Anda di halaman 1dari 7

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. M

Umur

: 40 thn

Alamat

: Jl. Kalukubula

Pekerjaan

: petani

Pendidikan terakhir : SMA


Agama

: Islam

Status pernikahan

: Menikah

Tanggal pemeriksaan: 30/7/2016


Ruangan

: Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Rasa Gatal dan perih pada kedua telapak tangan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki umur 40 tahun datang ke poliklinik kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal-gatal dan perih pada kedua
telapak tangan sejak dua bulan yang lalu. Awalnya muncul bintik-bintik
kemerahan yang terasa gatal dan panas yang disertai rasa perih pada sela jari
kedua tangan , kemudian berpindah sampai telapak tangan. Sebelumnya pasien
sering menggunakan beberapa produk detergen untuk mencuci. Selama ini
pasien berobat ke dokter dan mendapat salep betametazone, gatal dan perihnya
hilang dan lesinya tampak kering namun, setelah salep habis gatal dan perih
kembali di rasakan
Riwayat penyakit dahulu :
-

Keluhan baru pertama kali dialami oleh pasien

Riwayat penyakit diabetes disangkal


Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat alergi makanan disangkal
Riwayat alergi kosmetik dan obat-obatan disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran

: compos mentis

Status gizi

: gizi cukup

b. Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi

: 80 kali/menit

Respirasi

: 20 kali/menit

Suhu

: tidak dilakukan pengukuran

c. Ujud kelainan kulit : pada bagian telapak tangan kiri dan kanan terdapat
makula eritematosa, bentuk ireguler, ukuran lentikuler difus. Tampak
skuama pitiriasiformis.
d. Status Dermatologis
Lokalisasi:
1. Kepala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Leher
Dada
Punggung
Perut
Genitalia
Bokong
Ekstremitas atas

: Tidak terdapat ujud kelainan kulit

(UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
: pada bagian telapak tangan kiri dan kanan terdapat

makula eritematosa, bentuk ireguler, ukuran lentikuler difus. Tampak


skuama pitiriasiformis.
9. Ekstremitas bawah
: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)

IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak makula eritematosa, bentuk ireguler, ukuran lentikular,


difus, tampak skuama ptiriasiformis.
V. RESUME
Seorang laki-laki umur 40 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan
kelamin RSUD undata dengan keluhan gatal-gatal, rasa prih pada kedua telapak
tangan, adanya bintik kemerahan disela-sela kedua jari tangan , menjalar sampai
telapak tangan, riwayat pekerjaan sering mengganti detergen, riwayat pernah
berobat. TTV dalam batas normal. Status dermatologi terdapat ujud kelainan
kulit pada telapak tangan kiri dan kanan terdapat makula eritematosa , bentuk
ireguler, ukuran lentikular, difus, tampak skuama pitiriasiformis.
VI. DIAGNOSA KERJA
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

VII. DIAGNOSA BANDING


Dermatitis kontak iritan
Scabies
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Patch test
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit
Menghindari alergen
Menggunakan sarung tangan saat mencuci
Jangan menggaruk area yang luka
b. Medikamentosa
a. Pengobatan sistemik
Loratadin tab 10 mg 1x1
Metilprednisolon 4 mg 2x1
Ciprofloxasin 500 mg 2x1
b. Pengobatan topikal
Desoksimetason cream 0,25 % 3x/hari
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam
: ad bonam
b. Qua ad fungtionam
: ad bonam
c. Qua ad sanationam
: ad bonam
d. Qua ad cosmetikam
: ad bonam
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki umur 40 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan
kelamin RSUD undata dengan keluhan gatal-gatal, rasa prih pada kedua telapak
tangan, adanya bintik kemerahan disela-sela kedua jari tangan , menjalar sampai
telapak tangan, riwayat pekerjaan sering mengganti detergen, riwayat pernah
berobat. TTV dalam batas normal ; TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20
x/menit. Status dermatologi terdapat ujud kelainan kulit pada telapak tangan kiri
dan kanan terdapat makula eritematosa , bentuk ireguler, ukuran lentikular, difus,
tampak skuama pitiriasiformis.
Dermatitis kontak alergi adalah suatu peradangan kulit yang timbul setelah
kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi terhadap substansi yang berane

ragam yang menyebabkan reaksi peradangan pada kulitbagi mereka yang


mengalami hipersensitivitas terhadap alergen sebagai suatu akibat dari pajanan. 1,2
Penyebab dermatitis kontak alergi ini adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat kurang dari 500-1000 Dalton, yang juga disebut bahan
kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi
alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit. 1
Dermatitis kontak alergi terjadi bila alergen atau senyawa sejenis
menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada paparan berulang.
Dermatitis ini biasanya timbul sebagai dermatitis vesikular akut dalam beberapa
72 jam setelah kontak. Perjalanan penyakit memuncak pada 7-10 hari , dan
sembuh dalam 2 hari bila tidak terjadi paparan ulang.2
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah
mengikuti respon imun yang diperantarai oleh sel (cell mediated immune respons)
atau reaksi tie IV. Reaksi hipersensitivitas dikulit timbulnya lambat (delayed
hipersensitivitas), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terjadi pajanan dengan
alergen. 3
Sebelum seseorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergi,
terlebih dahulu mendapat perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan
ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut
haptenyag terikat dengan protein membentuk antigen lengkap. Antigen ini
ditangkap dan diproses oleh makrofag dan sel langerhans, selanjutnya di
presentasikan oleh sel T. Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini,
sel T menuju ke kelenjar getah bening, regiona untuk berdiferensiasi dan
berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel
memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga
sistem limfoid sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama diseluruh
kulit tubuh. Fase saat kontak pertama sampai kulit menjadi sensitif disebut fase
inkubasi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung 2-3 minggu. Pada
umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat

sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat


mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahanbahan yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit
pertama muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau
tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang
sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi umumnya
berlangsung antara 24-48 jam. 2,3
Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya
konstant dan sering kali hebat (sangat gatal). Dermatitis kontak alergi biasanya
ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa eritema, edem, vesikula, dan
terbentuknya papulovesikula ; gambaran ini menunjukan aktivitas tingkat seluler.
Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan
mengeluarkan cairan yang akan mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula
lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan
distribusinya sering dapat menunjukan kausanya. Misalnya, mereka yang terkena
pada kulit kepalanya dapat dicurigai karena shampo atau cat rambut yang
dipakainya. Mereka yang terkena di daerah wajab dapat dicurigai karena cream,
sabun, bedak, dan berbagai enis kosmetik lainnya yang mereka pakai. Pada kasus
yang hebat dermatitis dapat menyebar keseluruh permukaan tubuh.3
Pada kasus yang ringan dapat diberikan antihistamin , atau antihistamin
dikombinasi dengan antiserotonin, antibradikinin, anti-SRA, dan sebagainya. Pada
kasus akut dan berat dapat diberikan kortikosteroid. Prinsip umum anti topikal
akan diuraikan dibawah ini.4
Dermatitis akut atau basah harus diobati secara basah (kompres luka). Bila
subakut diberikan losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentun (pasta
pendingin). Krim diberikan pada daerah yang berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Bila kronik diberikan salep.4
Pada kasus ini diberikan sistemik loratadin 10 mg 1x1 dan topikal
diberikan desoximetason cream 3x/hari dioles tipis pada lesi.

Daftar Pustaka
1. Djuanda, Adhi. Et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6th. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI; 2011
2. Ari.MA. Dermatitis dan peran Steroid dalam penanganannya.2008
3. Waskito Fajar. Bahan ajar kuliah kortikosteroid dalam dermatology.
2014
4. Dewato, HR. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. : histamin dan antianalgetik.

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai