Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA BANDING ATAS KASUS

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI PENGADILAN PAJAK


(STUDI KASUS PT OP)
Iqbal Sahid
Kertahadi
Otto Budihardjo
Ps Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
115030400111077@Mail.Ub.Ac.Id
Abstract
This study is discussing implementation of tax appeal settlement on Value Added Tax (VAT) Case of PT OP in Tax
Court. Tax Appeal occurs because tax audit held by Directorate General of Taxes (DGT) based on tax restitution
application filed by PT OP. The purpose of this study is to determine tax appeal settlement on VAT Case of PT OP in
Tax Court and the impact of Tax Courts decision of VAT dispute. The type of this study is descriptive using
qualitative approach. Studys result shows that tax appeal settlement of PT OP is harmonius with applicable current
provision. Tax Courts decision which is fully granting of PT OPs petition impact to tax payments who overpayment
plus interest that is awarded to PT OP as reward. The result of this study suggests DGT to not made any adjustment
based only on assumptions. Adjustment must be made based on proof which is sufficient and reliable. The study also
suggests PT OP to apply VATs restitution every Tax Period, to avoid any fine if there is any adjusment in tax audit.
Keywords: Tax Appeal, Value Added Tax, Tax Court, Appellant, Settlement
PENDAHULUAN
Pajak

perpajakan

merupakan

pada

surat

ketetapan pajak. Salah satu implikasi dari sistem

penerimaan negara yang berasal dari partisipasi

self assessment untuk memastikan Wajib Pajak

masyarakat.

sistem

melaksanakan kewajiban dengan baik adalah

perpajakan dikembangkan dari hasil proses

fiskus berhak untuk memeriksa apakah Wajib

keputusan demokrasi. Pajak yang dipungut oleh

Pajak

negara harus melibatkan rakyat dalam proses

perpajakannya

penyusunannya. Untuk dapat memungut pajak,

perundang-undangan.

negara harus mendapat persetujuan rakyat yang

mengenai peraturan pajak, sebenarnya kita

diwakili oleh wakil rakyat yang ada di parlemen

sedang berbicara mengenai pemahaman atau

(Darussalam, 2013:9).

interpretasi. Adapun dengan adanya sistem self

negara

satu

bergantung

sumber

Di

salah

tanpa

demokrasi,

Dalam memungut pajak, ada tiga teknik yang

telah

menjalankan
sesuai

kewajiban

dengan
Ketika

peraturan

kita

berbicara

assessment, sering timbul perbedaan di antara

secara teoretis dapat diterapkan, yaitu self

fiskus

assessment system, official assessment system dan

mengakibatkan adanya potensi sengketa pajak.

withholding system (Mardiasmo, 2011:7). Teknik ini


merupakan

Pajak

yang

dapat

Sengketa pajak yang terjadi berawal dari


adanya perubahan dari sistem self assessment

pemungutan pajak menurut Adriani dalam

menjadi sistem official assessment. Perubahan ini

Brotodihardjo (1993:2), yaitu:

terjadi saat fiskus melakukan pemeriksaan atau

a. Wajib Pajak menentukan sendiri jumlah pajak

verifikasi terhadap Wajib Pajak. Menurut Pasal 2

terutang

pembagian

Wajib

teknik

yang

rekonstruksi

dan

sesuai

dengan

ketentuan

undang-undang,

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

14/

PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Surat

b. ada kerja sama antara Wajib Pajak dengan


fiskus, atau

Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak, proses


pemeriksaan

atau

verifikasi

ini

dapat

c. fiskus menentukan jumlah pajak yang terutang.

menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau Surat

Sistem self assessment pada dasarnya menuntut

Tagihan Pajak (STP). Surat ketetapan pajak

Wajib

Pajak

menyetorkan

sendiri
dan

yang

melaporkan

menghitung,

dan/atau STP ini diduga tidak disetujui oleh Wajib

pajak

Pajak sehingga menimbulkan persengketaan.

yang

terutang. Hal ini dibuktikan dengan adanya

Apabila dalam proses pemeriksaan Wajib Pajak

ketentuan dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-

tidak menyetujui surat ketetapan pajak dan/atau

Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

STP yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

(DJP), Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan

telah diubah beberapa kali terakhir dengan

kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak. Dalam

Undang-Undang

2009

Pasal 15 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

(selanjutnya disebut dengan UU KUP), yang

9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan

menyatakan bahwa Wajib Pajak wajib membayar

Penyelesaian Keberatan, sebelum menerbitkan

pajak

Surat Keputusan (SK) Keberatan, Dirjen Pajak

sesuai

Nomor

dengan

16

Tahun

ketentuan

peraturan

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

harus meminta Wajib Pajak untuk hadir guna

menyebabkan menumpuknya sengketa pajak

memberikan

memperoleh

yang belum diselesaikan. Tabel 2 menjelaskan

penjelasan mengenai keberatan Wajib Pajak.

perbandingan antara sengketa yang masuk dan

Permintaan kehadiran dilakukan melalui Surat

yang telah diselesaikan di Pengadilan Pajak.

Pemberitahuan Untuk Hadir.

Tabel 2. Data Banding dan Gugatan di Pengadilan

keterangan

Berdasarkan

data

atau

statistik

dari

majalah

Pajak 2004 s.d. 2013 (per 31 Oktober 2013)

InsideTax Edisi ke-22 (2014:42), diketahui bahwa


SK Keberatan yang dikeluarkan oleh DJP mulai
tahun

2010

hingga

tahun

2014

cenderung

meningkat. Penurunan hanya terjadi pada tahun


2013,

dimana

jumlah

SK

Keberatan

yang

diterbitkan adalah sebesar 15.038 SK, turun 9,66%


dari SK Keberatan yang diterbitkan pada tahun
2012 sebesar 16.646 SK.
Tabel 1. Jumlah SK Keberatan yang Diterbitkan DJP
Tahun Penerbitan
Jumlah SK Keberatan
2010
12.524
2011
16.130
2012
16.646
2013
15.038
2014 (s.d. Juni)
5.474
Sumber: Toni Febriyanto (2014:42)

Jika dilihat dari hasil keputusan SK Keberatan


yang diterbitkan selama tahun 2013, diketahui
bahwa hasil keputusan yang paling banyak
diterbitkan adalah menolak, yaitu sebesar 6.727
SK atau sebesar 44,73% dari seluruh SK. Setelah
itu adalah mengabulkan seluruhnya (22,80%) dan
mengabulkan

sebagian

(22,12%).

Dapat

disimpulkan bahwa masih banyaknya sengketa


pajak yang belum menemui hasil di tingkat
keberatan, sehingga Wajib Pajak melakukan
upaya selanjutnya yaitu dengan mengajukan
permohonan banding ke Pengadilan Pajak.

Sumber: Data diolah (2015)

Mengingat

pentingnya

peran

Pengadilan

Pajak dalam menyelesaikan sengketa pajak, maka


peneliti tertarik untuk menganalisis salah satu
kasus banding yang ada di Pengadilan Pajak.
Kasus banding yang akan dianalisis adalah kasus
banding PT OP terhadap SK Keberatan yang
diterbitkan

oleh

DJP.

Dengan

demikian,

penelitian ini akan mengambil judul Analisis


Penyelesaian Sengketa Banding atas Kasus
Pajak Pertambahan Nilai di Pengadilan Pajak
(Studi Kasus PT OP). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan
banding dalam penyelesaian sengketa kasus PPN
pada PT OP di Pengadilan Pajak serta dampak
dari putusan Pengadilan Pajak atas sengketa
kasus PPN tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
PENGADILAN PAJAK
Dalam hukum tata usaha negara, perselisihan
antara masyarakat dan eksekutif mengenai suatu
keputusan

yang

diterbitkan

berada

dalam

lingkup hukum publik. Namun berdasarkan


Pasal 27 ayat (1) UU KUP, dikatakan bahwa Wajib
Pajak dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada badan peradilan pajak terhadap
keberatannya

mengenai

keputusan

yang

diterbitkan oleh Dirjen Pajak. Pengaturan ini


menunjukkan

bahwa

putusan

dari

badan

peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata


Gambar 1. Statistik Hasil Keputusan SK Keberatan
Tahun 2013

usaha

negara.

