Disusun oleh:
dr. Tia Santika
Pendamping:
dr. Hj. Supriyati Rahayu, MPH.
No.
Tanggal
Topik
1.
19/09/14
Bedah
2.
03/11/14
Medik
Ko-infeksi TB-Paru-HIV
3.
05/12/14
Jiwa
4.
22/01/15
Bedah
5.
22/01/15
Kematian
Topik:
KO-INFEKSI TB-PARU-HIV
Disusun oleh:
dr. Tia Santika
Pendamping:
dr. Hj. Supriyati Rahayu, MPH.
Pendamping
Wahana
No.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Presentan
Topik
No. RM
Nama Pasien
: Tn. F
: 048902
Keterampilan
Penyegaran
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Seorang laki-laki berusia 22 tahun dengan keluhan batuk sejak 3 minggu
SMRS. Keluhan batuk dirasakan tidak sembuh-sembuh. Keluhan disertai penurunan BB 6
kg dalam satu bulan, keringat pada malam hari tanpa aktivitas, lemas badan, nafsu makan
menurun, demam tidak begitu tinggi. Pasien adalah seorang Gay (penyuka sesame jenis),
dan sering bergonta ganti pasangan.). VBS kanan > kiri, rhonki +/+, wheezing -/-, VF kanan
> kiri, Peningkatan LED dan segmen. Rontgen Thoraks: Tampak perselubungan inhomogen
parakardial kanan.
Tujuan : Mendiagnosis ko-infeksi TB paru-HIV dengan tepat dan cepat sehingga
terhindar dari komplikasi yang berakibat fatal, serta melakukan tatalaksana sesuai dengan
diagnosis dan berdasarkan pada kondisi pasien.
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Cara Membahas :
Diskusi
Data Pasien
Nama RS : RSUD
Kabupaten Bekasi
Riset
Presentasi
dan diskusi
Kasus
Audit
Pos
Nama : Tn. F
No. Register
: 048902
Umur : 22 tahun
makan menurun, demam tidak begitu tinggi. Pasien adalah seorang Gay (penyuka
sesame jenis), dan sering bergonta ganti pasangan.). VBS kanan > kiri, rhonki +/+,
wheezing -/-, VF kanan > kiri, Peningkatan LED dan segmen. Rontgen Thoraks:
Tampak perselubungan inhomogen parakardial kanan.
2. Riwayat Penyakit
Riwayat keluhan benjolan di sekitar leher tidak ada.
Riwayat bercak putih yang menutupi daerah di dalam mulut tidak ada
Riwayat diare kronis, berat badan turun lebih dari 10 kg per bulan tidak ada.
Riwayat terkena Herpes tidak ada.
Riwayat penyakit keganasan tidak ada.
Riwayat terkena infeksi pada organ kelamin tidak ada.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.
4. Lain-lain:
Pemeriksaan Fisik (13 Oktober 2014):
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi
: 115 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu: 37,5 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Hidung: PCH (-), hiperemis (-)
Mulut : To = T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Toraks : Bentuk dan gerak tidak simetris, retraksi dinding dada (+)
Cor
Pulmo : Suara dasar vesikuler rhonki +/+, wheezing -/-, VF kanan > kiri
Abdomen: Datar lembut, BU (+) normal, Hepar/Lien tidak teraba membesar, NT (-)
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium darah (13 oktober 2014):
Hb
: 10,5 g/dl
Leukosit
: 6000 /mm
LED
: 70 mm/jam
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 1%
Batang
: 2%
Segmen
: 84 %
Limfosit
: 11 %
Monosit
: 2%
Eritrosit
: 3,9 jt/mm3
Hematokrit
: 31.7 %
Trombosit
: 345 ribu/mm
SGOT
: 78 u/l
SGPT
: 104 u/l
: 14%
Anti HIV
: Reagen 1 : reaktif
Reagen 2: reaktif
Reagen 3: reaktif
: Negative
Pagi
: Negative
Sewaktu
: Negative
Hasil Pembelajaran:
1. Mendiagnosis ko-infeksi TB paru-HIV dengan cepat dan tepat.
2. Mengetahui dan mengerti langkah penatalakssan awal ko-infeksi TB paruHIV.
3. Menetapkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk penegakan
diagnosis ko-infeksi TB paru-HIV
4. Mengerti pathogenesis, patofisiologi dan perjalanan penyakit ko-infeksi
TB Paru-HIV
Mengetahui diagnosis banding ko-infeksi TB paru-HIV
Mengetahui pengobatan tambahan dan prognosis dari pneumothoraks
Mengetahui dan mengerti langkah pneumotoraks dalam keadaan darurat
Mengetahui indikasi dan waktu yang tepat untuk melakukan WSD
5.
6.
7.
8.
