Anda di halaman 1dari 6

INCIDENCE RATE INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA

KELOMPOK USIA 20-44 TAHUN YANG DIRAWAT JALAN DI PUSKESMAS


SIBELA KOTA SURAKARTA BULAN JANUARI-OKTOBER 2016

Anisa R, Rindy S, Sri R, Priaji S, Niza N M,


Sumardiyono*
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret
*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

Abstrak

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah utama bagi masyarakat dunia.Data
global World Health Organization (WHO) setiap tahunnya, sekitar 9.4 juta orang meninggal karena
komplikasi hipertensi. Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2013, prevalensi hipertensi mencapai 25.8% atau sekitar 65 juta penduduk, dengan90-95% kasus
hipertensi merupakan hipertensi esensial. Lansia(usia 65 tahun) merupakan kelompok umur yang
berisiko terkena hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Incidence rate (IR) hipertensi
esensial pada individu lansia yang dirawat jalan di Puskesmas Matesih periode Januari-Juni 2016. Subjek
dalam penelitian ini adalah pasien lansia yang dirawat jalan di Puskesmas Matesih periode Januari-Juni
2016. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data SIMPUS Puskesmas Matesih.
Incidence rate (IR) hipertensi esensial pada individu lansia yang dirawat jalan di Puskesmas Matesih
periode Januari-Juni 2016 sebesar 5.82%.

Kata kunci: Incidence rate, Hipertensi esensial, Hipertensi esensial pada lansia

Abstract

Incidence rate of Essential Hypertension in The Elderly Patients Treated at Matesih Primary Health
Care Period of January-June 2016. Hypertension is a disease that is one of major problems for the
world community. Global Data World Health Organization (WHO) annually, approximately 9.4 million
people died of complications of hypertension.In Indonesia, according to data from the Ministry of Health
of the Republic of Indonesia in 2013, the prevalence of hypertension reached 25.8%, or about 65 million
people, with 90-95% of cases of hypertension is essential hypertension. Elderly (aged 65 years) are the
age group that is at risk of developing hypertension. This study aims to determine Incidence rate (IR) of
essential hypertension in elderly individuals treated at Matesih primary health care period of January-June
2016. Subjects in this study were elderly patients treated at Matesih primary health care period of
January-June 2016. The data used is secondary data, that is SIMPUS of Matesih primary health
care. Incidence rate (IR) of essential hypertension in elderly individuals treated at the Matesih
primary health care period of January-June 2016 is 5.82%.

1
Keyword: Incidence rate, Essential hypertension, Essential hypertension in the elderly

Pendahuluan (29,2%) dibandingkan perempuan (28,5%).


