Anda di halaman 1dari 4

Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak

yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu sebagai hasil dari infark cerebri (stroke
iskemik), perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid..
Stroke hemorragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak yang
menyebabkan pengeluaran darah ke parenkim otak, ruang cairan cerebrospinal di otak, atau keduanya.
Adanya perdarahan ini pada jaringan otak menyebabkan terganggunya sirkulasi di otak yang
mengakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan otak yang tidak mendapat darah lagi, serta terbentuknya
hematom di otak yang mengakibatkan penekanan. Proses ini memacu peningkatan tekanan intrakranial
sehingga terjadi shift dan herniasi jaringan otak yang dapat mengakibatkan kompresi pada batang otak. (12)

ETIOLOGI
Penyebab stroke antara lain aterosklerosis( trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan
perdarahan intraserebral dan rupture aneurisma . Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit
lainnya yang menjadi faktor resiko seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah,
diabetes mellitus, atau penyakit vaskuler perifer.(3)
Adapun penyebab perdarahan pada stroke
hemoragik(4) :
a.

b.

Intrakranial :
1.

Perdarahan intraserebral primer (hipertensiva)

2.

Pecahnya aneurisma

3.

Pecahnya malformasio arterio-venosa

4.

Penyakit moya-moya

5.

Tumor otak (primer/metastasis)

6.

Infeksi (meningoensefalitis)

Ekstrakranial :
1.

Leukemia

2.

Hemofilia

3.

Anemia

4.

Obat-obat antikoagulan

5.

Penyakit liver

FAKTOR RESIKO
Berbagai faktor resiko berperan bagi terjadinya stroke antara lain:

a.

Faktor resiko yang tak dapat dimodifikasi, yaitu :

1.

Kelainan pembuluh darah otak, biasanya merupakan kelainan bawaan. Pembuluh darah yang

tidak normal tersebut dapat pecah atau robek sehingga menimbulkan perdarahan otak. Adapula yang
dapat mengganggu kelancaran aliran darah otak sehingga menimbulkan iskemik.
2.

Jenis kelamin dan penuaan, pria berusia 65 tahun memiliki resiko terkena stroke iskemik ataupun

perdarahan intraserebrum lebih tinggi sekitar 20 % daripada wanita. Resiko terkena stroke meningkat
sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai 50 tahun, setiap penambahan usia 3 tahun meningkatkan risiko
stroke sebesar 11-20%, dengan peningkatan bertambah seiring usia terutama pada pasien yang berusia
lebih dari 64 tahun dimana pada usia ini 75% stroke ditemukan.
3.

Riwayat keluarga dan genetika, kelainan turunan sangat jarang menjadi penyebab langsung

stroke. namun gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke misalnya hipertensi, penyakit
jantung, diabetes, dan kelainan pembuluh darah.(2,4,5,6)
4.

Ras

Di Amerika Serikat, insidens stroke lebih tinggi pada populasi kulit hitam daripada populasi kulit
putih. Lelaki negro memiliki insidens 93 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian mencapai 51%
sedang pada wanita negro memiliki insidens 79 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian 39,2%.
Lelaki kulit putih memiliki insidens 62,8 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian mencapai 26,3%
sedang pada wanita kulit putih memiliki insidens 59 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian 39,2%.

b. Faktor resiko yang dapat di modifikasi yaitu :


1.

Hipertensi, merupakan faktor resiko utama bagi terjadinya trombosis infark cerebral dan

perdarahan intrakranial. Hipertensi mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah


otak. Pecahnya pembuluh darah otak menimbulkan perdarahan otak, dan apabila pembuluh darah otak
menyempit maka aliran darah ke otak terganggu mengakibatkan sel-sel otak mengalami kematian. Usia
30 tahun merupakan kewaspadaan terhadap munculnya hipertensi, makin lanjut usia seseorang makin
tinggi kemungkinan terjadinya hipertensi.
2.

Penyakit jantung, beberapa penyakit jantung berpotensi menyebabkan stroke dikemudian hari

antara lain: penyakit jantung rematik, penyakit jantung koroner, dan gangguan irama jantung. Faktor

resiko ini umumnya menimbulkan sumbatan/hambatan darah ke otak karena jantung melepas
gumpalan darah atau sel-sel/jaringan yang mati ke dalam aliran darah. Munculnya penyakit jantung
dapat disebabkan oleh hipertensi, diabetes mellitus, obesitas ataupun hiperkolesterolemia.
3.

Diabetes mellitus, penyakit diabetes mellitus menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah

otak yang berukuran besar dan akhirnya mengganggu kelancaran aliran darah otak dan menimbulkan
infark otak.
4.

Hiperkolesterolemia, meningginya kadar kolesterol dalam darah, terutama LDL merupakan

faktor resiko penting bagi terjadinya aterosklerosis sehingga harus segera dikoreksi.
5.

Serangan iskemik sesaat, sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan mengalami paling sedikit satu kali

serangan iskemik sesaat ( transient ischemic attack atau TIA) seumur hidup mereka. Jika tidak diobati
dengan benar, sekitar sepersepuluh dari pasien ini akan mengalami stroke dalam 3 bulan serangan
pertama, dan sekitar sepertiga akn terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama.
6.

Obesitas, berat badan berlebih, masih menjadi perdebatan apakah suatu faktor resiko stroke atau

bukan. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung sehingga obesitas mungkin
menjadi faktor resiko sekunder bagi terjadinya stroke.
7.

Merokok, merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen; peningkatan ini akan

mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan viskositas darah
sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis.

PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral sebagian besar terjadi akibat hipertensi dimana tekanan darah
diastoliknya melebihi 100 mmHg. Hipertensi kronik dapat menyebabkan pecah/ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan/atau subarakhnoid, sehingga jaringan yang terletak di
dekatnya akan tergeser dan tertekan. Daerah distal dari tempat dinding arteri pecah tidak lagi kebagian
darah sehingga daerah tersebut menjadi iskemik dan kemudian menjadi infark yang tersiram darah
ekstravasal hasil perdarahan. Daerah infark itu tidak berfungsi lagi sehingga menimbulkan deficit
neurologik, yang biasanya menimbulkan hemiparalisis. Dan darah ekstravasal yang tertimbun intraserebral
merupakan hematom yang cepat menimbulkan kompresi terhadap seluruh isi tengkorak berikut bagian
rostral batang otak. Keadaan demikian menimbulkan koma dengan tanda-tanda neurologik yang sesuai
dengan kompresi akut terhadap batang otak secara rostrokaudal yang terdiri dari gangguan pupil,
pernapasan, tekanan darah sistemik dan nadi. Apa yang dilukis diatas adalah gambaran hemoragia
intraserebral yang di dalam klinik dikenal sebagai apopleksia serebri atau hemorrhagic stroke. (4,10)
Arteri yang sering pecah adalah arteria lentikulostriata di wilayah kapsula interna. Dinding
arteri yang pecah selalu menunjukkan tanda-tanda bahwa disitu terdapat aneurisme kecil-keci yang dikenal
sebagai aneurisme Charcot Bouchard. Aneurisma tersebut timbul pada orang-orang dengan hipertensi
kronik, sebagai hasil proses degeneratif pada otot dan unsure elastic dari dinding arteri. Karena perubahan
degeneratif itu dan ditambah dengan beban tekanan darah tinggi, maka timbullah beberapa pengembungan

kecil setempat yang dinamakan aneurismata Charcot Bouchard. Karena sebab-sebab yang belum jelas,
aneurismata tersebut berkembang terutama pada rami perforantes arteria serebri media yaitu arteria
lentikolustriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik seperti sewaktu orang marah, mengeluarkan tenaga
banyak dan sebagainya, aneurima kecil itu bisa pecah. Pada saat itu juga, orangnya jatuh pingsan, nafas
mendengkur dalam sekali dan memperlihatkan tanda-tanda hemiplegia. Oleh karena stress yang menjadi
factor presipitasi, maka stroke hemorrhagic ini juga dikenal sebagai stress stroke. (10)
Pada orang-orang muda dapat juga terjadi perdarahan akibat pecahnya aneurisme
ekstraserebral. Aneurisme tersebut biasanya congenital dan 90% terletak di bagian depan sirkulus Willisi.
Tiga tempat yang paling sering beraneurisme adalah pangkal arteria serebri anterior, pangkal arteria
komunikans anterior dan tempat percabangan arteria serebri media di bagian depan dari sulkus lateralis
serebri. Aneurisme yang terletak di system vertebrobasiler paling sering dijumpai pada pangkal arteria
serebeli posterior inferior, dan pada percabangan arteria basilaris terdepan, yang merupakan pangkal arteria
serebri posterior.
Fakta bahwa hampir selalu aneurisme terletak di daerah percabangan arteri menyokong
anggapan bahwa aneurisme itu suatu manifestasi akibat gangguan perkembangan embrional, sehingga
dinamakan juga aneurisme sakular (berbentuk seperti saku) congenital. Aneurisme berkembang dari
dinding arteri yang mempunyai kelemahan pada tunika medianya. Tempat ini merupakan tempat dengan
daya ketahanan yang lemah (lokus minoris resistensiae), yang karena beban tekanan darah tinggi dapat
menggembung, sehingga dengan demikian terbentuklah suatu aneurisme.
Aneurisme juga dapat berkembang akibat trauma, yang biasanya langsung bersambung
dengan vena, sehingga membentuk shunt arteriovenosus.
Apabila oleh lonjakan tekanan darah atau karena lonjakan tekanan intraandominal, aneurisma
ekstraserebral itu pecah, maka terjadilah perdarahan yang menimbulkan gambaran penyakit yang
menyerupai perdarahan intraserebral akibat pecahnya aneurisma Charcor Bouchard. Pada umumnya factor
presipitasi tidak jelas. Maka perdarahan akibat pecahnya aneurisme ekstraserebral yang berimplikasi juga
bahwa aneurisme itu terletak subarakhnoidal, dinamakan hemoragia subduralis spontanea atau hemoragia
subdural primer.(4,10)

Anda mungkin juga menyukai