PEMBAHASAN
11
dipakai antara lain Jaw crusher, Gyraratory crusher, Cone crusher, Roll crusher,
Rotary breaker, Impact crusher dan Hummer mill. Jenis crusher yang digunakan
untuk menghancurkan material dengan ukuran yang sangat kecil seperti itu adalah
Roll Crusher. Roll crushers hanya akan menghancurkan materi ke ukuran partikel
minimum sekitar 10 Mesh (2 mm).
dimaksudkan
agar
butiran
lebih
banyak
lagi dapat dipisahkan dengan kotoran atau mineral-mineral ikutan yang tidak
diinginkan, proses ini sampai menghasilkan ukuran 120 mesh (0,125 mm).
12
Tumbukan (impact)
Tekanan (compression)
Penggerusan (attrition)
Pemotongan (cutting)
13
14
Gambar 1.5 (a) Mesin pemisah/Screening besi dengan pengotornya (b) Mesin pencuci
pasir besi.
15
senyawa yang terkandung dalam bijih (sulfida) menjadi senyawa lain yang memenuhi
persyaratan untuk proses selanjutnya. Bijih yang umumnya dilakukan pemanggangan
adalah timbal (Pb), tembaga (Cu), besi (Fe) dan seng (Zn) dengan temperatur sekitar
500oC 1000oC.
16
18
pelet
yang
memiliki
sifat- sifat
metalurgis
seperti
basah.
Kandungan
air
dan
senyawa-senyawa
yang
mudah dibakar akan terlepas. Dengan oksigen berlebih ini, mineral besi yang
semula magnetite (Fe3O4) dapat berubah menjadihematite (Fe2O3). Setelah
tahapan indurasi/pengovenan/pemanasan ini akan dihasilkan pelet yang
memiliki sifat-sifat metalurgis yang dibutuhkan.
8. Terakhir, pelet pasir besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga
temperature 1200C agar pelet tersebut menjadi keras dan kuat, sehingga tidak
mudah rontok.
Mineral utama penyusun bijih besi tentu saja memiliki sifat yang beragam dan
perilaku yang berbeda ketika diolah menjadi pellet dan bahkan ketika mengalami
proses reduksi. Jika faktor ini memberikan efek positif maka pellet yang dihasilkan
cenderung memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, bila faktor tersebut memberikan
efek negatif maka pellet yang dihasilkan cenderung memiliki kualitas yang kurang
baik. Contohnya dengan proses pembuatan yang sama, dari bijih besi magnetite dapat
dihasilkan pellet yang memiliki kekuatan lebih baik dari pada pellet yang dihasilkan
dari mineral goethite. Hal ini disebabkan pellet bijih besi yang berasal dari mineral
goethite cenderung lebih keropos karena tingkat porositas yang tinggi setelah
mengalami pemanasan pada temperatur tinggi.
19
Gambar 2.1 Besi Spons/Sponge Iron, produk PT Meratus Jaya Iron & Steel, Kalsel
Sponge Iron (besi spons) adalah produk setengah jadi / intermediate yang
mempunyai kandungan besi (Fe) minimum 90%, berbentuk bola-bola dengan
diameter 12 mm dengan kekuatan tekan 250 MPa (25 kg/mm2) dipakai sebagai bahan
baku/dasar industri baja yang berbasis proses asam dicampur dengan besi
skrap/bekas/rosokan dan diproses di dapur listrik yang menghasilkan baja.Sponge
Iron juga dikenal sebagai besi tereduksi langsung, adalah produk yang dihasilkan dari
biji besi. Biji besi ini sering dalam bentuk pelet atau bulatan, dan mengacu kepada
proses reduksi yang dibuat dengan menggunakan gas pengurang yang dipancarkan
dari batubara atau sumber gas alam. Sponge Iron dapat diproduksi dalam beberapa
jenis tungku, termasuk oven kokas atau arang, tungku ledakan, dan tungku oksigen
dasar.
20
Seperti pabrik baja yang ada di indonesia: PT. Krakatau Steel, PT. Ispatindo
Pig Iron (baja kasar) adalah produk setengah jadi/intermediate yang mempunyai
kandungan baja (Fe3C) 95 % dengan kandungan karbon 5 %, berbentuk batangan
dipakai sebagai bahan baku/bahan dasar industri baja yang berbasis proses basa
dicampur dengan besi skrap, proses peleburan iniakan menghasilkan baja. Demikian
juga pabrik baja lainnya di Indonesia seperti PT.Hanil Jaya dan industri baja milik
swasta lainnya.Tidak diperbolehkan lagi mengekspor bahan mentah, diharapkan para
pengusaha
tambang pasir
pengolahan/pemurnian
di
besi untuk
dapat
Indonesia, sehingga
melakukan
kegiatan
proses
potensi
pendapatan daerah, pembukaan lapangan kerja baru sehingga ada nilai tambah untuk
negara.
Untuk
menjembatani
pertambangan
terjadinya salah
(mining
pengertian
(missing
baja
(steel
21
digunakan pabrik baja di Indonesia seperti PT. Hanil Jaya dan industri baja swasta
lainnya. Kebutuhan kedua jenis bahan baku tersebut berdasarkan seluruh kebutuhan
pabrik baja di Indonesia baik BUMN maupun swasta adalah sekitar 7,6 juta
metrik ton pertahunnya dan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan baja di Indonesia maupun di dunia. Selama ini kedua jenis bahan baku
tersebut untuk kebutuhan industri baja di Indonesia masih diimpor dari negara China,
India, Brazil dan lain-lain. Padahal bahan baku untuk memproduksi Sponge Iron
maupun Pig Iron sangat melimpah di negeri ini , seperti pasir besi (iron sand) atau
biji besi (iron ore), batu bara (coal) dan kapur/bentonite.
3.3 Dampak Positif dari Adanya Penambangan dan Pengolahana Pasir Besi
Bagi Masyarakat
Secara umum dampak lingkungan dihasilkan oleh efek lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dampak lingkungan tidak
selalu berarti negatif, tetapi juga bisa berarti positif. Dampak lingkungan bersifat
positif apabila terjadi perubahan yang menguntungkan bagi lingkungan, sedangkan
dampak bersifat negatif apabila terjadi perubahan yang merugikan, mencemari dan
merusak lingkungan. Dampak positif yang dirasakan yaitu salah satunya adalah dapat
menyerap tenaga kerja, masyarakat disekitar penambangan memang merasa terbantu
dengan adanya penambangan pasir ini karena mereka bisa ikut bekerja menjadi buruh
disana, bagi sebagian masyarakat memang menyadarinya karena pertambangan
tersebut memberikan sedikit keringanan beban. Disamping itu tambang pasir besi
memiliki daya tarik tersendiri keberadaannya, dimana pada awal keberadaannya
menjadi daya tarik bagi masyarakat luar, karena masyarakat lain ingin mengetahui
keberadaan dan keadaan tambang besi tersebut.
Demikian juga dengan dikeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun
2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral, bahwa para pemilik/pengusaha tambang tidak diperbolehkan lagi
22
23