BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Karstifikasi
Kawasan karst adalah kawasan yang mempunyai bentang alam, hidrologi
dengan ciri khas dibentuk dari batuan karbonat dan dolomit sebagai akibat adanya
kombinasi antara batuan yang mudah larut, porositas sekunder, dan pengaruh air
alami sebagian agen pelarutannya (Ford dan William, 2007).
Proses pembentukan karst pada Gambar 2.1 melibatkan larutnya CO2
dalam air. Proses pelarutan (dissolution) akan intensif bila kadar CO2 yang terlarut
dalam air relatif banyak, batuan karst keras dan pejal dengan intensitas rekahan
yang tinggi sehingga agresivitas air terhadap batuan karst sangat besar. Secara
garis besar proses pembentukan karst dimulai dari turunnya hujan melalui
atmosfer dengan membawa karbon dioksida terlarut dalam tetesan. Ketika hujan
sampai ditanah, air terperkolasi melalui tanah dan menggunakan lebih banyak
karbon dioksida. Infiltrasi air secara terus-menerus secara alami membentuk
retakan-retakan dan lubang pada batuan. Infiltrasi periode waktu yang lama,
dengan suplai air terus menerus yang kaya karbon dioksida, lapisan karbonat
mulai melarut.
Karst dengan dominasi porositas sekunder di mana air lolos melalui
rekahan-rekahan (fracture), perlapisan batuan (bedding plane) dan patahan (fault)
pada formasi karst. Porositas ruang antar butir (primer) dan permeabilitas pada
karst terumbu (non-klastik) sangat rendah sedang porositas primer dan
permeabilitas tinggi untuk karst bersifat klastik karena memiliki ruang antar
butiran. Aliran air pada aquifer karst mengalir sekaligus melarutkan bidang
perlapisan, rekahan dan patahan. Kebanyakan aliran air yang mengalir melalui
rekahan dan bidang perlapisan memiliki hydraulic conductivity yang besar. Sifat
aquifer karst tidak menerus secara lateral dan tidak seragam dikarenakan aliran air
pada aquifer karst mengalir melalui rekahan-rekahan dan bidang perlapisan.
Aliran air yang masuk akan segera lolos mengalir hingga ke aliran dasar (base
flow). Aliran tersebut terakumulasi membentuk pola aliran di bawah permukaan
tanah. Proses pelarutan memperbesar ruang rekahan-rekahan dan bidang
perlapisan membentuk sistem lorong gua. Lorong-lorong gua berfungsi sebagai
koridor menuju ke sistem sungai bawah tanah (underground river).
Karstifikasi adalah proses kerja air terutama secara kimiawi, meskipun
secara mekanik yang menghasilkan kenampakan-kenampakan topografi karst.
Karstifikasi atau proses pembentukan bentuk lahan karst didominasi oleh proses
pelarutan. Proses pelarutan karst diawali oleh larutnya CO2 di dalam air
membentuk H2CO3. Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H dan HCO3. Ion
H inilah yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO32-.
CaCO3 + H2O + CO2
Ca2+ + 2 HCO32-
10
11
gamping berdasarkan kandungan mineral diperlihatkan pada Tabel 2.1 (Ford dan
William, 2007).
Tabel 2.1. Sifat Mineral Batuan Karst
Type
Karbonat
Shulpat
Halide
Silika
Mineral
Kalsit
Komposisi Kimia
CaCO3
Kekerasan
3
Aragonit
CaCO3
3,5 4
Dolomit
CaMg(CO3)2
3,5 4
Magnesit
MgCO3
3,5 5
Anhidrit
Gypsum
Polihalit
Halit
Sylvit
Karnallit
Kuarsa
Opal
CaSO4
CaSO4-2H2O
K2Ca2Mg(SO4)4 2H2O
NaCl
KCl
KClMgCl2.6H2O
SiO2
SiO2
3 3,5
2
3 3,5
2,5
2
1
7
5,5 - 6
Deskripasi
Sub sistem Trigonal;
rhombohedral , heksagonal
Sistem Orthorhombik,
dipiramidal
Sistem Heksagonal,
rhombohedral
Sistem Heksagonal,
rhombohedral
Sistem Orthorombik
Sistem Monoklinik
Sistem Triklinik
Kristal kubik Kuhedral
Sistem Kubik
Sistem Orthorombik
Trigonal
Kristalit
Pada proses sedimentasi mineral lain dapat hadir sebagai pengotor. Bila
pengotor pada batu gamping banyak mengandung magnesit maka disebut dolomit
(CaMg(CO3)2, bila dikotori kuarsa disebut batu gamping kuarsa CaCO3, bila
pengotornnya lempung maka disebut batu gamping lempungan. Batu gamping
memiliki warna yang dikontrol oleh persentasi mineral penyusun yang dominan
dan pengotornya. Batu gamping yang berwarna putih susu dominan disusun oleh
mineral kalsit, berwarna abu-abu muda-tua menunjukkan kehadiran unsur
magnesium, warna kemerahan umumnya di sebabkan oleh hadirnya mangan dan
warna kehitaman disebabkan hadirnya unsur organik.
intraklastik
dan
kemiklastik.
Tipe
gamping
aphanitik
dan
12
sparit atau hasil rekristalisasi (Boggs, 2009). Batuan gamping memiliki komponen
penyusun yang terdiri dari :
2.3.1.1. Kerangka
Kerangka penyusun batu gamping berupa kerangka organik, bioklastik,
intraklastik dan kemiklastik. Kerangka organik (scleral atau frame builder) adalah
struktur tubuh gamping yang tersusun atas koral, bryozoa dan alga. Bioklastik
yang terdiri dari fragmen atau cangkang-cangkang binatang seperti foraminifera,
moluska, brachiopoda dan koral. Intraklastik (fragmen non-organik) yang
merupakan hasil fragmentasi dari batuan atau sedimen gamping sebelumnya.
Kemiklastik merupakan butir-butir terbentuk di tempat sedimentasi karena proses
kimiawi seperti koagulasi, akresi dan penggumpalan.
2.3.1.2. Matriks
Matriks atau mikrit merupakan butiran halus (1 m -5 m) yang mengisi
rongga-rongga dan terbentuk pada waktu sedimentasi (Folk, 2002). Matriks
dibawah mikroskop hampir opak. Matriks dihasilkan dari pengendapan air laut
tenang. Pengendapan langsung sebagai jarum aragonit terbentuk secara biokimia
atau kimiawi dari prespitasi air laut dengan mengisi rongga antar butir yang
kemudian berubah menjadi kalsit, ataupun dari hasil abrasi oleh pukulan-pukulan
gelombang.
2.3.1.3. Spar
Spar (sparry calcite atau semen) adalah butir-butir kalsit bersih dan
transparan berukuran (0,02 mm1 mm) berfungsi sebagai semen. Spar terjadi
pada waktu diagenesa pengisian rongga-rongga oleh larutan yang mengendapkan
kalsit sebagai hablur yang jelas. Umumnya di bawah mikroskop tampak bersih
atau putih.
13
Grabau
Dunham
Folk
Embry dan
Klovan
Jenis Klasifikasi
Berdasarkan Ukuran
Berdasarkan
Butir
Lumpur Karbonat
Kalsilutit
Kalkarenit
Kalsirudit
Packstone
Grainstone
Allocemical
Kerangka
Organik
Mudstone
Wackstone
Allocemical
Framestone
Bindstone
Baffestone
Floatstone
Rudstone
14
15
pelarutan
pengendapan,
perubahan
mineralogi
butir dan
2. Wackestone
Wackstone merupakan lumpur didukung batu kapur yang mengandung
butiran karbonat lebih dari 10% (lebih besar dari 20 mikron) "mengambang"
dalam matriks lumpur halus-halus kapur. Wackestone adalah matriks yang
didukung batuan karbonat yang mengandung lebih dari 10% allochems dalam
matriks lumpur karbonat.
3. Boundstone
Boundstone merupakan hubungan antar komponen yang tertutup dengan
rapat (oolite).
