Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tahap Pengolahan Bijih Besi


Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi yang jumlah persentase besinya
haruslah sebesar mungkin. Besinya merupakan besi oksida (Fe 2O4 dan Fe2O3) atau
besi karbonat (FeCO2) yang dinamakan batu besi spat. Pengolahan besi mentah pada
dapur tinggi dilakukan dengan cara mereduksi bijih besi menggunakan kokas, bahan
tambahan dan udara panas. Bijih besi didatangkan dari tambang dalam berbagai mutu
dan bongkahan yang tidak sama besar, serta bercampur dengan batu dan tanah liat.
Bongkahan bijih besi dipecah menjadi butiran yang sama besar.
Bijih besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan kotorankotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan/penghancuran/crushing, bijih
besi tersebut terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan
konsentrasi bijih yang lebih tinggi. Pasir besi adalah mineral endapan/sedimen yang
memiliki ukuran butir 0,074 0,075 mm, dengan ukuran kasar (5 3 mm) dan halus
(< 1 mm).
3.1.1Proses Penghancuran (Crushing)
Crushing merupakan proses yang bertujuan untuk mineral yang diinginkan
dari mineral pengotornya. Crusher dapat digunakan untuk mengurangi ukuran atau
mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Crusher
merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing. Mekanisme crushing adalah
mengecilkan ukuran bijih dengan diremukkan. Crushing meremukkan bijih dengan
menekan bijih dengan plat/roll yang mempunyai kekerasan lebih dari bijih yang
diremukkan. Bahan baku dalam bentuk pasir dihancurkan sampai ukuran menjadi 10
mesh (2 mm). Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan dari material
sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya. Peralatan crushing yang sering

11

dipakai antara lain Jaw crusher, Gyraratory crusher, Cone crusher, Roll crusher,
Rotary breaker, Impact crusher dan Hummer mill. Jenis crusher yang digunakan
untuk menghancurkan material dengan ukuran yang sangat kecil seperti itu adalah
Roll Crusher. Roll crushers hanya akan menghancurkan materi ke ukuran partikel
minimum sekitar 10 Mesh (2 mm).

Gambar 1.2 Mesin Penghancur Pasir Besi Crusing

3.1.2 Proses Penghalusan (Grinding)


Proses penghalusan (grinding) merupakan proses reduksi dari ukuran dari
pasir yang berukuran halus menjadi ukuran sangat halus (biasa disebut dengan mill).
Tujuan Grinding :
1. Mengadakan liberalisasi mineral berharga
2. Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri
3. Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses selanjutnya.
Grinding

dimaksudkan

agar

butiran

halus pasir besi

lebih

banyak

lagi dapat dipisahkan dengan kotoran atau mineral-mineral ikutan yang tidak
diinginkan, proses ini sampai menghasilkan ukuran 120 mesh (0,125 mm).
12

Peralatan grinding biasanya dibedakan berdasarkan media penggerusnya,


misalnya:
1. Ball mill, media penggerusnya berupa bola-bola baja atau keramik.
2. Rod mill, media penggerusnya berupa batang-batang baja.
3. Autogenous mill, media penggerusnya berupa bijihnya sendiri.
4. Semi Autogenous mill (SAG), media penggerusnya sebagian adalah bijihnya
sendiri.

Gambar 1.3 Strong Pressure Suspention Grinder


Gaya yang bekerja pada saat penggerusan antara lain:
1.
2.
3.
4.

Tumbukan (impact)
Tekanan (compression)
Penggerusan (attrition)
Pemotongan (cutting)

13

Gambar 1.4 Shaking Table


3.1.3 Proses Pemisahan (Magnetic Separator) / Screening
Setelah pasir besi dihancurkan dan digerus, maka akan diperoleh bermacammacam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan
ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan
yang berikutnya. Pengayakan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Pencucian dilakukan terhadap pasir besi yang mengandung tanah liat. Pasir besi
yang berupa pasir dicuci dengan air, sehingga kotoran-kotoran atau lumpur berpisah.
Selanjutnya pasir besi dipisah (disortir). Untuk memisahkan material logam dan non
logam pencucian menggunakan air dalam mesin silinder yang dilapisi magnet,
apabila pasir besi banyak mengandung hematit Fe2O3 atau magnetit (Fe3O4) akan
berpisah sempurna sehingga kemurnian dari oksida besi meningkat.

