Anda di halaman 1dari 24

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM THYPOID
A. DEFINISI
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang manusia khususnya pada saluran cerna yaitu pada usus
halus yangdisebabkan oleh salmonella thypi.4
B. EPIDEMIOLOGI
Demam thypoid masih merupakan penyakit endemik di
Indonesia,dan merupakan penyakit yang menular. Kejadian
demam thypoid di

Indonesia sangat besar, insidensinya

bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi


lingkungan di daerah rural ( Jawa Barat) 157 kasus per 100.000
penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760 -810 per
100.000 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan
erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta
sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
C. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Thypi. Sumber penularan Salmonella thypi berasal dari :
a . P en de r i t a D e ma m Thy po i d Sumber penularan
utama adalah penderita demam thypoid, dimana
individu tersebut dapat mengeluarkan berjuta-juta
kuman Salmonella Thypi dalam fesesnya.
b. Makanan dan minuman yang terkontaminasi.
8

D. PATOGENESIS
Salmonella Thypi masuk kedalam tubuh manusia
melalui mulut bersama dengan makanan/minuman yang tercemar
oleh Salmonella Thypi. Sebagian

kuman

dimusnahkan

didalam lambung, sebagian lagi masuk kedalam usus halus


dan selanjutnya berkembang biak dan menembus sel sel epitel
dan ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang dan difagosit oleh
sel-sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup
dan berkembang biak didalam makrofag dan melalui
duktus toraksikus kuman akan masuk kedalam peredaran
darah

melalui

limfe

dan

menimbulkan

bakterimia.

Selanjutnya kuman menyebar keseluruh tubuh terutama


di usus, dan kandung empedu. Kuman akan menyerang pada
daerah usus ileum bagian distal, di man a pa da m i ng gu
p er t a ma

d ap at

t er j a di

h i p er

fl a s i

pl ak

pl ay er,

kemudian pada minggu kedua dapat terjadi nekrosis dan


pada minggu ketiga akan terjadi ulserasi plak player.
Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
meninggalkan sikatrik yang memudahkan terjadi perdarahan
hingga

perforasi.

Selain

itu

hepar,

kelenjar

kelenjar mesenterial dan limpa akan membesar.

E. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar
bisa diberikan terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi.
Pengetahuan gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk
membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada kasus tertentu
dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan
diagnosis.4
F. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas demam thypoid berlangsung antara 10 14 hari.
Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai
berat, d ar i asimtomatik hingga gambaran penyakit yang
khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu
pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit akut pada umumnya yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,

mual, muntah, diare

atauobstipasi, perasaan tidak enak diperut.


Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
yang meningkat. Sifat demam adalah meningkat secara
perlahan-lahan dan terutama pada sore hari hingga malam
hari. Dalam minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas
berupa demam, brakikardia relative, lidah berselaput dan kotor
di tengah, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan
mental berupa somnolen, supor, delirium.

10

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering
ditemukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal
atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa
disertai infeksi sekunder. Selain itu juga dapat ditemukan
anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung
jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia.
Laju endap darah pada demam thypoid dapat meingkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan
kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan
SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.
b. Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap
kuman Salmonella thypi. Pada uji Widal terjadi suatu reaksi
aglutinasi antara antigen kuman Salmonella thypi dengan
anti

body

yang

disebut

agglutinin.

Antigen

yang

digunakan pada uji Widal adalah suspense Salmonella


yang sudah dimatikan. Agglutinin dalam serum penderita
tersangka demam thypoid yaitu :
1) Aglutinin O ( dari tubuh kuman)
2)

Aglutinin H ( flagella kuman)

3)

Aglutinin Vi (simpai kuman)

11

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H


yang digunakan untuk diagnosis demam thypoid. Semakin
tinggi titernya maka semakin besar kemungkinan terinfeksi
kuman tersebut.
c. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam
thypoid, akan tetapi hasil negative tidak menyingkirkan thypoid,
karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut :
1)

Telah mendapat terapi antibiotic

2)

Volume darah yang kurang

3)

Riwayat vaksinasi
Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada

saataglutinin semakin menigkat.


H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian, yaitu
perawatan,diet dan obat.
a. Perawatan
Penderita demam thypoid perlu dirawat dirumah
sakit untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Penderita harus
tirah baringabsolut minimal 7 hari bebas demam dan
kurang lebih selama14 hari. maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinyakomplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus.
Penderita dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi

decubitus.

Defekasi

dan

buang

air

kecil

perludiperhatikan.4
12

b. Diet
Makanan yang diberikan pada penderita demam thypoid
mengandung cukup cairan , kalori dan protein tinggi.
Bahanmakanan

tidak

boleh

mengandung

banyak

serat,

tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.


c. Obat obatan
Obat obatan antimikroba yang sering digunakan adalah;
kloramfenikol,

tiamfenikol,

kortimoksazol,

ampisilin,

amoksisilin, fluorokinolon. Pengobatan pada penderita demam


thypoid biasanya diberikan kloramfenikol atau kortimoksazol.
Di

Indonesia

kloramfenikol

merupakan

obat

pilihan

untuk penyakit demam thypoid., obat ini sangat efektif


untuk menurunkan demam.

13

PNEUMONIA
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, yang disebabkan oleh mikro organisme (bakteri, virus, jamur,
protozoa).5
INSIDENSI
Sekitar

80%

dari

seluruh

kasus

baru

praktek

umum

berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat


(pneumonia komunitas/PK) atau di dalam rumah sakit (pneumonia
nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran
nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 1520%.
Meskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan pada daerah
berkembang akan tetapi di negara maju dapat ditemukan kasus yang
cukup signifikan. Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang
siapa saja. Meskipun lebih banyak ditemukan pada anak-anak. Pada
berbagai usia penyebabnya cenderung berbeda-beda, dan dapat
menjadi pedoman dalam memberikan terapi.
EPIDEMIOLOGI
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas
yang terbanyak di dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian
hampir di seluruh dunia. Pneumonia dapat terjadi pada orang tanpa
kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa
yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit
dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Frekuensi relative terhadap

14

mikroorganisme patogen paru bervariasi menurut lingkungan ketika


infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan masyarakat, panti
perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu faktor iklim dan letak
geografik mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.
ETIOLOGI
Pneumonia

dapat

disebabkan

oleh

berbagai

macam

mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian


besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering pneumonia
bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus pneumonia yang
menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus aureus
dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh
virus, misalnya influenza.
Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat
yang disebabkan oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa
hanya satu lobus paru yang terkena. Ada bermacam-macam
pneumonia

yang

disebabkan

oleh

bakteri

lain,

misalnya

bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus influenza


dan pneumococcus.
Bakteri penyebab pneumonia dapat diduga dari lingkungan/tempat
mendapat infeksi
Tempat infeksi

Penyebab

Pneumonia yang didapat di


masyarakat

Str.pneumonia,H.influenzae,
M.catarrhahalis,St.aureus,G
NB (gram negative enteric
bacilli), Atypical agents
(mycoplasma, chlamydia,
legionella)

Pneumonia yang didapat di


panti werdha

Str.pneumoniae, GNB, St.aureus,


H.influenzae, anaerob, atypical
15

agents.
Pneumonia yang didapat di rumah
sakit.

GNB (seperti klebsiella


pneumoniae, pseudomonas
aeruginosa), St.aureus,
polimikrobial..

PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja,
dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca operasi,
orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi
virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling beresiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ
paru-paru.

Terdapat empat stadium anatomik dari pneumonia terbagi atas:


1. Stadium kongesti (4 12 jam pertama)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.
Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi
akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel
mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator

tersebut

mencakup

histamin

dan

prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur


komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan

16

peningkatan p ermeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan


perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan
cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium
ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin
dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium akhir (resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga
alveoli dicerna secara enzimatis yang diserap kembali atau
dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru kembali menjadi

17

penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan


normal.
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)
2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)
3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host
4. Pneumonia aspirasi
B. Berdasarkan lokasi infeksi
1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia
yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada
aspirasi benda asing atau proses keganasan. Pada gambaran
radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi berdensitas
tinggi

pada

satu

segmen/lobus

atau

bercak

yang

mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram


adalah udara yang terdapat pada percabangan bronchus, yang
dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat
adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk
pneumonia lobaris/
2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis.
Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat
mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus
yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder,
mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi
spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan

18

tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia


dapat muncul sebagai infeksi primer.
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding
bronkus dan peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada
infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli
dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi
perselubungan yang tidak merata
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia dapat dilakukan melalui:
1. Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia.
Gejala-gejala meliputi:
Gejala Mayor: 1.batuk
2. sputum produktif
3. demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor:
1. sesak napas
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas
akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan
demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 C, sakit
tenggorokan, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum
mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit
tertinggal waktu bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras,
pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah.
19

Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah


kasar pada stadium resolusi.
Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan gejala yang
tidak khas. Selain batuk dan demam pasien tidak jarang datang dengan
keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak mau makan, jatuh, dan
inkontinensia akut.5
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya >10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan
pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Anlalisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.
3. Gambaran Radiologis
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia
antara lain:
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus
atau segment paru secara anatomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru
mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti
pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru
; batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut
berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis
yang paling akhir terkena.

20

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.


Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign
(terperangkapnya udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran
udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi,
misalnya penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Streptococcus

pneumoniae,

Pseudomonas

aeruginosa

sering

memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia


sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus
1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax

Gambar 2 foto thorax

21

Gambar 3 foto thorax


Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi
pada satu segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun
lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang
tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia
jenis ini.
CT Scan

Gambar 4 foto CT scan


Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas
kiri sampai ke perifer.
2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)
Foto Thorax
22

Merupakan

Gambar 5 foto thorax


Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir

bronkiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen


untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada
gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas
kiri dan lobus bawah kiri.

CT Scan

23

Gambar 6 CT scan
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan,
namun tidak menjalar sampai perifer.
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax

Gambar 7 foto thorax


Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstitial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada
24

alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak


merata.
CT Scan

Gambar 8 ct scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitial pada seorang pria
berusia 19 tahun.
(A)
Menunjukkan area konsolidasi di prcabangan
peribronkovaskuler yang irreguler.
(B)CT Scan pada hasil follow upselama

tahun

menunjukkan area komsolidasi yang irreguler tersebut


berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis
(tanda panah).

4. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan
berasal
dari

sputum,

darah,

aspirasi

nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi.


Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang
kemungkinan penyebab infeksi.
PENATALAKSANAAN
Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi
rawat dapat dirawat dirumah.
Penderita yang tidak dirawat di RS
Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres
25

Minum banyak
Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran
Antibiotika
Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya di bagi 2 :
Penatalaksanaan Umum
Pemberian Oksigen
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan
jalan nafas
Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C,
takikardi atau kelainan jantung.
Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.
Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia
sebaiknya

berdasarkan

MO

(Mikroorganisme)

dan

hasil

uji

kepekaannya, akan tetapi beberapa hal perlu diperhatikan:


Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa
dipertimbangkan pemberian antibiotika walaupun kuman belum
dapat diisolasi.
Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai
penyebab sakit, oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika
secara empiric. Pewarnaan gram sebaiknya dilakukan.
Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita.
Pengobatan awal biasanya adalah antibiotic, yang cukup manjur
mengatasi pneumonia oleh bakteri., mikroplasma, dan beberapa kasus
ricketsia. Kebanyakan pasien juga bisa diobati di rumah. Selain
antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa
pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah
oksigen dalam darah. Pada pasien yang berusia pertengahan,
diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi

26

tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari pneumonia


mikroplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang.
Kategori Keterangan

Kuman

Penyebab
Kategori Usia -S.pneumonia
-M.pneumonia
1
penderita
-C.pneumonia
< 65 tahun
-H.influenzae
-Legionale sp
Peny.Penyerta -S.aureus
(-)
Dapat M,tuberculosis
-Batang Gram
berobat jalan
(-)

Obat Pilihan I

Obat Pilihan II

-Klaritromisin

2x250 mg

Siprofloksasin
2x500mg atau

-Azitromisin

Ofloksasin

1x500mg
-Rositromisin
2x150

mg

2x400mg
-Levofloksasin
atau

1x300 mg

1x500mg atau
Moxifloxacin
1x400mg
-Doksisiklin
2x100mg

Kategori -

Usia - S.pneumonia - Sepalosporin


- Virus
generasi 2
2
penderita
- H.influenzae
> 65 tahun
- Batang gram - Trimetroprim
+Kotrimoksazol
(-)
Peny.Peny
- Aerob
- Betalaktam
erta (+)
- S.aures
Dapat - M.catarrhalis
- Legionalle sp
berobat jalan
Kategori - Pneumonia - Sefalosporin
Generasi 2 atau
3
berat.
S.pneumoniae
-Perlu dirawat - H.influenzae
- Betalaktam +
- Polimikroba
di RS, tapi
Penghambat
termasuk
tidak perlu di
Betalaktamase +
Aerob
ICU
- Batang Gram makrolid

- Makrolid
Levofloksa
sin
- Gatifloksasin
Moxyfloksasin
- Piperasilin +
Tazobaktam
- Sulferason

(-)
- Legionalla sp
27

- S.aureus
- Virus
C.pneumoniae
M.pneumoniae
Kategori - Pneumonia - Sefalosporin
Generasi 3
4
berat
S.pneumonia
(antipseudomonas)
Perlu - Legionella sp
+ makrolid
- Batang Gram
dirawat
di
(-)
- Sefalosporin
ICU
aerob
generasi 4
- Sefalosporin
M.pneumonia
Generasi
3 +
- Virus
- H.influenzae kuinolon
-

- Carbapenem/
meropene
m
- Vankomicin
- Linesolid
- Teikoplanin

M.tuberculosis
Jamur
endemic

Penyebab tersering pada usia muda : Streptokokus (Str) pneumonia


Penyebab tersering pada Lansia : Str.pneumoniae, H.influenzae,
Stafilokokus (St) aureus,

batang Gr (-)

DIAGNOSIS BANDING
Differential Diagnosis dari penyakit pneumonia adalah sebagai
berikut:
A.Tuberculosis Paru (TB)

28

Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular


yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism
M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala
klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi
demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan.

Gambar 9 foto thorax


Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax
proyeksi PA
B. Atelektasis
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang
tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru
yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Memberikan
gambaran yang mirip dengan pneumonia tanpa air bronchogram.
Namun terdapat penarikan jantung, trakea, dan mediastinum ke arah
yang sakit karena adanya pengurangan volume interkostal space
menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paruparu yang sakit. Sehingga akan tampak thorax asimetris.

29

Gambar 10 Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA


C. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air
bronchogram.

Terdapat

penambahan

volume

sehingga

terjadi

pendorongan jantung, trakea, dan mediastinum kearah yang sehat.


Rongga thorax membesar. Pada edusi pleura sebagian akan tampak
meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura.

Gambar 11 Efusi pleura pada foto thorax posisi PA


30

Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional


dan CT Scan menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada
pneumonia. Terutama apabila dari pemeriksaan fisik memang
menunjukan kelainan di paru dan membutuhkan pemeriksaan
peunjang berupa foto thorax. Koordinasi antara pemeriksaan klinis,
laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang penegakan
diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan
dengan adanya gambaran air bronchogram. Namun tidak semua
pneumonia memberikan gambaran khas tersebut. Untuk menentukan
etiologi pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto
thorax, melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga
pemeriksaan laboratorium.
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi
pleura dilihat dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea
dan mediastinum ke arah yang sakit atau sehat. Sementara untuk
membedakan pneumonia dengan TB adalah dilihat dari ada

atau

tidaknya kavitas yang umumnya terdapat pada lobus paru bagian atas.
Jadi dalam menegakkan pneumonia, sangat diperlukan gambaran
radiologis untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan
laboratorium.

31

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I EKA
    Bab I EKA
    Dokumen1 halaman
    Bab I EKA
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Love
    Love
    Dokumen27 halaman
    Love
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media Akut
    Otitis Media Akut
    Dokumen10 halaman
    Otitis Media Akut
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Rb-Chapter I
    Rb-Chapter I
    Dokumen5 halaman
    Rb-Chapter I
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Dapus Eka
    BAB IV Dapus Eka
    Dokumen1 halaman
    BAB IV Dapus Eka
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Pendidikan Kesehatan Berupa Materi
    Pendidikan Kesehatan Berupa Materi
    Dokumen1 halaman
    Pendidikan Kesehatan Berupa Materi
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • RB
    RB
    Dokumen14 halaman
    RB
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Referat RB
    Referat RB
    Dokumen20 halaman
    Referat RB
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Bab I EKA
    Bab I EKA
    Dokumen1 halaman
    Bab I EKA
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
    Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
    Dokumen3 halaman
    Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Lala Belong
    Lala Belong
    Dokumen20 halaman
    Lala Belong
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • CKD
    CKD
    Dokumen32 halaman
    CKD
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Retina
    Retina
    Dokumen26 halaman
    Retina
    Hardi Setiyo
    Belum ada peringkat
  • Universitas Sumatera Utara
    Universitas Sumatera Utara
    Dokumen2 halaman
    Universitas Sumatera Utara
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Masuk Icu
    Kriteria Masuk Icu
    Dokumen9 halaman
    Kriteria Masuk Icu
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Pernafasan
    Fisiologi Pernafasan
    Dokumen15 halaman
    Fisiologi Pernafasan
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • FISIOLOGI PERNAFASAn
    FISIOLOGI PERNAFASAn
    Dokumen15 halaman
    FISIOLOGI PERNAFASAn
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Kista Bartolin
    Lapkas Kista Bartolin
    Dokumen15 halaman
    Lapkas Kista Bartolin
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Slide Kista Bartholin
    Slide Kista Bartholin
    Dokumen15 halaman
    Slide Kista Bartholin
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • BAB II Baru
    BAB II Baru
    Dokumen6 halaman
    BAB II Baru
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Rb-Chapter I
    Rb-Chapter I
    Dokumen4 halaman
    Rb-Chapter I
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Kista Bartolin
    Lapkas Kista Bartolin
    Dokumen15 halaman
    Lapkas Kista Bartolin
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen6 halaman
    Bab II
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Ooooooooooooo
    Ooooooooooooo
    Dokumen71 halaman
    Ooooooooooooo
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Nooooo
    Nooooo
    Dokumen23 halaman
    Nooooo
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat
  • Nooooo
    Nooooo
    Dokumen23 halaman
    Nooooo
    Alfiani Citoz
    Belum ada peringkat