Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi
Tumor adalah pertumbuhan abnormal jaringan tubuh. Tumor bisa menjadi
kanker (Malignant) dan bisa juga tidak menjadi kanker (Benign ). Tumor bisa tumbuh
di jaringan tubuh manapun, misalnya tumor yang berada di saraf pusat. Tumor di saraf
pusat banyak macamnya, menurut WHO tumor yang berada di sistem saraf terbagi
menjadi 6 yaitu, tumor jaringan saraf epitel, tumor kranial dan saraf paraspinal, tumor
menings, limfoma dan hematohoietic, tumor sel germ, tumor reio sellar, dan tumor
metastasis. Astrosit tumor adalah salah satu bagian dari tumor jaringan saraf epitel.(1)
Astrositoma berasal dari kata astrosit, yaitu merupakan sel glia yang paling
besar dan oma, yang berarti keganasan. Sehingga Astrositoma berarti keganasan dari
sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor otak yang paling sering dan mencakup
60% dari neoplasma glial.(2)
Tumor ini berasal dari sel-sel neuroglial astrosit dan dapat timbul baik dari
vermis atau lobus lateral pada cerebellum. Astrositoma kebanyakan ditemukan
berbatas tegas dan cenderung berupa kistik, dengan neoplasma terbatas pada nodul
dengan intramural yang kecil. Kadang-kadang, astrositoma membentuk massa tumor
padat yang melibatkan otak kecil, vermis, dan bagian otak yang terbuhubung dari lesi.
(3)
B. Epidemiologi
Sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat primer pada anak-anak adalah
astrositoma pada fossa posterior. Tumor saraf jarang terjadi. Ketika ini terjadi di masa
kanak-kanak, astrositoma sering dalam bentuk sederhana, lesi berkembang pesat yang
melibatkan otak kecil (medulloblastoma). Biasanya, perilaku neoplasma sistem saraf
pusat tidak dapat dengan mudah dikategorikan ke dalam jinak dibandingkan ganas,
karena (1) banyak lesi mungkin menunjukkan pertumbuhan lamban dan menyebabkan
kematian hanya dalm tahunan setelah diagnosis, dan (2) sebagian besar neoplasma.
Astrositoma merupakan tumor SSP yang paling sering terjadi, insidensinya sekitar
60% dari tumor otak yang lain di SSP. Ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma pada
seluruh tubuh, 80% terletak di intracranial, 20% terletak didalam kanalis
spinalis.Low-grade astrositoma insidensinya 25% dari seluruh glioma pada hemisfer
serebri. Dan dominan pada pria : wanita = 1,18 : 1.Astrocytoma anaplastik rata-rata
terjadi pada usia 41 tahun dan sering terjadi pada laki-laki.
C. Etiopatogenesis

Efek regional astrositoma berupa kompresi, invasi, dan destruksi parenkim


otak. Hipoksia arteri dan vena, kompetisi nutrien, pelepasan produk metabolisme
akhir (misalnya, radikal bebas, perubahan elektrolit, neurotransmitter), dan pelepasan
dan perekrutan sel-sel mediator (misalnya, sitokin) mengganggu fungsi parenkim
normal. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) disebabkan langsung oleh efek massa,
peningkatan volume darah, atau peningkatan volume cairan serebrospinal (CSF) dapat
memediasi gejala sisa klinis sekunder. Tanda dan gejala neurologis yang timbul pada
astrositoma akibat dari gangguan fungsi sistem saraf pusat (SSP). Defisit neurologis
fokal (misalnya, kelemahan, kelumpuhan, defisit sensorik, kelumpuhan saraf kranial)
dan kejang merupakan bermacam- macam karakteristik lokasi dari lesi.(6) Infiltrasi
low-grade astrositoma tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan malignant yang
lain. Waktu penggandaan untuk low-grade astrositoma diperkirakan 4 kali dari
astrositoma anaplastik. Pada beberapa tahun sering terjadi intervensi antara gejala
awal dan pembentukan diagnosis low-grade astrositoma. Salah satu seri terbaru
memperkirakan interval menjadi sekitar 3,5 tahun. Klinis ditandai dengan penurunan
bertahap dalam setengah dari kasus, penurunan bertahap dalam sepertiga kasus, dan
penurunan mendadak dalam 15% kasus. Kejang pada umumnya adalah gejala awal
pada sekitar setengah dari pasien dengan low-grade astrositoma.(6)
Transformasi maligna dari sel epitel saraf adalah proses yang bertahap
yang didorong oleh perubahan genetik akusisi yang berurutan. Satu karena diharapkan
semuan neoplasma astrositik, glioblastoma harus berisi perubahan genetik yang besar,
dan hal ini memang terjadi. Pada dasarnya kombinasi yang berbeda dari mutasi TP53,
hilangnya heterozigositas (LOH) pada kromosom 10 dan 17p dan amplifikasi EGFR,
adanya kumpulan glioblastoma dengan perubahan genetik yang berbeda,(1) telah
menjadi korelasi dengan jalur klinis untuk glioblastoma (glioblastoma primer dan
sekunder).(1)
D. Diagnosis
a. Gambaran Klinik
Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi Tekanan
intrakranial yang meningkat secara progresif menimbulkan gangguan kesadaran
dan manifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan sindrom unkus atau
sindrom kompresi diensefalon ke lateral, sindrom kompresi sentral rostrokaudal
terhadap batang otak dan herniasi serebelum di foramen magnum. Sebelum tahap

stupor atau koma tercapai, tekanan intrakranial yang meninggi sudah menimbulkan
gejala umum.(7) Gejala-gejala umum tekanan intrakranial yang meninggi
Gejala ini terdiri dari :
- Sakit kepala, merupakan gejala umum yang bisa dirasakan pada setiap tahap tumor
intrakranial. Sifat sakit kepala itu nyeri berdenyut-denyut atau rasa penuh di kepala
seolah-olah kepala mau meledak. Nyerinya paling hebat terjadi di pagi hari. Nyeri
kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari penderita.
Lokalisasi nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendiri. Tumor
di fossa kranii posterior hampir semuanya menimbulkan sakit kepala pada tahap
dini, yang berlokasi di kuduk sampai daerah suboksipital. Sebaliknya tumor
supratentorial jarang menimbulkan sakit kepala di oksiput, kecuali biamana tumor
supratentorial sudah berherniasi di tentorium.(7)
- Muntah, gejala muntah sering timbul pada pagi hari dengan sifat muntah pada
penderita dengan tekanan intrakranial yang meninggi adalah khas, yaitu proyektil
atau muncrat dan tidak didahului oleh mual.(7)
- Kejang fokal, dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial pada 15%
penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi tekanan intrakranial yang
melonjak secara cepat, terutama sebagai manifestasi glioblastoma multiforme.
Kejang tonik yang sesuai dengan serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul
pada tumor di fossa kranii posterior dan secara tidak tepat dinamakan oleh para ahli
neurologi dahulu cerebellar fits.(7)
- Gangguan mental, tumor serebri dapat mengakibatkan demensia, apatia, gangguan
watak dan inteligensi, bahkan psikosis, tidak peduli pada lokasinya. (7)
- Perasaan abnormal di kepala, banyak penderita dengan tumor intrakranial merasakan
berbagai macam perasaan yang samar, seperti enteng di kepala,pusing, atau
tujuh keliing. (7)
(3) Tanda-tanda lokalisatorik
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan
fungsi tempat yang didudukinya. Tanda-tanda itu ialah :
- Kelumpuhan saraf otak, karena desakan tumor saraf otak dapat tertarik atau tertekan.
Suatu tumor dapat mendesak batang otak sehingga mengalami gangguan. Saraf otak
yang sering terkena secara tidak langsung pada tumor intrakranial ialah saraf otak ke
3,4, dan ke 6. (7)

- Refleks patologik yag positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada penderita
dengan tumor di dalam salah satu hemisferium saja. Fenomena ini dapat dijelaskan
oleh adanya penggeseran mesensefalon ke sisi kontralateral, sehingga pedunkulus
serebri pada sisi kontralateral itu mengalami kompresi dan refleks patologik pada
sisi tumor menjadi positif. (7)
- Gangguan mental, dapat timbul pada setiap penderita dengan tumor intrakranial
yang berlokasi dimanapun. (7)
- Gangguan endokrin, dapat timbul karenan proses desak ruang di daerah hipofisis.(7)
- Ensefalomalasia, terjadi akibat kompresi arteri serebral oleh suatu tumor dapat
terjadi di daerah yang agak jauh dari tempat tumor sendiri, sehingga gejala defisit
yang timbul, misalnya hemianopsia atau afasia, tidak dapat dianggap sebagai gejala
lokalisatorik. (7)
(4) Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal.
- Simptom fokal dari tumor di lobus frontalis, sakit kepala merupakan manifestasi
dini, sedangkan papiledema dan muntah timbul pada tahaplanjut,bahkan mungkin
tidak akan muncul sama sekali. Gangguan mental dapat timbul sehubung dengan
tumor intrakranial di daerahmanapun, sedangkan gejala kompensatorik terhadap
kemunculan inteligensi biasanya berupa Witselsucht. Kejang tonik fokal yang
dinamakan kejang adversif merupakan simptom fokal lobus frontalis. (7)
- Simptom fokal tumor di daerah presentral, tumor yang menduduki girus presentralis
seringkali bertindak sebagai perangsang terhadap daerah motorik, sehingga
menimbulkan kejang lokal pada sisi kontralateral sebelum munculnya manifestasi
tekanan intrakranial yang meninggi. Bilamana tumor di daerah presentral sudah
menimbulkan destruksi struktural, maka manifestasinya berupa hemiparesis
kontralateral. Jika tumor tumbuh di falks serebri setinggi daerah presentralis, maka
paraparesis akan dijumpai. Juga gangguan miksi lebih sering dan erat berlokasi
dengan tumor di fissura sagitalis daripada di bagian lain dari otak. (7)
- Simptom fokal dari tumor di lobus temporalis, biasanya kurang menonjol terutama
lobus temporalis kanan yang diduduki. Kecuali bagian terdepan lobus temporalis
yaitu unkus yang terkena, muncullah serangan yang dinamakan uncinate fit.
Hemianopsia kuadran atas kontralateral harus dinilai sebagai tanda lokalisatorik
yang khas bagi lesi di lobus temporalis apabila ditemukan juga gejala-gejala peserta
yang menunjuk kepada tumor di daerah lobus temporalis,yaitu yang berupa tinitus,
halusinasi auditorik dan afasia sensorik, berupa apraksia. (7)

- Simptom fokal dari tumor di lobus parietalis, tumor yang menduduki daerah korteks
lobus parietalis dapat merangsang korteks sensorik, sebelum manifestasi lain
dijumpai. (7)
- Simptom fokal dari tumor di lobus oksipitalis, tumor yang menempati sangat jarang.
Bila ada maka gejala yang muncul adala sakit kepala di oksiput. Bisa juga
menyebabkan gangguan medan penglihatan dan agnosia visual. (7)
- Simptom fokal dari tumor di korpus kalosum, gejala yang khas terdiri dari gangguan
mental terutama cepat lupa. Demensia yang timbul sering disertai kejang umum atau
fokal tergantung pada luas dan lokasi tumor. (7)
(5) Tanda-tanda fisik diagnostik pada tumor intrakranial.
- Papiledema, timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau akibat penekanan
pada nervus optikus oleh tumor secara langsung. (8)
- Pada anak-anak, tekanan intrakranial yang meningkat dapat memperbesar ukuran
kepala dengan terenggangnya sutura. Pada perkusi terdengar bunyi kendi yang
rengat. Dan pada tumor jaringan vaskular atau malformasi vaskular, auskultasi
kepala dapat menghasilkan terdengarnya bising. (7)
- Hipertensi intrakranialmengakibatkan iskemia dan gangguan-gangguan kepada pusat
vasomotorik serebral, sehingga menimbulkan bradikardi dan tekanan darah yang
meningkat secara progresif. (7)
- Irama dan frekuensi pernapasan berubah akibat melonjaknya tekanan intrakranial.
Kompresi batang otak dari luar mempercepat pernapasan yang diselingi oleh
pernapasan jenis Cheyne-strokes. (7)
b. Gambaran Radiologi
i.CT SCAN
Gambar. 5.2.1 Astrositoma. Gambaran otak dengan menggunakan Computed
Tomography (CT) kontras dan non-kontras diperoleh dari pasien yang sama dan
menunjukkan astrositoma menyebabkan sebagian besar jaringan sekitarnya edema.
(A) CT scan non kontras menunjukkan sebagian besar area yang mengalami
kepadatan rendah akibat dari tumor dan edema (panah). CT scan kontras (B)
menunjukkan peningkatan tumor (panah) dikelilingi oleh daerah gelap atau low(8)
density edema.


ii. MRI
Gambar 5.2.2 Astrositoma. Astrositoma Grade II pada pria usia 30-tahun. Tanpa
peningkatan bobot-T2 pada MRI menunjukkan area yang berbatas tegas dengan
(9)
peningkatan sinyal intensitas pada lobus temporal kiri.

iii. NUKLIR

Gambar 5.2.3 Astrositoma.

(A) Gambar pada pasien setelah reseksi frontoparietal,


densitas tinggi pada lobus kiri. Positron Emission Tomogrphy (PET) menunjukkan
peningkatan aktivitas di wilayah lobus frontoparietal, konsisten dengan kekambuhan.
(B) Foto pada pasien lain sedang dievaluasi untuk kekambuhan pada astrositoma
bermutu tinggi. Gambar menunjukkan tidak ada peningkatan aktivitas normal untuk
(9)
menyarankan kekambuhan.

c. Patologi Anatomi
Astrositoma sangat beragam berdasarkan tingkat diferensiasi, dengan tingkat
keganasan yang sering berhubungan dengan peningkatan usia pasien. Umumnya,
tumor ini menunjukkan ekspresi dari Glial Fibrillary Acid Protein (GFAP), yang
mencerminkan asal mereka dari sel glial astrosit, meskipun buruk lesi dibedakan
mungkin menunjukkan beberapa kehilangan molekul ini. Astrositomas yang
dikelompokkan menjadi empat kelas (Kriteria WHO), berdasarkan temuan patologis.
(10)

Gambar 5.3 Spesimen anatomi dengan low-grade Astrositoma.