Sedangkan menurut kelompok umur, tertinggi
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ditemukan pada kelompok usia 1-4 tahun
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus (51,0%), dan disusul oleh usia <1 tahun (44,4%),
atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas 5-14 tahun (33,0%), >75 tahun (30,4%), 65-74
disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan tahun (29,7%), 55-64 tahun (28,2 %), 45-54 tahun
sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau (26,0 %), 35-44 tahun (24,9 %), 15-24 tahun
berdahak. ISPA merupakan salah satu masalah (24,5%), dan 25-34 tahun (23,3%) (Depkes RI,
kesehatan yang ada di negara berkembang dan 2009).
negara maju. Hal ini dikarenakan masih tingginya Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah
angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA mencanangkan program-program untuk
khususnya pneumonia, pada bayi dan balita. Di mengendalikan ISPA diantaranya melalui
Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 advokasi dan sosialisasi, penemuan dan
dari semua penyebab kematian dan peringkatan penatalaksanaan terutama kasus Pneumonia,
pertama dari seluruh penyakit infeksi. Di Spanyol penyediaan logistik untuk menunjang program
angka kematian akibat pneumonia mencapai 25%, pengendalian ISPA, supervisi untuk menjamin
sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% pelaksanaan program, pencatatan dan pelaporan.
atau 25-30 per 100.000 penduduk (Heriana, 2005; Selain itu pemerintah juga membangun kemitraan
Kemenkes RI, 2011). dan jejaring dengan beberapa sektor serta
Tiga per empat kasus ISPA di dunia organisasi. Peningkatan kapasitas sumber daya
berada di 15 negara, dan Indonesia merupakan manusia juga telah dilakukan melalui pelatihan-
peringkat 6 diantaranya. Di Indonesia ISPA pelatihan bagi tenaga kesehatan maupun tenaga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan non kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
pasien di Puskesmas(40%-60%) dan rumah sakit Program-program dari pemerintah dirasa
(15%-30%). Penyakit ini lebih banyak dialami belum terlaksana dengan baik dan efektif, hal
pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks tersebut dapat dilihat dari prevalensi ISPA di
kepemilikan terbawah dan menengah bawah. berbagai daerah yang masih tinggi, salah satunya
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun di Puskesmas Sibela Kota Surakarta.
waktu 1 bulan terakhir. Tujuh provinsi dengan
ISPA tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara
Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Metode Pengambilan Data
Nusa Tenggara Barat (28,3%), Jawa Timur
(28,3%), Kalimantan Selatan (26,7), dan Jawa Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Tengah (26,6). Period prevalence ISPA Indonesia Pengambilan data dilakukan pada bulan November
2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 2016. Populasi penelitian yang diambil adalah semua
(25,5%). Karakteristik penduduk dengan ISPA lansia yang dirawat jalan pada bulan Januari-Oktober
yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 2016. Sumber data yang digunakan berupa data
tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak sekunder. Data yang digunakan sebagai bahan dalam
berbeda antara laki-laki dan perempuan laporan ini diperoleh dari data SIMPUS Puskesmas
(Kemenkes RI 2011; Kemenkes RI 2013). Sibela.
ISPA tersebar di seluruh Provinsi Jawa
Tengah dengan rentang prevalensi yang sangat Hasil dan Pembahasan
bervariasi (10,7- 43,1 %). Angka prevalensi ISPA
dalam sebulanterakhir di Provinsi Jawa Tengah Pada penelitian ini jumlah populasi adalah
adalah 29,1%. Prevalensi di atas angka provinsi sebanyal 5920 orang yang terdiri dari 2434 orang
ditemukan di 16 Kabupaten/Kota, dengan kasus (42%) pria dan 3486 orang (58%) wanita. Dari
terbanyak ditemukan di Kabupaten Kudus. populasi penelitian tersebut sekitar 194 orang
Menurut jenis kelamin, di Jawa tengah kejadian merupakan pasien baru yang terdiagnosis hipertensi,
ISPA sedikit lebih sering mengenai laki-laki

2
yang terdiri dari 73 orang (37%) pria dan 121 orang terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. National
(63%) wanita. Incidence rate ISPA yang dirawat Academy on Aging Society (2000) mengungkapkan,
jalan di Puskesmas Sibela sebesar 7,97%. pada penderita hipertensi hanya sekitar 27%
hipetensinya yang terkontrol. Padahal pengelolaan
hipertensi pada lansia dapat menurunkan morbiditas
dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler. Hal ini
berarti bahwa risiko penyakit kardiovaskuler dan
Gambar 1. Grafik distribusi jenis kelamin pasien kerusakan organ dapat dicegah dengan mengontrol
baru ISPA hipertensi sebagai faktor risiko utama penyakit
kardiovaskuler (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2014; Suandika et al,
Jumlah tersebut menyatakan bahwa 2013; Riyadina dan Sirait, 2013; National Academy
perbandingan antara wanita dan laki-laki sangat on Aging Society, 2000) .
signifikan yaitu 2,34: 1. Hal ini mengindikasikan Hipertensi merupakan penyakit yang sering
bahwa wanita usia 20-44 tahun memiliki risiko lebih ditemukan di negara berkembang, termasuk
sering terkena common cold daripada laki-laki. Hal Indonesia, di beberapa negara angka kejadiannya
ini dapat disebabkan karena wanita terutama yang mencapa 20-30% populasi dewasa. Hipertensi
telah menjadi ibu, lebih sering berhubungan langsung terutama lebih banyak ditemukan pada orang lanjut
dengan anak-anak yang memang lebih rentan terkena usia, menurut NHNES III Study prevalensi hipertensi
common cold sehingga memiliki peluang yang besar pada individu berusia >60 tahun diperkirakan sebesar
untuk tertular.Selain itu, wanita lebih sering berada di >60%. Besarnya prevalensi ini berbeda antar negara,
dalam rumah melakukan aktivitas rumah tangga. prevalensi lebih tinggi ditemukan pada negara di
Kondisi rumah yang kurang bersih, kurang eropa yaitu sebesar 44% dibandingkan dengan di
pencahayaan, dan terlalu berdempetan antar satu Amerika Serikat yang sebesar 28%. Sedangkan
rumah dengan rumah lainnya mengakibatkan prevalensi yang lebih tinggi didapatkan di Yunani
lingkungan menjadi kurang sehat dan menimbulkan yaitu sebesar 69% orang berusia 65 tahun menderita
berbagai sumber penyakit, contohnya adalah common hipertensi (Zavitsanou dan Babatsikou, 2010).
cold. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan
Sampai saat ini, ISPA masih merupakan penelitian Suandika et al. (2014) yang dilakukan di
tantangan besar di Indonesia. Di Indonesia ISPA sebuah desa di Banyumas menunjukkan prevalensi
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan hipertensi pada lansia mencapai 65%. Hal ini juga
pasien di Puskesmas(40%-60%) dan rumah sakit didukung oleh penelitian Riyadina dan Sirait (2013)
(15%-30%). (Kemenkes RI 2011; Kemenkes RI yang menunjukkan bahwa insidensi hipertensi
2013). meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
kelompok umur 25-34 tahun hanya 3,2% dan
meningkat terus sampai 39,3% pada kelompok umur
Hal itu merupakan masalah kesehatan 55-65 tahun. Dengan semakin meningkatnya
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25.8%, prevalensi sesuai umur, maka nilai risiko untuk
sesuai dengan data berdasarkan data Kementerian kejadian hipertensi semakin tinggi pula. Berdasarkan
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013. Di hasil penelitian yang didapat Rahajeng dan Tuminah
samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat (2009) dimana kelompok usia 25-34 tahun
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan
(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi meningkat
RI, 2014). bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung kelompok usia >75 tahun berisiko 11,53 kali.
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat Sebenarnya normal saja bila tekanan darah
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), sedikit meningkat dengan bertambahnya umur,
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak karena sering disebabkan perubahan alami pada
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini jantung, penurunan elastisitas atau kelenturan
dan mendapat pengobatan yang memadai. Sebagian pembuluh darah. Namun bila perubahan ini disertai
besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan dengan faktor-faktor lain seperti obesitas, merokok
yang berarti, gejala bukan merupakan tanda untuk bisa memicu terjadinya hipertensi. Umumnya
diagnostik dini. Seringnya hipertensi ditemukan penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit
secara kebetulan sewaktu datang berobat ke petugas jantung, diabetes melitus, stroke dan lain- lain sangat
kesehatan untuk memeriksakan penyakit lain. Banyak erat kaitannya dengan umur. Semakin tua seseorang
pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak

3
maka semakin besar risiko terserang penyakit tidak temuan Sirait dan Riyadina (2013) dimana
menular (Riyadina dan Sirait, 2013). didapatkan wanita (54,5%) lebih banyak dari pria
Tekanan darah umumnya mengalami (45,5%) yang mengalami hipertensi. Penemuan
peningkatan dimulai setelah usia kurang lebih 40 serupa juga diungkapkan oleh National Academy on
tahun. Setelah usia 40 tahun, dinding arteri akan An Aging Society (2000) bahwa pada populasi orang
mengalami penebalan oleh karena adanya lanjut usia dengan hipertensi, sekitar dua pertiganya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga adalah wanita. Sementara pada wanita dan pria
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit berusia kurang dari 65 tahun risiko untuk terkena
dan menjadi kaku (Tjekyan, 2014; Nurhidayat, hipertensi cenderung sama besarnya. Tekanan darah
Harjono, 2015). cenderung meningkat pada wanita setelah menopause
Pada proses penuaan terdapat beberapa disebabkan oleh karena kadar hormon estrogen
perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular, semakin menurun di mana estrogen dapat melindungi
diantaranya: a) penebalan dan dilatasi dinding arteri wanita dari penyakit kardiovaskuler ( Sirait dan
sehingga terjadi kekakuan arteri; b) disfungsi endotel Riyadina, 2013). Sedangkan pada beberapa penelitian
yang mengakibatkan vasokonstriksi; c) peningkatan lain pria lebih banyak mengalami kemungkinan
compliance dan penebalan dinding ventrikel kiri; d) hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh
terganggunya cadangan jantung dengan perubahan perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol),
pada frekuensi dan irama jantung; e) penurunan depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan
fungsi ginjal yang berperan pada gangguan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan
pengaturan cairan ekstraseluler (Mendes et al.,2013). pengangguran. Berkaitan dengan hipertensi, pria
Aorta dan cabang-cabang besarnya berperan mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
sebagai pipa yang elastis dan dapat teregang yang hipertensi lebih awal. Jenis kelamin berpengaruh
memungkinkan konversi output jantung yang terhadap kadar hormon yang dimiliki seseorang.
bersifat pulsatil menjadi aliran yang tenang di Estrogen yang dominan dimiliki oleh wanita
sirkulasi perifer. Dengan adanya proses penuaan, diketahui sebagai faktor protektif atau perlindungan
pembuluh darah kehilangan sifat viskoelastisnya, pembuluh darah, sehingga penyakit jantung dan
terjadi peningkatan penyakit atherosklerosis arteri, pembuluh darah termasuk hipertensi lebih banyak
dan hipertrofi serta sklerosis arteri dan arteriol. ditemukan pada pria yang kadar estrogennya lebih
Perubahan pada vaskular ini mengakibatkan rendah daripada wanita. Pada saat mengatasi
hilangnya fungsi bantalan pembuluh darah dan masalah, pria juga cenderung emosi dan mencari
kekakuan vaskular secara menyeluruh sehingga jalan pintas seperti merokok, mabuk/minum-
terjadi refleksi gelombang balik yang lebih awal dari minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik
srkulasi arterial. Refleksi gelombang yang lebih awal sehingga tekanan darahnya dapat meningkat. Pria
akan meningkatkan gelombang tekanan sistolik yang juga mempunyai risiko yang lebih besar terhadap
dihasilkan oleh setiap denyutan jantung, sehingga morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (Nurhidayat
terjadi peningkatan tekanan sistolik dan penurunan dan Harjono, 2015; Rahajeng dan Tuminah, 2009).
tekanan diastolik (Logan, 2011). Faktor-faktor lain selain umur dan jenis
Penuaan juga berhubungan dengan kelamin, yang dapat memberngarungi terjadinya
peningkatan resistensi total dan indeks massa hipertensi antara lain pendidikan rendah, kebiasaan
ventrikel kiri, dan penurunan curah jantung, denyut merokok,
jantung, stroke volume, volume intravakular, aliran konsumsi minuman berkafein >1 kali per
daran renal dan aktivitas plasma renin. Terjadi hari, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik,
penurunan progresif terhadap kemampuan ginja obesitas, riwayat hipertensi dalam keluarga dan stress
untuk mengekskresi garam secara efisien, sehingga (Rahajeng dan Tuminah, 2009; Sirait dan Riyadina,
tekanan darah lebih tinggi. Prevalensi intolernsi 2013; Suandika et al., 2014) .
glukosa dan diabetes mellitus juga meningkat seiring Faktor-faktor lain selain umur dan jenis
bertambahnya usia, yang dapat mempercepat cedera kelamin, yang dapat memengaruhi terjadinya
vaskular dan kemudian akan mempengaruhi fungsi hipertensi antara lain yaitu faktor genetik, konsumsi
ginjal. Selain itu, pada orang lanjut usia, reflex natrium, konsumsi lemak, konsumsi buah dan sayur,
kardiovaskular menjadi kurang responsive terhadap konsumsi air, olah raga, merokok, stres serta obesitas.
maneuver yang dapat mengaktivasi reflex sino-aorta Faktor genetik mempertinggi risiko terkena
dan perubahan ini juga berperan pada variabilitas penyakit hipertensi, terutama pada hipertensi primer
tekanan darah sistolik ambulatory yang berhubungan (esensial). Menurut Suandika et al. (2014) bila kedua
dengan penuaan (Logan, 2011). orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45%
Tingginya wanita yang mengalami hipertensi akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang
dibandingkan pria pada penelitian ini sejalan dengan tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%