14

Gambar 1.5 (a) Mesin pemisah/Screening besi dengan pengotornya (b) Mesin pencuci
pasir besi.

Gambar 1.6 Magnetic Separation


3.1.4 Proses Pemanggangan (Roasting)
Proses ini dilakukan,dikarenakan pasir besi banyak mengandung bijih hematit
(Fe2O3) akan diubah menjadi magnetit (Fe3O4) yang mempunyai daya magnit lebih
kuat sehingga akan terpisah antara material yang non magnet dan dihasilkan kadar
Fe-nya sampai 65%.
Proses pemanggangan atau pemanasan terhadap bijih tanpa terjadi pelelehan
yang disertai dengan penambahan reagen (gas) dengan tujuan untuk mengubah

15

senyawa yang terkandung dalam bijih (sulfida) menjadi senyawa lain yang memenuhi
persyaratan untuk proses selanjutnya. Bijih yang umumnya dilakukan pemanggangan
adalah timbal (Pb), tembaga (Cu), besi (Fe) dan seng (Zn) dengan temperatur sekitar
500oC 1000oC.

Gambar 1.7 Mesin Pengering / Roasting

3.1.5 Proses Kalsinasi (Rotary Dryer)


Kalsinasi adalah proses penghilangan kandungan air kristal pada suatu bijih.
Temperatur yang digunakan dalam proses ini lebih tinggi dari pada proses drying tapi
tidak melebihi temperatur leleh. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air
dalam material, material dimasukkan kedalam silinder yang berputar dengan arah
yang berlawanan dengan jarum jam (counter current).Dan kemudian dihembuskan
gas panas dari pembakar sampai temperatur 200-300C. Proses kalsinasi digunakan
dibanyak proses pada industri peleburan besi baja dan logam lainnya. Karena
digunakan sebagai flux, yaitu sebagai pengikat pengotorpengotor yang muncul pada
proses peleburan besi baja dan logam lainnya, sehingga hasil dari peleburan akan
terbebas dari pengotorpengotor yang tidak diinginkan.

16

Gambar 1.8 Mesin Pengering/Rotary Drying

3.2 Proses Pembuatan Pelet (Pan Palletizer)


Proses pelletizing adalah proses aglomerasi/penggumpalan konsentrat bijih
atau mineral yang berukuran halus, umumnya kurang dari 74 mikron menjadi partikel
berbentuk seperti kelereng atau bola kecil-kecil dengan ukuran antara 8 mm sampai
dengan 25 mm. Tujuan utama dari tahap pelletizing adalah membentuk partikel
dengan ukuran tertentu agar mudah dipindah tempat dan memiliki sifat-sifat yang
dapat memenuhi kebutuhan sifat metalurgis.
Sebelum masuk ke alat ini, pasir besi dicampur di dalam alat mixer agitator
dengan komposisi tertentu ditambahkan batubara dan binder bentonite dengan tujuan
agar konsentrat besi oksida halus dapat merekat membentuk gumpalan-gumpalan
aglomerisasi yang disebut pelet basah (green pellet) yang mempunyai kekuatan yang
cukup kuat, untuk dapat dibawa ke proses selanjutnya. Sedang batubara fungsinya
untuk meningkatkan kadar karbon dengan cara proses reduksi dari internal pada
proses selanjutnya.Prinsip kerja dari alat ini adalah proses aglomerisasi konsentrat
bijih besi yang telah bercampur batubara dan binder bentonit dimasukkan secara
17

kontinyu kedalam mesin pelletizing yang berbentuk setengah drum/bejana yang


berputar dengan kecepatan dan sudut kemiringan tertentu sambil disemprotkan air
secara kontinyu.

Gambar 1.9 Proses Agglomerasi Pasir Besi/Pembuatan Pellet Bijih Besi


(pelletizing)

1. Biji besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).


2. Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran
dengancara pemisahan magnet (magnetic separator) atau metode lainnya.
3. Serbuk biji besi selanjutnya dibentukmenjadi pelet hijau (pelet basah) berupa
bola-bola kecil berdiameter antara 12,5 - 20 mm.
4. Proses pelletizing adalah proses aglomerasi/penggumpalan konsentrat biji
besi/mineral yang berukuran halus menjadi partikel berbentuk kelereng
dengan ukuran 10 mm sampai 25 mm.
5. Tujuan utama dari tahap pemeletan/pelletizing adalah membentuk partikel
dengan ukuran tertentu agar mudah dipindahkan dan memiliki sifat-sifat yang
dapat memenuhi kebutuhan sifat metalurgis.
6. Pelet hasil dari aglomerasi disebut sebagai pelet basah/green pellet.

