PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Organ penglihatan manusia terdiri atas banyak elemen yang saling
bersinergi untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Salah satu organ yang
berperan penting dalam melaksanakan fisiologis dari penglihatan ini adalah suatu
lapisan vaskular pada mata yang dilindungi oleh kornea dan sklera disebut uvea.
Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan
besar dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris
yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan
siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan
merupakan uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis
posterior atau koroiditis. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang
mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.1,2
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan kabur,
mata merah tanpa sekret purulen dan pupil kecil atau irreguler. Penyebab uveitis
seringkali idiopatik, genetic, trauma atau mekanisme infeksi.1,2,3
Insiden uveitis di Asia diperkirakan sebesar 52,4 kasus/100.000 penduduk
pada tahun 2009 yang mengalami peningkatan dari penelitian tahun 1960 yang
berkisar 17,4 kasus/100.000 penduduk.4 Sementara data insiden uveitis di
Amerika Serikat berkisar 24,9 kasus/100.000 penduduk pada tahun 2013.5
Uveitis merupakan penyebab 10-20% kebutaan di Negara maju. Uveitis
lebih banyak ditemukan di Negara-negara berkembang dibanding Negara maju
oleh karena tingkat prevalensi infeksi yang dapat mempengaruhi mata seperti
infeksi tubekulosis dan leptospirosis,namun jumlah insiden uveitis di Indonesia
belum ada data yang akurat.1,5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Uvea terdiri dari : iris, badan siliar (corpus siliaria), dan koroid. Bagian ini
adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
Bagian ini juga ikut memasok darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga
uvea anterior sedangkan koroid disebut uvea posterior.2,3,6
2.1.1 Iris
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma
yang membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu sgemen anterior dan segmen
posterior, di tengah-tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik
mata depan (kamera okuli anterior) dan bilik mata posterior (kamera okuli
posterior). Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomotis masuknya sinar
ke dalam bola mata.2,3
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat
lekukan-lekukan di permukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan
kripta. Di dalam stroma terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, banyak
pembuluh darah, dan saraf.2,3
Di permukaan anterior ditutup oleh endotel kecuali pada kripta, dimana
pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di
kamera okuli anterior, yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran
nutrisi ke kamera okuli anterior dan sebaliknya. Di bagian posterior dilapisi
dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan dari epitel pigmen retina, warna
iris tergantung sel-sel pigmen yang bercabang yang terdapat di dalam stroma yang
banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen jumlahnya tetap.2,3
Di dalam iris terdapat sfingter pupil (M. Sphincter pupillae), yang berjalan
sirkuler, letaknya di dalam stroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf
parasimpatis, N. III. Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator
pupillae), yang berjalan radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior
stroma dan diurus saraf simpatis.2,3
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang. Persarafan iris adalah melalui
serat-serat di dalam nervi siliaris.2,3
2.1.2. Badan Siliar
Badan siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian
yaitu : pars korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars
plana, yang posterior tidak bergerigi panjangnya kira-kira 4mm. Badan siliaris
berfungsi sebagai pembentuk aquous humor. Badan siliar merupakan bagian
terlemah dari mata. Trauma, peradangan, neoplasma di daerah ini merupakan
keadaan yang gawat.2,3
Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan
dari epitel iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh
karena tidak mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam,
karena mengandung pigmen. Di dalam badan siliaris terdapat 3 macam otot siliar
yang berjalan radier, sirkuler, dan longitudinal. Dari processus ciliaris keluar
serat-serat Zonula Zinii yang merupakan penggantung lensa. Fungsi otot siliar
untuk akomodasi. Kontraksi atau relaksasi otot-otot ini mengakibatkan kontraksi
dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih atau kurang
cembung yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak
mengandung pembuluh darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan
darah ke V. Vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri dari satu lapisan tipis
jaringan otot dengan pembuluh darah diliputi epitel.2,3
2.1.3. Koroid
Koroid merupakan bagian paling belakang dari jaringan uvea dan
merupakan lapisan antara retina dan sklera. Fungsinya sebagai pemasok nutrisi
kepada lapisan luar retina. Lapisan koroid terdiri dari :
1. Suprakoroid, mengandung sel-sel pigmen jaringan elastis dan kolagen.
2. Lapisan vaskular, mengandung pembuluh darah besar dan kecil dengan
sel-sel pigmen yang terdapat dalam stroma di sekitar pembuluh darah.
3. Koroid kapiler, terdiri dari pembuluh-pembuluh kapiler yang teratur.
4. Membran brunch, merupakan pelindung yang teratur yang menyuplai
makanan melalui bagian dasar retina.
Non infeksius
1. Idiopatik
Sindrom Reiter
Artritis Psoriasis
Penyakit Sistemik
Imunologik
Neoplastik
b. Infeksi
Karena adanya kelainan sistemik sebagai faktor predisposisi
Bakteri
: Tuberkulosa, sifilis
Virus
Jamur
: Kandidiasis
Parasit
: Toksoplasma, Toksokara
c.
Immunodefisiensi
: AIDS
2.2.4. Klasifikasi
Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior akut
yaitu uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat
simptomatik dan uveitis anterior kronik uveitis yang berlangsung selama > 6
minggu bahkan sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak
jelas dan bersifat asimptomatik. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak
diketahui.1,6
Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis besar uveitis yaitu
granulomatosa dan non-granulomatosa. Penyakit peradangan traktur uvealis
umumnya unilateral, biasanya terjadi pada orang dewasa, dan usia pertengahan.
Uveitis non-granulomatosa merupakan bentuk uveitis yang umum terjadi.
Terutama timbul di bagian anterior traktor uvealis, yatu iris dan korpus siliaris.
Terdapat reaksi radang, dengan terlibatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma
dengan jumlah cukup banyak dan sedikit mononuclear. Uveitis granulomatosa
yaitu adanya invasi mikroba aktof ke jaringan oleh bakteri. Dapat mengenai uvea
bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel limfosit, adanya agregasi
makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada kasus berat dapat terbentuk
bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.9
Penyebab uveitis anterior akutnon-granulomatosa dapat oleh karena
trauma, diare kronis, penyakit Reiter, herpes simpleks, sindrom Bechet, sindrom
Posner Schlosman, pasca bedah, infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan
klamidia. Uveitis anterior kronis non-granulomatosa dapat disebabkan rheumatoid
arthritis dan Fuchs heterkromik iridosiklitis.9
Uveitis
anterior
granulomatosa
terjadi
akibat
sarkoiditis,
sifilis,
Non Granulomatosa
Granulomatosa
Onset
Akut
Tersembunyi
Sakit
Nyata
Tidak ada/ringan
Fotofobia
Nyata
Ringan
Penglihatan kabur
Sedang
Nyata
Merah sirkumneal
Nyata
Ringan
Keratik presipitat
Putih halus
Mutton fat
Pupil
Sinekia posterior
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Lokas
Uvea anterior
Uvea
anterior,
media,
posterior
Nodul iris
Tidak ada
Kadang-kadang
Perjalanan penyakit
Akut
Kronik
Kekambuhan
Sering
Kadang-kadang
10
Gejala Klinis
Gejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri,
11
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.2,4,12
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien,
misalnya pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya, kemudian
riwayat penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita oleh pasien,dan
riwayat pengobatan.
Keluhan yang dirasakan pasien biasanya antara lain:
a) Nyeri dangkal (dull pain), yang muncul dan sering menjadi lebih
terasa ketika mata disentuh pada kelopak mata. Nyeri tersebut
dapat beralih ke daerah pelipis atau daerah periorbital. Nyeri
tersebut sering timbul dan menghilang segera setelah muncul.
b) Fotofobia atau fotosensitif terhadap cahaya, terutama cahaya
12
13
Pemeriksaan
terhadap
HLA-B27
tidak
bermanfaat
untuk
14
Pada konjungtivitis
kotoran mata dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia atau injeksi siliaris.
2. Keratitis atau keratokonjungtivitis.
Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada
rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan
herpes zoster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya.
3. Glaukoma akut.
Pada glaukoma akut pupil melebar,tidak ditemukan sinekia posterior dan
tekanan intra ocular yang tinggi, serta terdapatnya keluhan halo.
2.2.9
Penatalaksanaan
Tujuan terapi uveitis anterior adalah mengurangi nyeri dan fotofobia,
(jika
keadaan berat).
Topical: Dexamethaxon 0,1% (tetes) 1-2 tetes tiap 2 jam pada pemakaian awal.
Dexamethason 0,1% (salep) 1 kali pada malam hari.
Sistemik: steroid 1-2 mg/kgBB.
2. Sikloplegik Lokal : Tetes mata sulfas atropin 1 % 3x sehari .
Tujuan:
mengistirahatkan
otot
badan
siliar
dan
iris
yang
15
16
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Uveitis anterior adalah peradangan iris dan bagian depan badan siliar
(pars plikata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang bola
mata, kornea, dan sklera. Peradangan pada uvea dapat mengenai hanya
pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang disebut
siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut
iridosiklitis atau uveitis anterior.
Uveitis anterior terbagi atas granulomatosa dan non-granulomatosa,
dan bentuk yang umum terjadi adalah uveitis non-granulomatosa. Etiologi
uveitis anterior terbagi atas non infeksi, infeksi dan imunodefisiensi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,
dan pemeriksaan laboratorium.
17
Tatalaksana
utama
adalah
untuk
mengembalikan
atau
DAFTAR PUSTAKA
1.. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Traktus Uvealis dan Sklera.
Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. 155160.
2.Ilyas S. Uveitis Anterior. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Jakarta:
FKUI, 2002. 180-181.
3.Suharjo
SU,Sundari
S,Bayu
M.
Kelainan
palpebra
konjuntiva,
kornea,sklera dan sistem lakrimal. Ilmu Kesehatan Mata. 2007 p.34-40,444.Chams H, Rostami M, Mohammadi S,Ohno S. Epidemiology and
prevalence of uveitis : review of literature. Iranian Journal of
Ophtalmology 2009;21(4):4-16
5. Acharya N,Tham V,Esterberg E,Borkar D. Incidence and Prevalence of
Uveitis Result from The Pasific Ocular Inflammation. Java Ophthalmol.
18
2013;131(11): 1405-1412.
6.Kanski J. Uveitis. In: Clinical Ophthalmology. Third Edition. London:
Butterworth Heinemann, 1994. 151-155.
7.Abdulaal
M,Abiad
B, Hamam
Incidence,Patterns,and
R. Uveitis
Differential
Diagnosis.
Journal
of
Ophtalmology,2015.
8. Agrawal R, Murthy S,Sangwan V, Biswas J. Current Approach in diagnosis
and management of anterior uveitis. Indian Jornall of Ophtalmology,2010
Jan-Feb;58(1): 11-19
9.Hollwich F. Oftalmologi. Edisi kedua. Jakarta: Binarupa Aksara, 1993. 117138.
10. Nussenblatt RB,Whitcup SM. Uveitis : Fundamentals and Clinical
Practice. Ed.4.2010.Los Angeles.
11.
George
R.
Non
Granulomatous
Anterior
Uveitis,
2005.
19