PENDAHULUAN
dijumpai oleh ahli bedah umum setelah appendicitis. Hernia inguinalis sudah
dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan
mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan
struktur anatomi pada regio inguinal.
Hernia inguinalis merupakan protrusio viscus (penonjolan organ) dari
cavum peritoneal ke dalam canalis inguinalisHernia inguinalis dibagi menjadi
hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis, dimana hernia ingunalis
lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis medialis. Hernia
inguinalis dapat terjadi karena dinding belakang kanalis inguinalis yang melemah.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.
Dalam kehidupan masyarakat, hernia dianggap kelainan yang biasa, karena
pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu aktifitas atau
pekerjaan sehari-hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderita
memerlukan waktu yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah
konsultasi pun masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan.
Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan
inkarserata atau strangulata. Adanya keadaan ini barulah penderita atau keluarga
menyadari resiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan
morbiditas serta biaya perawatan yang lebih tinggi.
peningkatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1Struktur Dinding Abdomen
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang
dinding abdomen dan lapisannya, serta canalis inguinalis.
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus
externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
2.1.2
Mengalirkan darah ke
vena thoracica interna
dan vena iliaca externa
Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik) dengan panjang 4 cm dan
- Superior :
- Inferior :
2.1.3Trigonum Hesselbach
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
Dasarnya
dibentuk
oleh
fascia
transversalis
yang
diperkuat
serat
2.2
2.3
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki dari pada
perempuan. Pada perempuan sebagian besar hernia diakibatkan karena obesitas.
Ada tiga faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara
lain:
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Kebiasaan mengangkat barang yang berat
b. Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau
gangguan saluran kencing
c. Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,
emphysema
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
2.4
Klassifikasi Hernia
A. Berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan (kongenital) :di dapat sejak lahir atau sudah ada semenjak
pertama kali lahir.
2. Hernia didapat (akuisita) :bukan bawaan semenjak lahir, tetapi hernia yang
didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir
B. Berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat lagi direposisi kembali
kedalam rongga perut.
C. Berdasarkan keadaannya
1. Hernia Inkaserata :
PatofisiologiHernia Inguinalis
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan
10
Reduction
+
Pain
-
Obstruction
-
Toxic
-
Irreponible
Incarceration
Strangulation
++
++
11
a. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana
lokasi
timbulnya,
sebesar
apa
dahulunya,
dan
bagaimana
12
13
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
14
Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
- Hematologi: adanya leukositosis
- Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
-
dehidrasi
Urinalisis: untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha
Radiologis
- USG dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat
paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
-
pembengkakan testis.
CT-Scan abdomen : menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.Mengevaluasi pelvis untukmencariadanya hernia
obturator
(hernia
yang
melaluicanalisobturatorius
yang
normalnyadilewatiolehsyarafdan A. V. Obturatoria)
2.9
15
2.10
16
(usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang
mengikuti tindakan operatif.
B. Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
Teknik operasi Herniotomi:
-
17
Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi
kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi
hernia umumnya dapat diatasi
BAB III
LAPORAN KASUS
18
3.1
3.2
Identitas Pasien
Nama
: Tn. Z
Umur
: 40 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Minang
Pekerjaan
: Supir
Alamat
: Dhamasraya
Tgl Masuk
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 40 tahun datang ke IGD RSUD Solok
pada tanggal 18 Mei 2016, pasien kiriman Sp.B sungai dareh. dengan :
a. Keluhan Utama :
Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut sejak 4 hari yang lalu,nyeri dirasakan pertama kali di
perut kiri bawah, kemudian nyeri di rasakan pasa seluruh lapangan
perut, nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri
bertambah parah satu hari SMRS dan saat aktivitas,nyeri tidak
berkurang saat istirahat.
Perut terasa kembung sejak 4 hari yg lalu
Tidak bisa buang angin sejak 2 hari yang lalu
Tidak buang air besar sejak 2 hari yang lalu.
Mual (+) dan muntah (+) dengan frequensi >10x berisi apa yang di
makan dan cairan sejak 1 hari yg lalu.
Benjolan di lipat paha kiri sejak 4 hari yang lalu benjolan sebesar
tinju orang dewasa, benjolan menetap, tidak berkurang saat
istirahat dan tidak bertambah saat batuk.
19
Pemeriksaan fisik :
a. Status generalisata
Keadaan umum
: sakit berat
Kesadaran
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
: 75x/menit
Nafas
: 24x/menit
20
Suhu
: 36.5o C
Kepala
: normocephal
Mata
Hidung
: normal
Mulut
: normal
Telinga
: normal
Leher
Thorak :
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Askultasi
Ekstermitas
b. Status lokalis :
Regio Abdomen
21
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Hipertympani
Auskultasi
Palpasi
Rectal Tuse :
3.4
Anus
Sphingter
Mukosa
Ampula
Handscoon
Pemeriksaan penunjang :
Lab. Darah Rutin
HB
: 16.8 gr/dl
HT
: 47,1 %
Leukosit
: 8,250 mm
Trombosit
: 322.000 mm
22
23
Diagnosa
Ileus Obstruksi letak tinggi e.c Hernia inguinalis lateralis sinistra
inkaserata
3.6
Tatalaksana :
Non farmakologi
Puasakan sementara
Farmakologi
IVFD RL 8 jam/kolf
Antibiotik
Analgetik
24
Follow Up
Tgl 20 Mei 2016
S/ - Demam (+)
- Mual / muntah (-)
- BAB (+) 1x, Encer
- Flatus (+)
- Nyreri (+) pada luka operasi
O/ Ku : Sedang
TD : 130/70 mmHg
Nafas : 26 x/menit
Suhu : 38,3 celcius
Nd : 84 x/ menit
Status lokalisasi
Regio Abdomen :
Inspeksi
: Distensi (-)
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
A/ Post op Hernioraphy a/i ileus obstruksi letak tinggi e.c hernia inguinalis
lateralis sinistra inkaserata, POD I
P/ Mc 6x100
IVFD Asering : D 5% (2:1)
Tramadol 2x1 amp (drip dalam asering)
25
3x1
Inj. Vit C
3x1
Nafas : 19 x/menit
Suhu : 36,5 celcius
Nd : 70 x/ menit
Status lokalisasi
Regio Abdomen :
Inspeksi
: Distensi (-)
Perkusi
: Timpani
A/ Post op Hernioraphy a/i ileus obstruksi letak tinggi e.c hernia inguinalis
lateralis sinistra inkaserata, POD II
26
P/Pasien boleh pulang, Kontrol ke poli bedah hari senin tgl 23 Mei 2016
BAB IV
ANALISIS KASUS
27
Seorang pasien laki-laki dating ke IGD RSUD Solok pada tanggal 18 mei
2016 pasien kiriman Sp. Bedah Sungai Dareh dengan keluhan Nyeri perut sejak 4
hari yang lalu SMRS dari anamnesa didapatka pasien mengeluhkan Nyeri perut
sejak 4 hari yang lalu, nyeri pertama kali pada perut kiri bawah, kemudian nyeri di
rasakan di seluruh lapangan perut, nyeri tidak menjalar, nyeri dirasakan terusmenerus, nyeri bertambah 1 hari SMRS dan saat aktivitas, nyeri tidak berkurang
saat istirahat. Perut terasa kembung sejak 4 hari yg lalu,serta tidak bisa buang
angin dan buang air besar sejak 2 hari yang lalu. Mual (+) dan muntah (+) dengan
frequensi >10x berisi apa yang di makan dan cairan sejak 1 hari yg lalu. Benjolan
di lipat paha kiri sejak 4 hari yang lalu benjolan sebesar tinju orang dewasa,
benjolan menetap, tidak berkurang saat istirahat, dan tidak bertambah saat batuk .
Pasien memeiliki riwayat timbunya benjolan yang sama pada lipat paha kiri sejak
tahun 2012, benjolan belum menimbulkan gejala pada saat itu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio abdomen adanya distensi,
bising usus yang meningkat, dan nyeri tekan pada region hipokondrium kiri, nyeri
lepas (-). Pada region inguinal kiri didapatkan benjolan, warna kulit di atas
benjolan sama dengan daerah sekitar, dewasa, bising usus (-) pada benjolan,
banjolan berukuran 7x3x2 cm, konsistensi kenyal lunak, nyeri (+), mobile, batas
tegas, dan permukaan licin. Sedangkan pada rectal tuse dalam batas normal. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan HB : 16.8 gr/dl, Hematokrit : 47,1 %,
Leukosit : 8,250 mm, Trombosit : 322.000 mm.
28
(+), dan flatus (+). Pasien sudah boleh pulang dan di anjurkan untuk control
kembali pada tgl 23 mei 2016.
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance: Series Anatomi. Alih bahasa:
Annisa Rahmalia. Jakarta: Erlangga
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance: Ilmu Bedah Ed. 3. Alih
bahasa: Vidhia Umarni. Jakarta: Erlangga
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Sabiston (1994), Buku Ajar Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC.
Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3.
Jakarta : EGC.
31