18

7. Sedangkan indurasi adalah proses pemanasan terhadap produk hasil


aglomerasi dengan temperatur 1200C, yang disebut sebagai pelet bakar/pelet
kering/besi spons. Tujuan utama dari indurasi/pengovenan adalah untuk
mendapatkan

pelet

yang

memiliki

sifat- sifat

metalurgis

seperti

mekanik/kekuatan, dan sifat reduksi. Kekuatan diperlukan agar pelet tahan


terhadap beban mekanik selama proses berikutnya.
Sedangkan sifat reduksi diperlukan untuk mempermudah terjadinya
proses reduksi selama pembuatan besi spons. Pada tahap ini terjadi reaksi
antara oksigen yang dikandung dalam senyawa udara terdapat di dalam green
pellet /pelet

basah.

Kandungan

air

dan

senyawa-senyawa

yang

mudah dibakar akan terlepas. Dengan oksigen berlebih ini, mineral besi yang
semula magnetite (Fe3O4) dapat berubah menjadihematite (Fe2O3). Setelah
tahapan indurasi/pengovenan/pemanasan ini akan dihasilkan pelet yang
memiliki sifat-sifat metalurgis yang dibutuhkan.
8. Terakhir, pelet pasir besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga
temperature 1200C agar pelet tersebut menjadi keras dan kuat, sehingga tidak
mudah rontok.
Mineral utama penyusun bijih besi tentu saja memiliki sifat yang beragam dan
perilaku yang berbeda ketika diolah menjadi pellet dan bahkan ketika mengalami
proses reduksi. Jika faktor ini memberikan efek positif maka pellet yang dihasilkan
cenderung memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, bila faktor tersebut memberikan
efek negatif maka pellet yang dihasilkan cenderung memiliki kualitas yang kurang
baik. Contohnya dengan proses pembuatan yang sama, dari bijih besi magnetite dapat
dihasilkan pellet yang memiliki kekuatan lebih baik dari pada pellet yang dihasilkan
dari mineral goethite. Hal ini disebabkan pellet bijih besi yang berasal dari mineral
goethite cenderung lebih keropos karena tingkat porositas yang tinggi setelah
mengalami pemanasan pada temperatur tinggi.

19

Gambar 2.1 Besi Spons/Sponge Iron, produk PT Meratus Jaya Iron & Steel, Kalsel
Sponge Iron (besi spons) adalah produk setengah jadi / intermediate yang
mempunyai kandungan besi (Fe) minimum 90%, berbentuk bola-bola dengan
diameter 12 mm dengan kekuatan tekan 250 MPa (25 kg/mm2) dipakai sebagai bahan
baku/dasar industri baja yang berbasis proses asam dicampur dengan besi
skrap/bekas/rosokan dan diproses di dapur listrik yang menghasilkan baja.Sponge
Iron juga dikenal sebagai besi tereduksi langsung, adalah produk yang dihasilkan dari
biji besi. Biji besi ini sering dalam bentuk pelet atau bulatan, dan mengacu kepada
proses reduksi yang dibuat dengan menggunakan gas pengurang yang dipancarkan
dari batubara atau sumber gas alam. Sponge Iron dapat diproduksi dalam beberapa
jenis tungku, termasuk oven kokas atau arang, tungku ledakan, dan tungku oksigen
dasar.

20

Gambar 2.2 (a) Besi Spon/Sponge Iron;

(b) Baja Kasar/Besi Kasar/Pig Iron

Seperti pabrik baja yang ada di indonesia: PT. Krakatau Steel, PT. Ispatindo
Pig Iron (baja kasar) adalah produk setengah jadi/intermediate yang mempunyai
kandungan baja (Fe3C) 95 % dengan kandungan karbon 5 %, berbentuk batangan
dipakai sebagai bahan baku/bahan dasar industri baja yang berbasis proses basa
dicampur dengan besi skrap, proses peleburan iniakan menghasilkan baja. Demikian
juga pabrik baja lainnya di Indonesia seperti PT.Hanil Jaya dan industri baja milik
swasta lainnya.Tidak diperbolehkan lagi mengekspor bahan mentah, diharapkan para
pengusaha

tambang pasir

pengolahan/pemurnian

di

besi untuk

dapat

Indonesia, sehingga

melakukan

kegiatan

proses

bisa ikut meningkatkan

potensi

pendapatan daerah, pembukaan lapangan kerja baru sehingga ada nilai tambah untuk
negara.

Untuk

link) antara industri

menjembatani
pertambangan

terjadinya salah
(mining

pengertian

industri) dan industri

(missing
baja

(steel

industri) ini dibutuhkan integrasi/pengggabungan yaitu perusahaan baja (iron making


industri) dan sudah ada perusahaan yang hadir di Indonesia untuk memberikan solusi
sehingga missing link tadi tidak akan terjadi lagi. Sponge Iron digunakan pabrik baja
yang ada di Indonesia seperti PT. Krakatau Steel dan PT. Ispatindo Pig iron

21

digunakan pabrik baja di Indonesia seperti PT. Hanil Jaya dan industri baja swasta
lainnya. Kebutuhan kedua jenis bahan baku tersebut berdasarkan seluruh kebutuhan
pabrik baja di Indonesia baik BUMN maupun swasta adalah sekitar 7,6 juta
metrik ton pertahunnya dan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan baja di Indonesia maupun di dunia. Selama ini kedua jenis bahan baku
tersebut untuk kebutuhan industri baja di Indonesia masih diimpor dari negara China,
India, Brazil dan lain-lain. Padahal bahan baku untuk memproduksi Sponge Iron
maupun Pig Iron sangat melimpah di negeri ini , seperti pasir besi (iron sand) atau
biji besi (iron ore), batu bara (coal) dan kapur/bentonite.
3.3 Dampak Positif dari Adanya Penambangan dan Pengolahana Pasir Besi
Bagi Masyarakat
Secara umum dampak lingkungan dihasilkan oleh efek lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dampak lingkungan tidak
selalu berarti negatif, tetapi juga bisa berarti positif. Dampak lingkungan bersifat
positif apabila terjadi perubahan yang menguntungkan bagi lingkungan, sedangkan
dampak bersifat negatif apabila terjadi perubahan yang merugikan, mencemari dan
merusak lingkungan. Dampak positif yang dirasakan yaitu salah satunya adalah dapat
menyerap tenaga kerja, masyarakat disekitar penambangan memang merasa terbantu
dengan adanya penambangan pasir ini karena mereka bisa ikut bekerja menjadi buruh
disana, bagi sebagian masyarakat memang menyadarinya karena pertambangan
tersebut memberikan sedikit keringanan beban. Disamping itu tambang pasir besi
memiliki daya tarik tersendiri keberadaannya, dimana pada awal keberadaannya
menjadi daya tarik bagi masyarakat luar, karena masyarakat lain ingin mengetahui
keberadaan dan keadaan tambang besi tersebut.
Demikian juga dengan dikeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun
2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan
Pemurnian Mineral, bahwa para pemilik/pengusaha tambang tidak diperbolehkan lagi

22

mengekspor berupa bahan mentah/raw material. Dengan adanya industri pengolahan


Sponge Iron dan Pig Iron di Indonesia , maka hal ini akan menambah potensi
pendapatan daerah dan penyerapan tenaga kerja, sehingga secara otomatis akan
menambah devisa negara.

23

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB III Ta 1
    BAB III Ta 1
    Dokumen26 halaman
    BAB III Ta 1
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen1 halaman
    1 Cover
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen31 halaman
    Isi
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen6 halaman
    Judul
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Table
    Daftar Table
    Dokumen1 halaman
    Daftar Table
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • 05bab1 Syam 10070109034 SKR 2015
    05bab1 Syam 10070109034 SKR 2015
    Dokumen7 halaman
    05bab1 Syam 10070109034 SKR 2015
    Desy Ratnasari
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen1 halaman
    Cover 1
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen6 halaman
    Bab Ii
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    Sidik Selalusabar
    Belum ada peringkat