1. Subjective
Pasien datang ke poli pelangi RSUD. Kab. Bekasi dengan keluhan batuk lebih dari 3
minggu SMRS. Keluhan disertai demam yang tidak begitu tinggi, penurunan berat
badan 6 kg kg(dari 59 kg menjadi 53 kg) dalam satu bulan, keringat pada malam hari
tanpa aktifitas, lemas badan, nafsu makan menurun.. Keluhan batuk tidak disertai dahak
dan darah, mual, muntah, sesak nafas, dan nyeri dada saat bernafas. Buang air kecil
tidak ada keluhan. Keluhan juga tidak disertai BAB cair lebih dari sebulan dengan atau
tanpa disertai darah
1.
Pada pasien dengan keluhan batuk, terdapat beberapa sistem organ yang dapat
dipikirkan mengalami gangguan, yakni sistem respirasi dan kardiovaskular.
2.
Objective
Hasil data anamnesis pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan sputum BTA dan
Anti HIV sangat mendukung diagnosis ko-infeksi TB-paru HIV. Pada kasus ini, diagnosis
ditegakkan berdasarkan:
3. Anamnesis: keluhan batuk lebih dari 3 minggu SMRS. Keluhan disertai demam
yang tidak begitu tinggi, penurunan berat badan 6 kg kg(dari 59 kg menjadi 53
kg) dalam satu bulan, keringat pada malam hari tanpa aktifitas, lemas badan, nafsu
makan menurun.. Keluhan batuk tidak disertai dahak dan darah, mual, muntah,
sesak nafas, dan nyeri dada saat bernafas. Buang air kecil tidak ada keluhan.
Keluhan juga tidak disertai BAB cair lebih dari sebulan dengan atau tanpa disertai
darah. Pasien adalah seorang GAY(penyuka sesama jenis)
Pemeriksaan fisik: Suara dasar vesikuler rhonki +/+, wheezing -/-, VF kanan
> kiri
Laboratorium: LED Segmen
Pemeriksaan Sputum BTA : SPS: negative
Anti HIV: Reagen 1,2,3: Reaktif
Rontgen Thoraks AP: Tampak Perselubungan inhomogen Perikardial kanan..
4. Assessment
perawatan
BAB IV
DISKUSI
No
Pertanyaan
Jawaban
Neuropati pada saraf sensorik
mengurangi
fungsi
protektif
menurun
dapat
meningkatkan
kelompok
pencegahan
besar,
yaitu
terjadinya
kaki
yang
dikenal
sebagai
primer
serta
pencegahan
pencegahan
agar
tidak
terjadi
DM
dikenal
sebagai
sekunder.
pencegahan
Pengelolaan
kaki
bentuk
multidisiplin
di
kerja
antara
sama
seluruh
BAB V
KESIMPULAN
Kaki diabetikum merupakan komplikasi kronik Diabetes Melitus (DM) yang paling
kompleks karena melibatkan tindakan amputasi. Angka kematian akibat ulkus atau gangren
DM di Indonesia berkisar 17-23%, sedangkan angka amputasi saat ini berkisar 15-30%.
Pendekatan diagnosis kaki DM dilalui dengan anamnesis keluhan dan faktor risiko,
kemudian pemeriksaan fisik menyeluruh dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis, harus dievaluasi mengenai penyakit DM, kontrol gula darah, serta
komplikasinya. Harus diteliti pula mengenai riwayat merokok, status gizi, dan lain-lain.
Aktivitas sehari-hari, pemakaian sepatu, riwayat pajanan bahan kimia, kalus, infeksi, gejala
neuropati, klaudikasio, kelainan bentuk kaki, dan riwayat luka harus ditanyakan secara
cermat. Tanyakan pula menenai charcoat foot dan riwayat keluarga.
BAB IV
DISKUSI
No
Pertanyaan
Jawaban
HIV?
dr. M. Randy
Berganti-ganti pasangan adalah merupakan faktor
3
Apakah berganti-ganti
HIV?
dr. yuvita
bagaimanaka interaksi obat TB
dengan ARV?
BAB V
KESIMPULAN
berbagai penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit
retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang
menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. (Vinay
Kumar, 2007). HIV telah ditetapkan sebagai agens penyebab acquired Immune Deficiency
Syndrom (AIDS). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia Anderson Price, 2006). Definisi AIDS yang ditetapkan
oleh pusat pengendalian penyakit, telah berubah beberapa waktu sejak gejala pertama
ditemukan pada tahun 1981. Secara umum definisi ini menyusun suatu titik dalam kontinum
penyimpangan HIV dimana penjamu telah menunjukan
secara klinis disfungsi imun. Jumlah besar infeksi oportunistik dan neoplasma merupakan
tanda supresi imun berat sejak tahun 1993. Definisi AIDS telah meliputi jumlah CD4 kurang
dari 200 sebagai criteria ambang batas. Sel CD4 adalah bagian dari limposit dan satu target
sel dari infeksi HIV.
BAB IV
DISKUSI
No
Pertanyaan
Jawaban
a.
b.
c.
d.
atau depresif
e. Tidak ada penyebab organik
psikosis akut?
biologis
atau
psikologis
ke
arah
dr. M. Randy
bagaimanakah ciri prognosis
3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dr. yuvita
intoksikasi
Bagaimana mendiagnosis
akut?
zat
sulit
tanpa
menggunakan
tes
BAB V
KESIMPULAN
negara berkembang daripada negara industri. Beberapa klinis meyakini bahwa gangguan ini
lebih sering terjadi pada pasien dengan kelas sosioekonomi yang rendah, non industri.
Beberapa istilah lain sering digunakan untuk menjelaskan bentuk psikosis yang dipicu oleh
stres yang tinggi.
BAB IV
DISKUSI
No
1
Pertanyaan
Jawaban
pemasangan traksi?
dr. M. Randy
3
bagaimanakah prinsip
imobilisasi eksterna?
.
4
dr. yuvita
BAB V
KESIMPULAN
femoris dan dua trochanter (trochanter major dan trochanter minor). Ujung distal femur
berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang
melengkung bagaikan ulir.3
BAB IV
DISKUSI
No
1
Pertanyaan
Dr. Theresia Oetji
Apa sajakah kriteria PPCM?
Jawaban
1. Manifestasi gagal jantung pada akhir bulan
kehamilan atau dalam waktu 5 bulan setelah
melahirkan.
2. Fungsi pompa jantung berkurang, dengan
fraksi ejeksi (EF) kurang dari 45% (umumnya
diukur dengan echocardiogram).
3. Tidak ada penyebab lain untuk gagal jantung
bagaimana mendiagnosis
diagnosis
banding PPCM?
lainnya,
seperti
infark
miokard,
disease
dr. M. Randy
BAB V
KESIMPULAN
untuk aritmia, bahkan sudden death. PPCM adalah suatu bentuk dilatasi kardiomiopati
dimana ruang jantungnya menjadi membesar atau berdilatasi dan ototnya melemah, dan
berakibat menurunnya aliran darah dan meningkatnya tekanan di dalam ruang jantung.
Topik:
ULKUS DIABETIKUM GRADE IV a/r PEDIS DIGITI V DEXTRA
Disusun oleh:
Tia Santika.dr
Pendamping:
Hj. Supriyati Rahayu,dr.,MPH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Ulkus Diabetikum
Kaki diabetikum merupakan komplikasi kronik Diabetes Melitus (DM) yang paling
kompleks karena melibatkan tindakan amputasi. Angka kematian akibat ulkus atau gangren
DM di Indonesia berkisar 17-23%, sedangkan angka amputasi saat ini berkisar 15-30%.1
II. Patofisiologi
Kejadian kaki diabetik melibatkan berbagai komponen, seperti neuropati perifer,
gangguan vaskular, infeksi, dan perubahan tekanan plantar. Neuropati perifer dan gangguan
vaskularisasi terutama memegang peranan penting dalam patofisiologi kaki diabetik.2
a. Neuropati perifer
Manifestasi klinis neuropati perifer terhadap saraf otonom, sensorik, dan motorik dapat
meningkatkan risiko terjadinya kaki diabetik. Hal tersebut terjadi akibat tiga hal berikut:
- Neuropati pada saraf sensorik mengurangi fungsi protektif saraf, sehingga kemungkinan terpajan trauma fisik, kimia, dan suhu semakin meningkat. Fungsi protektif
saraf sensoris yang menurun dapat meningkatkan risiko ulkus DM hingga tujuh kali
lipat.1,2
- Neuropati motorik menyebabkan deformitas kaki (hammer toes, claw foot),
sehingga distribusi tekanan pada tonjolan tulang di kaki menjadi tidak normal. Hal
tersebut disebabkan oleh atrofi dan kelemahan otot-otot intrinsik (m. introsseus dan
lumbrikal) sehingga terjadi peningkatan tekanan pada daerah metatarsal dan ujung
jari kaki. 1,2
- Neuropati pada saraf otonom berkaitan dengan kulit yang kering. Kulit kering
dapat menimbulkan fisura, kalus, dan kulit pecah-pecah. Bounding pulse yang
terjadi pada neuropati otonom seringkali salah diinterpretasikan sebagai sirkulasi
yang baik. Neuropati otonom juga menyebabkan vasodilatasi perifer. Hal tersebut
meningkatkan pintasan arteri-vena yang mempengaruhi perfuwsi tulang pada
ekstremitas
bawah.
Akibatnya,
terjadi
peningkatan
resorpsi
tulang
yang
Bagian yang menerima tekanan lebih besar, seperti kaput metatarsal jari III disusul
kaput metatarsal jari I sering mengalami tukak. Hal tersebut menjadi pertimbangan saat
memilih bentuk insole pada penyandang kaki DM.1
Penyebab terjadinya luka pada penyandang kaki DM:1
o Tekanan terus menerus
o Home surgery
o Tekanan berulang
o Luka tusuk
o Antiseptik
o Trauma panas
Neuropati perifer
PAD
Infeksi
Riwayat ulkus DM
Deformitas kaki struktural
Trauma
Charcoat foot
Penglihatan kabur
Kontrol gula darah buruk
Usia lebih tua
Jenis kelamin laki-laki
Ras (paling banyak di hispanik dan kulit hitam)
Disusun oleh:
Tia Santika,dr
Pendamping:
Hj. Supriyati Rahayu,dr.,MPH