Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Jumardi
Ilham
Berlian Lirahayu
Haryana Hendra
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
-
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah,
2005: 223).
Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume
tinja > 159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama
dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman,
1999: 1354).
Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2000: 470).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO,
1980).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
otitis
media
akut
(OMA),
transilitis/tonsilofaringitis,
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
Cengeng
BB menurun
Turgor berkurang
TD menurun
Kesadaran menurun
Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau
dewasa.
Suhunya tinggi
b. Gejala :
-
Lemas
Dehidrasi
Gelisah
Cengeng
Oliguria
Anuria
Rasa haus
D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada
input) merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di
dalam tubuh.
c.
permukaan
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum
dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
a. Diare dengan dehidrasi ringan
-
Rasa haus
Mata cekung
F. KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
-
Diare akut
Diare kronis
1.
Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2.
Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
-
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah
pada bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
a. Watery Stools/tinja besar
1) Gastroenteropati alergi
-
2) a) -
b)
Defisiensi disakarida
Hipoparatiroidisme
Insufisiensi adrenal
Diabetes mellitus
Ganglionueuroma
Hipoplasi
Cystic fibrosis
2) Limfangiektasi usus
3) Kolestasis
-
Hepatitis neonatal
Sirosis hepatitis
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan Tinja
1.
Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2.
Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja
( normal : 55-95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ),
HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).
b.
PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label
klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula.
1.
2.
c.
2.
e.
f.
Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare
kronik. Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal
baik itu Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 )
menunjukan adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.
H. PENULARAN
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
1. Menggunakan sumber air yang tercemar
2. BAB sembarang tempat
10
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang
mengidap viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak
mencuci tangannya secara teratur setelah menggunakan kamar mandi.
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang
terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan
makan, minum bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan
orang yang terinfeksi virus diare.
I. PENCEGAHAN
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
2. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
3. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
4. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.
J. KOMPLIKASI
2. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi
( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena
kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam
tubuh
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan
osmolality cairan ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela
normal, frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant
130-150 mEq/l
Dehidrasi hipotonik
11
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab).
Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131
mEq/l.
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada
garam, terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive
evaporative losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya
bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium
dalam serum > 150 mEq/l
b. Berdeasarkan derajatnya
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit
kering, tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata
sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental
normal.
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat,
tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering,
merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan
frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus
mental normal sampai lesu.
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai
apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata
dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar
urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus
meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi
berumur <6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah
12
dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu
banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada
demam umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi
kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi.
Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun
setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin
diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler.
Sebagai kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan
pernafasan cepat dan dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi
kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus,
kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat
penggunaan obat anti motilitas.
13
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita
diare dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah,
tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam
jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
a. Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti
meningitis, ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Muntah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang
menyebabkan gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi
sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu
cepat.
K.
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap
defekasi
b. Dehidrasi ringan
14
c. Dehidrasi sedang
d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3 10 kg.
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1
ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20
tetes).
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes)
atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus
1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).
Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak
15
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum
dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 1 tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %)
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml
= 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20
jam
berikutnya:
150
ml/kgBB/20
jam
atau
Kebutuhan cairan:
16
25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %)
Kecepatan:
Saa dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare
dehidrasi berat. Misalnya untuk anak umur 1 bulan 2 tahun
dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG aa
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml =
20
jam
berikutnya:
150
ml/kgBB/20
jam
atau
tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam
atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10
kg, umur 1 bulan 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis
makanannya:
-
Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh).
17
Susu
khusus
sesuai
dengan
kelainannya
misalnya
tidak
Cara memberikan:
Hari
1.
Ket
Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral
2-4
5
3) Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
b. Obat spasmolitik
c. Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
Cairan per oral
-
Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl
dan NaHCO3, KCl dan glukosa.
Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
Cairan parenteral
-
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah
a) Bila dehidrasi masih ringan
18
2) Kebutuhan nutrisi
-
Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan
bubur tanpa sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari
keesokannya jika membaik boleh diberi wortel daging tidak
berlemak.
19
Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan
dengan kapas yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri
bedak.
Mencuci tangah
2.
3.
b. Cara membuat
Masukan gula dan garam ke dalam gelasd yang telah berisi air matang
hangat, aduk hingga rata kemudian minumkan kkepada penderita
Pathways Diare
Infeksi
Molabsorbsi
Makanan Beracun Faktor Psikologis
(Virus, Bakteri, Parasit) Makanan di usus
Reaksi Inflamasi
Tek Osmotik
Hipermotilitas
21
Hipomotilitas
Bakteri tumbuh SS
MK: < Pengetahuan
Dehidrasi
Dehidrasi
Output >>
Obsorbsi ber <
Iritasi Kulit
Nyeri akut
Perubahan nutrisi
Tubuh kehilangan
cairan & elektrolit
Pe vol cairan
ekstra sel
Defekasi sering
Cemas
Pe cairan
intertitiil
Tugor kulit
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan
berlebih. Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi,
intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke
hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau
akibat salah makan
3. Lamanya Diare
22
Pemerisaan Fisik
a. Kepala dan Muka
Kepala
Rambut
Mata
Mulut
Pipi
Wajah
b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian
usus dan dapat terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
f. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 2
detik
24
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium
a)
Pemeriksaan Tinja
normal
dalam tinja 55 95 mEq/l, kalium normalnya 25 26 mEq/l,
HCO3 normalnya 14 31 meq/l.
