Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIFTERIA

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


IRNA IV RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIFTERIA

RSUD.Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


Tanggal 29 Juli 2016

Oleh :
Mahasiswa Profesi Ners Fikes Univeristas Muhammadiyah Jember
Anggota :
Imanda Dwi Sovianto, S. Kep

15. 010.310.338

Dwi Surtiningsih, S. Kep

15. 010.310.338

Aisah Evawati, S. Kep

15. 010.310.338

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Pembimbing Klinik

(....................................)

( Said, Amd. Kep )


NIP.19740421 200801 1 008

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIFTERIA
Pokok Bahasan

: Difteri

Sasaran

: Pasien dan Keluarga Pasien

Tempat

: Ruang Penyuluhan 7A IRNA IV

Hari/Tanggal

: Jumat/29 Juli 2016

Waktu

: 30 Menit

Penyuluh

: Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Jember

A. LATAR BELAKANG
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam
tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf
yang berakibat fatal dan berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat rentan
menyerang bayi mulai umur 2 bulan.
Kasus difteri telah menjangkiti 34 kota/kabupaten, dan hanya empat daerah yang
belum terjangkit seperti Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Kasus difteri yang
paling parah menyerang Surabaya, Bangkalan, dan Mojokerto. Penularan penyakit difteri
sudah mulai meningkat sejak 2008. Pada tahun 2010, di wilayah Jatim memang tinggi
angka kesakitan akibat penyakit difteri sebanyak 304 kasus pada 32 daerah dan
mengakibatkan 21 anak meninggal. Sedangkan tahun 2009, terdapat 140 kasus pada 24
daerah di Jatim dengan korban 8 orang meninggal dunia. Peristiwa KLB difteri yang
terjadi di Jatim memberikan gambaran bahwa program imunisasi harus mendapat
perhatian khusus.
Sejak Januari hingga Oktober 2011, korban penyakit difteri mencapai 328 orang.
Pemprov Jatim-pun melakukan vaksinasi massal yang dimulai serentak (10/10/2011) pada
11 kabupaten/kota yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Bangkalan,
Sampang, Sumenep, Pamekasan, Blitar, Gresik, dan Banyuwangi dengan anggaran Rp10
miliar dari Rp13 miliar yang disediakan. Kesebelas daerah itu merupakan daerah dengan
jumlah persebaran difteri terbesar. Dari 651 desa, 483 desa tanggungjawab Pemprov Jatim,
168 desa tanggungjawab kabupaten kota. Pemprov menambahkan dana sebanyak Rp10

miliar yang disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim
(beritajatim.com).
Kondisi di Kota Surabaya sendiri sebagai daerah dengan tingkat migrasi yang
tinggi memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi pula. Surabaya masuk dalam wilayah
yang mendapat perhatian dalam kasus penularan penyakit difteri. Penelitian di lapangan,
penularan penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak yang tidak
mendapatkan imunisasi. Imunisasi menjadi langkah penting dalam mencegah penularan
penyakit ini.
Temuan dilapangan, penyakit difteri yang menyerang anak-anak di Jatim baik yang
ditemukan tanpa gejala maupun sampai fatal. Kondisi yang sangat fatal, penderita
mengalami sesak nafas dan tidak bisa bernafas. Penderita yang ditemukan kebanyakan
anak-anak, dari usia 4 tahun sampai 12 tahun. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh
mereka belum terbentuk sempurna. Penderita juga bisa terserang dengan gejala mata
berdarah dan menyerang kulit. Untuk menangani kasus difteri ini, Pemprov Jatim telah
menyediakan sebanyak 40 ribu vaksin dan telah disalurkan kepada seluruh puskesmas dan
posyandu yang ada di Jawa Timur.
Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri
ini dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi
DPT pada usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan bulan
imunisasi di sekolah kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran penyakit Difteri
juga dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus
terus dilakukan seperti mencuci tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar
penyebaran penyakit menular itu bisa ditangkal. Lain lainnya adalah memperhatikan
asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga harus terus dijaga.

B. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para lansia yang hadir di kecamatan
Sidosermo mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri lebih dalam dan mengetahui
cara menangani dan mencegah penyakit difteri.

C. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan lansia yang hadir di Kecamatan Sidosermo
mampu :

1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.


2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri

D. SASARAN
Lansia di Kecamatan Sidosermo

E. MATERI (TERLAMPIR)

F. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

G. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD
3. Laptop

H. KRITERIA EVALUASI
a. Kriteria Struktur :
1.

Peserta hadir minimal 15 orang

2.

Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Kecamatan Sidosermo

3.

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan


saat penyuluhan

b. Kriteria Proses :

c.

1.

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

2.

Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan

3.

Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan


benar

Kriteria Hasil :
1.

Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2.

Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3.

Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4.

Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5.

Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.

6.

Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.

7.

Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

8.

Menyebutkan tentang imunisasi difteri

I. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu
1 5 Menit

10 Menit

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Audience

Pembukaan
1. Penyuluh
memulai
penyuluhan
dengan 1.
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
2.
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
3.
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan
4.
5. Membagikan leaflet
5.
Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian difteri
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri
3. Menjelaskan cara penularan difteri
4. Menjelaskan faktor-faktor resiko difteri
5. Menyebutkan komplikasi difteri
6. Menjelaskan penanganan difteri
7. Menjelaskan cara pencegahan difteri
8. Menjelaskan imunisasi difteri
9. Memberi kesempatan bertanya

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Menerima
dan
membaca
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Bertanya
dan
mendengarkan
jawaban

10 Menit

Evaluasi :
1. Meminta Audience menjelaskan pengertian dari1. Menjelaskan
difteri
pengertian
dari
difteri
2. Meminta audience menyebutkan tentang tanda2. Menyebutkan
dan gejalan difteri
tentang tanda dan
gejala difteri
3. Meminta audience menyebutkan cara-cara3. Menyebutkan
penularan difteri
tentang
cara
penularan difteri
4. Meminta audience menjelaskan cara penanganan4. Menyebutkan cara
dan pencegahan difteri
penanganan
dan
pencegahan difteri
5. Meminta audience menjelaskan kapan jadwal5. Menyebutkan jadwal
pemberian imunisasi difteri
pemberian imunisasi
difteri

5 Menit

Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang 1. Memperhatikan
diberikan
2. Mengucapkan salam penutup
2. Membalas salam

Lampiran 1.

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae,
yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya
menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan
lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal
dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan
berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan racun yang mengganggu
fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia yang kurang
memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan
imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.
B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat
menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan
terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel,
sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi
terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu
atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier (pembawa)
difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita
maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan,
dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu
pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.
C. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
1. Bersin
Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air
yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri
tersebut.
2. Kontaminasi barang pribadi

Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi seperti gelas yang
belum dicuci.
3. Barang rumah tangga
Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah tangga
yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri
difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam
minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
D. Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
1. Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
2. Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
3. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
4. Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa,
karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade.
Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana
tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa
timur.

E. Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
1. Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah
hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabuabuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat
lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan.
2. Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan
lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi
seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat
miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang
menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
3. Kerusakan saraf

Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di


mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan
saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi
lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas,
maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka
diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
F. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada
beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak
yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu
disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang
sudah terkontaminasi dalam tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit
untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap
antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan
kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
2. Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau
eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan
membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri
dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan.
Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat
menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan
imunisasi penyakit ini.
G. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda
resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak.
Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier
(pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya

dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai
vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai
vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian
vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan,
4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak
mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri
pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan
komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya
dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak
dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTP.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat
anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga
penyakit tersebut.
H. Manfaat Imunisasi DPT Dasar
Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah
dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat
anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi
tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis,
Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena
penyakit secara alami.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.


Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Penyakit. Jakarta:
Gramedia
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai