BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Berat Badan
a.
b.
: 3,25 kg
312 bulan
16 tahun
: umur (tahun) x 2 + 8
Umur ( Bulan ) + 9
2
612tahun
c.
Umur (Tahun ) x 7 5
2
d.
Tinggi Badan
(Cm)
Berat Badan
(Kg)
Baru lahir
1
50
76
3
10
2
3
85
95
12
14
10
Sumber
Usia bayi
Tinggi Badan
(Tahun)
(Cm)
4
102
5
110
6
116
: (Nabil, 2009, p.54)
Berat Badan
(Kg)
16
18
20
11
12
g.
Penilaian Naik atau Tidak Naik pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat merupakan gambar kurva berat badan anak
berusia 05 tahun terhadap umurnya. Dalam aplikasi dengan
menggunakan
pertumbuhan
KMS
berat
menjadikan
badan
anak
tumbuh
sejajar
normal
dengan
jika
grafik
kurva
baku
up)
terhadap
jalur
pertumbuhan
normalnya,
garis
13
14
2. Balita
a.
Pengertian Balita
Balita (Bawah Lima Tahun) atau under five years yaitu anak yang
berusia 059 bulan (Ronald, 2011, p.239). Balita merupakan masa
pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya (Supartini, 2004, p.50).
b.
15
16
3)
c.
17
terhadap
penyakit,
penyakit
kronis,
fungsi
18
kesehatan
dasar,
imunisasi,
pemberian
ASI,
19
layak,
kebersihan
perseorangan
dan
sanitasi
lingkungan,
20
akan
berakibat
dalam
mengembangkan
diri
dan
penyendiri
pada
anak
balita
selain
dikarenakan
3. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
21
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
22
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Aplikasi juga dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Selain itu, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
23
c. Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber-sumber pengetahuan ada dua macam, yaitu (Moeliono, 2007,
p.15):
1) Pengetahuan Empiris atau Posteriori
Pengetahuan empiris atau posteriori lebih menekankan pengamatan
dan pengalaman indrawi. Bisa didapatkan dengan melakukan
pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan
rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang ada pada objek
empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui
pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulang kali.
2) Pengetahuan Rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme didapatkan melalui akal budi, lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan
pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Untuk itu dalam memperoleh pengetahuan
dapat digunakan dengan 2 cara yaitu (Notoatmodjo, 2005, p.1114):
24
1) Cara Tradisional
a) Cara Coba Salah
Cara yang paling tradisional untuk melalui coba-coba atau
dengan kata yang mudah dikenal. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan tersebut, bila tidak berhasil
dicoba kemungkinan yang lain.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Prinsip dalam prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat
yang dikomunikasikan orang yang mempunyai kekuatan tanpa
menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik
berdasarkan faktor empiris atau berdasarkan pengalaman
sendiri.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.
Pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berfikir
kritis dan logis.
d) Melalui Jalan Pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirnya.
25
2) Cara Modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan
membuat pencacatan-pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya
dengan objek penelitian.
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengna wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2005, p.146).
Wawancara dapat dilakukan jika peneliti ingin mengetahui halhal dari responden secra mendalam dan jumlah responden sedikit.
Angket atau questionaire digunakan jika jumlah responden banyak,
dapat membaca dengan baik, dan akan mengungkap hal-hal yang
bersifat
rahasia.
Instrument
penelitian
yang
digunakan
dalam
26
4. Sikap (Attitude)
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon
secara konsisten, baik positif maupun negatif terhadap suatu objek
(Mitchell, 1990 dalam Wawan, 2010, p. 21).
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis
sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak (Notoatmojo, 2007, pp.142143).
Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi
internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner
state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya
individual (Thomas, 1920 dalam Wawan, 2010 pp. 2728)
b. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang (Azwar,
2000 dalam Wawan, 2010, pp. 3132) yaitu :
27
terhadap
pengaruh-pengaruh
yang
mungkin
adalah
28
c. Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu (Notoadmodjo, 2007, p. 144):
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
29
30
31
sangat
mengherankan
menentukan
jika
kalau
sistem
pada
kepercayaan
gilirannya
konsep
tidaklah
tersebut
mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
g. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap (favourable). Sebaliknya pernyataan sikap
mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersikap
tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap (unfavourable)
(Azwar, 2005 dalam Wawan, 2010, p.37).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau
32
Nilai
SS
S
TS
STS
Pernyataan Negatif
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat Tidak setuju
4
3
2
1
Nilai
SS
S
TS
STS
1
2
3
4
25 %
STS
50 %
TS
75 %
S
100 %
SS
Keterangan:
Angka 025 %
Angka 2650 %
Angka 5175 %
: Setuju (baik)
33
4) Penyelenggaraan pengukuran
5) Pembaca atau penilaian hasil pengukuran
5. Posyandu
a. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,
oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan disuatu
wilayah kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di
balai dusun, di balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah
didatangi oleh masyarakat (Ismawati, 2010, p.3). Posyandu adalah
kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dari, oleh, untuk masyarakat yang dilaksanakan
oleh kader (Meilani, 2009, p.142).
b. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Tujuan diselenggarakannya posyandu ada 5, diantaranya yaitu
(Ismawati, 2010, p.4):
1) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu
(AKI) meliputi: ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.
2) Membudayakan
NKKBS
(Norma
Keluarga
Kecil
Bahagia
Sejahtera).
3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.
34
4) Berfungsi
sebagai
Wahana
Gerakan
Reproduksi
Keluarga
35
2) Bagi Kader
Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap. Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu. Citra diri meningkat di mata masyarakat
sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan menjadi
panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu (WHO, 2003).
d. Pelayanan Posyandu
Pelaksanaan kegiatan di posyandu dikenal dengan nama sistem 5 meja,
Tugas lima meja pada posyandu sebagai berikut (Yulifah, 2009,
pp.144145):
1) Meja 1 (Meja Pendaftaran)
Mendaftar bayi dan balita dengan menuliskan nama balita pada KMS
dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, dan mendaftar ibu
hamil dengan menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register
ibu hamil.
2) Meja 2 (Penimbangan)
Menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan pada
kertas.
3) Meja 3 (Pengisian KMS)
Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita
dan kertas ke dalam KMS.
36
4) Meja 4 (Penyuluhan)
a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS
kepada ibu.
b) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada
data KMS atau dari hasil pengamatan masalah yang dialami
sasaran.
c) Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan.
d) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader
posyandu, misalnya pemberian tablet tambah darah, vitamin A,
dan oralit.
5) Meja 5 (Pelayanan)
Meja 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh
petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan
imunisasi, keluarga berencana, pengobatan, pemberian tablet tambah
darah, dan kapsul yodium.
e. Jenjang Posyandu
Berdasarkan untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu
diperlukan intervensi sebagai berikut (Ismawati, 2009, pp.56):
1) Posyandu Pratama (Warna Merah)
Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara
rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima)
37
dapat
dilakukan
untuk
perbaikan
peringkat
adalah
Sosialisasi
program
dana
sehat
yang
bertujuan
untuk
38
c)
39
faktor
yang
mempermudah
terjadinya
perilaku
dilakukan
penimbangan
anak
untuk
mengetahui
40
41
B. Kerangka Teori
Berdasarkan teori diatas disusun kerangka teori sebagai berikut:
Predisposing factors:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. kepercayaan
4. Tradisi
5. nilai
6. Dan sebagainya
Enabling
Factor:
ketesediaan
sarana
prasarana dan fasilitas
Berat
Badan
Naik
Perilaku
mengikuti
posyandu
Hasil
penimbangan
berat badan
Berat
Badan
Tidak
Naik
Berat
Badan
BGM
Reinforcing Factor:
sikap dan perilaku
petugas
kesehatan,
peraturan, UU, dan
lain-lain
Tumbuh
sesuai
dengan
tahapan
Berat
Badan
BGM
42
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka konsep dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Bebas
Tingkat Pengetahuan
Ibu Mengenai Posyandu
Variabel Terikat
Kenaikan Berat
Badan balita Usia
2 3 Tahun
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu mengenai posyandu dengan
kenaikan berat badan balita usia 23 tahun.
2. Ada hubungan antara sikap ibu mengikuti posyandu dengan kenaikan berat
badan balita usia 23 tahun.