4
akan turun ke anak-anaknya. Seseorang yang dapat menurunkan tekanan darah (Depkes RI, 2006).
mempunyai riwayat hipertensi pada keluarga akan Berbagai penelitian menyebutkan bahwa berolahraga
mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami secara teratur merupakan intervensi pertama untuk
hipertensi. Hal ini terjadi karena seseorang yang mengendalikan berbagai penyakit degeneratif (tidak
mempunyai riwayat keluarga hipertensi beberapa menular). Hasilnya secara teratur terbukti bermanfaat
gennya akan berinteraksi dengan lingkungan dan untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peran stroke, serangan jantung, dan lain-lain. Pengaruh
faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti olahraga dalam jangka panjang sekitar empat sampai
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi enam bulan dapat menurunkan tekanan darah sebesar
lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) 7,4/5,8 mmHg tanpa bantuan obat hipertensi.
daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi berlangsung sampai sekitar 20 jam setelah
primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah berolahraga (Sutanto, 2010).
tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang
waktu sekitar 30 -50 tahun akan timbul tanda dan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
gejala endotel pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan
Obesitas berkaitan dengan kegemaran proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
mengkonsumsi makanan tinggi lemak serta Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi akibat kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
faktor lain. Makin besar massa tubuh, akan pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkat volume darah yang dibutuhkan untuk meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada
Akibatnya, dinding arteri akan mendapatkan tekanan penderita tekanan darah tinggi semakin
yang lebih besar yang menyebabkan terjadinya meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah
kenaikan tekanan darah. Selain itu, kelebihan berat arteri (Depkes RI, 2006).
badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat
(Sheldon, 2005). alkohol masih belum jelas. Namun, diduga
Di samping itu, kondisi lain yang juga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume
berperan adalah sistem renin-angiotensin. Sistem ini sel darah merah serta kekentalan darah berperan
erat kaitannya dengan natrium atau garam yang dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi
dikonsumsi, yang pada penelitian ini faktor resiko menunjukkan hubungan langsung antara tekanan
tersebut tidak dievaluasi. Dalam darah renin darah dan asupan alkohol, dan diantaranya
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin. melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru
Angiotensin ini dapat menyebabkan diameter nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3
pembuluh darah mengecil. Sementara renin memicu gelas ukuran standar setiap harinya (Krummel DA,
produksi aldosteron, yang berfungsi untuk mengatur 2004).
volume cairan ekstraseluler. Jika natrium meningkat Menurut Sirait dan Riyadina (2013), stress
maka aldosteron akan mengurangi pengeluaran adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik
natrium dengan cara meningkatkan reabsorbsi terhadap setiap tuntutan beban atasnya (stresor
natrium di tubulusginjal. Hal ini menyebabkan psikososial) yang berefek pada sistem kardiovaskuler.
natrium dalam darah meningkat, dimana natrium Stres juga dapat merangsang ginjal melepaskan
mempunyai sifat retensi air dalam pembuluh darah, hormone adrenalin, yang menyebabkan tekanan
sehingga menyebabkan volume darah menjadi naik darah naik dan meningkatkan kekentalan darah
dan hal itu secara otomatis menyebabkan tekanan (Sutanto, 2010). Hormon adrenalin berperan dalam
darah meningkat (Wilson, 2006). Menurut Depkes mempercepat denyut jantung serta berpengaruh pada
(2006) diketahui rata-rata kasus hipertensi mengalami penyempitan pembuluh darah. Akibatnya jantung
penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan akan berdenyut lebih kuat sehingga dapat
garam. Jadi meskipun seseorang itu memiliki indeks meningkatkan tekanan darah.
massa tubuh yang underweight atau normal tetapi
jika konsumsi natriumnya berlebih maka seseorang Simpulan
memiliki risiko hipertensi.
Olah raga yang teratur dapat membantu Incidence rate hipertensi pada individu lansia
menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi yang dirawat jalan di Puskesmas Matesih sebesar
penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu 5,82%. Insidensi hipertensi meningkat dengan
dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur bertambahnya usia, begitu juga nilai risiko untuk