Maka,

Pengadilan

Pajak

merupakan pengadilan yang berdiri sendiri dan


mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari

Sumber: Toni Febriyanto (2014:42)

pengadilan tingkat pertama bila dikaitkan dengan


Peran Pengadilan Pajak dalam menyelesaikan
sengketa pajak sangat signifikan, mengingat
banyaknya sengketa pajak yang tidak menemui
penyelesaian. Jumlah sengketa pajak yang masuk
pun bertambah tiap tahunnya. Sementara itu,
tidak semua sengketa pajak yang masuk dapat
diselesaikan dalam tahun yang sama. Hal ini

peradilan tata usaha negara.


Mengingat sifat dan corak perpajakan yang
khas, peradilan perpajakan merupakan peradilan
administrasi dalam arti sempit. Pemeriksaan dan
putusan pengadilan ini atas perkara sengketa
administrasi murni artinya perkara tersebut
bukan merupakan pelanggaran dalam lingkup

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

pidana dan perdata. Pengadilan Pajak dibentuk

Wajib Pajak, maka mungkin Wajib Pajak tidak

karena adanya sengketa pajak yang tidak dapat

menyetujui keputusan tersebut. Jika Wajib Pajak

diselesaikan dengan keputusan eksekutif atau

mengajukan banding atas keputusan keberatan

pejabat publik dan memerlukan suatu wadah

yang tidak disetujuinya, maka terjadilah apa yang

yang

disebut dengan sengketa banding.

dapat

menjadi

penengah

dengan

memberikan putusan yang adil.

BEBAN PEMBUKTIAN DALAM SENGKETA

SENGKETA PAJAK

PAJAK

Sengketa pajak dalam proses banding atau

Pasal 12 ayat (1) UU KUP menyatakan bahwa

yang sering disebut dengan sengketa banding

setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak dengan

adalah sengketa yang timbul dalam bidang

tidak menggantungkan pada surat ketetapan

perpajakan antara Wajib Pajak dengan fiskus,

pajak. Pasal 12 ayat (2) UU KUP menyatakan

mengenai

tidak

bahwa jumlah pajak yang terutang menurut Surat

disetujui oleh Wajib Pajak. Menurut Sundoro

Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh

(2004:40), sengketa banding dapat dibedakan

Wajib Pajak adalah sesuai dengan ketentuan

menjadi dua, yaitu:

peraturan

a. Sengketa formal

Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) dan (2) UU KUP di

keputusan

keberatan

yang

perundang-undangan

perpajakan.

Sengketa formal timbul apabila Wajib Pajak

atas, penetapan jumlah materiil pajak yang

atau fiskus atau keduanya tidak mematuhi

terutang sesuai dengan asas self assessment system

prosedur dan tata cara yang telah ditetapkan

dilakukan oleh Wajib Pajak.

dalam

peraturan

perundang-undangan

perpajakan, khususnya dalam UU KUP.

Pasal 12 ayat (3) UU KUP menyebutkan bila


Dirjen Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah

b. Sengketa material

pajak yang terutang menurut SPT sebagaimana

Sengketa material timbul akibat terdapat

dimaksud dalam ayat (2) tidak benar, maka Dirjen

perbedaan jumlah pajak yang terutang atau

Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

jumlah pajak yang lebih dibayar menurut

Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa jumlah

perhitungan Wajib Pajak dengan perhitungan

pajak yang terutang menurut SPT adalah benar,

fiskus. Perbedaan tersebut dapat timbul

kecuali

dikarenakan adanya perbedaan pendapat atau

sebaliknya. Dengan kata lain, jumlah pajak yang

interpretasi.

terutang dalam SPT tersebut tidak benar.

Kedua jenis sengketa ini dibedakan dari jenis

Dalam

Dirjen

Pajak

peraturan

mendapatkan

bukti

perundang-undangan

materi yang disengketakan, yaitu formal dan

perpajakan di Indonesia, dikenal adanya dua jenis

material. Namun, bila dalam suatu permohonan

penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

sengketa pajak memuat kedua jenis sengketa ini,

(SKPKB), yaitu penerbitan SKPKB secara jabatan

maka Majelis Hakim terlebih dahulu akan

dan

membahas sengketa formal. Hal ini sesuai dengan

dilakukan bila Dirjen Pajak mendapat data selain

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002

dari Wajib Pajak (Pasal 13 ayat (1) huruf b & d UU

tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut

KUP), sedangkan penerbitan secara non-jabatan

dengan UU PP).

dilakukan bila Dirjen Pajak hanya mendapat data

BANDING

dari Wajib Pajak (Pasal 13 ayat (1) huruf a & c UU

non-jabatan.

Penerbitan

secara

jabatan

Banding adalah upaya hukum yang dapat

KUP). Berdasarkan Penjelasan Pasal 13 ayat (1)

dilakukan ketika seseorang merasa tidak puas

UU KUP, pembuktian atas penghitungan pajak

dengan penyelesaian administratif atas proses

yang terutang dalam SKPKB yang diterbitkan

keberatan yang dilakukan oleh fiskus. Banding

secara jabatan berada di pihak Wajib Pajak.

diawali

atau

Dengan demikian, secara argumentum a contrario,

ketidaksetujuan Wajib Pajak atas ketetapan pajak

maka pembuktian atas penghitungan pajak yang

yang

terutang dalam SKPKB yang diterbitkan secara

dengan

adanya

diterbitkan

oleh

sengketa
fiskus.

Untuk

menyelesaikan sengketa tersebut, Wajib Pajak


berhak

mengajukan

permohonan

non-jabatan berada di pihak DJP.

keberatan

kepada Dirjen Pajak sebagaimana diatur dalam


Pasal 25 ayat (1) UU KUP.
Penyelesaian keberatan kemudian dilakukan
oleh Dirjen Pajak dalam jangka waktu dua belas
bulan sesuai Pasal 26 ayat (1) UU KUP. Jika
keputusan

keberatan

tersebut

menyatakan

menolak atau menerima sebagian keberatan

METODE PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian

deskriptif

dengan

pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian


yang bermaksud untuk memahami fenomena

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,


misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong,

2011:5).

Penelitian

ini

Tujuan Penelitian:
1. Mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan
banding PT OP di Pengadilan Pajak
2. Mengetahui dan menjelaskan dampak
putusan Pengadilan Pajak atas pelaksanaan
banding PT OP

termasuk

penelitian deskriptif karena bertujuan untuk


memberikan

gambaran

yang

lebih

detail

Gambaran Umum PT OP

mengenai suatu gejala atau fenomena. Irawan


(2000:60) mengartikan metode deskriptif sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

Kronologis Pra-Banding

dengan menggambarkan keadaan subjek dan


objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Kronologis Banding

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Triangulasi

dua teknik pengumpulan data menurut Sugiyono


(2008:63) yaitu:
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara

Permohonan
Banding

Surat Uraian
Banding

Surat
Bantahan

mengkaji berbagai literatur yang berkaitan


dengan topik penelitian. Beberapa sumber
yang digunakan antara lain buku-buku,
undang-undang,

dan

data-data

Fakta dalam Persidangan

sekunder

berupa data-data yang sudah tersedia dalam

Triangulasi

pengajuan proses banding ini.


b. Studi Lapangan
Untuk mendapatkan data primer, peneliti
melakukan

penelitian

lapangan

dengan

Fakta dari
DJP

Fakta dari
PT OP

melakukan wawancara mendalam dengan


narasumber yang terkait dengan penelitian ini.
Wawancara mendalam dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara.

Putusan Pengadilan Pajak

ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan analisis data yang
bersifat kualitatif. Analisis data dilakukan dengan
cara

menjelaskan

proses

dari

Analisis Putusan

penyelesaian

sengketa banding PT OP. Analisis data yang


digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan

model

interaktif

Implikasi Putusan

sebagaimana

dikemukakan oleh Miles dan Huberman, dimana


dalam model ini terdapat tiga tahap kegiatan
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Usman dan Akbar, 2008:85).

Pembahasan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,


bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan
banding

dalam

penyelesaian

sengketa kasus PPN pada PT OP di Pengadilan


Pajak serta dampak dari putusan Pengadilan
Pajak atas sengketa kasus PPN tersebut. Untuk
itu, dalam Gambar 2 peneliti akan membuat
kerangka

pola

dari

hasil

pembahasan pada penelitian ini.

penelitian

Terhadap
PT OP

Gambar 2. Kerangka Pola Hasil Penelitian dan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

pelaksanaan

Terhadap
DJP

dan

Sumber: data diolah (2015)


GAMBARAN UMUM PT OP
PT OP adalah Perusahaan Penanaman Modal
Asing (PMA) yang berlokasi di Jakarta. Kegiatan
usaha yang dilakukan PT OP adalah pembuatan
pakaian jadi dari permintaan pemesan di luar
negeri.

Untuk

menyelesaikan

permintaan

pemesan, PT OP membutuhkan modal tambahan.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Hal ini karena pelunasan dilakukan setelah PT OP

maka

mengirim pakaian jadi tersebut ke luar negeri. PT

pembayaran pajak dianggap dikabulkan.

OP melakukan pinjaman kepada Tuan AR yang

permohonan

pengembalian

kelebihan

PT OP juga tidak setuju dengan koreksi atas

digunakan sebagai tambahan modal kerja.

ekspor

menjadi

KRONOLOGIS KASUS SEBELUM TAHAP

Rp3.198.483,00

BANDING

melakukan

penjualan

karena

PT

penyerahan

lokal
OP

senilai

benar-benar

ekspor.

PT

OP

PT OP melaporkan SPT Masa PPN Masa Pajak

melampirkan beberapa bukti yang berupa invoice,

Desember 2007 Pembetulan ke-1 pada tanggal 20

packing list, AWB/Freight, konfirmasi Bea Cukai,

November 2008 dengan status lebih bayar dan

dan PEB. Demikian pula dengan koreksi atas

mengajukan restitusi. Dirjen Pajak kemudian

pinjaman

melakukan Pemeriksaan Pajak berdasarkan Surat

Rp65.409.696.357,00,

Perintah

PRIN-

menyetujuinya. Hal ini karena pinjaman yang

didapat oleh PT OP adalah pinjaman yang

Pemeriksaan

Pajak

114.PPN/WPJ.07/KP.0905/2008
Desember

2008.

menghasilkan

Nomor
tanggal

Pemeriksaan

SKPKB

PPN

tersebut

menjadi

digunakan

penjualan
PT

untuk

lokal

OP

sebesar

juga

membiayai

tidak

operasional

Nomor

perusahaan. PT OP hanya menyetujui koreksi

00087/407/07/059/09 tanggal 19 November 2009.

positif atas penerimaan kembali barang reject

SKPKB tersebut berisi beberapa koreksi. Pertama,

sebesar Rp571.111.475,00.

koreksi atas ekpor menjadi penjualan lokal

Atas permohonan keberatan PT OP, Dirjen

sebesar Rp3.198.483,00. Kedua, koreksi atas

Pajak menerbitkan Keputusan Nomor KEP-

penerimaan

1219/WPJ.07/2010 pada tanggal 11 November

kembali

barang

reject

sebesar

Rp571.111.475,00. Terakhir, koreksi atas pinjaman

2010

yang

memutuskan

untuk

menerima

dari Tuan AR menjadi penjualan lokal sebesar

sebagian keberatan PT OP. Adapun sebagian

Rp65.409.696.357,00.

keberatan PT OP yang dikabulkan adalah koreksi

PT OP yang tidak setuju atas SKPKB tersebut

atas ekspor menjadi penjualan lokal senilai

mengajukan surat permohonan keberatan nomor

Rp3.198.483,00. PT OP yang tidak puas atas

008/OP-JKT/II/2010 tanggal 3 Februari 2010.

Keputusan Dirjen Pajak tersebut, kemudian

Permohonan keberatan tersebut berisi beberapa

mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.

argumen dan alasan material yang mendasari

KRONOLOGIS

ketidaksetujuan tersebut. PT OP menyatakan

BANDING

bahwa dasar penerbitan SKPKB PPN melanggar

1. Surat Permohonan Banding

Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang Nomor 6

PT

OP

KASUS

(selanjutnya

PADA

TAHAP

Pemohon

Banding)

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

mengajukan surat permohonan banding nomor

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah

019/OP-JKT/II/2011 tanggal 9 Februari 2011.

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang

Permohonan

Nomor 16 Tahun 2000 (selanjutnya disebut

argumentasi Pemohon Banding atas beberapa

dengan UU KUP 2000) yang pada intinya

aspek material yaitu: (i) aspek formal penerbitan

berbunyi bahwa Dirjen Pajak harus menerbitkan

SKPKB PPN; (ii) koreksi positif dari hutang lain-

surat ketetapan pajak paling lambat dua belas

lain menjadi penjualan lokal; (iii) dasar hukum

bulan sejak surat permohonan diterima.

pengenaan PPN; dan (iv) beban pembuktian

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, PT

banding

yang

diajukan

berisi

dalam pengenaan PPN.

OP melaporkan SPT Masa PPN Masa Pajak

SKPKB PPN merupakan produk hukum

Desember 2007 Pembetulan ke-1 pada tanggal 20

lanjutan atas Pemeriksaan Pajak. Berdasarkan

November 2008. Sementara itu, SKPKB PPN

Surat

Nomor 00129/207/07/059/09 tanggal 19 November

diketahui bahwa dasar hukum yang digunakan

2009 yang diterima oleh PT OP pada tanggal 23

adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

November 2009 dengan stempel pos pengiriman

tentang

pada

tanggal

21

November

2009.

Perintah

Pemeriksaan

Ketentuan

Umum

Pajak

dan

tersebut

Tata

Cara

Dengan

Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali

demikian, penerbitan SKPKB PPN telah melewati

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

jangka waktu dua belas bulan sebagaimana

28 Tahun 2007 (selanjutnya disebut dengan UU

dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) UU KUP 2000.

KUP 2007). Pemohon Banding berpendapat

Seharusnya SKPKB PPN tersebut dibatalkan demi

bahwa seharusnya dasar hukum yang digunakan

hukum sesuai Pasal 17B ayat (2) UU KUP 2000

adalah UU KUP 2000 sesuai dengan Pasal II angka

yang pada intinya berbunyi bahwa bila jangka

1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang

waktu dua belas bulan tersebut telah lewat dan

menyatakan bahwa terhadap semua hak dan

Dirjen Pajak belum memberikan suatu keputusan,

kewajiban perpajakan Tahun Pajak 2001 sampai

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

dengan

Tahun

Pajak

2007

yang

belum

diselesaikan, diberlakukan UU KUP 2000.

Penggunaan

arus

uang

dalam

proses

pemeriksaan hanyalah merupakan indikasi dan

Pemohon Banding selanjutnya membahas


argumentasi Dirjen Pajak (selanjutnya disebut

asumsi semata.
2. Surat Uraian Banding (SUB)

Terbanding) atas koreksi positif dari hutang lain-

Terbanding mengirimkan SUB Nomor S-

lain menjadi penjualan lokal. Pemohon Banding

2771/WPJ.07/2011 tanggal 20 Mei 2011 yang berisi

mengakui

memang

administrasi

dalam

peminjaman.

Namun,

terdapat

kesalahan

jawaban atas alasan banding dari Pemohon

pencatatan

penerimaan

Banding. Setelah meneliti permohonan banding,

yang

Pemohon Banding belum membayar 50% dari

substansinya nyata-nyata adalah hutang piutang

pajak yang masih harus dibayar dalam KEP-

namun

maka

1219/WPJ.07/2010 sebesar Rp13.196.161.566,00.

Terbanding tidak dapat mengklasifikasikannya

Pemohon Banding diketahui hanya membayar

sebagai penjualan domestik tanpa adanya bukti

Rp3.341.211.838,00.

lebih lanjut. Di samping itu, laporan keuangan

permohonan banding tidak memenuhi syarat

Pemohon Banding juga telah diaudit oleh akuntan

formal menurut Pasal 36 ayat (4) UU PP yang

publik

tanpa

pada berbunyi bahwa banding hanya dapat

pengecualian dan disajikan secara wajar untuk

diajukan apabila jumlah yang terutang telah

semua hal yang material dan telah dilakukan

dibayar 50%.

tidak

bila

tercatat

dengan

transaksi

dengan

pendapat

baik,

wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di


Indonesia.

Dengan

demikian,

surat

Kemudian, Terbanding berpendapat bahwa


jangka waktu pengiriman SKPKB telah sesuai

Pemohon Banding juga tidak sependapat

dengan

peraturan

yang

Hal

dibuktikan

pengenaan PPN. Koreksi menjadi penyerahan

Pemeriksaan Pajak, yang kemudian dilakukan

yang PPN-nya harus dipungut sendiri dilakukan

pembahasan

atas dasar pengujian uang masuk. Koreksi ini

Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak tersebut,

tidak sesuai dengan objek pengenaan PPN dalam

Dirjen kemudian menerbitkan SKPKB PPN

Pasal

Tahun

Nomor 00129/207/07/059/09 tanggal 19 November

1983tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

2009 dan telah dikirimkan kepada Pemohon

Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah

Banding pada tanggal yang sama melalui pos

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

tercatat

Undang Nomor 18 Tahun 2000 (selanjutnya

tercatat dari Kantor Pos Jakarta Mampang.

Undang-Undang

Nomor

penerbitan

ini

dengan Terbanding mengenai dasar hukum

dengan

berlaku.

tanggal

17

berdasarkan

Laporan

November

bukti

2009.

pengiriman

pos

disebut dengan UU PPN 2000). Pasal 4 UU PPN

Terbanding juga menanggapi penggunaan

2000 mengatur bahwa PPN dikenakan atas

frase UU KUP 2007 dalam Surat Perintah

penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam

Pemeriksaan

Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

WPJ.07/KP.0905/2008. Frase tersebut digunakan

Konsekuensi logisnya, terdapat dua pihak dalam

untuk menunjukkan bahwa saat pemeriksaan,

suatu penyerahan yaitu penjual dan pembeli BKP.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Tidak

pinjaman

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan telah

domestik

dilakukan revisi oleh Undang-Undang Nomor 28

logis

jika

diklasifikasikan
tanpa

penerimaan

sebagai

menunjukkan

penjualan

adanya

pembeli

BKP.

Tahun

Pajak

2007.

Namun

Ketidaklogisan juga terlihat pada koreksi sebagai

pemeriksaan

DPP

dalam UU KUP 2000.

PPN

Keluaran

yang

dilakukan

oleh

Terbanding tanpa menyebutkan barang apa yang


diserahkan.
Terakhir,

Banding

juga

tetap

PRIN-114.PPN/

secara

substansi,

menggunakan

ketentuan

3. Surat Bantahan
Pemohon

Pemohon

Nomor

Bantahan

Banding

Nomor

mengirimkan

054/OP-JKT/VI/2011

Surat
pada

menyampaikan argumennya mengenai beban

tanggal 30 Juni 2011. Dalam Surat Bantahan-nya,

pembuktian

Pemohon

dalam

pengenaan

PPN.

Telah

Banding

tidak

pajak yang terutang pada SPT yang telah

bahwa Pemohon Banding belum membayar 50%

disampaikan berada di pihak Terbanding. Karena

dari pajak yang masih harus dibayar. Terbanding

beban pembuktian berada di pihak Terbanding,

secara tidak tepat telah memperhitungkan sanksi

maka

yang

administrasi berupa kenaikan dalam menghitung

membuktikan telah terjadi tambahan penjualan

persentase pajak yang masih harus dibayar.

lokal

SPT

Sanksi administrasi berupa kenaikan bukanlah

sebagaimana yang telah Terbanding simpulkan.

pajak yang terutang karena tidak seperti PPN

yang

semestinya
tidak

Terbanding

dilaporkan

dalam

yang

dengan

argumentasi

sudah

Terbanding

setuju

ditegaskan bahwa beban pembuktian atas jumlah

menyatakan

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

yang

dikenakan

atas

objek

PPN,

sanksi

administrasi berupa kenaikan dikenakan atas


pelanggaran

kewajiban

perpajakan

pembayaran bunga atas pinjaman yang diberikan


oleh badan usaha wajib dipotong PPh Pasal 23.

tertentu.

Terbanding menyampaikan surat permintaan

Dengan demikian, Pemohon Banding telah

keterangan kedua yang meminta Pemohon

memenuhi kewajiban pembayaran 50% dari

Banding menyampaikan bukti pendukung atas

jumlah pajak yang kurang dibayar.

setiap transaksi untuk meyakinkan substansi dari

Pendapat Terbanding bahwa penggunaan

aliran uang sebesar Rp 71.355.240.335,00 sebagai

frase UU KUP 2007 untuk menunjukkan telah

hutang-piutang dan pembayaran bunga pinjaman

dilakukannya revisi adalah tidak berdasar. Ketika

serta pencatatan dalam pembukuan Pemohon

UU KUP 2007 disahkan dan ditempatkan dalam

Banding.

Lembaran Negara Republik Indonesia, maka

memenuhi permintaan dokumen pendukung

pada saat itu pula sesuai dengan asas fiksi

yang diminta oleh Terbanding. Dengan demikian,

hukum, seluruh warga negara dianggap telah

pembukuan

mengetahui

pemberlakuan

Pemohon

dari

Banding

Pemohon

tidak

dapat

Banding

tidak

Undang-Undang

mencerminkan kenyataan sesuai Pasal 28 ayat (4)

tersebut. Sehingga, apa yang disebut oleh

UU KUP 2007. Terbanding juga tidak dapat

Terbanding

meyakini perhitungan atas pengujian arus barang

sebagai

menunjukkan

telah

dilakukannya revisi tidak diperlukan lagi.

yang disampaikan oleh Pemohon Banding.

FAKTA DALAM PERSIDANGAN

Berdasarkan perhitungan dari Pemohon Banding,

1. Fakta yang Disampaikan Terbanding

dalam membuat satu pakaian jadi membutuhkan

Koreksi

sebesar

Rp5.968.754.778,00

bahan tekstil 1,25 yards. Jika seluruh bahan

merupakan bagian dari koreksi atas penerimaan

tekstil dijadikan pakaian jadi, maka didapat

penjualan yang diakui Pemohon Banding sebagai

jumlah sebesar 675.720,97 1,25 = 540.577 pcs

hutang lain-lain sebesar Rp71.355.240.335,00.

pakaian jadi. Namun, Pemohon Banding hanya

Dalam

melaporkan sebesar 373.049 pcs pakaian jadi.

pemeriksaan,

Pemohon

Banding

menyatakan bahwa atas aliran uang sebesar


Rp71.355.240.335,00

merupakan

aliran

Dalam

persidangan,

menyatakan

telah

Pemohon

melakukan

Banding

permohonan

pinjaman/hutang yang diperoleh dan dicatat

tertulis kepada bank pada tanggal 13 November

dalam akun Hutang Lain-Lain. Namun, Pemohon

2009 untuk mendapatkan rincian mengenai nota

Banding tidak pernah menunjukkan adanya surat

debet dan nota kredit selama tahun 2007. Namun,

perjanjian pinjam-meminjam. Pemohon Banding

permohonan tertulis tersebut tidak mendapatkan

juga tidak pernah memberikan informasi kepada

tanggapan dari pihak bank. Dalam hal ini

siapa Pemohon Banding melakukan pinjaman

Pemohon Banding mempertanyakan mengapa

sampai

selesai

Terbanding tidak menggunakan Pasal 35 ayat (1)

dilakukan. Dengan demikian, Terbanding tidak

dan (2) UU KUP 2007 untuk membuka akses

meyakini bahwa penerimaan itu merupakan hasil

permintaan keterangan kepada bank.

dengan

pinjaman

dan

proses

pemeriksaan

melakukan

sebagai

Menurut Terbanding, sebelum bank menjawab

penerimaan atas penjualan domestik yang belum

bahwa atas dokumen tersebut bank terikat

dilaporkan.

kewajiban merahasiakan, maka Terbanding tidak

Terbanding

keberatan

dapat menggunakan Pasal 35 ayat (2) UU KUP

menyampaikan surat permintaan keterangan

2007. Seharusnya, sebagai nasabah penyimpan

pertama yang berisi permintaan penjelasan atas

dan nasabah debitur pada bank tersebut Pemohon

aliran uang sebesar Rp71.355.240.335,00, realisasi

Banding memiliki hak dan kewenangan untuk

pinjaman

dan

meminta keterangan dan informasi dari bank atas

dokumen pendukungnya, tujuan dari pinjaman

seluruh nota debet dan nota kredit yang terjadi di

dan pencatatan dalam pembukuan, serta tingkat

tahun

bunga yang dikenakan dan realisasi pembayaran

pembuktian.

bunga

tahun

selama

dalam

koreksi

2007

proses

beserta

Dalam

sehubungan

untuk

keperluan

surat

Penetapan koreksi juga telah sesuai dengan


Pasal 13 ayat (1) UU KUP 2007. Pasal tersebut

menyampaikan menyampaikan rincian atas aliran

menyebutkan

uang sebesar Rp71.355.240.335,00 beserta rincian

diperiksa tidak memenuhi permintaan pada Pasal

perhitungan

Namun

29 sehingga Dirjen Pajak tidak dapat menghitung

seluruh data tersebut tidak didukung bukti dan

jumlah pajak yang seharusnya terutang pada ayat

dokumen tertulis atas setiap transaksi dan tidak

1 huruf d, Dirjen Pajak menerbitkan SKPKB secara

ada bukti pemotongan PPh Pasal 23 atas bunga

jabatan, yang didasarkan pada data yang tidak

pinjaman tersebut. Padahal, atas setiap transaksi

hanya

bunga

2007.

2007

jawabannya, Pemohon Banding memang telah

atas

tahun

rincian

pinjaman.

bagi

diperoleh

Wajib

dari

Pajak

Wajib

yang

Pajak

saat

saja.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Pembuktian atas uraian penghitungan yang

Wajib Pajak tidak

Pemohon Banding

dijadikan dasar penghitungan secara jabatan oleh

menyampaikan Surat

menyampaikan Surat

Terbanding

Pemberitahuan dalam

Pemberitahuan dalam

jangka waktu yang

jangka waktu yang

ditetapkan Pasal 3 ayat

ditetapkan oleh UU

(3) UU KUP 2000

KUP 2000

Wajib Pajak tidak

Laporan Keuangan

dibebankan

kepada

Pemohon

Banding.
2. Fakta yang Disampaikan Pemohon Banding
Pemohon

Banding

menjelaskan

bahwa

transaksi pinjam-meminjam antara Pemohon

menyelenggarakan

Pemohon Banding

Banding dengan Tuan AR terbagi dalam kriteria-

pembukuan

telah diaudit akuntan

kriteria yaitu loan received fixed rate, loan given fixed

sebagaimana dimaksud

publik dengan

rate, loan on account with interest, loan on account

dalam Pasal 28 UU KUP

pendapat laporan

without interest, dan interest/cash/ miscellaneous/etc.

2000

keuangan disajikan

Mekanisme penerimaan dan pembayaran hutang

secara wajar dan

dengan Tuan AR menggunakan bilyet giro.

sesuai dengan prinsip


akuntansi yang

Karena dalam bilyet giro tidak tercantum nama

berlaku umum di

penerima dan pengirim, maka Pemohon Banding


melakukan permohonan tertulis kepada bank

Indonesia
Pada saat pemeriksaan

Terbanding tidak

untuk mendapatkan rincian mengenai nota debet

Wajib Pajak tidak

pernah menerbitkan

dan nota kredit selama tahun 2007. Namun,

memenuhi permintaan

surat-surat yang

permohonan

Tim Pemeriksa

diatur pada Pasal 18

tanggapan dari bank. Permohonan dan penjelasan

sebagaimana dimaksud

ayat (5) Peraturan

atas tidak ditanggapinya permohonan tersebut

dalam Pasal 29 UU KUP

Menteri Keuangan

juga telah Pemohon Banding sampaikan kepada

2000

Nomor

tersebut

Terbanding

melalui

tidak

surat

mendapatkan

tanggapan

199/PMK.03/2007.

hasil

Pemohon Banding

pemeriksaan.
Pemohon

Banding

Terbanding

tentang

menolak

pernyataan

permintaan

keterangan

juga telah memenuhi


dan menyampaikan
dokumen yang

kepada bank karena kewenangan berdasarkan

dimintakan oleh

Pasal 35 UU KUP 2000 diberikan kepada

Terbanding.

Terbanding. Interpretasi Terbanding mengenai


tidak

dapatnya

permintaan

data

Terbanding
adalah

melakukan

berdasar

karena

Terbanding tidak memperhatikan Pasal 35 ayat


(1) UU KUP 2000. Pasal 35 ayat (1) UU KUP 2000
menyatakan Terbanding mempunyai hak dan
wewenang untuk meminta keterangan dari bank
dan bank wajib memberikan keterangannya.
Terbanding tidak perlu menunggu langkah dari
Pemohon Banding untuk meminta data terlebih
dahulu. Terbanding juga seharusnya tidak perlu
menunggu

jawaban

bank

atas

permintaan

Pemohon Banding juga menolak secara tegas


opini Terbanding yang berwenang menerbitkan
SKPKB secara jabatan. Fakta membuktikan bahwa
pajak

dalam

SKPKB

yang

diterbitkan oleh Terbanding didasarkan pada


data yang seluruhnya diperoleh oleh Pemohon
Banding. Tidak pernah sekali pun, Terbanding
menunjukkan data yang tidak berasal dari
Pemohon Banding selama sengketa ini.
Tabel 3. Dasar Penetapan Beban Pembuktian

jika:

PPN
Berdasarkan pemeriksaan Majelis, SKPKB
PPN Nomor 00129/207/07/059/09 tertanggal 19
November 2009. Meskipun demikan, tidak serta
merta

tanggal

tersebut

menjadi

tanggal

penerbitan ketetapan. Majelis berpendapat untuk


memperoleh suatu kepastian hukum, maka jatuh
tempo penerbitan keputusan tidak dapat dihitung
ataupun tanggal diterima ditangan Pemohon
Banding.
Majelis menetapkan menggunakan tanggal
pengiriman Keputusan sebagai tanggal jatuh
tempo penerbitan Keputusan. Hal ini karena
mengingat pada saat Keputusan tersebut sudah
dikirimkan, maka sudah ada kepastian hukum
bagi Pemohon Banding. Selain itu, tanggal
pengiriman adalah tanggal dari pihak ketiga
sehingga merupakan tanggal yang netral dan
persidangan.

Dasar Penetapan Beban


pada Pemohon Banding,

1. Pemenuhan Jangka Waktu Penerbitan SKPKB

karenanya merupakan bukti yang valid dalam

dan Fakta dalam Sengketa


Pembuktian Berada

PUTUSAN PENGADILAN PAJAK

semata-mata dari tanggal keputusan diterbitkan

pembukaan data dari Pemohon Banding.

penghitungan

Sumber: Data diolah(2015)

Terbanding
Fakta

menyampaikan

bukti

berupa

lembar pengantar surat nomor: SP.100.SKP/


WPJ.07/KP.0903/2009 yang terdapat stempel pos

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

Jakarta Mampang tanggal 19 November 2009.

2009 memenuhi ketentuan formal sebagai surat

Sementara

ketetapan pajak.

itu,

Pemohon

Banding

dalam

persidangan menyampaikan amplop pengiriman

3. Aspek Material Pengajuan Banding

SKPKB dimana Terbanding mengirimkannya

Setelah memperhatikan pendapat Pemohon

melalui pos tercatat prangko berlangganan Kp.

Banding dan Terbanding, Majelis menyimpulkan

Jakarta

Nomor:

bahwa PPN harus didasarkan pada kejelasan

33/PRKB/JKTM/Wilpos IV dengan kode: Pos

Mampang

mengenai objek yang dikenakan PPN tersebut.

Indonesia BMPC Jakarta 10400 AICM-1 21

Pertanyaan Majelis tersebut tidak dapat dijawab

November

Majelis

oleh Terbanding dalam persidangan dengan jelas.

berpendapat bahwa meskipun bukti fisik berasal

Terbanding juga tidak dapat menyampaikan

dari Terbanding, namun sepanjang pada bukti

bukti yang dapat menunjukkan telah terjadi

tersebut telah ada stempel pos dari PT Pos

penyerahan BKP. Terbanding juga tidak dapat

Indonesia maka pada prinsipnya bukti tersebut

menyampaikan bahwa kalaupun ada penyerahan

berasal dari PT Pos Indonesia, bukan berasal dari

BKP kepada pihak lain, penyerahan tersebut

Terbanding. Dengan demikian, Majelis dapat

terjadi di Daerah Pabean sehingga terutang PPN

menggunakan bukti kirim tersebut sebagai bukti

sebesar

10%.

Penentuan

yang sah untuk mengukur kapan surat ketetapan

penting

oleh

Majelis,

dikirim kepada Pemohon Banding.

Pemohon Banding adalah berorientasi ekspor.

2009

12700

08:43

Izin

100000499.

Majelis berpendapat bahwa berdasarkan data


dan

fakta

sebagaimana

penjualan

Majelis berpendapat bahwa terlepas apakah


pelunasan pinjaman dilakukan tepat waktu atau

Terbanding telah menyampaikan SKPKB PPN

terlambat, apakah pelunasan pinjaman tersebut

kepada PT Pos Indonesia untuk dikirimkan

macet

kepada Pemohon Banding tanggal 19 November

pelunasan pinjaman tidak dapat menjadi penentu

2009, maka stempel pos pengiriman adalah

suatu

tanggal 19 November 2009. Mengingat SPT Masa

transaksi

PPN dengan kriteria lebih bayar disampaikan

menekankan pada aspek substansi dari transaksi

kepada Terbanding tanggal 20 November 2008,

tersebut, apakah ada bukti bahwa memang ada

maka

pinjaman

SKPKB

di

mengingat

atas

penerbitan

tersebut

tempat dipandang

PPN

Nomor

atau

transaksi

memenuhi

pembukuan

waktu dua

belas

bulan

apakah

gagal

berubah

pinjaman.

dan

diperlakukan

menjadi

pinjaman

non

00129/207/07/059/09 tanggal 19 November 2009


jangka

bahkan

bayar,
menjadi

Majelis

lebih

pinjaman

tersebut

sebagai

pinjaman

dalam

Pemohon

Banding.

Dalam

sebagaimana ketentuan Pasal 17B UU KUP 2000.

persidangan,

2. Dasar Hukum Penerbitan SKPKB PPN

memberikan bukti perjanjian pinjam-meminjam,

Pemohon

Banding

telah

Setelah memperhatikan pendapat Pemohon

baik pinjaman kepada pihak bank maupun

Banding dan Terbanding, Majelis menyimpulkan

perorangan non bank. Dengan demikian, Majelis

bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

dapat meyakini

tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang

Rp71.355.240.335,00 berasal dari pinjaman dan

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

kesalahan

dan

berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya

Tata

Cara

Perpajakan

secara

umum

mengubah beberapa ketentuan dalam pasal


sebagaimana

diatur

dalam

bahwa arus uang sebesar

catat.

Dengan

demikian

Majelis

permohonan Pemohon Banding.

Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan. Sehingga terhadap
pasal-pasal yang tidak mengalami perubahan,

ANALISIS KASUS

masih diberlakukan ketentuan dalam undang-

1. Pemenuhan Jangka Waktu Penerbitan SKPKB

undang sebelum diubah.

PPN

Pasal II angka 1 Undang-Undang Nomor 28

Pasal 17B ayat (1) UU KUP 2000 mengatur

Tahun 2007 tersebut mengamanatkan bahwa

bahwa surat ketetapan pajak harus diterbitkan

terhadap hak dan kewajiban perpajakan Tahun

paling lambat dua belas bulan sejak surat

Pajak 2001 s.d. Tahun Pajak 2007 yang belum

permohonan diterima. Jika tidak, permohonan

diselesaikan,

masih

diberlakukan

pengembalian

sebagaimana

diatur

dalam

UU

ketentuan
KUP

2000

dianggap

kelebihan

dikabulkan

pembayaran
dan

SKPLB

pajak
harus

sehingga secara hukum tidak terjadi pelanggaran

diterbitkan dalam waktu paling lambat satubulan

atau cacat hukum. Dengan demikian, SKPKB PPN

sesuai Pasal 17B ayat (2) UU KUP 2000. Penjelasan

Nomor 00129/09/207/059/09 tanggal 19 November

Pasal 17B ayat (2) UU KUPmenyatakan bahwa


ayat tersebut dimaksudkan untuk memberikan

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

kepastian hukum yang jelas terhadap Wajib Pajak


dan kepentingan tertib administrasi perpajakan.
Proses

korespondensi

antara

Pemohon

Lebih lanjut, pada persidangan Terbanding


menunjukkan salinan bukti pengiriman surat
ketetapan pajak dengan menggunakan perangko

Banding dengan Terbanding menggunakan dua

berlangganan.

terminologi yang berkaitan dengan pengiriman

menggunakan

surat melalui kantor pos, yaitu pos tercatat dan

termasuk dalam pengertian pengiriman surat

pos

dengan

beberapa

Pengiriman
perangko

surat

dengan

berlangganan

tidak

bukti

pengiriman

surat.

Dari

melalui pos tercatat. Sebagaimana dikonfirmasi

ketentuan

perpajakan

yang

telah

oleh David H. Damian, selaku kuasa hukum dari

perubahan

Pemohon Banding, yang menyatakan bahwa:

mengalami

perubahan,

terdapat

terminologi yang berhubungan dengan proses

Bahwa

korespondensi. Secara substansi tidak terdapat

berlangganan tidak termasuk dalam pengertian

perbedaan antara terminologi pos tercatatdengan

pos tercatat

terminologi pos dengan tanda bukti pengiriman

pengiriman surat karena surat dengan perangko

surat.

Ketentuan

dan

surat

dengan

perangko

pos dengan bukti

tidak

berlangganan termasuk ke dalam kategori surat


biasa. Contoh layanan surat pos biasa yaitu surat

tercatat. Oleh karena itu, untuk menjelaskan

dengan

definisi pos tercatat tersebut, digunakan definisi

berlangganan, warkat pos, kartu pos, barang

pos tercatat dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan

cetakan,

Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18

pengirimannya tidak dicatat sehingga tidak dapat

Tahun

dilacak.

tentang

sendiri

surat

mendefinisikan lebih lanjut tentang definisi pos

2007

perpajakan

layanan

Penyelenggaraan

Pos

perangko,

surat

surat

dengan

kabar,

perangko

sekogram,

yang

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai

Kemudian, David H. Damian mengatakan

berikut: Pos tercatat adalah kiriman surat pos

bahwa untuk surat biasa (meliputi pengiriman

yang dilakukan secara tercatat, yang pengirim

surat melalui: perangko, perangko berlangganan,

surat tersebut mendapatkan resi atau tanda bukti

porto dibayar) tidak diberikan bukti pengiriman

pengiriman, dan penyerahan kepada alamat yang

berupa resi oleh petugas loket, sehingga tidak bisa

dituju dilakukan dengan bukti tertulis.

dilakukan

penelusuran.

Pengirim

dapat

Lebih lanjut, ketentuan penyampaian surat

memberikan buku ekspedisi sebagai tanda serah

ketetapan pajak sebagaimana yang diatur dalam

terima dari pengirim kepada petugas loket dan

Peraturan

petugas

Menteri

Keuangan

Nomor

loket

akan

menandatangani,

23/PMK.03/2008 jo. PMK-83/PMK.03/2010 tentang

mencantumkan

Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak

membubuhkan cap tanggal pada buku expedisi

mengatur bahwa: Penyampaian surat ketetapan

tersebut. Selain itu, David H. Damian juga

pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

mengkonfirmasi terkait syarat sahnya suatu bukti

dilakukan : a. Secara langsung; b. Melalui pos

pengiriman surat, adalah sebagai berikut: Sesuai

dengan bukti pengiriman surat; dan c. Melalui

dengan prosedur penerimaan surat dari pengirim,

perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan

bahwa sahnya suatu bukti pengiriman surat

bukti

adalah:

pengiriman

surat.

Dalam

ketentuan

nama,

nippos,

tentang penyampaian surat ketetapan pajak di

a. Muncul nomor resi;

atas, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan

b. Muncul besar biaya; dan

bukti

c. Muncul tanggal dan jam cetak resi.

penyampaian

penyampaian

surat

yang

antara

dilakukan

cara
melalui

dan

Dapat disimpulkan bahwa pengiriman surat

perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan

dengan

cara penyampaian yang dilakukan melalui pos.

merupakan pengiriman surat dengan pos tercatat

Kedua

bukti

maupun melalui pos dengan bukti pengiriman

pengiriman surat sebagai bukti penyampaian

surat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

surat ketetapan pajak. Pada perusahaan jasa

perpajakan.

ekspedisi atau jasa kurir, bukti pengiriman surat

Terbanding pada persidangan bukan merupakan

yang

bukti pengiriman surat melalui pos, karena bukti

cara

tersebut

tersedia

menggunakan

adalah

berbentuk

resi

perangko

Bukti

berlangganan

yang

bukan

ditunjukkan

tersebut

pengiriman. Dengan menggunakan terminologi

pengiriman

surat

yang sama pada metode penyampaian surat baik

Terbanding

dan

melalui kantor pos maupun melalui perusahaan

diterbitkan oleh kantor pos. Dengan demikian,

jasa ekspedisi atau jasa kurir, maka yang

seharusnya Majelis memutuskan bahwa jangka

dimaksud dengan bukti pengiriman surat pada

waktu

cara penyampaian surat melalui pos adalah

00129/207/07/059/09 tanggal 19 November 2007

berbentukresipengiriman.

atas PPN Masa Pajak Januari s.d. November 2007

bukan

penerbitan

diterbitkan

oleh

melalui

SKPKB

PPN

resi

oleh
yang

Nomor:

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

10

melebihi

jangka

waktu

dua

belas

bulan

mengikat untuk umum. Dengan pengalihan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1)

berlakunya suatu peraturan tersebut maka dapat

UU KUP 2000.

dijamin kepastian hukum (rechtszekerheid) dan

2. Dasar Hukum Penerbitan SKPKB PPN

perlindungan hukum (rechtsbescherming) bagi

Dalam hukum administrasinegara dikenal


adanya pembatalan putusan administrasi negara
karena

mengandung

Pasal 12 ayat (3) UU KUP menyebutkanbila

juridischgebrek, atau bahkan mengandung cacat

Dirjen Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah

prosedural atau vormverzuimatauvice de procedure

pajak yang terutang menurut SPT dalam ayat (2)

(Darussalam, 2014:55). Keputusan keberatan yang

tidak benar, maka Dirjen Pajak menetapkan

diajukan oleh pemohon banding merupakan

jumlah pajak yang terutang.Ketentuan dalam

keputusan

bidang

Pasal 12 ayat (3) UU KUP2000 menjelaskan bahwa

perpajakan. Suatu keputusan tata usaha negara

jumlah pajak yang terutang menurut SPT adalah

berdasarkan pendekatan hukum tata usaha

benar kecuali Dirjen Pajak mendapatkan bukti

negara dapat dinyatakan sah apabila memenuhi

sebaliknya. Kata yang perlu digarisbawahi dalam

syarat sahnya keputusan. Menurut Van der Pot

bunyi pasal diatas adalah kata mendapatkan

dalam Nugraha (2007:114) menyebut empat

bukti. Secara gramatikal, kata mendapatkan

syarat yang harus dipenuhi agar keputusan

dalam kalimat tersebut merupakan kata aktif

berlaku sah, yaitu:

yang menunjukan bahwa bukti-bukti adanya

a. Dibuat oleh organ yang berwenang;

ketidakbenaran atas informasi yang terdapat

usaha

b. Pembentukannya

hukum

3. Aspek Material Pengajuan Banding

atau

tata

cacat

Wajib Pajak.

negara

tidak

di

boleh

memuat

kekurangan yuridis;

dalam SPT Wajib Pajak harus didapatkan sendiri


secara aktif oleh Dirjen Pajak, misalnya dengan

c. Harus diberi bentuk; dan

cara melakukan pemeriksaan. Sedangkan kata

d. Isi dan tujuan harus sesuai dengan peraturan

bukti

dapat

merujuk

pada

bukti

yang

dasarnya.

digunakan sebagai dasar pendapat dan simpulan

Dasar hukum yang digunakan oleh terbanding

yang diambil untuk kepentingan temuan hasil

dalam koreksi sengketa adalah UU KUP 2007, di

pemeriksaan sebagaimana yang diatur dalam

mana undang-undang tersebut baru berlaku

Penjelasan Pasal 29 ayat (2) UU KUP 2000.

untuk tahun pajak 2008, sesuai


peralihan

Pasal

Damian menyatakan bahwa Pemohon Banding

Sedangkan tahun pajak yang menjadi sengketa

telah memenuhi permintaan dan menyampaikan

adalah tahun pajak 2007. Ketentuan peralihan

dokumen yang diminta. David H. Damian juga

dalam suatu peraturan perundang-undangan

menyatakan bahwa Pemohon Banding telah

mutlak diperlukan untuk menjamin kepastian

meminjamkan buku atau catatan, dokumen atau

hukum, sebagaimana diatur dalam Angka 127

dokumen

Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun

kegiatan usaha dan objek yang terutang pajak.

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Karena surat ketetapan pajak yang diterbitkan

Undangan,

disebutkan
memuat

II

UU

KUP

Selama pemeriksaan dilakukan, David H.

2007.

Peralihan

dalam

ketentuan

lain

yang

berhubungan

dengan

bahwa:

Ketentuan

atas nama Pemohon Banding bukan merupakan

penyesuaian

pengaturan

surat ketetapan pajak yang diterbitkan secara

tindakan hukum atau hubungan hukum yang

jabatan,maka beban pembuktian atas kebenaran

sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-

materiil jumlah pajak yang terutang dalam

undangan

Peraturan

sengketa ini seharusnya dibebankan kepada

Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan

Terbanding. Dengan demikian, keputusan Majelis

untuk:

Hakim yang tidak mempertahankan koreksi

a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;

Terbanding telah sesuai karena Terbanding

b. menjamin kepastian hukum;

sebagai pihak yang dibebani kewajiban untuk

c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak

membuktikan

yang

lamaterhadap

argumennya,

tidak

dapat

yang terkena dampak perubahan ketentuan

membuktikan kebenaran dari koreksinya.

Peraturan Perundang-undangan; dan

DAMPAK PUTUSAN PENGADILAN PAJAK

d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional

Putusan

Pengadilan
yang

Pajak

Nomor

atau bersifat sementara.

40455/PP/M.VI/16/2012

mengabulkan

Fungsi ketentuan peralihan juga sebagai

seluruhnya permohonan banding berdampak

norma hukum yang mengalihkan berlakunya

pada adanya kelebihan pembayaran pajak yang

suatu peraturan dari mengikat menjadi tidak

dibayar PT OP selaku Pemohon Banding. Imbalan

mengikat atau dari tidak mengikat menjadi

bunga diberikan karena pembayaran pajak oleh

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

11

PT OP untuk pemenuhan persyaratan formal

pengiriman SKPKB PPN Nomor 00129/207/

pengajuan

menyebabkan terjadinya

07/059/09 tanggal 19 November 2009. Berdasarkan

kelebihan pembayaran pajak. Hal ini diatur dalam

hasil penelitian, diketahui bahwa kedua aspek

Pasal 27A ayat (1) UU KUP 2000 yang pada

formal tersebut dilanggar oleh Terbanding.

intinya berbunyi bahwa bila pengajuan keberatan

Padahal, demi memberikan kepastian hukum

atau permohonan banding diterima sebagian atau

yang jelas terhadap Wajib Pajak dan kepentingan

seluruhnya

kelebihan

tertib administrasi perpajakan seharusnya Majelis

tersebut

Hakim terlebih dahulu membahas aspek formal

banding

dan

pembayaran

menyebabkan

pajak,

kelebihan

dikembalikan dan ditambah imbalan bunga

tersebut secara mendalam.

sebesar 2% per bulan untuk jangka waktu paling


SARAN

lama 24 bulan.
Selain berdampak kepada PT OP selaku

Majelis Hakim hendaknya tidak terburu-buru

Pemohon Banding, Putusan Pengadilan Pajak

dalam membahas aspek formal dari produk

Nomor 40455/PP/M.VI/26/2012 juga berdampak

hukum yang dikeluarkan oleh DJP. Memang,

pada DJP selaku pihak Terbanding. Kekalahan

kasus sengketa pajak pada umumnya membahas

DJP ini membuat DJP kehilangan pemasukan

tentang benar tidaknya perlakuan koreksi yang

negara atas PPN yang dikenakan atas kasus ini.

dilakukan oleh DJP. Namun, dalam aspek formal

DJP

untuk

tidak jarang cacat hukum atau cacat prosedur

memungut pajak atas penghasilan berupa bunga

merupakan alasan yang sangat kuat untuk

yang dibayarkan oleh PT OP kepada Tuan AR.

dijadikan

Padahal, berdasarkan fakta-fakta di atas, terbukti

banding pada Pengadilan Pajak. Hal ini telah

bahwa PT OP tidak memungut PPh atas

berlaku di beberapa negara seperti Belanda dan

pembayaran bunga kepada Tuan AR. Jika melihat

Amerika Serikat, di mana terdapat tim khusus

dari peluangnya, maka pemasukan negara akan

yang membahas apakah suatu produk hukum

sangat berpeluang didapat oleh DJP mengingat

telah sesuai formalnya atau tidak (Thuronyi,

Tuan AR sendiri mengakui penghasilan berupa

2003:214).

juga

kehilangan

kesempatan

bunga atas pinjaman yang diberikan kepada PT


OP.

Dalam mengantisipasi agar sengketa PPN ini

Jika sebelumnya Pemohon Banding melakukan

Secara umum pelaksanaan dan penyelesaian


sengketa pajak ini di tingkat banding oleh
Pengadilan Pajak sudah berjalan dengan baik.
Majelis yang menangani sengketa pajak ini telah
menyelesaikan sengketa pajak ini sesuai dengan
aturan yang ada dalam UU PP. Majelis juga telah
berlaku adil, dengan memberikan kesempatan
kepada kedua belah pihak yang bersengketa
mengutarakan

argumennya

dan

membuktikannya, baik melalui dokumen tertulis


maupun dalam persidangan.
Majelis

dalam

kesimpulan

akhirnya

menyatakan bahwa koreksi Terbanding tidak


dapat dipertahankan. Hal ini dirasa oleh peneliti
dengan

fakta

dan

data-data

dalam

persidangan. Terbanding memang tidak dapat


menjelaskan
meminjam

mengapa
yang

transaksi

dilakukan

oleh

pinjamPemohon

Banding direklasifikasikan menjadi penyerahan


dalam negeri, sehingga terutang PPN sebesar
10%.

permohonan

melakukan perubahan skema dalam restitusinya.

KESIMPULAN

sesuai

hukum

tidak terutang lagi, Pemohon Banding dapat

PENUTUP

untuk

argumentasi

Padahal,

Pemohon

Banding

adalah

perusahaan yang berorientasi ekspor.


Akan tetapi, Majelis Hakim tidak terlalu
mempermasalahkan dasar hukum dari Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak dan jangka waktu

kompensasi pada SPT Masa PPN-nya dan


merestitusikannya di akhir tahun, maka Pemohon
Banding dapat melakukan restitusinya pada
setiap Masa Pajak. Hal ini untuk menghindari
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% bila terdapat temuan dalam pemeriksaan,
sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (3) huruf
c UU KUP. Sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% dikenakan apabila terdapat jumlah
pajak yang tidak seharusnya dikompensasikan,
namun telah terlanjur dikompensasikan sesuai
dengan Pasal 13 ayat (1) huruf c UU KUP.
Untuk Terbanding, dalam melakukan koreksi
seharusnya Terbanding melakukan pemeriksaan
dengan komprehensif, yaitu dengan memadukan
dua atau lebih metode pemeriksaan. Sebagai
contoh, dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor:

PER-04/PJ/2012

Tentang

Pedoman

Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan


untuk

Menguji

Kewajiban

Kepatuhan

Perpajakan,

Pemenuhan

Terbanding

dapat

mengkombinasikan metode transaksi tunai &


bank dengan metode sumber & penggunaan dana
guna mengetahui asal muasal suatu aliran dana
yang

masuk.

Hal

ini

diperlukan

guna

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

12

mendapatkan bukti yang cukup dan kompeten.

________________. Peraturan Menteri Keuangan

Asumsi dapat saja digunakan sebagai langkah

Nomor 14/PMK.03/2012 tentang Tata Cara

awal dari koreksi, namun sebaiknya asumsi

Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat

tersebut didukung oleh dokumen-dokumen yang

Tagihan Pajak.

valid guna mempertahankan koreksi tersebut.


Adapun kasus yang diteliti adalah kasus
banding PPN. yang berkutat pada masalah fakta
dan pembuktian. Dengan demikian, peneliti
menyarankan

agar

penelitian

selanjutnya

membahas jenis pajak lainnya. Peneliti juga

________________. Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan.
________________. Putusan Pengadilan Pajak
Nomor 40445/PP/M.VI.2012 tanggal 15 Maret
2012.

menyarankan agar kasus yang diteliti adalah

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 12

kasus yang fokus pada perbedaan interpretasi

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

suatu aturan perpajakan. Hal ini mengingat tidak

Perundang-Undangan.

jarang sengketa timbul akibat tidak selarasnya


pemahaman atas suatu aturan antara DJP dengan

________________. Undang-Undang Nomor 14


Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Wajib Pajak. Penelitian selanjutnya dapat juga

________________. Undang-Undang Nomor 16

meneliti tentang perbandingan antara sengketa

Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas

yang membahas masalah fakta dengan sengketa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

interpretasi hukum.

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


________________. Undang-Undang Nomor 16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Data Berkas Sengketa Pajak dan
Putusan

Pengadilan

Pajak.

Dalam

http://www.setpp.depkeu.go.id/Ind/Statistik/
StatBerkas.asp. Diakses tanggal 20 April 2015
pukul 07.30.
Brotodihardjo, R. Santoso. 1993. Pengantar Ilmu
Hukum Pajak. Edisi Ketiga. Bandung: PT
Eresco.
Darussalam. 2013. Kembali ke filosofi pajak.
Dalam InsideTax: Media Tren Perpajakan. Edisi
Kedelapan

Belas.

Jakarta:

DANNY

DARUSSALAM Tax Center.


Febriyanto, Toni. 2014. Transparansi putusan
Pengadilan Pajak sebagai pembelajaran bagi
publik. Dalam InsideTax: Media Tren Perpajakan.
Edisi

Kedua

PuluhDua.

Jakarta:

DANNY

DARUSSALAM Tax Center.


Irawan, Prasetya. 2000. Logika dan Prosedur
Penelitian.

Jakarta:

Lembaga Administrasi

Negara.
Mardiasmo.

2011.

Perpajakan.

Edisi

Revisi.

Yogyakarta: Andi Publisher.

Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
________________. Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
________________. Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sundoro. 2004. Studi kasus banding Pengadilan
Pajak. Dalam Perpustakaan Nasional: Katalog
Dalam Terbitan. Jakarta: Semar Publishing.
Thuronyi, Victor. 2003. Comparative Tax Law. The
Netherlands: Kluwer Law International.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.
2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian


Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Republik Indonesia. Peraturan Direktur Jenderal
Pajak

Nomor

PER-04/PJ/2012

Tentang

Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik


Pemeriksaan

untuk

Menguji

Kepatuhan

Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.


________________. Peraturan Kepolisian Negara
Nomor

18

Penyelenggaraan

Tahun
Pos

2007
Kepolisian

tentang
Negara

Republik Indonesia.

Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 5 No. 1 April 2015|


perpajakan.studentjournal.ub.ac.id

13

Anda mungkin juga menyukai