Anda di halaman 1dari 7

JST Kesehatan, April 2016, Vol.6 No.

2 : 172 178

ISSN 2252-5416

PENGARUH PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING TERHADAP DUKUNGAN


PSIKOSOSIAL KELUARGA MERAWAT PASIEN STROKE
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
The Influence of the Implementation of Discharge Planning on Family Psychosocial Support in Caring for
Stroke Patients in dr. Wahidin Sudirohusodo Regional Publik Hospital of Makassar
Nurul Fuady F.A1, Elly L. Sjattar1, Veni Hadju2
1

Bagian Magister Manajemen Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin


2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
(E-mail: nrlnunu@gmail.com)

ABSTRAK
Perencanaan pulang (discharge planning) perlu disusun sejak pasien masuk ke rumah sakit. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan discharge planning berbasis teknologi terhadap dukungan psikososial
keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang Lontara 3 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Penelitian ini
menggunakan metode pre-eksperimental dan menggunakan one group pretest-posttest design. Penelitian dilaksanakan
di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jumlah sampel sebanyak 32 responden. Pengumpulan data dilakukan
melalui kuesioner dan observasi. Data dianalis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pelaksanaan dischargeplanning terhadap dukungan informasional (p=0,000), dukungan
instrumental (p=0,001), dukungan penilaian (p=0,003), dukungan emosional (p=0,001). Implementasi discharge
planning harus selalu dilaksanakan oleh perawat untuk membantu pasien dan keluarga dalam menyiapkan kepulangan
pasien. Pelaksanaan discharge planning harus diberikan kepada orang terdekat dengan pasien.
Kata Kunci: Dukungan Psikososial, discharge planning

ABSTRACT
Discharge planning must be planned since a patient is hospitalized. The aim of the research was to find out the influence
of the implementation of discharge planning technology based on family psychological support in caring for stroke
patients in the room of Lontara 3 of Dr. Wahidin Sudirohusodo Regional Public Hospital of Makassar. The research
was conducted in Dr. Wahidin Sudirohusodo Regional Public Hospital of Makassar. The sample consisted of 32
respondents. The data were obtained through questionnaire and observation. They were analyzed using Wilcoxon test.
The results of the research indicate that there is an influence of the implementation of discharge planning on
informational support (p=0,000), instrumental support (p=0,001), assessmet support (p=0,003), and emotional support
(0,001). The implementation of discharge planning should always be done by nurses to help patients and their families
prepare the patients to go back home. The implementation of discharge planning must be given to people closest to
patients.
Keywords: Psychosocial Support, Discharge Planning

degeneratif antara lain penyakit jantung, kanker,


stroke dan gagal ginjal, hal tersebut disebabkan
karena perubahan gaya hidup dan perilaku
masyarakat (Rahajeng, 2011).
Data WHO tahun 2004 diperkirakan 15 juta
orang tersebar di seluruh dunia menderita stroke,
dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan 5

PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
teknologi dibidang kesehatan, pola penyakit
dalam masyarakat telah berubah dari penyakit
infeksi menjadi penyakit tidak menular dan
172

Nurul Fuady F.A

ISSN 2252-5416

juta orang mengalami cacat permanen,


diperkirakan setiap 3 menit 1 orang meninggal
oleh karena penyakit tersebut. Di Indonesia
menurut survey tahun 2004 stroke merupakan
pembunuh nomer satu di RS Pemerintah di
seluruh penjuru Indonesia (Pambudi,2009).
Manifestasi
klinis
penyakit
stroke
diantaranya adalah kehilangan fungsi motorik,
kehilangan komunikasi, gangguan persepsi,
kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik dan
disfungsi kandung kemih (Smeltzer & Bare,
2009). Penderita stroke pada awal terkena stroke
perlu penanganan secara cepat dan tepat agar
tidak menyebabkan keadaan yang lebih parah atau
bahkan kematian. Pada fase lanjutan atau
perawatan lanjutan, diperlukan penanganan yang
tepat karena dapat menimbulkan komplikasikomplikasi.
Kejadian stroke di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar dari catatan Instalansi
Rekam Medik tahun 2010 sampai 2012 mencapai
1634 jiwa. Pada tahun 2010 penderita stroke
mencapai 549 jiwa, dan pada tahun 2011 terjadi
peningkatan yaitu mencapai 641 jiwa, tetapi pada
tahun 2012 pasien stroke menurun mencapai 444
jiwa (Sahmad, 2013).
Kejadian stroke tidak hanya menimpa
penderitanya melainkan juga mempengaruhi
kehidupan keluarga. Salah seorang anggota
keluarga mendadak menjadi tidak berdaya,
menghilang perannya di keluarga dan menjadi
beban keluarga. Readaptasi merupakan hal yang
penting dalam mempertahankan kehidupan
keluarga menghadapi keadaan baru. Keluarga
perlu didorong dan dimotivasi untuk menghadapi
keadaan secara nyata. Saat salah satu anggota
keluarga mengalami stroke maka seluruh keluarga
kadang-kadang ikut menderita. Situasi ini akan
bertambah sulit apabila hanya ada satu anggota
keluarga yang merawat penderita stroke
(Kusumaningrum, 2012).
Sejalan dengan penelitian Pambudi (2009), di
Ruang HND (High Nursing Dependancy) Santo
Lukas Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang
dengan penelitian fenomenoligis mengenai
pengalaman kecemasan keluarga pada saat
anggota keluarganya menderita penyakit stroke
dan dirawat, diperoleh hasil
bahwa respon
psikologis keluarga dalam menghadapi pasien
stroke yang dirawat di ruang HND didapatkan dua
tingkat kecemasan. Tingkat kecemasan sedang

ditandai dengan sedih, berdebar-debar, sulit tidur.


Sedangkan tingkat kecemasan berat ditandai
keluarga mengalami gelisah, bingung, sulit
berkonsentrasi, takut kehilangan keluarga.
Perilaku yang dilakukan keluarga dalam
menghadapi masalah ini pasrah, berdoa,
mempunyai keyakinan yang kuat serta konsultasi
dengan
keluarga
lain
dan
mengikuti
perkembangan pasien sesuai aturan rumah sakit.
Stress tidak hanya terjadi pada pasien tetapi
juga keluarga yang merawat. Peran perawat
mempunyai peranan yang sangat besar dalam
memberikan dukungan dan asuhan keperawatan
kepada pasien stroke dan keluarga. Peran utama
perawat terhadap keluarga pasien stroke yaitu
meningkatkan
koping
keluarga
melalui
penyuluhan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2009).
Perencanaan pulang (discharge Planning)
perlu disusun sejak pasien masuk ke rumah sakit.
Perencanaan pulang (discharge Planning) yang
dilakukan dengan baik bermanfaat antara lain
pasien dan keluarga merasa siap untuk kembali ke
rumah,
mengurangi
stress,
meningkatkan
kepuasan pasien dan keluarga dalam menerima
pelayanan perawatan, serta meningkatkan koping
pasien (Kozier, 2010).
Keluarga membutuhkan bimbingan untuk
mengantisipasi dan memprioritaskan kebutuhan,
mempelajari strategi dan mengatasi masalahmasalah yang ditimbulkan. Kurangnya informasi
yang diberikan oleh perawat, dimana perawat
cenderung memberikan informasi secara pasif
bukan aktif untuk memfasilitasi keluarga dalam
memperoleh informasi dan keterampilan dalam
pemecahan masalah dan penyesuaian diri dengan
peran baru mereka. Penelitian tentang optimalisasi
penggunaan
discharge
planning
terhadap
perubahan psikososial keluarga sangat penting.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui
pengaruh pelaksanaan model discharge planning
terhadap dukungan psikososial keluarga dalam
merawat pasien stroke di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang Lontara
3RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode preeksperimental dan menggunakan one group
pretest-posttest
design.Pengumpulan
data
173

