Makalah Enselofati Hepatikum
Makalah Enselofati Hepatikum
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh manusia, terletak di
rongga perut sebelah kanan dan mempunyai fungsi amat penting pada proses
metabolisme tubuh, yaitu dalam proses anabolisme atau sintesis bahan-bahan
yang
penting
pembentukan
untuk
glukosa,
kehidupan
manusia
sedangkan
dalam
seperti
proses
sintesis
protein
katabolisme
dan
dengan
ilmu
kedokteran
disebut
ensefalopati
hepatik
atau
hepatic
(fungsi)
hati,
pengobatan
ini
juga
dapat
bermakna
C Manfaat
1 Manfaat teorotis
Menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan
Ensefalopati Hepatic.
2 Manfaat praktis
a Tenaga keperawatan
Agar tenaga keperawatan mampu menerapkan dan melaksanakan
asuhan keperawatan.
b Mahasiswa
Agar mahasiswa menambah referensi tentang Ensefalopati Hepatic.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Ensefalopati
hepatik
merupakan
sindrom
neuropsikiatrik
pada
2.
Etiologi
Pada penderita penyakit hati menahun, ensefalopati biasanya dipicu oleh:
a
Infeksi akut.
Pemakaian alkohol.
Perdarahan
pada
saluran
pencernaan,
misalnya
pada
varises
Obat-obat tertentu, terutama obat tidur, obat pereda nyeri dan diuretic
(azotemia, hipovolemia).
Faktor endogen (= primer), yaitu fungsi hati yang jelek, misalnya pada
sirosis hepatic
Faktor eksogen :
Konstipasi
Klasifikasi
Stadium ensefalopati hepatic dapat dijabarkan sebagai berikut.
Stadium 1
Predromal
Sedikit
perubahan
kepribadian
dan
tingkah
laku,
termasuk
Asteriksis,
Kesulitan bicara,
Kesulitan menulis
Stadium 2
Koma ringan
Pengendalian sfingter kurang.kedutan otot generalisata dan asteriksis
merupakan temuan khas. Kebingungan, disorientasi, mengantuk
Asteriksis, fetor hepatic
Stadium 3
Koma mengancam
rangsangan.
Asteriksis,
fetor
hepatic,
lengan
kaku,
Tipe kronik
Tipe ini sering terjadi pada sirosis hati dengan kolateral porto-sistemik
yang ekstensif. Disini didapatkan gejala-gejala gangguan mental,
emosional atau kelainan neorologik dalam periode berbulan-bulan atau
betahun-tahun dimana gejala-gejala tersebut akan dapat diatasi dengan
pengobatan yang memadai.
Koma hepatikum tipe kronik dapat timbul pada sirosis hepatis tahap
terminal atau timbul akibat faktor pencetus seperti : diuresis yang
berlebihan, perdarahan, parasentesis cairan asites, diare dan muntah
berlebihan, pembedahan, terlalu banyak minum alkohol, pemberian
sedatif, infeksi dan konstipasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala klinik yg terkait dgn menurunnya kesadaran ialah :
1 Menurunnya kesadaran secara kwalitatif
2 GCS minus dari 13
3 Sakit kepala hebat
4 Muntah proyektil
5 Papil edema
6 Asimetris pupil
7 Reaksi pupil terhadap cahaya melambat / negatif
8 Panas
9 Gelisah
10 Kejang
11 Retensi lendir / sputum di tenggorokan
12 Retensi / inkontinensia urin
13 Tekanan darah cukup tinggi / tekan darah rendah
14 Takikardi / bradikardi
15 Takipnu / dispnea
16 Edema lokal / anasarka
17 Sianosis, pucat & sebagainya (Harsono, 1996).
Manifestasi berdasarkan klasifikasi onset Ensefalopati hepatikum, yaitu:
1
Hepatikum kronik
Perjalanan penyakit perlahan dan dipengaruhi factor pencetus
yaitu azotemia, analgetik, sedative, perdarahan gastrointestinal, alkalosis
metabolic, kelebihan protein, infeksi, obstipasi, gangguan keseimbangan
cairan, dan pemakaian diuretik.
amonia
diubah
menjadi
urea,
karena
metabolismenya
IV
(koma)
penderita
seperti
tertidur,
tidak
dapat
meskipun
jarang
terjadi.
Gagalnya
hepato
membuat
faktor-faktor
pembekuan,
trombositopenia.
