3.teori Peb
3.teori Peb
Definisi
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Eklampsia merupakan peningkatan lebih berat dan
berbahaya dari pre-eklampsia.dengan tambahan gejala kejang atau koma. Oleh karena itu,
pre-eklampsia dan eklampsia sering disebut sebagai toxemia gravidarum.
Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Oleh kerena
itu, penyakit ini disebut juga the disease of many theories in obstetrics."
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklamsia adalah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian
dengan penyakit ini. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pre-eklampsia
dan eklampsia.
Patofisiologi
Perubahan pokok pada pre-eeklamsia, yang terjadi adalah vasospasmus pembuluh
darah (arteriola) pada seluruh vaskuler ibu yang secara otomatis menyebabkan kelainan
pada berbagai organ tubuh.
Pada otak terjadi penurunan perfusi dan suplai oksigen ke otak sampai 20%.
Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya perdarahan otak dan
kejang / eklampsia, sehingga pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan
pada korteks serebri.
Pada retina, terjadi spasmus pada arteriola-arteriola, terutama pada discus optius,
sehingga terjadi peningkatan tekanan pada arteriola tersebut yang lama-kelamaan dapat
menimbulkan edema pada discus optikus dan retina sampai terjadinya ablatio retina yang
berakibat timbulnya buta sekonyong-konyong. Hal ini merupakan
indikasi untuk
Frekuensi
Pada primigravida terutama primigravid muda (<25 tahun), frekuensinya lebih tinggi
daripada multigravida. Primitua (>35 tahun), mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops
foetalis (mencapai 50% kasus), diabetes mellitus, ibu yang obesitas juga mamiliki
frekuensi yang tinggi.
Gambaran Klinik
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada pemeriksaan berat
badan, apabila terdapat kenaikan 1 kg seminggu yang berulang, hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-ekalmpsia. Penyakit ini biasanya
ditemukan pada kehamilan trimester III. Apabila telah terdapat hipertensi sebelum
kehamilan, maka hipertensi ini adalah hipertensi yang menahun.
Diagnosis
Diagnosis pada pre-eklampsia ditegakkan berdasarkan :
1. Peningkatan tekanan darah yang lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg atau
peningkatan tekanan sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg
2. Proteinuria signifikan, 300 mg/24 jam atau > 1 g/ml (1+ atau 2+), diukur pada dua kali
pemeriksaan dengan jarak waktu 6 jam
3. Edema umum atau peningkatan berat badan berlebihan terdapat kenaikan 1 kg
seminggu yang berulang.
Kriteria diatas umumnya disebut dengan pre-eklampsia ringan (PER).
Kriteria Diagnostik Pre-eklampsia Berat (PEB):
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg.
2. Proteinuria >3g/liter ( (3+ atau 4+) pada tes celup strip.
3. Oliguria, diuresis < 400 ml dalam 24 jam
4. Sakit kepala (frontal) hebat dan gangguan penglihatan (gangguan visus/penglihatan
kabur, diplopia, skotoma, perdarahan retina).
5 .Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen
6. Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus.
7. Edema paru atau sianosis.
8. Trombositopenia <100.000/ ml.
9. Pertumbuhan janin yang terhambat.
dapat meningkatkan tekanan darah. Boleh diberikan kecuali ada HPP karena atonia
uteri.
i. Pemberian obat penenang diteruskan sampai 48 jam post partum, karena ada
kemungkinan setelah persalinan berkhir, tekanan drah naik dan eklamsia timbul.
Selanjutnya obat tersebiut dikurangi bertahan dalam 3-4 hari.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.
a. Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila
sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.
b .Beri oksigen 4-6 liter/menit.
c. Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung
terminasi.
Penatalaksanaan eklampsia
Pada eklampsia, dapat terjadi kejang-kejang tonik-klonik dan selama serangan,
tekanan darah meninggi, nadi cepat, suhu meningkat sampai 40 C, Sebagai akibat daro
serangan dapat terjadi komplikasi seperti : (1) lidah tergigit, perlukaan dan fraktura; (2)
gangguan pernafasan; (3) solusio plasenta dan (4) perdarahan otak.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang
(kejang-kejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan neurologik lain) dan atau koma.
Komplikasi yang dapat tejadi pada eklamsia adalah :
1. Solutio plasenta
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis (terjadi ikterus)
4. Perdarahan otak (penyebab utama kematian maternal)
5. Kelainan mata (kehilangan penglihatan untuk sementara)
dipakai anesthesia umum. Karena kalau menggunakan anestesia spinal, akan terjadi
vasodilatasi perifer yang luas, menyebabkan tekanan darah turun.
- Hati-hati mengguyur cairan (untuk mempertahankan tekanan darah) bisa terjadi edema
paru, risiko tinggi untuk kematian ibu.
- Pasca persalinan : maintenance kalori 1500 kkal / 24 jam, bila perlu dengan selang
nasogastrik atau parenteral, karena pasien belum tentu dapat makan dengan baik.
MgSO4 dipertahankan sampai 24 jam postpartum, atau sampai tekanan darah
terkendali.
Daftar Pustaka
1. Wiknjosastro H. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T, dalam Ilmu Kebidanan edisi ketiga, cetakan kelima, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999. 281-300
2. Mansjoer A, Preeklampsia/Eklampsia. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,
Wardhani WI, Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid
pertama, Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001. 270-271
3. http://www.google.com/FKUI/eklampsia.html.