Dukungan Psikososial, discharge planning

ISSN 2252-5416

dilakukan melalui kuesioner dan observasi. Data


dianalis dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Analisis Data
Data dianalisis berdasarkan skala ukur dan
tujuan penelitian dengan menggunakan perangkat
lunak program komputerisasi.Data dianalisis
secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi
dari karakteristik responden dan setiap
variabel.Data dianalisa berdasarkan skala ukur
dan tujuan penelitian.Adapun uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji t dan jika data tidak
berdistribusi normal maka dilakukan uji wilcoxon.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah seluruh keluarga pasien di
ruang ruang Lontara 3 RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassardengan jumlah populasi
rata-rata perbulannya sebanyak 12 orang (Rekam
Medik, 2014). Sampel sebanyak 32 orang selama
waktu penelitian yang dipilih secara purposive
sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi
yaitu keluarga pasienyang membantu merawat
pasien selama pasien di rumah sakit.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
sebagian besar responden berada pada kelompok
umur dewasa awal (26-36 tahun) yaitu 11 orang
(34,4%),
responden
yang
berpendidikan
SMA/SMK ada 16 orang (49,9%) sebagian
responden bekerja sebanyak 8 orang (25%) dan
berdasarkan hubungan keluarga dengan pasien
sebagian besar anak pasien yaitu 18 orang
(56,3%).

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan kuisioner dengan melakukan pre
test dan post test. Keluarga pasien diberikan pre
test, setelah itu dilakukan intervensi. Setelah
melakukan intervensi maka akan dilakukan post
test.Kuesioner yang digunakan sebelumnya telah
memenuhi syarat uji validitas dan reliabilitas.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan Dan Hubungan
Keluarga (n=32)
Karakteristik responden
Umur (tahun)
Remaja akhir
Dewasa awal
Dewasa akhir
Lansia awal
Lansia akhir
Pendidikan
SMP
SMA/SMK
Diploma
Sarjana
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Hubungan keluarga
Anak
Istri
Keponakan
Menantu
Sumber: data primer 2014

4
11
9
5
3

12,5
34,4
28,1
15,6
9,4

7
16
3
6

21,9
49,9
9,4
18,8

8
24

25
75

18
9
1
4

56,3
28,1
3,1
12,5

174

Nurul Fuady F.A

ISSN 2252-5416

Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Responden Skor Dukungan Psikososial dan Observasi Responden Sebelum
dan Sesudah Diberikan Intervensi di Ruang Perawatan Lontara 3 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar (n=32)
No.

Dukungan Psikososial

Dukungan Informasional
Sebelum
Sesudah

Dukungan Instrumental
Sebelum
Sesudah
Dukungan Penilaian
Sebelum
Sesudah
Dukungan Emosional
Sebelum
Sesudah

Median (MinMaks)

Mean
Rank

95% CI

32
32

21,5 (17-31)
27 (17-32)

14,00

20,94-23,87
25,73-28,65

0,000

32
32

31,5 (22-32)
32 (29-32)

8,00

28,71-30,91
31,27-31,85

0,001

32
32

28,5 (23-32)
32 (24-32)

6,00

27,35-29,59
29,02-30,98

0,003

32
32

29(24-32)
32 (24-32)

7,00

27,29-29,65
29,52-31,54

0,001

32
32

7(4-9)
15 (9-15)

16,50

6,09-7,10
12,59-14,28

0,000

5.

Observasi
Sebelum
Sesudah
*uji Wilcoxon
Sumber: data primer 2014

penilaian dan dukungan emosional masih terdapat


sebagian responden yang termasuk kategori
kurang.

Distribusi Rata-Rata Responden Skor Dukungan


Psikososial dan Observasi Responden Sebelum
dan Sesudah Diberikan Intervensi
Pada tabel 2 diketahui bahwa dari hasil
analisismenunjukan
terdapat
pengaruh
pelaksanaan
discharge
planning
terhadap
dukungan informasional (p=0,000), dukungan
instrumental (p=0,001), dukungan penilaian
(p=0,003), dukungan emosional (p=0,001)
keluarga dalam merawat pasien stroke diruang
Lontara 3 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar Nilai mean rank yang positif pada
dukungan psikososial bermakna bahwa nilai
posttest lebih besar dari nilai pretest.

PEMBAHASAN
Penelitian menunjukan bahwa terdapat
pengaruh pelaksanaan discharge planning
terhadap dukungan psikososial keluarga dalam
merawat pasien stroke. Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon,
diperoleh
nilai
significancy
dukungan
informasional 0,000 (p < 0,05), nilai significancy
dukungan penilaian 0,003 (p < 0,05), nilai
significancy dukungan instrumental 0,001 (p <
0,05), nilai significancy dukungan emosional
0,001 (p < 0,05) dan nilai significancy observasi
keterampilan 0,000 (p < 0,05).
Dukungan keluarga dalam bentuk pemberian
informasi seperti meminta penjelasan tentang
terapi yang harus dijalani oleh pasien pasca stroke
pada petugas kesehatan, mencari informasi
tentang jenis rehabilitasi yang sesuai untuk pasien,
mencarikan keuntungan dan kerugian tindakan
rehabilitasi.

Frekuensi
Perubahan
Skor
Dukungan
Psikososial dan Observasi Responden Sebelum
dan Sesudah Diberikan Intervensi
Pada tabel 3 diketahui bahwa terdapat
perbedaan setelah diberikan discharge planning.
Dukungan psikososial mengalami peningkatan
terutama pada dukungan instrumental semua
responden mengalami peningkatan.Sedangkan
untuk dukungan informasional, dukungan

175

Dukungan Psikososial, discharge planning

ISSN 2252-5416

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perubahan Skor Dukungan Psisososial Observasi Responden Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi di Ruang Perawatan Lontara 3 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar (n=32)
No.
1

Dukungan Psikososial
Dukungan Informasional
Kurang
Baik
2
Dukungan Instrumental
Kurang
Baik
3
Dukungan Penilaian
Kurang
Baik
4
Dukungan Emosional
Kurang
Baik
5
Observasi
Kurang
Baik
Sumber: data primer 2014
Hasil
penelitian
Yuniarsih
(2009),
menyatakan bahwa informasi dan perencanaan
pulang bermanfaat terhadap kemampuan keluarga
dalam merawat pasien stroke pasca akut.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat
peningkatan dukungan informasional yang
bermakna setelah dilakukan discharge planning
yang berbasis teknologi terhadap dukungan
informasional dimana rata-rata sebelum 22,41 dan
rata-rata setelah intervensi 27,19. Meningkatnya
skor dukungan informasional ini disebabkan
karena peneliti sering melakukan diskusi dan
memberikan informasi kepada keluarga pasien
tentang penyakit stroke. Hasil penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian Sahmad (2013),
menyatakan bahwa dengan pemberian discharge
planning berbasis teknologi informasi terjadi
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan
keluarga dalam merawat pasien stroke (p=0,000).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmi (2011),
menyatakan pasien stroke iskemik yang dilakukan
discharge planning terstruktur memiliki peluang
lebih besar untuk memiliki perubahan ke arah
kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan tanpa
dilakukan discharge planning.
Dukungan keluarga menurut Francis dan
Satiadarma (2004), merupakan bantuan/sokongan
yang diterima salah satu anggota keluarga dari
anggota keluarga lainnya dalam rangka

Pre test

Post test

10
22

2
30

5
27

0
32

11
21

4
28

12
20

6
26

24
8

0
32

menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam


sebuah keluarga.Dukungan yang dimiliki oleh
seseorang dapat mencegah berkembangnya
masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang
dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil
menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding
dengan yang tidak memiliki dukungan. Pendapat
diatas diperkuat oleh pernyataan dari Commission
on the Family (1998) dalam Dolan dkk (2006),
bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat
setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga,
memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri,
mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan
yang utama bagi seluruh keluarga dalam
menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta
mempunyai relevansi dalam masyarakat yang
berada dalam lingkungan yang penuh dengan
tekanan.
Stroke merupakan salah satu penyakit kronik
yang membutuhkan pemulihan dan penyembuhan
yang
lama.
Proses
pemulihan
stroke
membutuhkan waktu yang lama sehingga
keluarga perlu mendorong pasien untuk
melakukan terapi lanjutan setelah di rumah dan
membutuhkan dorongan keluarga secara finansial
terhadap biaya pengobatan dan perawatan pasien
stroke (Lumbantobing, 2007).
Nurdiana dkk (2007), dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa keluarga berperan penting

176

Nurul Fuady F.A

ISSN 2252-5416

dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan


yang diperlukan oleh pasien di rumah sehingga
akan menurunkan angka kekambuhan. Hasil
penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain
yang dilakukan oleh Dinosetro (2008),
menyatakan bahwa keluarga memiliki fungsi
strategis dalam menurunkan angka kekambuhan,
meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya
serta pasien dapat beradaptasi kembali pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya.Pada saat
pasien sakit, bantuan langsung yang diberikan
oleh keluarga adalah dengan membawa langsung
ke petugas kesehatan atau ke rumah sakit. Selain
itu keluarga juga membantu pasien dengan
melakukan rentang gerak sendi sesuai dengan
yang telah diajarkan oleh petugas kesehatan di
daerah yang lemah. Dari hasil penelitian
didapatkan
bahwa
pemberian
dukungan
instrumental ini diberikan secara penuh ada juga
yang oleh karena ingin membalas kebaikan
kepada orang tua.
Dukungan emosional dianggap mencegah
atau mengurangi efek stress serta meningkatkan
kesehatan mental individu atau keluarga secara
langsung (Roth 1996 dalam Friedmandkk., 2010).
Mengurangi stress yang terjadi merupakan salah
satu factor yang diperlukan dalam perawatan
pasca stroke untuk mencapai penyembuhan dan
mencegah kekambuhan.
Hasil penelitian ini menggunakan uji
Wilcoxon diperoleh hasil 19 responden (59,4%)
yang memiliki dukungan emosional tetap dan
pada tabel distribusi frekuensi perubahan
dukungan penilaian masih terdapat 6 responden
yang masih memberikan dukungan emosional
masih kurang setelah diberikan intervensi. Hal ini
menunjukkan bahwa dari keluarga mempunyai
cara koping tertentu dalam menghadapi masalah
emosi penderita. Sebagian keluarga lebih memilih
diam atau menghindar ketika penderita sedang
emosi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
pertengkaran antar anggota keluarga. Sejalan
dengan penelitian Silaendkk (2008), pengasuh
umumnya sering merasakan adanya perubahan
kepribadian pada pasien-pasien pasca stroke.
Perubahan kepribadian yang dirasakan ini
berhubungan dengan gangguan emosional pada
pengasuh dan pasien dan tingkat disabilitas pada
pasien. Sehingga perlu diberikan keperdulian,
edukasi, dan perhatian terhadap pengasuh

sebagaimana pada pasien stroke untuk mencegah


terjadinya gangguan emosional.
Dalam melakukan intervensi peneliti
menggunakan alat bantu untuk pembelajaran yaitu
CD interaktif multimedia dengan cara memberi
nonton video discharge planning. Menurut
Hariyati dkk (2008), pasien dan keluarga terbantu
dengan adanya media pembelajaran discharge
planning, CD media juga membantu perawat
dalam memberikan edukasi pada pasien sehingga
ada pengaruh penerapan discharge planning
berbasis CD media pembelajaran untuk
meningkatkan pengetahuan perawat dalam
melaksanakan discharge planning dan juga
mempunyai pengaruh dalam meningkatkan
praktek dalam pelaksanaan discharge planning.
Menurut Logan (2012), penggunaan video dapat
menjadi metode yang bermanfaat untuk
meningkatkan proses berpikir kritis, membuat
keputusan serta kreativitas, selain itu video dapat
digunakan untuk mengajarkan keterampilan.
Menurut (Nugroho & Fatchur, 2010),
perkembangan dalam teknologi multimedia
menjanjikan potensi yang besar dalam merubah
cara tiap individu baik untuk belajar maupun
mengajar. Multimedia juga menyediakan berbagai
peluang
kepada
para
pendidik
untuk
mengaplikasikan berbagai teknik pengajaran dan
pelajar pula diberi peluang untuk menentukan
teknik belajar yang bersesuaian dengan mereka,
membentuk pengetahuan berdasarkan keperluan
masing-masing serta mengalami suasana belajar
yang lebih menarik dan berkesan.
Peneliti melakukan redemonstrasi ulang isi
dari video discharge planning, melakukan
peragaan dan praktik langsung terhadap keluarga
pasien kemudian peneliti memberi kesempatan
secara langsung kepada keluarga untuk
mempraktekan setelah peneliti memberi contoh
terlebih dahulu. Hal ini sangat membantu keluarga
untuk memahami kembali isi dari video
tersebut.Menurut
Hariyati
dkk
(2008),
pelaksanaan discharge planning menggunakan CD
peran perawat untuk mengkomunikasikan isi CD
tetap diperlukan, pendampingan dan konseling
terhadap isi materi discharge planning akan
melengkapi persiapan pulang pasien.
Sehingga
peneliti
berasumsi
dengan
pemberian penguatan kepada keluarga pasien
tentang kemajuan yang telah dicapai, maka
keluarga akan lebih bersemangat dalam
177

Dukungan Psikososial, discharge planning

ISSN 2252-5416

pembelajaran discharge planning sehingga


memberikan dukungan maksimal terhadap pasien
dalam proses penyembuhannya.

Kusumaningrum, O. D. (2012). Regulasi emosi


istri yang memiliki suami stroke. Desember;
Emphaty .
Logan, R. (2012). Using youtube in perioperative
nursing education. AORN Journal .
Lumbantobing, S. M. (2007). Stroke bencana
peredaran darah otak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Nugroho, F. A., & Fatchur, A. (2010).
Pembelajaran berbasis multimedia.
Nurdiana, Syafwani, Umbransyah. (2007). Peran
Serta
Keluarga
Terhadap
Tingkat
Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol.3 no.1.
Pambudi, H. A. (2009). Studi fenomenologis :
kecemasan keluarga pada pasien stroke yang
dirawat di ruang HND Santo Lukas Rumah
Sakit Santa Elisabeth Semarang. Universitas
Diponegoro.
Rahajeng, E. (2011). Upaya pengendalian
penyakit tidak menular di Indonesia. Buletin
jendela data & informasi kesehatan Volume 2
.
Rahmi, U. (2011). Pengaruh discharge palinning
terstruktur terhadap kualitas hidup pasien
stoke iskemik di RSUD Al-Ihsan dan RS AlIslam Bandung.
Rekam Medik. (2014). RSWS.
Sahmad. (2013). Potensi peran keluarga dalam
perawatan
penyakit
stroke
melalui
pengembangan model discharge planning
berbasis teknologi informasi di ruang
perawatan lontara 3 saraf RSUP Wahidin
Sudirohusodo
Makassar.
Universitas
Hasanuddin.
Silaen, B. M., Rambe, A. S., & Nasution, D.
(2008).
Hubungan
antara
perubahan
kepribadian pasca-stroke dengan ansietas dan
depresi pada pengasuh. Majalah kedokteran
nusantara , 41.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2009). Buku ajar
keperawatan medikal bedah brunner &
suddart (8 ed., Vol. 3). (M. Ester, Ed., A.
Hartono, H. Y. Kuncara, E. S. Siahaan, & A.
Waluyo, Trans.) Jakarta: EGC.
Yuniarsih, W. (2009). Pngalaman caregiver
keluarga dalam konteks asuhan keperawatan
pasien stroke tahap pasca akut di RSUP
Fatmawati. Depok: Universitas Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
terdapat pengaruh pelaksanaan model discharge
planning berbasis teknologi terhadap dukungan
psikososial keluarga dalam perawatan penyakit
stroke di Ruangan Lontara 3 Syaraf RSUP Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
Makassar.Discharge
planning sangat membantu keluarga dalam
perawatan pasien stroke dan mempersiapkan
untuk rencana pemulangan pasien ke rumah,
selain itu CD media pembelajaran juga membantu
perawat dalam memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat
menjadi rekomendasi bagi rumah sakit dalam
melakukan discharge planning yang disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dinosetro. (2008). Hubungan antara peran
keluarga dengan tingkat kemandirian
kehidupan sosial bermasyarakat pada klien
Skizofrenia post perawatan di Rumah Sakit
Jiwa Menur.
Dolan, P., Canavan, J., Pinkerton, J. (2006).
Family Support as Reflective Practice.
London : Jessica Kingsley Publishers.
Francis, S., Satiadarma, M.P. (2004). Pengaruh
Dukungan Keluarga terhadap Kesembuhan
Ibu yang Mengidap Penyakit Kanker
Payudara.
Jurnal
Ilmiah
Psikologi
ARKHE, Th.9 no.1
Friedman, M. M., Boeden, V. R., & Jones, E. G.
(2010). Buku ajar keperawatan keluarga riset,
teori dan praktek edisi 5. Jakarta: EGC.
Hariyati, T. S., Afifah, E., & Handiyani, H.
(2008). Evaluasi model perencanaan pulang
yang berbasis teknologi informasi. Makara
kesehatan , 53-58.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J.
(2010). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses dan praktik (7 ed., Vol. 1). (D.
Widiarti, E. A. Mardella, N. B. Subekti, L.
Helena, Eds., P. E. Karyuni, D. Yulianti, Y.
Yuningsih, A. Lusyana, & W. Eka, Trans.)
Jakarta: EGC.

178

Anda mungkin juga menyukai