5
kejadian hipertensi juga semakin tinggi. Tekanan Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi
darah umumnya mengalami peningkatan dimulai
Saluran Nafas Akut. Direktorat Jendral
setelah usia kurang lebih 40 tahun. Setelah usia 40
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan
Lingkungan
otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-
angsur menyempit dan menjadi kaku Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
pada lansia lebih banyak wanita yang terkena
hipertensi. Tekanan darah cenderung meningkat pada Koch, D., Park. J., Del Genio. A. (2003). Clouds
wanita setelah menopause disebabkan oleh karena
and Sulfate are anticorrelated: A new
kadar hormon estrogen semakin menurun. Sedangkan
pada beberapa penelitian lain pria lebih banyak diagnostic for global sulfur models. J.
mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita
Geophys. Res. 108(D24), 4781,

Daftar Acuan doi:10.1029/2003JD003621.


Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran Pernapasan
Depkes RI. (2000). Informasi tentang ISPA
Akut dan Penanggulangannya. Medan:
padaAnakBalita.Jakarta:Pusat Penyuluhan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
KesehatanMasyarakat.
Sumatra Utara.
Depkes RI. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Rendie, J, et.al. (1994). Ikhtisar Penyakit Anak.
Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah
Jakarta: BinarupaAksara.
Tahun 2007. Badan Penelitian dan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional.
Pengembangan Kesehatan
(2013). Jakarta: Litbangkes Depkes RI.
DepkesRI.(2001). Pedoman Pemberantasan
World Health Organization (WHO). (2003).
Penyakit ISPA. Jakarta: DepkesRI. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit kecil
Ditjen P2MPL. (2009). PedomanPengendalian Negara Berkembang. Jakarta: Kedokteran EGC.
Penyakit InfeksiSaluran Pernapasan Akut.
Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai