ABSES HEPAR
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Ruang 27
Disusun Oleh:
NURUL HASANAH
201510461011046
LAPORAN PENDAHULUAN
ABSES HEPAR
A. DEFINISI
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh.
Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati,
paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan
menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat
(Microsoft Encarta Reference Library, 2004).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber
dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati (Aru W
Sudoyo, 2006).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang
diakibatkan oleh infeksi.
B. ETIOLOGI
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan
abses hati pyogenik :
1. Abses Hati Amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai
parasit non
patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica
yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu yang
terinfeksi Enteremoeba histolytica yang memberi gejala invasif,
sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen
dan non patogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda
berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Aru W
Sudoyo, 2006).
E.histolytica di dlam feces dapat di temukan dalam dua bentuk
vegetatif atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup
di luar tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron,
resisten terhadap suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan
mati dalam suasana kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif
bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu
hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan
destruksi jaringan.
2. Abses Hati Piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan
penyebab yang terbanyak adalah E.coli. Selain itu, penyebabnya
kimia.
6. Keempat tanda-panas,
peradangan
bengkak,
kemerahan,
dan
sakit-ciri
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
2. Ruptur atau penjalaran langsung
Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses.
Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga
intraperitoneum, selanjutnya pericardium dan organ-organ lain.
3. Komplikasi vaskuler
Ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus
gastrointestinal jarang terjadi.
4. Parasitemia, amoebiasis serebral
E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di
organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik
dari lesi fokal intrakranial.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998). Pemeriksaan
penunjang antara lain:
a. Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin,
leukosit, dan
pemeriksaan faal hati.
b. Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya
pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran
udara bebas diatas hati.
d. Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e. Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat
melihat integritas diafragma.
f. Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I (1998) Pengobatan dilakukan
tiga cara:
a. Kemotrapi
Obat-obat dapat diberikan secara oral atau intravena sebagai
contoh untuk gram negatif diberi Metranidazol, Clindamisin atau
Kloramfenikal.
b. Aspirasi Jarum
Panda abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan
aspirasi. Hanya dilakukan pada ancaman ruktur atau gagal
pengobatan konserfatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan dengan
tuntunan USG.
H. PROGNOSIS
1. Virulensi parasit
2. Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3. Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih
buruk letak dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di
lobus kiri atau multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti
emetine, metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara
tajam. Sebab kematian biasanya karena sepsis atau sindrom
hepatorenal.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian Fokus
a. Pengkajian esofagus dan abdomen kiri atas
Perawat menanyakan tentang napsu makan pasien; tetap
sama,meningkat atau menurun.
Adakah ketidaknyamanan saat menelan, bila ada apakah terjadi
hanya karena pada makanan tertentu? Apakah berhubungan
dengan nyeri? Apakah perubahan posisi mempengaruhi
ketidaknyamanan?
Pasien ditanyakan untuk menggambarkan pengalaman nyeri,
adakah yang memperberat nyeri?
Adakah gejala lain seperti rugurgitasi, regurgitasi noctural,
kembung(eruktasi), yeri ulu hati, tekanan subesternal, sensasi
makanan menyangkut ditenggorokan, perasaan penuh setelah
makan dalam jumlah sedikit, mual, muntah dan penuruna berat
badan.
Apakah gejala meningkat dengan emosi? Jika ada tanyakan
waktu kejadian, faktor penghilang atau pemberat seperti
perubahan posisi, kembung, antasida atau muntah.
b. Pengkajian lambung
Anamnese:
Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual atau muntah?
Apakah gejala terjadi kapan saja? Sebelum atau sesudah makan?
setelah makan makanan pedas atau mencerna obat tertentu?
Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress alergi,
makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?
Bagaimana gejala hilang?
DAFTAR PUSTAKA
Aru, W. Sudoyo, dkk. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi
Empat. Jakarta : Balai Penerbitan FK-UI.
Mansjoer, Arief. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran; Jilid 1, Edisi
Ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius. Halaman 512.
Microsoft Encantta Reference Library. (2004). Liver, Amebiasis Abses
and Calf Diphteria/ Fusa bakteriun necrosphorum.
Sherwood, System Pencernaan, dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke
sistem. Egc, Jakarta: 2001. Halaman 565.
Sylvia a. Price, Gangguan System Gastro Intestinal, dalam buku
Patofiologi, Jilid !,
Penerbit Buku Kedokteranm Egc, Jakarta, 2006.
Halaman 472-474.