Serta
dengan
pemeriksaan
amonia
rutin
karena
perkembangan
Tingkat I 31 50 detik
Tingkat II 51 80 detik
Pemeriksaan
penunjang
atau
pemeriksaan
diagnostic
yang
yaitu :
o
Laboratorium darah
Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, amonia serum,
nitrogen urea darah (BUN), osmolalitas, kalsium, masa
pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan
& analisa gas darah ( BGA ).
EEG ( elektroensefalography )
Menilai kejang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses,
jaringan parut otak, infeksi otak
CT Scan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak. Scan pada
kepala biasanya dilakukan dalam stadium ensefalopatia
yang parah untuk menilai udema otak dan menyingkirkan
lesi structural (terutama hematoma subdural pada pecandu
alkohol).
Pungsi lumbal
Umumnya mengungkapkan hasil-hasil yang normal, kecuali
peningkatan glutamin. Cairan serebrospinal dapat berwarna
zantokromat akibat meningkatnya kadar bilirubin. Hitung sel
darah putih cairan spinal yang meningkat menunjukan
adanya
infeksi.
Edema
otak
dapat
menyebabkan
SPECT
Single
Photon
Emission
Computed
Tomography )
Mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
o
MRI
Menilai keadann abnormal serebral, adanya tumor otak.
Angiografi serebral
Ekoensefalography
Mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah
serebral yg dikarenakan hematoma subdural, perdarahan
intraserebral, infark serebral yg luas & neoplasma.
EMG ( Elektromiography )
Membedakan
kelemahan
dampak
neuropati
maupun
Perlu
diadakan
pemantauan
terhadap
kesadaran,
keadaan
amonia
darah.
Segera
koreksi
bila
ada
gangguan
B. Tindakan khusus
a
Obat-obatan lain
Infus
cairan
yang
mengandung
asam
amino
rantai
cabang
L-dopa 0,5 gram per oral untuk stadium I/II atau melalui pipa hidung
(nasogastrik) untuk stadium III/IV, dapat diberikan tiap 4 jam
Pemberian bromokiptin
Menghentikan
obat-obatan
yang
diduga
sebagai
pencetus,
Komplikasi
Umumnya komplikasi yang dapat terjadi adalah:
Pengkajian
a) Identitas klien meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
-
c) Riwayat Kesehatan.
Riwayat Penyakit Sekarang
-
jaringan
otak
dan
sel-sel
(keracunan
f)
Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
Seksualitas
Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan
g) Pemeriksaan Fisik
o
GCS
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada kekuatan otot dan teraba
dingin
Thoraks :
h) Pemeriksaan Penunjang
o
Hematologi
Biokimia darah
: < 150
2) Tingkat 1
: 151 200
3) Tingkat 2
: 201 250
4) Tingkat 3
: 251 300
5) Tingkat 4
: > 300
EEG (Elektroensefalografi)
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
Tingkat IV
CT Scan
pada
ensefalopatia
kepala
yang
parah
biasanya
untuk
dilakukan
menilai
dalam
udema
stadium
otak
dan
II.
Analisa Data
No.
Data
1.
Ds :
-
Gangguan konsentrasi
Mengantuk
Peningkatan
kebutuhan istirahat
Kurang energy
Lesu
Mengatakan perasaan
lelah
Do :
-
Etiologi
Masalah
Terjadi peningkatan
tekanan hepatik
Mendesak darah
mengalir melalui
portosystemic shunt
Peningkatan RR
Pada pemeriksaan
Penumpukan zat
thoraks didapatkan
adanya retraksi
intercostals
sistemik
Sebagian besar
neurotoksik
mencapai otak dan
bagian tubuh lain
Neurotoksik palsu
(GABA)
Bekerja sinergis
dengan
benzodiazepam
Membentuk reseptor
(GABA/BZ)
Hiperpolarisasi sel
otak dan menekan
fungsi korteks dan
sub korteks
Keperawatan
Keletihan
Terjadi gg.
Kesadaran dan
koordinasi
Pasien merasa
linglung, malas
aktivitas, sering tidur
2.
