sampai 20%.
Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya perdarahan otak dan
kejang / eklampsia, sehingga pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan
pada korteks serebri.
Pada retina, terjadi spasmus pada arteriola-arteriola, terutama pada discus optius,
sehingga terjadi peningkatan tekanan pada arteriola tersebut yang lama-kelamaan dapat
menimbulkan edema pada discus optikus dan retina sampai terjadinya ablatio retina yang
berakibat timbulnya buta sekonyong-konyong. Hal ini merupakan

indikasi untuk

pengakhiran kehamilan dengan segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina


melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara menetap jarang
ditemukan.

Pada hati, dengan pemeriksaan mikroskopik ditemukan adanya perdarahan dan


nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil terutama
disekitar vena porta.
Pada biopsi ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968), menunjukkan pada preeklamsia kelainan berupa spasmus pembuluh darah ke glumerolus, kerusakan pada epitelepitel tubulus, sehingga menyebabkan hipoperfusi (yang menyebabkan terjadinya
penurunan filtrasi natrium dan air) dan terjadinya proteinuria (sindroma nefrotik pada
kehamilan). Arus darah efektif ginjal berkurang sampai 20%, filtrasi glomerulus
berkurang sampai 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis
tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh di atas normal.
Perubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah patofisiologi
yang terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang menentukan hasil akhir
kehamilan, yaitu terjadinya :
1. Vasospasmus arteriola spiralis desidua yang menyebabkan iskemia uteroplasenter,
menyebabkan ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran
perfusi darah sirkulasi yang berkurang.
2. Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, yang
mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga meningkatkan kepekaan
vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron) sehingga
terjadi tonus pembuluh darah yang lebih tinggi.
3. Karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen dan
nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai
hipoksia dan kematian janin.

Frekuensi
Pada primigravida terutama primigravid muda (<25 tahun), frekuensinya lebih tinggi
daripada multigravida. Primitua (>35 tahun), mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops
foetalis (mencapai 50% kasus), diabetes mellitus, ibu yang obesitas juga mamiliki
frekuensi yang tinggi.

Gambaran Klinik
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada pemeriksaan berat
badan, apabila terdapat kenaikan 1 kg seminggu yang berulang, hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-ekalmpsia. Penyakit ini biasanya
ditemukan pada kehamilan trimester III. Apabila telah terdapat hipertensi sebelum
kehamilan, maka hipertensi ini adalah hipertensi yang menahun.

Diagnosis
Diagnosis pada pre-eklampsia ditegakkan berdasarkan :
1. Peningkatan tekanan darah yang lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg atau
peningkatan tekanan sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg
2. Proteinuria signifikan, 300 mg/24 jam atau > 1 g/ml (1+ atau 2+), diukur pada dua kali
pemeriksaan dengan jarak waktu 6 jam
3. Edema umum atau peningkatan berat badan berlebihan terdapat kenaikan 1 kg
seminggu yang berulang.
Kriteria diatas umumnya disebut dengan pre-eklampsia ringan (PER).
Kriteria Diagnostik Pre-eklampsia Berat (PEB):
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg.
2. Proteinuria >3g/liter ( (3+ atau 4+) pada tes celup strip.
3. Oliguria, diuresis < 400 ml dalam 24 jam
4. Sakit kepala (frontal) hebat dan gangguan penglihatan (gangguan visus/penglihatan
kabur, diplopia, skotoma, perdarahan retina).
5 .Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen
6. Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus.
7. Edema paru atau sianosis.
8. Trombositopenia <100.000/ ml.
9. Pertumbuhan janin yang terhambat.

Penilaian kondisi janin pada pre-eklampsia adalah dengan :


1. Penilaian pertumbuhan janin
Pemantauan pertumbuhan tinggi fundus uteri
Pemeriksan USG
2. Penilaian ancaman gawat janin
Pemantauan gerakan janin
Non stress test dengan CTG
Pemeriksaan surfaktan dalam air ketuban
Impending eclampsia adalah pre-eklampsia berat (PEB) disertai satu atau lebih gejala :
nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, kenaikan tekanan
darah progresif. Ditangani sebagai kasus eklampsia.
Penatalaksanaan
Pengobatan pre-eklamsia yang tepat adalah pengakhiran kehamilan karena tindakan
tersebut menghilangkan sebabnya dan terjadinya eklampsia. Pada janin dengan berat
badan rendah pun kemungkinan hidup pada PEB lebih baik diluar uterus daripada di
dalam uterus. Pada umumntya indikasi untuk pengakhiran kehamilan adalah PER atau
PEB dengan kehamilan aterm (38 minggu), PEB dengan komplikasi, dan eklampsia.

Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia :


1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan :


1. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta
meningkat, aliran darah ke ginjal lebih banyak, tekanan vena pada tungkai menurun
dan resobsi cairan di tungkai bertambah.
2. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur.
3. Sebaiknya dianjurkan diet rendah garam.
4. Pemberian antihipertensi dan diuretik umumnya tidak dianjurkan, karena tidak
menghentikan proses dan memeperbaiki prognosis janin. Juga akan menutupi tanda
dan gejala PEB.
5. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
6. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau
pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
7. Dapat juga diberikan asetosal 1 x 80 mg perhari.
8. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat:
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
a. Aktif berarti kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
b. Konservatif berarti kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
Prinsipnya adalah tetap pemantauan janin dengan klinis ibu, USG, kardiotokografi.
1. Penanganan aktif.
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
- ada tanda-tanda impending eklampsia
- ada HELLP syndrome

- ada kegagalan penanganan konservatif


- ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
- usia kehamilan 38 minggu.
a. Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin. Tidak harus ruangan gelap.
b. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit. Dan berikan sedative kuat untuk mencegah terjadinya
kejang-kejang (diazepam 0,2-0,4 mg/kgBB, maks 40 mg/hari)
c. Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena
diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per
jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit).
Syarat pemberian MgSO4 : - frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit - tidak ada
tanda-tanda gawat napas - diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya - refleks
patella positif.
MgSO4 dihentikan bila : - ada tanda-tanda intoksikasi - atau setelah 24 jam pasca
persalinan - atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.
Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).
d. Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai umumnya nifedipin
dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan
10 mg lagi.
e. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan
dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea
dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus
pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum
atau cunam.
f. Apabila terdapat oligouria, sebaiknya penderita diberikan glukosa 20% i.v.
g. Pada kala II, dapat terjadi bahaya perdarahan otak, sehingga hendaknya persalinan
diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan narkose umum.
h. Ergometrin tidak boleh diberikan karena dapat menyebabkan vasokonstriksi yang

dapat meningkatkan tekanan darah. Boleh diberikan kecuali ada HPP karena atonia
uteri.
i. Pemberian obat penenang diteruskan sampai 48 jam post partum, karena ada
kemungkinan setelah persalinan berkhir, tekanan drah naik dan eklamsia timbul.
Selanjutnya obat tersebiut dikurangi bertahan dalam 3-4 hari.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.
a. Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila
sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.
b .Beri oksigen 4-6 liter/menit.
c. Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung
terminasi.
Penatalaksanaan eklampsia
Pada eklampsia, dapat terjadi kejang-kejang tonik-klonik dan selama serangan,
tekanan darah meninggi, nadi cepat, suhu meningkat sampai 40 C, Sebagai akibat daro
serangan dapat terjadi komplikasi seperti : (1) lidah tergigit, perlukaan dan fraktura; (2)
gangguan pernafasan; (3) solusio plasenta dan (4) perdarahan otak.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang
(kejang-kejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan neurologik lain) dan atau koma.
Komplikasi yang dapat tejadi pada eklamsia adalah :
1. Solutio plasenta
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis (terjadi ikterus)
4. Perdarahan otak (penyebab utama kematian maternal)
5. Kelainan mata (kehilangan penglihatan untuk sementara)

6. Edema paru (karena decomp cordis)


7. Nekrosis hari
8. Sindoma HELLP
9. Kelainan ginjal (anuria sampai renal failure)
10. Komplikasi lain seperti lidah tergigit, fraktura karena jatuh saat serangan,
pneumonia aspirasi, dan DIC.
11. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterine.
Tujuan pengobatan adalah menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan
fungsi organ vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas
aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis
hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.
a. Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.
b. Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4 dapat
ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit
setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya diberikan satu kali saja.
c. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB intravena perlahan-lahan.
d. Beri oksigen dalam kanul 4-6 liter / menit
e. Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar isolasi dengan penerangan cukup,
masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi
badan pada tempat tidur secukupnya.
Sikap dasar pada eklampsia
- Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan
dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu.
- Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu,
paling lama 4-8 jam sejak diagnosis ditegakkan. Yang penting adalah koreksi asidosis
dan tekanan darah.
Cara terminasi juga dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin.
- Bayi dirawat dalam unit perawatan intensif neonatus (NICU).
- Pada kasus pre-eklampsia / eklampsia, jika diputuskan untuk sectio cesarea, sebaiknya

dipakai anesthesia umum. Karena kalau menggunakan anestesia spinal, akan terjadi
vasodilatasi perifer yang luas, menyebabkan tekanan darah turun.
- Hati-hati mengguyur cairan (untuk mempertahankan tekanan darah) bisa terjadi edema
paru, risiko tinggi untuk kematian ibu.
- Pasca persalinan : maintenance kalori 1500 kkal / 24 jam, bila perlu dengan selang
nasogastrik atau parenteral, karena pasien belum tentu dapat makan dengan baik.
MgSO4 dipertahankan sampai 24 jam postpartum, atau sampai tekanan darah
terkendali.

Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro H. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T, dalam Ilmu Kebidanan edisi ketiga, cetakan kelima, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999. 281-300
2. Mansjoer A, Preeklampsia/Eklampsia. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,
Wardhani WI, Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid
pertama, Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001. 270-271
3. http://www.google.com/FKUI/eklampsia.html.

Anda mungkin juga menyukai