b)
PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet
clini test bila diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6
2. gula tinja
: 0.5 %
++
: 0.75 %
+++
:1%
++++ : 2 %
normalnya tidak ada gula dalam tinja
c)
Pemeriksaan
BE
CO2
PH
Nilai normal
48 mEq/l
27 mEq/l
7,4
Alkalosis metabolic
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolic
Asidosis respiratorik
25
kronik.
2. Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10
hari tidak berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi
sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.
3. Foto sinar X ( Rontgen )
foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akur
peranan
Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik
dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan
endoskopi.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
C. INTERVENSI
26
NOC
KH
Fluid balance
O (ml)
500 600
3 5 thn
600 700
5 8 thn
700 1000
8 14 thn
800 1400
14 18 thn
1500
HT normal
Pada
Wanita
laki-laki
:
40 48%
37 43%
Tekanan darah
1 thn
95/65 mmHg
6 thn
05/65 mmHg
10 13 thn
110/65 mmHg
14 17 thn
120/75 mmHg
Nadi
Umur
Bangun
tidur
1 2 thn
80 150
70 120
2 thn 10 thn
70 110
60 90
10 thn 18 thn
55 90
50 90
Suhu tubuh
1 thn
37,7oC
27
2 5 thn 37,2oC
6 18 thn 37oC
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran
mukosa lembato, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC
Fluid manajement
1.
Timbang
pokok/pembalut
jika
diperlukan
2.
3.
4.
5.
Monitor
cairan/makanan
dan
7.
Masukkan oral
8.
NOC
28
KH
peningkatan
fungsi
pengecapan
2.
Jarang menunjukkan
3.
Kadang menunjukkan
4.
Sering menunjukkan
5.
Selalu menunjukkan
NIC
Nutrition management
Intervensi
Berikan
makanan
yang
terpilih
udah
NIC
Nutrition monitoring
Intervensi
29
NOC
Control nyeri
KH
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC
Pain management
Intervensi
dalam
ketidakmampuan
30
untuk
tentang
keefektifan
dan
tindakan
faktor-faktor
mempengaruhi
lingkungan
respon
yang
pasien
dapat
terhadap
ketidaknyamanan.
6. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan
diharapkan
integritas
kulit
kembali
normal.
NOC
KH
Keterangan
Jarang menunjukkan
Kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
NIC
Pressure management
Intervensi
31
5. Dx
Tujuan
NOC
Thermoregulation
KH
NIC
Fever treatment
Intervensi
Monitor IWL
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
32
NOC
KH
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
sss5.
Selalu menunjukkan
NIC
Intervensi
EVALUASI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh.
1.Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
4)
1 thn
Umur
O (ml)
500 600
3 5 thn
600 700
33
(skala
5 8 thn
700 1000
8 14 thn
800 1400
14 18 thn
1500
laki-laki
:
40 48%
37 43%
(skala
4)
Tekanan darah
1 thn 95/65 mmHg
6 thn 105/65 mmHg
10 13 thn
110/65 mmHg
14 17 thn
120/75 mmHg
Nadi
Umur Bangun
1 2 thn
tidur
80 150
70 120
60 90
55 90
50 90
Suhu tubuh
1 thn 37,7oC
2 5 thn
37,2oC
6 18 thn
37oC
(skala
4)
Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi.
34
(skala
4)
2. BB ideal sesuai dengan tinggi badan
(skala
4)
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
(skala
4)
(pasien mengerti jadwal makanan dan jenis makanan)
4. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
(skala
4)
(tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir pecah-pecah
kulit, rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan
(skala
4)
menelan (pasien mau makan, porsi makan habis)
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
(skala
4)
(BB normal)
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus
1. Mengenal faktor penyebab (makanan dan frekuensi BAB) (skala
4)
2. Menggunakan metode pencegahan non analget
(skala
4)
(ditraksi, relaksasi)
3. Mengenali gejala-gejala nyeri (mules, cengeng, gelisah,
(skala
4)
eksprewi wajah merintih memegangi perut)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
1. Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit elastis. (skala
4)
35
(skala
4)
kulit tidak kering).
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
(skala
4)
kelembahan kulit dan perawat alami (pemberian
baby oil/lotion, tidak diberikan bedak)
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1. Suhu tumbuh dalam rentang normal (36,5o C)
(skala
4)
2. Nadi dan RR dalam rentan normal
(skala
4)
(nadi: 80-100 x/mnt, R: 15 20 x/mnt).
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
(skala
4)
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
1. Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman
(skala 4)
tentang penyakit, kondisi, prognosis, program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
(skala 4)
yang dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga ampu menjelaskan kembali apa
(skala 4)
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
Ket skala
36
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
37
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006.
Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama
38