Ds :
-
makan
Anoreksia
Do :
-
Penurunan BB
Keletihan
Penyakit hati kronis
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
Terjadi peningkatan
dari kebutuhan
tekanan hepatik
Mendesak darah
mengalir melalui
portosystemic shunt
Penumpukan zat
racun dalam aliran
sistemik
Sebagian besar
neurotoksik
mencapai otak dan
bagian tubuh lain
Ketidakcukupan
energy di otak, tidak
ada neurotransmisi
yang efisien antar
sinap di otak
Koma hepatikum
Anoreksia
tubuh
Nafsu makan
menurun
Penurunan intake
nutrisi
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
3.
tubuh
Penyakit hati kronis
Ds:
-
Pasien mengeluhan
perut membesar yang
semakin lama
terbentuk
Penurunan kadar
kedua kaki
Klien mengeluh sesak
aktivitas
Do :
-
Perubahan TD
Perubahan pola
pernapasan
Dispnea
Azotemia
(peningkatan nitrogen,
kreatinin dan urea di
darah)
Edema
cairan
Albumin tidak
semakin membesar
Kelebihan volume
Perut membesar,
edema pada kedua
kaki, pitting edema
pada ekstremitas
inferior
Kelebihan volume
4.
Ds :
-
Pasien mengatakan
sesak
Do :
Bradipnea
cairan
Penyakit hati kronis
Terjadi peningkatan
tekanan hepatik
Ketidakefektifan
pola napas
Pernapasan cuping
Mendesak darah
hidung
Takipnea
mengalir melalui
Perubahan kedalaman
pernapasan
portosystemic shunt
Penumpukan zat
racun dalam aliran
sistemik
Sebagian besar
neurotoksik
mencapai otak dan
bagian tubuh lain
Ketidakcukupan
energy di otak, tidak
ada neurotransmisi
yang efisien antar
sinap di otak
Koma hepatikum
Perut membesar
Menekan diafragma
Kesulitan bernapas
(sesak)
Ketidakefektifan
pola napas
5.
Ds :
-
Melaporkan nyeri
secara verbal
Do :
Perubahan tekanan
Koma Hepatikum
Dilakukan tindakan
invasive, biopsy,
parasintesis
Nyeri akut
6.
darah
Perubahan
pernapasan
Dilatasi pupil
Ds :
-
Mengekspresikan
Nyeri akut
Koma Hepatikum
kekhawatiran karena
Terjadi perubahan
perubahan dalam
status kesehatan
peristiwa hidup
Gelisah
Do :
Cemas akan
kondisinya
Ansietas
Ansietas
III.
No
.
1.
Intervensi Keperawatan
Diagnose keperawatan
Ketidakefektifan
pola
napas :
NIC :
Respiratory
status
Ventilation
ekspirasi
yang
tidak -
Respiration
memberi
ventilasi
yang
airway patency
adekuat
Batasan karakteristik :
-
Interverensi
: -
Posisikan
pasien
untuk
status
memaksimalkan
ventilasi
-
Kriteria hasil :
Perubahan kedalaman -
Lakukan
pernapasan
yang paten
Perubahan
ekskusi
fisioterapi
Keluarkan
dada
suction
titik
Beikan bronkodilator
Bradipnea
Penurunan
tekanan
ekspirasi,
untuk
inspirasi,
mengoptimalkan
Dipsnea
Pernapasan
keseimbangan
-
cuping
Ortopnea
Fase
memanjang
Takipnea
Penggunaan
Pertahankan
untuk
berapas
Ketidakseimbangan
kurang
dari
NOC :
kebutuhan tubuh
Nutritional status
NIC :
Nutritional status :
Nutrition
management :
cukup
untuk
jalan
otot
aksesoris
nutrisi
respirasi
Monitor
dan status O2
hidung
2.
secret
keperluan
metbolisme tubuh
Batasan karakteristik :
-
adanya
dari
BB
menentukan
BB ideal
jumlah
Tidak
ada
tanda
Tidak
dan
berarti.
yang
terjadi
penurunan BB yang
pasien
-
otot
Luka,
Nutrition monitoring :
inflamasi
dalam
Dilaporkan
atau
normal
adanya
fakta
Perasaan
tidak
megunyah
Monitor adanya
Monitor tipe dan
yang
biasa
dilakukan
Mikonsepsi
Kehilangan
BB
Monitor
lingkungan
makanan
cukup
Kram
batas
jumlah aktivitas
makanan
dengan
pasien
penurunan BB
makanan
BB
mampu
dan
kalori
kekurangan
-
jumlah
kandungan
Monitor
nutrisi
digunakan
mengunyah
Berikan
substansi gula
Kelemahan
kalori
dibutuhkan
Membrane mukosa
konjungtiva
Kolaborsi
dengan ahli gizi
malnutrisi
pucat
-
Wight control
untuk
(Recommended
Daily Allowance)
adanya
Adanya peningkatan
makanan
kurang
Kaji
alergi makanan
Kriteria hasil :
RDA
nutrient intake
di bawah awal
-
Nutritional status :
selama makan
-
pada
Monitor
kulit
kering
dan
abdomen
perubahan
pigmentasi
Nyeri
abdominal
Monitor
kulit
turgor
patologi
-
Pembuluh
darah
muntah
Suara
usus
Monitor
pucat,
kemerahan, dan
hiperaktif
kekeringan
jaringan
konjungtiva
-
Monitor
kalori
dan
intake
nutrisi
-
Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hpertonik papilla
lidah
dan
cavitas oral
3.
NOC :
-
cairan isotonic
BB meningkat pada
waktu yang singkat
-
Asupan
berlebihan
acid
Fluid management:
-
Pertahankan
Fluid balance
cairan
Hydration
Kriteria hasil :
-
intake
akurat
Terbebas
dari
Tekanan
dearah
anarsaka
dengan retensi
berubah,
tekanan
cairan
pulmonalis
tekanan
CVP meningkat
Distensi
tidak
napas,
dipsnea
yang
dan orthopnea
-
vena
jugularis
Perubahan
ada
efusi
Monitor hasil Hb
edema,
berubah,
and
dibandingkan output
arteri
Electrolit
base balance
Batasan karakteristik :
-
NIC :
pla
Terbebas
dari
distensi
vena
jugularis,
reflek
Terbebas
CVP,
hepatojugular (+)
-
Monitor
sesuai
PCWP
-
vital
sign
-
dari
Monitor
Monitor
kelebihan cairan
dipsnea/sesak
kelelahan,
napas,
kecemasan
orthopnea,
suara
-
napas
kebingungan
atau
Kolaborasi
abnormal
pemberian
Hb dan hematocrit
diuretic
menurun,
Kolaborasi
perubahan elektrolit
dokter
jika
Suara jantung s3
cairan
berlebih
Perubahan
dan
status
mental,
kegelisahan,
kecemasan.
terus
memburuk
Fluid monitoring :
-
Tentukan
riwayat
jumlah
dan
eliminasi
-
Monitor BB
Tentukan
kemungkinan
faktor
resiko
dari
ketidakseimban
gan cairan
-
Monitor
dan
serum
elektrolit
urin
-
Monitor
TD,
orthostatic
dan
perubahan
irama jantung
-
Monitor
parameter
hemodinamik
infasif
-
Catat
secara
akurat
intake
dan output
-
Monitor adanya
distensi
leher,
ronchi,
edem
perifer
dan
penambaha BB
-
Monitor
tanda
dan
gejala
odema.
4.
Keletihan :
NOC :
NIC :
Intolerance activity
Endurance
Nutritional status
adanya
kerja
Psychomotor energy
keletihan
fisik
serta
mental
Kriteria hasil :
-
Penurunan
konsentrasi
Energy menegement :
Pantau
bukti
fisik
mempertahankan
berlebih
pasien
keseimbangan
Pantau
pada
respon
Penurunan libido
kardioresirasi
Ketidaktertarikan
istirahat
terhadap
mempertahankan
aktivitas
terhdap lingkungan
Mengantuk
Meningkatnya
biasa
mempertahankan
pasien
keluhan fisik
Introspeksi
kemampuan
Menyatakan secara
berkosentrasi
verbal
energy
kekurangan
yang
energy
kekurangan energy
yang tidak pernah
melaporkan
untuk
Pantau
dan
Temukan
persepsi pasien
bahwa
terpulihkan
dan
orang
terdekat pasien
setelah istirahat
tentang
mengidentifikasi
penyebab
berhenti
dan
keletihan
berlebihan
Menurunnya kinerja
menyebabkan
nutrisi
Meningkatnya
keletihan
menjamin
Pantau asupan
untuk
kebutuhan istirahat
keadekuatan
Lesu
sumber nergi
atau
tidak
bergairah
-
Rencanakan
aktivitas
ketidak
mengurangi
mampuan
yang
untuk
keletihan
mempertahankan
dengan pasien /
tingkataktivitas fisik
keluarga
biasa
Kadaan penyakit
malnutrisi
Bantu
aktivitas
sehari-hari
-
Kurangi
aktivitas
yang
prioritasnya
rendah
-
Kurangi
ketidaknyamana
n fisik
Tingkatka
tirah
baring
dan
pembatasan
aktivitas
-
Batasi stimulus
lingkungan
IV.
Evaluasi
keletihan
S : klien tidak mengeluh badan letih
O : klien tidak nampak mengalami keletihan dalam beraktifas
ringan
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
BAB 3
KASUS
Tn. J, usia 55 tahun, dibawa oleh keluarganya karena kondisinya semakin lemah.
Sejak kurang lebih 4 hari SMRS anak pasien mengatakan terdapat mual dan
muntah, perubahan perilaku pada pasien, yaitu tampak seperti orang linglung,
sering mengantuk, malas beraktivitas, lebih sering tidur dan mengalami sesak
nafas. Sejak kurang lebih 7 hari SMRS pasien belum BABdan tubuhnya panas.
Sekitar kurang lebih 14 hari SMRS pasien sempat dirawat di RS X selama 10
hari dengan keluhan perut yang semakin lama semakin membesar disertai
badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, perut lekas kenyang, disertai
bengkak pada kedua kaki. Keluhan perut membesar tidak disertai jantung
berdebar, sesak nafas saat melakukan aktivitas, ataupun sering terbangun pada
malam hari karena sesak. Saat di RS X pasien mendapat pengobatan dan
dilakukan pungsi cairan di perut serta dilakukan pemeriksaan endoskopi dan
didapatkan hasil varises esofagus dan lambung. Berdasarkan diagnosa oleh
dokter di RS X, pasien memang telah menderita sirosis hepatis sejak 2 tahun
SMRS dan pasien rutin kontrol ke RS tersebut. Setelah merasa kondisi membaik,
pasien dipulangkan dan dianjurkan untuk rawat jalan. Pasien memiliki riwayat
sakit kuning sekitar 5 tahun lalu. Riwayat transfusi darah dan mengalami
pembedahan tidak ada. Riwayat mengkonsumsi alkohol tidak diketahui keluarga
pasien. Riwayat BAB hitam atau muntah darah disangkal anak pasien.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sangat kesakitan,
frekuensi nadi 96 kali/menit dan regular, frekuensi pernapasan 24 kali/menit,suhu
38C, BB 70 Kg 50 kg serta ditemukan sklera ikterik dan fetor hepatikum.
Terdapat papil edema, asimetris pupil, dan reaksi pupil terhadap cahaya
melambat.Pada pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi intercostal,
retensi sputum di tenggorokan. Pada abdomen ditemukan limpa teraba
SchuffnerII, konsistensi kenyal dan terdapat vena kolateral. Pada ekstremitas
superior dan inferior ditemukan liver nail, hipotonus, gerakan pasif, palmar
eritema pada ekstremitas superior dan pitting edema pada ekstremitas inferior,
namun kekuatan otot tidak dapat dinilai. Pada pemeriksaan neurologis dari
nervus I-XII tidak ada kelainan, refleks fisiologis tidak meningkat ataupun
menurun, refleks patologis tidak ada, rangsang selaput otak juga tidak ditemukan
kelainan. Pemeriksaan penunjang didapatkan SGOT/SGPT : 20/76 gr/dl, Albumin
: 2,6 gr/dl, Globulin : 5,1 gr/dl, HbsAg : positif. Didapatkan kesan hepatitis B.
BAB 4
PEMBAHASAN
I.
Pengkajian Kasus
A Identitas Klien
Nama
: Tn. J
Usia
: 55 tahun
Keluhan utama
Lama keluhan
: 4 hari
Factor pencetus
Tekanan darah : -
Nadi : 96 x/ menit
RR : 24x/menit
Suhu : 38oC
BB : 50 kg
Kepala :
Mata : Sklera Ikterik, papil edema, asimetris pupil, dan reaksi pupil
terhadap cahaya melambat
Hidung :
Telinga :
Leher :
Abdomen :
Inspeksi : perut membesar
Palpasi: limpa teraba Schuff nerII,konsistensi kenyal dan terdapat
vena kolateral
Ekstermitas
Atas: : ekstremitas superior dan inferior ditemukan liver nail,
hipotonus, gerakan pasif, palmar
Pemeriksaan penunjang
-
II.
NO.
1.
Terjadi peningkatan
tekanan hepatik
sesak nafas
Etiologi
Penyakit hati kronis
Mendesak darah
mengalir melalui
portosystemic shunt
DO:
RR: 24x/menit
Penatalaksanaan pada
kasus ini adalah
perawatan intensif dengan
cara membebaskan jalan
nafas, pemberian oksigen
5 L/menit
Sebagian besar
neurotoksik mencapai
otak dan bagian tubuh
lain
Ketidakcukupan energy
di otak, tidak ada
neurotransmisi yang
efisien antar sinap di otak
Koma hepatikum
Perut membesar
Menekan diafragma
Kesulitan bernapas
(sesak)
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Pola
Napas
Ketidakefektifan pola
napas
2.
DS:
sesak nafas
dirawat di RS X selama 10
pembuluh darah ke
ekstraseluler
kaki
inferior
Kelebihan volume
DO:
Saat di RS X pasien
mendapat pengobatan dan
dilakukan pungsi cairan di
perut
Penurunan kadar
cairan
Kelebihan Volume
Cairan
Pemeriksaan penunjang
didapatkan Albumin : 2,6
gr/dl
3.
DS:
mengalir melalui
tekanan hepatik
Mendesak darah
DO:
Terjadi peningkatan
portosystemic shunt
Sebagian besar
tidur
neurotoksik mencapai
lain
dirawat di RS X selama 10
Neurotoksik palsu
(GABA)
Membentuk reseptor
(GABA/BZ)
Keletihan
Keletihan
4.
DS:
Ketidakseimbangan
Terjadi peningkatan
tekanan hepatik
Mendesak darah
mengalir melalui
dirawat di RS X selama 10
portosystemic shunt
Sebagian besar
neurotoksik mencapai
DO:
Dilakukan pemeriksaan
lain
lambung
BB : 70 Kg 50 kg
Penatalaksanaan pada
kasus ini adalah
perawatan intensif dengan
cara memasang Naso
Gastic Tube dan
pemberian kalori lebih
kurang 2000 kal/hari :
Ketidakcukupan energy
di otak, tidak ada
neurotransmisi yang
efisien antar sinap di otak
Koma hepatikum
Anoreksia
Kebutuhan
Penurunan intake
nutrisi
protein
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
III.
Prioritas Diagnosa
1
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
b.d
Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1:
Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi yang ditandai dengan klien
mengeluh sesak napas saat melakukan aktivitas, ataupun sering
terbangun pada malam hari karena sesak, RR 24x/menit, adanya retraksi
intercostals
Indikator
RR
Ritme pernapasan
Kedalaman
4.
5.
inspirasi
Patensi jalan napas
Penggunaan
otot
aksesoris
6.
7.
pernapasan
Retraksi dada
Sesak saat aktivitas
ringan
Keterangan:
1) Severe deviation from normal range
2) Substantial deviation from normal range
3) Moderate deviation from normal range
4) Mild deviation from normal range
5) No deviation from normal range
NIC: Respiratory Monitoring
1
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Kelebihan volume cairan b.d mekanisme regulasi yang di tandai dengan
bengkak pada kedua kaki, pitting edema pada ekstremitas.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam
kelebihan volume cairan pasien kembali normal
Kriteria Hasil: didapatkan skor 4 pada indikator NOC dibawah ini.
NOC: Fluid Overload Saverity
No.
1.
2.
3.
Indikator
Lemas
Edema kaki
Peningkatan
lingkar
perut
Keterangan:
1) Severe deviation from normal range
2) Substantial deviation from normal range
3) Moderate deviation from normal range
4) Mild deviation from normal range
5) No deviation from normal range
NIC : Fluid Management
1) Monitor status hidrasi
2) Monitor hasil labolatorium yang relavan terkait dengan retensi cairan
3) Monitor TTV
4) Monitor indikasi kelebihan cairan atau retensi
5) Konsultasikan jika ada tanda dan gejala dari volume cairan
6) Menilai sejauh lokasi edema
NIC: Fluid Monitoring
1) Catat intake dan output cairan
2) Ukur dan catat lingkar perut setiap hari
Indikator
.
1.
Lemas
2.
Lesu
3.
Penurunan energi
NOC: fatigue level
No
Indikator
.
1.
Kehilangan nafsu
makan
Gangguan
3.
konsentrasi
Kegiatan
hidup
sehari-hari
NOC: Nutritional Status : nutritional intake
No
Indikator
.
1.
Intake kalori
Keterangan:
1) Severe deviation from normal range
2) Substantial deviation from normal range
3) Moderate deviation from normal range
4) Mild deviation from normal range
5) No deviation from normal range
NIC : Nutrition Management
Evaluasi
N
Diagnosa
Evaluasi
O
1.
Ketidakefektifan
pola nafas
berkurang.
O : klien bernafas dengan normal, tidak
terlihat menggunakan otot bantu nafas
(otot intercostal)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Melanjutan pemberian oksigen
5L/menit, tetap memantau pola, frekuensi
2.
Kelebihan volume
cairan
3.
Keletihan
BAB 5
PEMBAHASAN
A. Airway (jalan napas):
Airway merupakan kepatenan jalan napas. Airway dapat terganggu
jika ditemukan pasien yang tidak dapat berbicara karena beberapa hal
diantaranya lidah yang menghalangi jalan napas pada pasien tidak
responsif, gigi yang patah dan masuk ke dalam saluran nafas, adanya
perdarahan, muntahan atau sekresi lainnya (Kartikawati, 2011). Pada
kasus, pasien tidak mengalami hal tersebut. Sehingga penanganan
untuk airway tidak perlu dilakukan.
B. Breathing (pernapasan):
Breathing merupakan pengkajian pernapasan yang dilihat dari
pertukaran udara dan perfusinya. Status pernapasan dapat dinilai dari
pernapasan spontan, kedalaman dan kesimetrisan saat inspirasi dan
ekspirasi, warna kulit pada ujung jari kuku dan mulut, frekuensi
pernapasan, pola pernapasan, penggunaan otot bantu napas, vena
jugularis dan posisi trakea. Pada kasus ditemukan penggunaan otot
bantu nafas karena sesak serta ditemukan varises esofagus dan
lambung. Sehingga klien perlu penanganan sesak agar klien dapat
bernapas dengan normal. Menurut teori, jika napas spontan maka
pasien diberikan oksigen melalui masker nonrebreather pada
kecepatan aliran minimal 10-12 liter / menit. Gunakan bag valve mask
untuk mendorong tekanan positif oksigen saat nafas tidak efektif.
Dilakukan penilian ulang pada status pernapasan pasien yang
meliputi pengukuran,saturasi oksigen dan udara dalam darah
(Kartikawati, 2011). Sehingga masalah keparawatan yang diangkat
dalam kasus yaitu ketidakefektifan pola nafas.
C. Circulation (pompa, pipa, isi) :
Penilain untuk status sirkulasi adalah adanya perdarahan,denyut nadi
dan perfusi (Kartikawati, 2011). Dalam kasus pasien tidak mengalami
perdarahan, denyut nadi teraba 96x/menit dan reguler (normal),
frekuensi pernapasan 24 kali/menit (Normal), pemeriksaan thoraks
didapatkan
adanya
retraksi
intercostal.
Penatalaksanaan
yaitu
BAB 6
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Koma hepatikum atau yang disebut dengan ensepalopati hepatik
merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai pada pasien
dengan sirosis hepatis. Pasein dengan hepatik ensefalopati biasanya
terdapat gangguan neuropsikologikal dan dengan prognosis yang
buruk. Penatalaksanaan ensepalopati hepatik akan memperpanjang
survival dan memperbaiki kualitas hidup pasien sirosis. Prinsip
tatalaksana ensefalopati hepatikum adalah mengidentifikasi dan
mengatasi pencetus serta terapi medika mentosa. Penatalaksanaan
dapat dilakukan dengan pemberian laktosa adan antibiotik seperti
rifaximin dan penatalaksaan untuk mempertahankan status nutrisi
yang bagus. Perawat dapat mengevaluasi status kesehatan pasien
untuk memantau kondisi pasien dan setting pada rumah sakit untuk
manajemen penting dalam proses penyembuhan pasien. Diagnosa
keperawatan dapat ditegakkan atas dasar anamnesis yang didapat
dari pasien, keluarga dan pengkajian fisik maupun pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan oleh perawat.
B. SARAN
Penyusunan
makalah
mengenai
Koma
Hepatikum
atau
tepat.
Bagi
Institusi
keperawatan
diharapkan
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Poh Z and Chang PEJ. 2012. A current review of the diagnostic and
treatment strategies of hepatic encephalopathy. International Journal of
Hepatology. 44(2):150157
Stein H.J. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Ed lll. EGC.
Budihusodo
U.
2001.
Pengobatan
Dini
Ensefalopati
Hepatikum.