4. Grainstone
Grainstone merupakan hubungan antar komponen tanpa lumpur yang
sering disebut batuan karbonat bebas lumpur, yang didukung butir. Grainstone
terbentuk pada kondisi energi yang tinggi, butiran-produktif lingkungan di mana
lumpur tidak dapat terakumulasi. Grainstones mempunyai tekstur berpori dan
dikenal sebagai karbonat yang terdapat pada sekitar pantai.
5. Packstone
Packstone merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butirbutirnya didukung batuan karbonat berlumpur. Packstone penting dalam
memahami kualitas reservoir karena lumpur plugs ruang partikel pori.
Packstones menunjukkan berbagai sifat pengendapan. Lumpur menunjukkan
proses energi yang lebih rendah, sedangkan kelimpahan butir menunjukkan
16
proses energi yang lebih tinggi. Packstone berasal dari wackestones dipadatkan,
yaitu proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir dari sebelum disimpan,
lumpur bebas sedimen terbentuk dalam air yang tenang, atau hasil pencampuran
dari berbagai lapisan sedimen.
17
lalu. Tergantung bahan organik dalam sedimen ketika batu terbentuk dan jenis
bahan organik, boundstone diklasifikasikan sebagai framestone, bindstone, atau
bafflestone.
1. Framestone
Organisme dari organik fosil, dalam karang laut, yang terjadi berdekatan
dengan spons terikat oleh kerak mikroba dan pasir yang mengeras. Ruang antara
bertahap diisi dengan pasir, sedimen dan kristal kalsit. Kurun waktu yang lama,
air surut dan struktur terus menerus terkena udara dan penyemenan alami dari
padat sedimen diawetkan sisa-sisa bahan organik sebagai fosil.
2. Bindstone
Hasil organisme yang mengikat sedimen hingga lepas bersama-sama,
ditandai dengan adanya dispersi. Bindstone umumnya adalah ganggang yang
bersama dengan lapisan lumpur dan kalsit dengan besar pori-pori yang disebabkan
oleh gelembung gas yang menjadi terperangkap dalam sedimen selama
pembentukan. Stromatolit berupa gundukan fosil alga berlapis dan sedimen yang
bentuk paling umum dari bindstone. Bindstone kebanyakan berorientasi secara
vertikal. Bindstone merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dari
boundstone.
3. Bafflestone
Bafflestone
terikat
sedimen
berdinding
tebal
berupa
karang
18
19
potensial yang timbul berbanding lurus dengan besar arus yang diinjeksikan, dan
berbanding lurus dengan hambatan listrik medium yang dialiri oleh arus listrik.
Besar hambatan listrik medium berbanding lurus dengan resistivitas listrik
medium yang dilalui. Beda potensial yang timbul berbanding lurus dengan besar
resistivitas listrik medium yang dialiri oleh arus listrik. Asumsi yang dibuat bahwa
kedalaman lapisan batuan yang ditembus oleh arus listrik sama dengan separuh
dari jarak antara A dan B (AB/2), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.
Metode geolistrik sering menggunakan 4 batang elektroda yang terletak
dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu dua batang
elektroda arus (AB) di bagian luar dan dua batang elektroda tegangan (MN) di
bagian dalam.
Pengukuran resistivitas metode geolistrik dapat dilakukan untuk tujuan
berbeda sesuai dengan metode geolistrik dan konfigurasi elektroda yang
digunakan. Metode geolistrik memiliki tiga teknik pengukuran yaitu, profiling
atau mapping, sounding, dan imaging (Telford, dkk, 1990). Model dimensi yang
ingin diperoleh dalam interpretasi bawah permukaan, dikenal ada tiga jenis teknik
pengukuran resistivitas listrik yaitu 1D, 2D dan 3D (Loke, 2000).
Pengukuran resistivitas listrik 1D diasumsikan arus listrik mengalir dalam
medium homogen isotropi di bawah permukaan bumi yang terdiri atas medium
yang berlapis-lapis secara horisontal. Pengukuran 1D dikenal dua teknik yaitu
teknik Vertical Sounding dan teknik Lateral Profiling. Teknik pengukuran
Vertical Sounding atau Vertical Electrical Sounding (VES) bertujuan untuk
memperkirakan variasi resistivitas listrik sebagai fungsi kedalaman pada suatu
titik pengukuran. Teknik pengukuran 1D titik tengah konfigurasi elektroda diatur
tetap, untuk memperoleh penetrasi lebih dalam maka jarak antara elektrodaelektroda diperlebar (Loke, 2000; Attwa, dkk, 2014). Teknik sounding
diasumsikan resistivitas listrik medium hanya berubah pada arah vertikal dan
tidak berubah pada arah lateral. Konfigurasi elektroda yang sering digunakan
dalam teknik pengukuran sounding adalah konfigurasi Schlumberger.
20
survey.
Model
interpretasi
menghasilkan
profil
dua
dimensi
survey.
Teknologi
peralatan
geolistrik
digital
yang
dikontrol
21
jenis fluida pengisi pori-pori batuan. Batuan berpori yang berisi air atau air asin
akan lebih konduktif (resistivitas listrik-nya rendah) dibanding batuan yang sama
dengan pori-pori yang hanya berisi udara. Resistivitas dipengaruhi temperatur
tinggi yang menurunkan resistivitas listrik batuan secara keseluruhan akibat
meningkatnya mobilitas ion-ion penghantar muatan listrik pada fluida yang
bersifat elektrolit.
Metode geolistrik untuk arus yang masuk diasumsikan melewati medium
bumi. Besar resistivitas listrik suatu batuan tergantung pada kondisi medium bumi
seperti kering, basah, retak-retak, padat, cair, dan jenis material seperti densitas,
porositas, ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, kualitas dan suhu.
Faktor geologi yang menentukan resistivitas listrik batuan seperti umur batuan,
tekstur batuan dan proses geologi seperti alterasi, pelapukan, pelarutan dan
metamorfisme (Loke, 2000). Nilai resistivitas listrik suatu batuan merupakan
kisaran besaran. Namun demikian metode geolistrik sudah berhasil digunakan
untuk penyelidikan hidrologi seperti penentuan akuifer, adanya kontaminasi,
penyelidikan mineral, dan studi arkeologi. Survey geolistrik untuk mengetahui
resistivitas bawah permukaan bumi dengan melakukan pengukuran di permukaan
bumi dengan menggunakan dua elektroda potensial dan dua elektroda arus untuk
setiap jarak elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi
harga resistivitas lapisan di bawah titik ukur (sounding point) untuk kawasan karst
memiliki nilai tahanan jenis tinggi 50 m 1x107 m sehingga dapat dibedakan
daerah lempung dan karbonat (Farooq, dkk, 2012). Pencarian sungai bawah tanah
di daerah karst dengan indikasi resistivitas rendah untuk aliran air bawah
permukaan (Andriyani, dkk, 2010).
Asumsi dapat memberikan gambaran bahwa pada saat melakukan
pengukuran, besar resistivitas listrik yang diperoleh akan menunjukkan besar
resistivitas listrik sejati yang tidak bergantung pada jarak elektroda potensial yang
digunakan. Pengukuran tidak berlaku pada kondisi bumi yang sesungguhnya.
Pada kondisi bumi yang sesungguhnya bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan
resistivitas listrik yang berbeda. Perbedaan lapisan bumi menyebabkan resistivitas
listrik yang terukur bergantung pada jarak elektroda potensial, sehingga
22
(2.1)
dengan:
23
dan
AB = jarak elektroda arus (m)
MN = jarak elektroda potensial (m)
K = faktor geometrik sebagai fungsi a dan b
24
25
26
Tujuan utama uji kuat tekan unaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat
tekan dari batuan. Harga tegangan pada saat batuan hancur didefenisikan sebagai
kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan:
(2.2)
Dimana
= Kuat tekan uniaksial (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal batuan yang tegak lurus arah gaya (m2)