(Jurnal)
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
KEBIJAKAN KPK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
KORUPSI MELALUI OPERASI TANGKAP TANGAN
Muhammad Rizal Akbar, Eddy Rifai, Eko Raharjo
email: (akbarrizaall@gmail.com)
Abstrak
KPK merupakan lembaga negara yang memiliki tugas memberantas korupsi di
Indonesia. KPK memiliki kewenangan yang hampir sama dengan Kepolisian dan
Kejaksaan dalam perkara tindak pidana korupsi. KPK memiliki kewenangan
untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi, yang sebelumnya kewenangan tersebut juga dimiliki oleh Kepolisian dan
Kejaksaan. Secara yuridis normatif berbagai peraturan perundang-undangan
sebagai sarana pemberantasan korupsi sudah memadai, di antaranya yaitu UU No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari
korupsi, dan undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang telah dirubah undang-undang No.20 Tahun 2001, undang-
undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dengan sistem Operasi Tangkap Tangan, Instruksi Presiden No. 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan Keputusan
Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pendayagunaan sanksi hukum pidana untuk menanggulangi
kejahatan, lebih konkretnya mengoperasikan undang-undang No. 20 tahun 2001
yang merupakan perundang-undangan pidana dalam rangka penanggulangan
tindak pidana korupsi akan menghadapi problema keterbatasan kemampuannya,
mengingat tipe atau kualitas sasaran (yakni korupsi) yang bukan merupakan
tindak pidana sembarangan (dari sudut pelakunya, modus operandinya) sering
dikategorikan sebagai White Collar crime. Oleh karena itu,
kebijakan dengan sarana lainnya secara bersama-sama sudah seharusnya
dimanfaatkan. Barda Nawawi Arief menyarankan dalam upaya penanggulangan
kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan, dalam arti ada
keterpaduan antara politik kriminal dan politik sosial, serta ada keterpaduan antara
upaya penanggulangan kejahatan dengan penal dan non-penal. KPK memiliki
sistem untuk melakukan penanggulangan kasus korupsi yaitu Operasi Tangkap
Tangan, dalam melakukan operasi tangkap tangan ada dua teknik yang digunakan
KPK yaitu penyadapan dan penjebakan, akan tetapi penjebakan tidak diatur dalam
undang-undang tindak pidana korupsi manapun di indonesia.Berdasarkan hal ini
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan bentuk skripsi dengan
permasalahan. Bagaimana kebijakan KPK dalam penanggulangan tindak pidana
korupsi melalui Operasi Tangkap Tangan?. Apakah faktor penghambat kebijakan
KPK dalam penanggulangan tindak pidana korupsi melalui Operasi Tangkap
Tangan?. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan
yuridis normatif dan yuridis empiris, sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data primier dan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Data yang diperoleh peneliti dari
penelitian kemudian akan diolah dengan langkah-langkah yaitu dengan
identifikasi data, seleksi data, klasifikasi data, sistemalisasi data. Data yang diolah
dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk selanjutnya ditarik kesimpulan guna
menjawab permasalahan dalam penelitian. Saranpenulis yaitu: Kewenangan
penyadapan KPK sebagai sebuah pelanggaran HAM pihak yang disadap, perlu
dicermati secara kritis.Perlu adanya koordinasi lembaga negara baik itu
Kepolisian, Kejaksaan dan KPK untuk meminimalisasi terjadinya penyalahgunaan
wewenang. KPK memiliki sistem untuk melakukan penanggulangan kasus
korupsi yaitu Operasi Tangkap Tangan.
Abstract
KPK (Corruption Eradication Commission) is a state agency that has the task of
eradicating corruption in Indonesia. KPK (Corruption Eradication Commission)
has the authority almost equal to the Police and Prosecutors in the corruption case.
KPK(Corruption Eradication Commission) has the authority to conduct an
inquiry, investigation and prosecution of corruption, which the authority
previously also owned by the Police and the Prosecutor. Normative juridical
various legislation as a means of fighting corruption is adequate, including Law
No. 28 of 1999 on the Implementation of the State are clean and free from
corruption, and law No. 31 of 1999 on Corruption Eradication, which was
amended law 20 of 2001, Law No. 30 of 2002 on the Corruption Eradication
Commission with Capture Operating system Hand, Presidential Instruction No. 5
Year 2004 on the Acceleration of Corruption, and Presidential Decree No. 11
Year 2005 regarding Coordination Team on Corruption Eradication. Utilization of
criminal law sanctions to tackle crime, more concretely operate law No. 20 of
2001 which is the law of criminal in the context of prevention of corruption will
face the problem of limited ability, considering the type or quality objectives (ie
corruption) that is not a criminal act recklessly (from the corner of the
perpetrators, modus) is often categorized as White Collar Crime. Therefore, the
policy with other means of jointly should be utilized. Barda Nawawi Ariefsadvise
in the fight against crime should be taken with a policy approach, in the sense that
there is coherence between political crime and social politics, and there is
coherence between efforts to control crime with penal and non-
penal.KPK(Corruption Eradication Commission)has systems for prevention of
corruption ie Capture Operation Hand in hand surgery caught there are two
techniques that are used KPK(Corruption Eradication Commission) ie tapping
and trapping, but trapping is not regulated in the laws of any corruption in
Indonesia. Based on this, researchers interested in conducting research in the form
of a thesis with the problem. How does the Commission policy in tackling
corruption through Operation Hand Catch ?. Is the Commission policy limiting
factor in the prevention of corruption through Operation Hand Catch ?. The
approach used in this thesis research is normative juridical and juridical empirical,
source data used in this study consists of the data primier and secondary data. The
data collection was done by the study of literature. Data obtained by researchers
of the study will then be processed by the steps that the data identification, data
selection, data classification, sistemalisasi data. The processed data is analyzed
descriptively qualitative henceforth be concluded to address the issues in the
study. Advice authors are: Authority intercepts Commission as a human rights
violation tapped parties, needs to be examined critically. Need for coordination of
state institutions be it police, prosecutors and the Commission to minimize the
occurrence of abuse. KPK has systems for prevention of corruption, namely
Operation Capture Hand.
