Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia inguinalis merupakan

salah satu kasus terbanyak yang sering

dijumpai oleh ahli bedah umum setelah appendicitis. Hernia inguinalis sudah
dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan
mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan
struktur anatomi pada regio inguinal.
Hernia inguinalis merupakan protrusio viscus (penonjolan organ) dari
cavum peritoneal ke dalam canalis inguinalisHernia inguinalis dibagi menjadi
hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis, dimana hernia ingunalis
lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis medialis. Hernia
inguinalis dapat terjadi karena dinding belakang kanalis inguinalis yang melemah.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.
Dalam kehidupan masyarakat, hernia dianggap kelainan yang biasa, karena
pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu aktifitas atau
pekerjaan sehari-hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderita
memerlukan waktu yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah
konsultasi pun masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan.
Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan
inkarserata atau strangulata. Adanya keadaan ini barulah penderita atau keluarga
menyadari resiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan
morbiditas serta biaya perawatan yang lebih tinggi.

peningkatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1Struktur Dinding Abdomen
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang
dinding abdomen dan lapisannya, serta canalis inguinalis.
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus
externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale

Gambar 1. Lapisan-Lapisan Dinding Abdomen

Arteri dinding anterior abdomen:

Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri


thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen
dan beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior.

Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat


diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding
abdomen anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.

Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat


di atas ligamentum inguinal. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.

Dua arteri intercostalis posterior bagian bawah merupakan cabang aorta


descendens dan empat arteri lumbalis yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

Vena dinding anterior abdomen:

Vena epigastrika superior

Vena epigastrika inferior

Vena circumflexa ilium profunda

Vena intercostalis posterior mengalirkan darah ke vena azygos

Vena lumbalis mengalirkan darah ke vena cava inferior

2.1.2

Mengalirkan darah ke
vena thoracica interna
dan vena iliaca externa

Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik) dengan panjang 4 cm dan

terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale yang menembus bagian bawah


dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya str Prognosis Hernia Inguinalis Prognosis
Hernia Inguinalis uktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen dan
sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres uteri
(rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain itu, saluran
ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun perempuan.

Gambar 2. Canalis Inguinalis


Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
- Anterior :

Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3


lateralnya muskulus obliqus internus.

- Posterior : Dibentukoleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang


Bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding
posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia
transversa dan konjointendon, dinding posterior berkembangdari
aponeurosis muskulustransversusabdominis dan fasia transversal.

- Superior :

Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan


muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.

- Inferior :

Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.


.

2.1.3Trigonum Hesselbach
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

Inferior: Ligamentum Inguinal.

Lateral: Vasa epigastrika inferior.

Medial: Tepi m. rectus abdominis.

Dasarnya

dibentuk

oleh

fascia

transversalis

yang

diperkuat

serat

aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach


disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum
ini adalah hernia indirek.

Gambar 3. Trigonum Hesselbach

2.2

Definisi Hernia inguinalis


Hernia merupakan protusio (penonjolan) isi suatu organ ataupun jaringan

melalui defek atau bagian lemahdari dinding ronggabersangkutan.Sedangkan

Hernia inguinalis merupakan protrusio viscus (penonjolan organ) dari cavum


peritoneal ke dalam canalis inguinalis. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas
dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika
membesar, biasanya mempertegas garis-garis lipatan paha.

Gambar 4 : Hernia inguinalis


Bagian bagian dari hernia
Hernia terdiri atas tiga bagian:
a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan
mempunyai leher dan badan (corpus). Pada hernia abdominalis, kantong
hernia ini berupa peritoneum parietalis.
b. Isi hernia terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas
abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum sampai
organ besar seperti usus.
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilalui
oleh kantong hernia.

Gambar 5. Bagian- bagian dari Hernia


Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Hernia Inguinalis Medialis (Direk)
Hernia ini timbul akibat peninggian tekanan intraabdomen kronik
dan lemahnya otot dinding di trigonum Hasselbach. Oleh karena itu
hernia ini umumnya terjadi bilateral khususnya pada lelaki tua..Hernia
medialis disebut hernia direk karena langsung menonjol melalui segitiga
Hesselbach.

Gambar 6 . Hernia Inguinalis Medialis

2. Hernia Inguinalis Lateralis (Indirek)


Hernia inguinalis lateralis keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang teletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis (kanalis
inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum
rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis. HIL dikenal sebagai
hernia indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong.

Gambar 7 . Hernia Inguinalis Lateralis

2.3

Etiologi Hernia Inguinalis


Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.

Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki dari pada
perempuan. Pada perempuan sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas.
Ada tiga faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara
lain:
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Kebiasaan mengangkat barang yang berat
b. Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau
gangguan saluran kencing
c. Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,
emphysema
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
2.4

Klassifikasi Hernia

A. Berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan (kongenital) :di dapat sejak lahir atau sudah ada semenjak
pertama kali lahir.
2. Hernia didapat (akuisita) :bukan bawaan semenjak lahir, tetapi hernia yang
didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir
B. Berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat lagi direposisi kembali
kedalam rongga perut.

C. Berdasarkan keadaannya

1. Hernia Inkaserata :

hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase

(selalu terisi dan tidak dapat dikosongkan kembali)


2. Hernia strangulata : hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi
sehingga mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena
tidak mendapatkan darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
3. Hernia Ritcher : hernia yang disertai strangulasi namun strangulasihanya
menjepit sebagian dinding usus.
D. Berdasarkan letaknya
a. Hernia obturatorius
b. Hernia epigastrika
c. Hernia ventralis
d. Hernia Lumbalis
e. Hernia umbilical
f. Hernia Femoralis
2.5

PatofisiologiHernia Inguinalis
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan

kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan


hernia inguinalis direk atau hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua.
Hernia berkembang ketika tekanan intra abdominal meningkat seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
,batuk yang kuat atau bersin sehingga terjadi perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan yang mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana
kondisi` itu sudah ada sejak atau sudah terjadi dari proses perkembangan yang
cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. sehinggamenyebabkan
beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum, lengkung usus halus), keluar
melalui celah tersebut. Isi usus yang terjebak di dalam kantung menyebabkan

10

inkarserasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi


(terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami inkarserasi)

26 Manifestasi Klinik Hernia Inguinalis


1. Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk,
bersin, berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila
masih reponibel). Benjolan tidak berwarna, konsistensi kenyal, tidak terasa
nyeri tapi cukup mengganggu tergantung seberapa besar hernianya.
2. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia.
3. Gejala dari adanya komplikasi adalah :
1. Obstruksi usus : nyeri kolik, muntah, distensi, konstipasi.
2. Strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri
yang menetap pada hernia, demam, takikardi.
Tabel 1.Gambaran klinis hernia
Grade
Reponible

Reduction
+

Pain
-

Obstruction
-

Toxic
-

Irreponible

Incarceration

Strangulation

++

++

2.7 DiagnosisHernia Inguinalis

11

a. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana

lokasi

timbulnya,

sebesar

apa

dahulunya,

dan

bagaimana

perkembangannya sekarang, apa saja faktor yang memperberat dan memperingan


keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam
diagnosis.
b. Pemeriksaan fisik
Semua hernia mempunyaitigabagianyaitukantong, isi dan bungkusnya.
Semua ini tergantung pada letak hernia, isi kantong hernia omentum yang
terbanyak ditemukan. Kemudian ileum, jejunum, dan sigmoid. Appendiks bagian
bagian lain dari kolon, lambung, dan bahkan hepar pernah dilaporkan terdapat di
dalam kantong hernia yang besar. Omentum teraba relative bersifat plastis dan
sedikit noduler.
Usus bisa dicurigai apabila kantong teraba halus dan tegang seperti
hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya. Kadang kadang pemeriksa bisa
merasakan gas bergerak didalam lengkung usus atau dengan auskultasi bisa
menunjukkan peristaltik. Lengkung usus yang berisi gas akan tympani pada
perkusi. Dalam keadaan penderita berdiri gaya berat akan rnenyebabkan hernia
lebih mudah dilihat dan pemeriksaan pada penderita dalam keadaan berdiri dapat
dilakukan dengan lebih menyeluruh. Dengan kedudukan penderita berbaring akan
lebih mudah melakukan pemeriksaan raba. Andaikata terdapat hernia, lebih
mudah dapat melakukan reposisi dan sisa pemeriksaan (perut dan tungkai) lebih
mudah dilakukan.
Teraba benjolan, atau massa, batas tegas. Untuk membedakan hernia
inguinalis lateralis dengan hernia inguinalis medialis dilakukan pemeriksaaan :
Pemeriksaan Finger Test :

12

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 8. Finger Tes


Pemeriksaan Zieman Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan, jari II di anulus internus, jari
III dianulus externus, jari Ivdi fosa ovalis.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : Hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

13

Gambar 9. Zieman Tes


Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 10. Thumb Tes


Pemeriksaan Penunjang

14

Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
- Hematologi: adanya leukositosis
- Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
-

dehidrasi
Urinalisis: untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha

Radiologis
- USG dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat
paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
-

pembengkakan testis.
CT-Scan abdomen : menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.Mengevaluasi pelvis untukmencariadanya hernia
obturator

(hernia

yang

melaluicanalisobturatorius

yang

normalnyadilewatiolehsyarafdan A. V. Obturatoria)

2.8 Diagnosis Banding Hernia Inguinalis


Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:
a. Hydrocele
b. Torsio testis
c. Undescencus testis

2.9

Komplikasi Hernia Inguinalis

Hernia inkarserata: hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan


tegang, tidak dapat direposisi, adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi

15

usus (menyebabkan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam

basa) jika terjadi komplikasi hernia ini


Hernia strangulata: gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik,
adanya gangguan sistemik pada usus. Dapat puladijumpai nyeri hebat di
tempat hernia, tanda peritonitis atau abses lokal

2.10

Penatalaksanaan Hernia Inguinalis


Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya

menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih berat dibandingkan


resiko yang minimal dari operasi hernia. Namun penanganan hernia dapat
dilakukan secara konservatif maupun operasi.
1. Konservatif
A. Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
B. Reposisi spontan pada anak
Menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
C. Bantalan penyangga
Penggunaan bantalan penyangga bertujuan untuk menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih jika
pasien menolak operasi.Namun cara ini tidah tidak dianjurkan karena
bisa menimbulkan komplikasi..
2. Operasi
Indikasi operasi :
A. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan

16

(usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang
mengikuti tindakan operatif.
B. Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
Teknik operasi Herniotomi:
-

Penderitadalam posisi supine dalam anestesi umum, spinal atau lokal


anestesi

Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi

Lapangan operasi ditutup dengan doek steril

Dilakukan insisi oblique atau skin crease sejajar ligamentum inguinal

Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis Muskulus Obliqus Externus


(MoE)

Aponeurosis MOE dibuka secara tajam Funikulus spermatikus diluksir dan


kantong hemia diidentifikasi

lsi hemia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia dipotong


secara transversal

Kantong hemia diligasi setinggi lemak preperitonium

Selanjuhrya dilakukan Hemiorafi

Hernioplasty : dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang canalis inguinalis. Hernioplasty lebih efektif
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
A.

Pada pasien dewasa :Herniorafi

17

Merupakan gabungan operasi hernia dari herniotomi dan hernioplasti.


Tindakan hernioplasti dapat dilakukan dengan metode Bassini atau McVay.
Metode Bassini adalah dengan memperkecil anulus inguinalis intemus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa dan menjahitkan
pertemuan musculus transversus internus abdominis dan musculus oblikus
internus abdominis. Tindakan ini dikenal dengan narna conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart. Metode Mc Vay dilakukan dengan menjahitkan
fasia transversa, musculus transversus abdominis dan musculus oblikus internus
abdominis ke ligamentum Cooper.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di
jait. Untuk mengatasi masalah ini, terdapat model pendekatan operasi bebas
regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otototot ke inguinal.Tindakan pemasangan jaring (MESH) ini dapat dimasukkan
melalui bedah terbuka atau laparoskopik. Pada operasi hernia secara laparoskopi
diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum pada dinding perut.
2.11

Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi

kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi
hernia umumnya dapat diatasi

BAB III
LAPORAN KASUS

18

3.1

3.2

Identitas Pasien
Nama

: Tn. Z

Umur

: 40 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku

: Minang

Pekerjaan

: Supir

Alamat

: Dhamasraya

Tgl Masuk

: Rabu, 18 Mei 2016

Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 40 tahun datang ke IGD RSUD Solok
pada tanggal 18 Mei 2016, pasien kiriman Sp.B sungai dareh. dengan :
a. Keluhan Utama :
Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu,nyeri dirasakan pertama kali di
perut kiri bawah, kemudian nyeri di rasakan pasa seluruh lapangan
perut, nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri
bertambah parah satu hari SMRS dan saat aktivitas,nyeri tidak
berkurang saat istirahat.
Perut terasa kembung sejak 4 hari yg lalu
Tidak bisa buang angin sejak 2 hari yang lalu
Tidak buang air besar sejak 2 hari yang lalu.
Mual (+) dan muntah (+) dengan frequensi >10x berisi apa yang di
makan dan cairan sejak 1 hari yg lalu.
Benjolan di lipat paha kiri sejak 4 hari yang lalu benjolan sebesar
tinju orang dewasa, benjolan menetap, tidak berkurang saat
istirahat dan tidak bertambah saat batuk.

19

Nyeri pada benjolan (+)


Demam tidak ada
Buang air kecil lancar
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah di rawat 2 kali pada tahun 2012 ,rawatan
pertama di RS Sungai Dareh dengan keluhan benjolan di lipat paha
kiri, benjolan sebesar bola pingpong, benjolan bisa di masuk kan
kembali bila didorong dan saat di bawa beristirahat, pasien di
anjurkan untuk operasi oleh dokter namun pasien menonak
dikarenakan biaya,kemudian benjolan direposisi oleh dokter dan di
saran kan untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat, karena
pada th 2012 pasien bekerja sebagai buruh angkat.rawatan ke dua 5
bulan setelah dirawat pasien mengeluhkan nyeri pada perut,susah
buang air besar dan kecil, peru kembung, mual dan muntah, pasien
di bawa ke klinik sungai dareh dan di rawat sampai sembuh.
Pasien tidak ada Riwayat DM (-), riwayat hipertensi (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dari keluarga pasien yang memiliki riwayat
penyakit yang sama. Demikian juga pada riwayat penyakit jantung,
DM dan asma.
3.3

Pemeriksaan fisik :
a. Status generalisata
Keadaan umum

: sakit berat

Kesadaran

: compos mentis kooperatif

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 75x/menit

Nafas

: 24x/menit

20

Suhu

: 36.5o C

Kepala

: normocephal

Mata

: konjungtiva anemis -/-, ikterik -/-

Hidung

: normal

Mulut

: normal

Telinga

: normal

Leher

:JVP 5-2 H2O


KGB tidak teraba

Thorak :
Paru

Inspeksi

: simetris kiri dan kanan dalam keadaan


statis dan dinamis

Palpasi

: Fremitus sama kanan dan kiri

Perkusi

: sonor di kedua lap. paru

Auskultasi

: vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung :
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba di line midclavicula


sinistra RIC V

Perkusi

: batas jantung dalam batas normal

Askultasi

: regular , gallop (-), murmur (-)

Ekstermitas

: sianosis -/-. edema -/-

b. Status lokalis :
Regio Abdomen

21

Inspeksi

: distensi (+), darm countour (-), darm steifung (-)

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Palpasi

: nyeri tekan (+) regio hipokondrium kiri,nyeri lepas


(-), Defans Muscular (-)

Perkusi

: Hipertympani

Regio Inguinal Sinistra


Inspeksi

: Tampak adanya benjolan di lipat paha kiri


(inguinal sinistra) .Warna kulit di atas benjolan
sama dengan daerah sekitar. Radang (-), sikatrik(-)

Auskultasi

: bising usus (-) di benjolan

Palpasi

: Teraba benjolan dengan ukuran 2x4 cm, nyeri (+),


konsistensi kenyal lunak, mobile, batas tegas,
permukaan licin

Rectal Tuse :

3.4

Anus

: Tenang, hemoroid (-), polip (-)

Sphingter

: Tonus Sphingter menjepit

Mukosa

: Licin (+), massa (-)

Ampula

: dalam batas normal, melebar (-), kolaps (-)

Handscoon

: Feses (-), darah (-)

Pemeriksaan penunjang :
Lab. Darah Rutin
HB

: 16.8 gr/dl

HT

: 47,1 %

Leukosit

: 8,250 mm

Trombosit

: 322.000 mm

Radiologi Foto polos Abdomen 3 posisi


a. Posisi Supine
Gambaran :
Dilatasi usus

22

Penebalan dinding usus


Psoas line tidak terlihat
Preperitoneal fat menghilang
Hearing Bone Appearance (+)

Gambar 11. Foto polos abdomen posis supine


b.

Posisi LLD (Left Lateral Decubitus)


Gambaran :
Air Fluid Level (+)
Step Ladder Appearance (+)

Gambar 12. Foto polos abdomen posisi LLD


c. Posisi duduk
Gambaran :
Air Fluid Level (+)
Udara bebas (-)

23

Gambar 13. Foto polos abdomen posisi duduk


3.5

Diagnosa
Ileus Obstruksi letak tinggi e.c Hernia inguinalis lateralis sinistra
inkaserata

3.6

Tatalaksana :
Non farmakologi

Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.

Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.

Pasang NGT alirkan

Pasang Kateter urin untuk balance cairan

Puasakan sementara

Farmakologi

IVFD RL 8 jam/kolf

Antibiotik

: Inj. Cefotaxime 2x1

Analgetik

: Inj ketorolok 2x1

24

Anjuran : Operasi Hernioraphy


Tanggal 19 Mei 2016 , Jam 16.00 wib Dilakukan Operasi Hernioraphy
3.7

Follow Up
Tgl 20 Mei 2016
S/ - Demam (+)
- Mual / muntah (-)
- BAB (+) 1x, Encer
- Flatus (+)
- Nyreri (+) pada luka operasi
O/ Ku : Sedang
TD : 130/70 mmHg

Nafas : 26 x/menit
Suhu : 38,3 celcius

Nd : 84 x/ menit
Status lokalisasi
Regio Abdomen :
Inspeksi

: Distensi (-)

Auskultasi

: Bisung usus (+)

Palpasi

: Nyeri Tekan (-) nyeri lepas (-)

Perkusi

: Timpani

A/ Post op Hernioraphy a/i ileus obstruksi letak tinggi e.c hernia inguinalis
lateralis sinistra inkaserata, POD I
P/ Mc 6x100
IVFD Asering : D 5% (2:1)
Tramadol 2x1 amp (drip dalam asering)

25

Inj. Cefotaxime 2x1


Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Kalnex 3x1
Inj. Vit K

3x1

Inj. Vit C

3x1

Paracetamol 500 mg 3x1


Tgl 21 Mei 2016
S/ - Demam (-)
- Makan (-)
- Mual / muntah (-)
- Minum (+) 1,5 Gelas
- BAB (+) 1x, Encer
- Tidur Nyenyak
- Flatus (+)
-Nyreri (+) pada luka operasi
O/ Ku : Sedang
TD : 120/70 mmHg

Nafas : 19 x/menit
Suhu : 36,5 celcius

Nd : 70 x/ menit
Status lokalisasi
Regio Abdomen :
Inspeksi

: Distensi (-)

Auskultasi : Bisung usus (+)


Palpasi

: Nyeri Tekan (-) nyeri lepas (-), Defans Muscular (-)

Perkusi

: Timpani

A/ Post op Hernioraphy a/i ileus obstruksi letak tinggi e.c hernia inguinalis
lateralis sinistra inkaserata, POD II

26

P/Pasien boleh pulang, Kontrol ke poli bedah hari senin tgl 23 Mei 2016

BAB IV
ANALISIS KASUS

27

Seorang pasien laki-laki dating ke IGD RSUD Solok pada tanggal 18 mei
2016 pasien kiriman Sp. Bedah Sungai Dareh dengan keluhan Nyeri perut sejak 4
hari yang lalu SMRS dari anamnesa didapatka pasien mengeluhkan Nyeri perut
sejak 4 hari yang lalu, nyeri pertama kali pada perut kiri bawah, kemudian nyeri di
rasakan di seluruh lapangan perut, nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan terusmenerus, nyeri bertambah 1 hari SMRS dan saat aktivitas, nyeri tidak berkurang
saat istirahat. Perut terasa kembung sejak 4 hari yg lalu,serta tidak bisa buang
angin dan buang air besar sejak 2 hari yang lalu. Mual (+) dan muntah (+) dengan
frequensi >10x berisi apa yang di makan dan cairan sejak 1 hari yg lalu. Benjolan
di lipat paha kiri sejak 4 hari yang lalu benjolan sebesar tinju orang dewasa,
benjolan menetap, tidak berkurang saat istirahat, dan tidak bertambah saat batuk .
Pasien memeiliki riwayat timbunya benjolan yang sama pada lipat paha kiri sejak
tahun 2012, benjolan belum menimbulkan gejala pada saat itu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio abdomen adanya distensi,
bising usus yang meningkat, dan nyeri tekan pada region hipokondrium kiri, nyeri
lepas (-). Pada region inguinal kiri didapatkan benjolan, warna kulit di atas
benjolan sama dengan daerah sekitar, dewasa, bising usus (-) pada benjolan,
banjolan berukuran 7x3x2 cm, konsistensi kenyal lunak, nyeri (+), mobile, batas
tegas, dan permukaan licin. Sedangkan pada rectal tuse dalam batas normal. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan HB : 16.8 gr/dl, Hematokrit : 47,1 %,
Leukosit : 8,250 mm, Trombosit : 322.000 mm.

sedangkan dari foto polos

abdomen 3 posisi (supine, LLD, dan duduk), di dapatkan gambaran pelebaran


usus, diding usus yang menebal, psoas line tidak terlihat, preperitoneal fat
menghilang, herring bone appearance (+), air fluid level (+), step ladder
appearance (+), udara bebas (-). Sehingga di tegakkan diagnosa ileus Obstruksi
letak tinggi e.c hernia inguinalis lateralis sisnistra inkaserata. Pasien di anjurkan
untuk melakukan operasi hernioraphy, pasien menyetujuinya dan Tanggal 19 Mei
2016 , Jam 16.00 wib Dilakukan Operasi Hernioraphy. Pasien di rawat selama 2
hari di bangsal bedah, hari pertama pos op pasien demam (+), flatus (+) dan sudah
BAB 1x encer, pada hari kedua kondisi pasien mulain membaik demam (-), BAB

28

(+), dan flatus (+). Pasien sudah boleh pulang dan di anjurkan untuk control
kembali pada tgl 23 mei 2016.

BAB V
KESIMPULAN

29

Hernia inguinalis merupakan protrusio viscus (penonjolan organ) dari


cavum peritoneal ke dalam canalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi
hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis, dimana hernia ingunalis
lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita, hernia inguinalis dapat terjadi
karena dinding belakang kanalis inguinalis yang melemah akibat usia, peninggian
tekanan intraabdominal, dan processus vaginalis yang terbuka.
Pada pasien ditemukan gejala nyeri, distensi, dan bising usus yang
meningkat pada region abdomen, serta penonjolan di lipat paha sebesar tinju
orang dewasa, nyeri, bising usus yang yang positif pada penonjolan, mobile, batas
tegas dan permukaan licin, dan tidak ada kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan rectal tuse, pada foto polos abdomen menunjukkan gambaran ileus
obstruksi yang di tandai dengan pelebaran usus, penebalan dinding usus, psoas
line yang tak tampak serta peritoneal fat yang menghilang, sehingga di tegakkan
diagnose ileus obstruksi letak tinggi e.c hernia inguinalis lateralis sinistra
inkaserata. Tatalaksanana yang diberikan berupa hernioraphy.

DAFTAR PUSTAKA

30

Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance: Series Anatomi. Alih bahasa:
Annisa Rahmalia. Jakarta: Erlangga
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance: Ilmu Bedah Ed. 3. Alih
bahasa: Vidhia Umarni. Jakarta: Erlangga
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Sabiston (1994), Buku Ajar Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC.
Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3.
Jakarta : EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai