Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Palang Merah Indonesia merupakan salah satui nstansi yang menyediakan
darah selain instansi yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan dalam halini Unit
Transfusi Darah Pembina Provinsi (UTDP). Hal ini dapat dilihat dari PP18/1980
Bab IV, pasal 6, ayat (1) yaitu Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi
darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.Guna memenuhi tugas tersebut, PMI
membuat suatu unit khusus untuk melaksanakan tugas tersebut yaitu Unit
Transfusi Darah atau UTD yang sekarangdisebut Unit Donor Darah
(UDD).Usaha transfusidarah merupakan bagian dari tugas UDD ataupunUTDP
dalam memberikan pelayanan darah kepadamasyarakat (M. Rusman dkk, 2014).
Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk
melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Pengertian
Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donorr
yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah
darah donor cocok dengan darah pasien yang akan menerima donor , hal ini
berguna untuk mencegah reaksi tranfusi darah bila darah didonorkan sehingga
aman dan benar- benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pelayanan yang
dilakukan pada Bagian Laboratorium Patient Service/ Distribusi Unit Donor
Darah PMI Kabupaten Lombok Barat mulai dari penerimaan sampel darah dan
formulir permintaannya sampai pengiriman darah ke Rumah sakit untuk
ditransfusikan kepada pasien.

1.2.

Rumusan Masalah
1

1.2.1. Menjelaskan definisi

beberapa istilah penting dalam distribusi produk

darah.
1.2.2. Menjelaskan kegiatan pelayanan bagian laboratorium patient service/
distribusi unit donor darahPMI Kabupaten Lombok Barat.
1.2.3. Menjelaskan metode Cross Match antara darah pasien dan darah donor.
1.2.4. Menjelaskan hasil praktikum Cross Match yang dilakukan.
1.3.
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui definisi beberapa istilah penting dalam distribusi produk
darah.
1.3.2. Untuk mengetahui kegiatan pelayanan bagian laboratorium patient service/
distribusiunit donor darah PMI Kabupaten Lombok Barat.
1.3.3. Untuk mengetahui metode Cross Match antara darah pasien dan darah
donor.
1.3.4. Untuk mengetahui hasil praktikum Cross Match yang dilakukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
2

Unit

Transfusi

Darah

adalah

fasilitas

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan pendonor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah.


Unit transfusi darah terdiri dari unit transfusi darah tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/ kota. Setiap tingkat memiliki kemampuan pelayanan, tugas, tanggung
jawab masing-masing (PMK RI, 2014). Pelayanan Darah adalah upaya pelayanan
kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan
kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
Pelayanan Transfusi Darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah,
pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Palang Merah Indonesia yang selanjutnya disingkat PMI, adalah organisasi
sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kepalangmerahan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Unit Transfusi Darah, yang selanjutnya disingkat UTD, adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pendonor darah, penyediaan darah,
dan pendistribusian darah.
Bank Darah Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat BDRS, adalah suatu
unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah
untuk transfusi yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
Pendonor Darah

adalah

orang yang

menyumbangkan

darah

atau

komponennya kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan


kesehatan (PMK RI,2014).
2.2. Kegiatan Pelayanan Bagian Laboratorium Patient Service/ Distribusi
Unit Donor Darah
2.2.1. Penerimaan formulir permintaan darah dan sampel darah pasien
Petugas dari rumah sakit atau keluarga pasien datang membawa
formulir permintaan darah dari rumah sakit. Formulir berisi data pasien

dan dokter yang meminta darah serta darah yang dibutuhkan. Formulir
terlebih dahulu harus diisi secara lengkap oleh dokter disertai tanda tangan
dokter tersebut.. Formulir dibawa ke PMI beserta sampel darah pasien yang
sudah diberi label seperti pada gambar.
Data di isi secara benar tanpa ada kesalahan,. jika tidak lengkap dalam
pengisian formulir, maka formulir tidak dapat diterima dan harus
dikembalikan ke rumah sakit. Pengecekan kelengkapan pengisian formulir
meliputi :
Nama rumah sakit, bagian perawatan, kelas perawatan, dan nomor

rekam medic pasien


Dokter yang meminta produk darah
Identitas OS (Nama, umur dan jenis kelamin)
Identitas suami/ istri(Nama dan umur)
Diagnosa sementara dan indikasi tegas permintaan darah
Waktu produk darah diperlukan (tanggal dan jam)
Transfusi darah sebelumnya (pernah atau belum, dan kapan)
Untuk OS wanita apakah pernah hamil, abortus, dan jumlah partus
Jenis darah yang diperlukan dan jumlahnya
Saat menerima formulir permintaan darah dan sampel darah dari

petugas rumah sakit atau keluarga pasien, hal pertama yang harus
diperhatikan adalah mencocokkan nama yang tertera pada formulir
permintaan darah dan sampel darah.

Gambar.1

Sampel darah OS

2.2.2. Pemeriksaan golongan darah


Sistem penggolongan darah besar yang dikenal adalah sistem ABO
(golongan darah A, B, AB, dan O) serta sistem penggolongan darah Rhesus
(Rh+ dan Rh-).Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen
selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Dalam proses transfusi darah harus benar-benar memperhatikan
golongan darah karena ketidakcocokkan golongan darah si penerima
dengan si pendonor dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian bagi si
penerima.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi

terhadap antigen B dalam serum darahnya.


Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan
sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A
dalam serum darahnya.

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan


antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A

maupun B
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,

tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.


Rhesus
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau
tidaknya antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah
faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus
yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah
merahnya memiliki golongan darah Rh- (Rhesus Negatif).Mereka yang
memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki
golongan darah Rh+ (Rhesus Positif).
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan
ABO dengan menambahkan + bagi pemilik faktor rhesus atau - bagi
yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal
golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.
Delapan puluh lima persen penduduk dunia memiliki faktor rhesus
(Rh+) dalam darahnya, sementara 15% nya tidak memiliki faktor rhesus
(Rh-) dalam darahnya.
Pemeriksaan Sederhana Golongan Darah Dan Rhesus
Persiapan :
Persiapan penderita: tidak memerlukan persiapan khusus
Persiapan sample: Larutan sel darah merah yang akan diperiksa dari
darah utuh
Prinsip: Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)
Alat dan bahan:
a. Plate, slide dan alat pengaduk

Gambar.2
Plate (kanan atas), slide (kanan bawah), alat pengaduk (kiri)
b. Serum yang terdiri atas:
Ant-A biasanya berwarna biru
Ant -B biasanya berwarna kuning,
Anti sera D (Rhesus) biasanya tidak berwarma/bening

Gambar.3

Serum Anti-A, Anti-B dan Anti D untuk pemeriksaan golongan

darah
PemeriksaanCara Slide :
Pada sebuah kaca obyek (slide) teteskan 1 tetes serum anti A disebelah
kiri, 1 tetes tetes serum anti B ditengah, dan 1 tetes serum anti AB
disebelah kanan. Pada kaca obyek yang lain teteskan 1 tetes serum
anti-D (anti Rhesus) disebelah kiri dan 1 tetes serum yang akan
diperiksa sebagai kontrol disebelah kanan.

Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes darah yang akan diperiksa,


campurkan dengan cara menggoyangkan kedepan dan kebelakang,
sambil diamati adanya gumpalan (aglutinasi) berupa titik-titik halus

seperti pasir yang akan terjadi.


Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah percampuran

serum dan darah yang akan diperiksa


Kesalahan dapat terjadi dalam pembacaan secara kasat mata karena
gumpalan yang terjadi bisa sangat halus dan tidak terlihat, pastikan
secara mikroskopik.

Anti-A

Anti-B

Anti-AB

Anti-D

Golonga

Rh

n Darah
+

Positif

Positif

AB

Negatif

Negatif

Interpretasi pemeriksaan golongan darah pada sampel darah OS:


Setelah melakukan pemeriksaan golongan darah pasien, didapatkan
aglutinasi sampel darah setelah dicampurkan dengan Anti-A dan Anti-B
yang menunjukkan golongan darah OS yaitu golongan darah AB rhesus +.

Gambar.4

Hasil pemeriksaan golongan darah OS

2.2.3. Persiapkan darah yang akan di Cross Match sesuai dengan golongan
darah OS
Darah donor yang akan dilakukan cross match dengan darah sampel di
ambil dari tempat penyimpanan darah siap pakai. Darah siap pakai artinya
darah yang telah melalui screening Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah
(IMLTD) namun belum siap untuk ditransfusikan kepada OS karena belum
dilakukan uji cross match, darah yang diambil adalah yang sesuai dengan
golongan darah orang sakit.

Gambar.5

Darah siap pakai yang tersedia di UDD PMI Kabupaten

Lombok Barat

2.2.4. Pemeriksaan Cross Match antara darah OS dan Donor


a. Definisi Cross Match
Menurut definisi, crossmatching atau yang biasa dikenal sebagai tes
kompatibilitas merupakan sebuah pemeriksaan darah yang dilakukan
untuk

menetapkan

kompatibilitas

dari

donor

dan

penerima

darah.Pemeriksaan ini merupakan uji deteksi antibodi terbaik yang


tersedia untuk menghindari reaksi tranfusi mematikan sehingga
dilakukan sebelum melakukan tranfusi darah dan apabila terjadi reaksi
tranfusi darah.
Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel
donor dan Minor Crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel
penerima. Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik
mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya
donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada
test minor akan terjadi aglutinasi.
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi
keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian
sehingga Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat
ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang
menjaminkan hasil percobaan.Reaksi silang yang dilakukan hanya pada
suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang

10

hanya bereaksi pada suhu 37oC. Lagi pula untuk menentukan anti Rh
sebaiknya digunakan caraCrossmatch dengan high protein methode.
Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang
dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass.
b. Reaksi Silang dalam Tabung
Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor
Crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam
bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan
hemolisis bila golongan darah tidak cocok.
Tujuan : untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi yang dapat
terjadi jika antibody orang sakit reakstif terhadap sel darah merah
donor , sehingga memastikan bahwa darah yang diterima orang sakit
aman dan cocok tanpa ada reaksi transfusi( compatible).
a) Alat dan Reagensia :
b) Tabung reaksi dan pipet tetes
c) Sentrifuge
d) Tabung sentrifuge
e) Bovine albumin 20%
f) Mikroskop
g) NaCl 0,9 %
h) Serum Coombs

b) Bahan : Serum dan Eryhtrosit 5 %

11

Teknik Kerja :
a. Pembuatan suspensi Eryhtrosit 5 %
1. Kedalam tabung 12 x 75 mm diisi dengan larutan NaCl 0,9 %
sebanyak 5 ml.
2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA dan campur.
3. Putar pada sentrifuge pada 1500 rpm selama 5 menit.
4. Cairan dibuang dan pada endapan ditambahkan larutan NaCl
0,9 % sebanyak 5 ml. Campur dan putar lagi, ulangi langkah
tadi sebanyak 3 kali.
5. Terakhir pada penambahan NaCl 0,9 % yang ke-4 kalinya
sebanyak 5 ml merupakan suspensi eryhtrosit 5 %.

c) Pemeriksaan reaksi silang fase I


1. Sediakan dua buah tabung reaksi kecil dalam rak, yang sebelah
kiri untuk mayor test dan sebelah kanan untuk minor test.
2. Tabung kiri diisi dengan 2 tetes serum penerima dan 2 tetes
suspensi erythrosit donor 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % dan 2
tetes bovine albumin 20%.
3. Tabung kanan diisi dengan 2 tetes serum donor dan 2 tetes
suspensi erythrosit penerima 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % 2
tetes bovine albumin 20%.

12

4. Masing-masing tabung dicampur dan diputar disentrifuge pada


1000 rpm selama 1 menit.
5. Goyangkan hati-hati dan periksa adanya aglutinasi dan
hemolisis.
6. Bila hasil Mayor dan minor negatif, pemeriksaan dilanjutkan ke
fase II
7. Bila hasil Mayor dan minor positif, pemeriksaan tidak
dilanjutkan (tidak cocok)
d) Crossmatch Fase II
1. Tabung tadi diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit
2. Putar selama 1 menit pada 1000 rpm disentrifuge.
3. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang
perlahan-lahan sama dengan fase I, bila negatif dilanjutkan ke
fase III
e) Crossmatch Fase III
1. Sel darah merah dicuci dengan NaCl 0,9% 3-4 kali
2. Tambahkan 2 tetes serum Coombs serum pada kedua tabung
mayor dan Minor test.
3. Putar pada sentrifuge 1000 rpm selama 1 menit.

13

4. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang


perlahan-lahan sama dengan fase I secara makroskopis.
f) Penafsiran :

Bila hemolysis/negatif (-) maka darah dapat ditransfusikan


dengan hasil yang compatible.

Bila hemolisis positif (+) maka darah tidak dapat ditransfusikan


dengan hasil yang incompatible.

Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in


vitro.Antibodi kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan
eritrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi
antibodi yang lemah sulit dideteksi.Banyak antibodi kelas IgG yang
tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat.
Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama
menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum
kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan
antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum
antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit
donor maka terjadi gumpalan.
Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi
tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan Crossmatch di UTD dan BDRS saat ini
menggunakan metode gel dalam cup kecil yang lebih mudah dan
14

praktis, metode ini telah menggantikan metode tabung yang lebih


sulit dan memerlukan banyak peralatan untuk pemeriksaan.

Pemeriksaan Crossmatch dengan Diamed ID/Metoda gell

a) Alat dan Bahan


1. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
2. Sempel darah pasien dan sampel darah donor
3. Diluent
4. Mikro pipet

Gambar 6.alat dan bahan

15

Gambar.6

Mikro pipet

5. Inkubator

Gambar.7

Inkubator
16

6. Centrifuge
7. Liss/ coombs

Gambar.8

Liss/ Coombs

b) Cara Kerja :
1. Buat suspensi sel OS dan donor 0.8%-1%
Cara kerja :
a. Ambil ditabung 0.5 cc Diluent 2 dengan dispenser
b. Ambil 5 ul PRC masukkan dalam tabung

17

c. Campur dan homogenkan hingga menjadi suspense 0.8%-1%


2. Ambil list coombs cup tandai dengan identitas Os/donor buka
penutup aluminiumnya
a. Mayor : 50 ul suspense sel donor dengan 25 serum Os
b. Minor : 50 ul suspense sel Os dengan 25 ul serum donor
c. Auto control : 50 ul suspense sel Os dengan 25 ul serum Os
3. Masukkan kartu ke incubator, inkubasi 37oC selama 15 menit
(tekan tombol timer 1/2/3).
4. Pindahkan kartu ke centrifuge. Tekan tombol start (sentrifuge
selama 10 menit)
5. Baca reaksi yang terjadi
c) Interpretasi Hasil

Compatible : terjadi hemolisi antara darah donor dengan serum


pasien maupun darah pasien dengan serum donor sehingga darah
bisa dikeluarkan (cocok).

Incompatible : terjadi aglutinasi antara darah donor dengan


serum pasien maupun darah pasien dengan serum donor
sehingga darah tidak bisa dikeluarkan.

18

Interpretasi hasil uji crossmatch :


No

Mayor

Minor

Auto

Kesimpulan

control
1

Darah Keluar

Ganti darah donor

Ganti darah Donor

Darah keluar jika minor


sama atau lebih kecil dari
auto control

2.2.5. Pencatatan hasil crossmatch pada formulir Pemeriksaan uji cocok


serasi
Setelah pemeriksaan crossmatch selesai, hasil diltulis pada formulir
pemeriksaan uji cocok serasi sehingga dokter yang meminta mengetahui
bahwa darah yang akan di transfusikan dan darah sampel yang dikirimnya
telah melalui pemeriksaan crossmatch sehingga dokter dapat menentukan
apakah darah donor aman atau tidak untuk ditransfusikan kepada pasien.

19

Gambar 10. Hasil uji crossmatch compatible

20

Gambar 11. Formulir Permintaan darah dan Pemeriksaan Uji Cocok Serasi
dilekngkapi

21

BAB III
PENUTUP
3.1.

KESIMPULAN
Ketelitian seorang petugas di bagian distribusi unit donor darah PMI
diperlukan sehingga darah yang yang akan didonorkan kepada pasien dapat
dipercaya aman untuk ditransfusikan. Salah satu pemeriksaan yang penting
dilakukan sebelum darah dapat ditransfusikan kepada pasien adalah pemeriksaan
crosmatch.Hasil pemeriksaan crossmatch harus dinyatakan compatible sebelum
darah dapat ditransfusikan kepada pasien.
Dalam praktikum ini hasil yang didapatkan pada proses uji cocok serasi
adalah compatible (cocok).

3.2.

SARAN
Dalam melakukan uji cross match dibutuhkan ketelitian dalam mengerjakan
untuk mendapatkan hasil yang benar sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi
transfuse pada orang sakit dan darah dapat bermanfaat.
Sebagai dokter muda, dalam proses pembelajaran distribusi darah penting
untuk mengetahui langkah-langkahnya agar tahu bahwa setiap darah yang
diberikan untuk pasien telah melalui berbagai prosedur untuk menjamin bahwa
darah yang diterima orang sakit aman dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

22

Anonim. 2016. Blood Transfusion: A Pratical Guide. London ; British Journal of


Hospital Medicine, April 2006,Vol 67, No 4. Diakses pada tanggal 15 Agustus
2014 disitus http://www.ucl.ac.uk/anesthesia/student sand Traines/Blood
Transfusion.pdf.
Burtis CA & Ashwod ER eds, Tietz Textbook of Clinical Chemistry, 1999 3th Edition
Kumar, Basak., Kaushik, Maji. 2013. Blood Group and Anemia: Exploring a new
relationship. India ; Journalof Public Health and Epidemiology Vol. 5(1),
pp.43-45, January 2013.
PMK

RI.

2014.

Diakses

pada

26

april

2016

melalui

http//www.sinforeg.litbang.depkes.go.id
Piyush, Patel., Sangeeta, Patel., Jigesh, Shah. 2012. Frequency And Distribution Of
Blood Groups In Blood DonorsIn Western Ahmedabad- A Hospital Based
Study. Ahmedabad; National Journal Of Medical Research.
Sandler, S,. Abedalthagafi M. 2009. Immunohematology Journal of Blood Groups
Serology and Education Volume 25,Number 4, 2009. Washington; The
American Red Cross.
Unit Donor Darah PMI Kabupaten Lombok Barat
Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Pusat. 2007. Pedoman Pelayanan
Transfusi Darah : Kegiatan unit transfusi darah penganan donor dan kepuasan
pelanggan. Buku 4, edisi ke tiga, Jakarta

DOKUMENTASI

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

Anda mungkin juga menyukai