2
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt
5719ec2e3894a/sekali-lagi--pasal-2-dan-
pasal-3-uu-tipikor (diakses tgl 29 Agustus
1 2016)
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/
3
02/20-pengertian-hukum-menurut-para-ahli- http://docplayer.info/278470-Operasi-
terlengkap.html (diakses tgl 29 Agustus tangkap-tangan-oleh-kpk.html(diakses
2016) tanggal 5 Oktober 2016)
dikenal dalam berbagai aturan perlu ditempuh dengan pendekatan
tentang korupsi di Indonesia. kebijakan, dalam arti ada
Akibatnya dalam penggunaannya, keterpaduan antara politik kriminal
kedua teknik tersebut sering dan politik sosial, serta ada
menimbulkan opini bahwa KPK keterpaduan antara upaya
melakukan pelanggaran hukum dan penanggulangan kejahatan
HAM. dengan penal dan non-penal.
Secara yuridis normatif berbagai Permasalahan dalam skripsi ini yang
peraturan perundang-undangan pertamaBagaimanakah kebijakan
sebagai sarana pemberantasan danfaktorpenghambatKomisi
korupsi sudah memadai, di antaranya Pemberantasan Korupsi dalam
yaitu UU No. 28 Tahun 1999 tentang penanggulangan tindak pidana
Penyelenggaraan Negara yang bersih korupsi melalui Operasi Tangkap
dan bebas dari korupsi, dan undang- Tangan.
undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Metode penilitian yang digunakan
Korupsi, yang telah dirubah undang- dalam penelitian ini adalah
undang No.20 Tahun 2001, undang- pendekatan secara yuridis normatif,
undang No. 30 Tahun 2002 tentang yaitupendekatan yang dilakukan
Komisi Pemberantasan Tindak berdasarkan bahan hukum utama
Pidana Korupsi dengan sistem dengan cara menelaah teori-teori,
Operasi Tangkap Tangan, Instruksi konsep-konsep, asas-asas hukum
Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang serta peraturan perundang-undangan
Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang berhubungan dengan penelitian
dan Keputusan Presiden No. 11 ini. Pendekatan ini dikenal pula
Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi dengan pendekatan kepustakaan,
Pemberantasan Tindak Pidana yakni dengan mempelajari buku-
Korupsi. Pendayagunaan sanksi buku, peraturan perundang-undangan
hukum pidana untuk menanggulangi dan dokumen lain yang berhubungan
kejahatan, lebih konkretnya dengan penelitian ini. Data dalam
mengoperasikan undang-undang No. penulisan ini adalah data sekunder,
20 tahun 2001 yang merupakan yaitu bahan pustaka yang mencakup
perundang-undangan pidana dalam dokumen-dokumen resmi, buku-
rangka penanggulangan tindak buku perpustakaan, peraturan
pidana korupsi akan menghadapi perundang-undangan, karya ilmiah,
problema keterbatasan artikel-artikel, serta dokumen yang
kemampuannya, mengingat tipe atau berkaitan dengan materi penelitian.4
kualitas sasaran (yakni korupsi)
yang bukan merupakan tindak
pidana sembarangan (dari sudut
pelakunya, modus operandinya)
sering dikategorikan sebagai White
Collar crime. Oleh karena itu,
kebijakan dengan sarana lainnya
secara bersama-sama sudah
seharusnya dimanfaatkan. Barda 4
http://duniainformatikaindonesia.blogspot.c
Nawawi Arief menyarankan dalam o.id/2013/03/metode-pendekatan.html
upaya penanggulangan kejahatan (diakses tgl 30 Agustus 2016)
II. HASIL PENELITIAN DAN komunikasi maupun jaringan
PEMBAHASAN nirkabelseperti pancaran
elektromagnetis atau radio
A. Kebijakan KPK Dalam frekuensi. Dalam rangka
Penanggulangan Tindak Pidana pemberantasan korupsi, maka
Korupsi Melalui OTT undang-undang memberi
kewenangan kepada KPK untuk
KPK dalam mengungkap kasus melakukan penyadapan,
korupsi didukung oleh hasil sebagaimana diatur dalam Pasal 12
penyadapan. Penyadapan adalah ayat (1) Undang-Undang No. 30
merupakan salah satu teknik untuk Tahun 2002 tentang Komisi
mendapatkan informasi dalam upaya Pemberantasan Tindak Pidana
pengungkapan kasus dan sebagai Korupsi yang menyatakan bahwa
dasar menetapkan langkah Dalam melaksanakan tugas
penyelidikan berikutnya. Rekaman penyelidikan, penyidikan, dan
hasil penyadapan tidak dapat menjadi penuntutansebagaimana dimaksud
alat bukti, namun informasi dalam dalam Pasal 6 huruf c, Komisi
rekaman hasil penyadapan tersebut PemberantasanKorupsi berwenang:
terbukti sangat efektif untuk dapat a. melakukan penyadapan dan
memperoleh alat bukti menurut merekampembicaraan. Kewenangan
KUHAP sehingga mampu KPK untuk melakukan penyadapan
mengungkap adanya tindak pidana yang diberikan oleh Undang-Undang
korupsi. Yang dimaksud dengan 30 Tahun 2002 tentang Komisi
penyadapan adalah kegiatan Pemberantasan Tindak Pidana
mendengarkan, merekam, Korupsi (untuk selanjutnya cukup
membelokkan, mengubah, disebut UU KPK), tidak menjelaskan
menghambat, dan/atau mencatat dengan rinci mekanisme dan batasan
transmisi informasi elektronik mengenai pelaksanaan penyadapan
dan/atau dokumen elektronik, baik tersebut.5
menggunakan jaringan kabel
komunikasi maupun jaringan Penyadapan KPK baru dapat
nirkabel, seperti pancaran dianggap sebagai sebuah
elektromagnetik atau radio frekuensi, pelanggaran terhadap hukum adalah
termasuk memeriksa paket, pos, manakala proses penyadapan tidak
surat-menyurat, dan dokumen lain. dilakukan oleh pejabat yang
berwenang misalnya orang KPK
Penjelasan Pasal 31 ayat (1) UU No melakukan penyadapan padahal dia
1 Tahun 2008 tentang Informasi dan bukan merupakan penyidik KPK
Transaksi Elektronik menyebutkan yang sedang memeriksa suatu
bahwa yang dimaksud dengan perkara. Hal tersebut dikarenakan
intersepsi atau penyadapan adalah dalam Pasal 12 ayat (1) huruf (a)
Kegiatan untuk mendengarkan,
merekam, membelokkan, 5Pustaka Yustisia, Undang-Undang
mengubah,menghambat, dan/atau Informasi & Transaksi Elektronik, Undang-
mencatat transmisi Informasi Undang No.11 Tahun 2008 tentang
Elektronikdan/atau Dokumen Informasi dan Transaksi Elektronik,
Elektronik yang tidak bersifat publik, Jogjakarta : Pustaka Yustisia,2009, hlm. 70.
baikmenggunakan jaringan kabel
Undang-Undang KPK disebutkan pidana korupsi yang bersifat luar
bahwa dalam masalah penyidikan biasa (extra ordinary), maka
dan penyelidikan KPK berwenang kehadiran Undang-undang yang
melakukan penyadapan.Pada
menjadi dasar keberadaannya
dasarnya penyadapan sangat
diperlukan untuk mendapatkan bukti sangatlah signifikan untuk segera
dalam kasus kerah putih (korupsi) disahkan, karenanya
ini, oleh karena sulitnya direkomendasikan untuk sesegera
mendapatkan bukti dalam perkara ini mungkin penyusunan, perumusan
sehingga cara konvensional dianggap dan pengesahan Undang-undang
sudah tidak lagi efektif digunakan. Tentang Tindak Pidana Korupsi
sebagai dasar dari kehadiran
Dalam konteks penanggulangan dan
Pengadilan TIPIKOR sebagai
pemberantasan korupsi baik melalui
satu-satunya lembaga yang
penyusunan dan pelaksanaan
berwenang mengadili perkara
kebijakan maupun aktivitas
tindak pidana korupsi sebagai
penindakan melalui penegak hukum,
bagian yang tak terpisahkan dari
dapatlah direkomendasikan beberapa
upaya pemberantasan Korupsi di
langkah:
Indonesia.
Internet
http://www.seputarpengetahuan.com/
2015/02/20-pengertian-hukum-
menurut-para-ahli-
terlengkap.html(diakses tgl 29
Agustus 2016)
http://www.hukumonline.com/berita/
baca/lt5719ec2e3894a/sekali-lagi--
pasal-2-dan-pasal-3-uu-tipikor
(diakses tgl 29 Agustus 2016)
http://docplayer.info/278470-
Operasi-tangkap-tangan-oleh-
kpk.html(diakses tanggal 5 Oktober
2016)
http://duniainformatikaindonesia.blo
gspot.co.id/2013/03/metode-
pendekatan.html (diakses tgl 30
Agustus 2016)