(6)

Grade I Astrositoma (Pilokistik Astrositoma)


Grade I astrositoma sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan
menunjukkan prognosis yang paling menguntungkan dari semua astrositoma. Pada
tahap ini mungkin dibatasi dan berpotensi jinak. Pilokistik Astrositoma sering terjadi
di fossa posterior (situs yang paling umum pada neoplasma otak anak), meskipun
ketiga ventrikel, hipotalamus, thalamus dan mungkin terlibat. Hasilnya tergantung
pada sejauh mana reseksi, dengan tumor sepenuhnya di reseksi memiliki hampir
100% 10-tahun kelangsungan hidup. Pilokistik Astrositoma sering mikrositik dan
menunjukkan daerah bundel paralel fibrillar (piloid atau hairlike) proses yang positif
bagi GFAP. Selain itu, serat Rosenthal, yang sangat eosinophilic, tidak teratur,
shattered appearing agregasi pada proses glial, dan eosinofilik intraseluler atau
ekstraseluler berupa butiran protein (badan granular eosinofilik) dapat diidentifikasi.
(10)
Grade II Astrositoma (Diffuse Astrositoma)
Astrositoma grade II (diffuse astrositomas) 20% dari semua neoplasma SSP dan
mempengaruhi sumsum tulang belakang, saraf optik, ventrikel ketiga, otak tengah,
pons, dan otak pada orang dewasa muda, dan hemispher cerebri pada orang dewasa.
Rata-rata onset usia adalah antara 20 dan 40 tahun. Lesi ini sering buruk ditandai
dengan sel-sel tumor yang membaur dengan jaringan parenkim normal dan
menyajikan adanya margin yang berbeda. Neoplasma

terdiri dari korteks hiperseluler mengandung infiltrasi, kecil, hiperkromatik, sel glial
tunggal, yang menunjukkan inti pleomorfik dan jarang ada angka mitosis. Pasien
dengan grade II astrositomas menunjukkan sebuah harapan rata-rata hidup dari 5
(10)
tahun, dan transformasi ke astrositoma kelas yang lebih tinggi dapat terjadi.
Grade III Astrositoma (Anaplastik Astrositoma)
Grade III astrositoma (astrositoma anaplastik) sering terjadi pada pasien antara usia
30 sampai 40 tahun dan paling sering mempengaruhi hemispher cerebri. Mikroskopis,
tumor ini ditandai dengan sel pleomorfik, cellularity lebih besar, dan aktivitas mitosis
sederhana. Pada kelas ini tidak menunjukkan proliferasi mikrovaskuler atau nekrosis
coagulative (membedakan mereka dari tumor kelas IV). Cepatnya pertumbuhan lesi
(10)
memberi harapan hidup 2 sampai 3 tahun.
Kelas IV Astrocytoma
Kelas IV astrocytomas, juga disebut glioblastoma multiforme, didapkan pada 40%
dari semua neoplasma SSP primer dan paling sering terjadi pada pasien yang berusia
lebih dari 40 tahun.

Lesi ini dapat mempengaruhi setiap bagian otak dan dapat


menyeberangi midline otak melalui corpus callosum dan memberikan efek
butterflylike pada pencitraan radiografi. Mikroskopis, lesi ini ditandai oleh sel nyata
pleomorfik, mitosis, palisading nekrosis, dan proliferasi vaskular glomeruloid
(proliferasi endotel dalam lumen pembuluh darah). Lesi ini sangat agresif dan harapan
(10)
hidup hanya 18 bulan.
d. Laboratorium
Tumor otak primer biasanya tidak menghasilkan kelainan serologi seperti tingkat
sedimentasi tinggi atau antigen tumor spesifik yang terkait dengan kanker sistemik.
Sebaliknya, metastase ke sistem saraf, tergantung pada jenis dan luasnya tumor
primer, dapat berhubungan dengan tanda-tanda sistemik dari keganasan. Pungsi
lumbal dapat menimbulkan herniasi otak pada pasien dengan lesi massa dan harus
dilakukan hanya pada pasien dengan dugaan infeksi CNS1 atau metastasis meningeal.
Temuan dalam cairan serebrospinal (CSF) dari pasien dengan tumor sistem saraf
primer dan metastasis mungkin termasuk peningkatan tekanan pembukaan, tingkat
protein tinggi, dan pleositosis limfositik ringan. CSF jarang mengandung sel-sel
ganas, dengan pengecualian penting dari metastasis leptomeningeal, limfoma SSP
primer, dan tumor neuroectodermal primitif, termasuk medulloblastoma.(11)

Anda mungkin juga menyukai