Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN TIMAH
Timah adalah unsur kimia yang memiliki simbol Sn dengan nomor atom 50 dan
nomor massa 118,69. Timah dalam bahasa inggris disebut sebagai Tin. Kata Tin diambil
dari nama Dewa bangsa Etruscan Tinia. Nama latin dari timah adalah Stannum dimana
kata ini berhubungan dengan kata stagnum yang dalam bahasa inggris bersinonim dengan
kata dripping yang artinya menjadi cair/ basah, penggunaan kata ini dihubungkan dengan
logam timah yang mudah mencair. Di Indonesia Timah banyak berada di pulau Bangka dan
Belitung. Bijih timah terdapat dalam bentuk kasiterit. Penggunaan timah sendiri sering
digunakan untuk membuat campuran atau paduan logam yaitu kuningan, perunggu, campuran
timah putih dan timah hitam, patri, logam-logam yang dapat melebur, serta logam untuk
lonceng (Azis, 2007).
Timah merupakan logam berwarna putih keperakan/putih keabuan, dengan kekerasan
yang rendah, dapat ditempa ("malleable"), mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik
yang tinggi, relatif lunak, tahan karat dan memiliki titik leleh yang rendah dan memilki
struktur kristal yang tinggi.
2.1.1

Genesa Endapan Timah


Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah sekunder

(alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di
lepas pantai. Endapan timah sekunder (alluvial) berasal dari endapan timah primer yang
mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi
secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial
yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan
pasir atau kerikil.
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung
mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan
terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah
(Sn). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan
yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan
pada batuan samping yang diterobosnya.

2.1.2

Penyebaran Bahan Galian


Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang membujur

mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke Indonesia. Jalur di
Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau Karimun, P. Kundur, P. Singkep, P.
Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian tengah) serta terdapat tanda-tanda di kepulauan
Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan
proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder, kedua timah jenis tersebut
dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa). Endapan timah primer pada umumnya
terdapat pada batuan granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder
kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat
maupun di laut.

Gambar 2.1 Peta Persebaran Bahan Galian di Indonesia

2.1.3 Sifat Fisik Dan Mekanik, Mineralogi


2.1.3.1.
Sifat Umum Timah (Sn)
Timah merupakan logam perak keputih-putihan,
ductile dan memilki struktur kristal yang tinggi,
Dalam keadaan normal (13 160 C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah

dibentuk.
Timah juga tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat.
Ditemukan dalam banyak alloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya

untuk mencegah karat.


Sifat Fisik Timah (Sn)
Keadaan benda : Padat
Titik lebur : 505.08 K (449.47 F)
Titik didih : 2875 K (4716 F)
Densitas : 7,365 g/cm3 (Sn putih) 5,769 g/cm3 (Sn abu-abu)
Volume molar : 16.29 10-6 m3/mol
Kalor penguapan : 295.8 kJ/mol
Kalor peleburan : 7.029 kJ/mol
Kalor jenis : 27,112 J/molK
Panas fusi : 7,03 kJ/mol
Tekanan uap : 5.78 E-21 Pa at 505 K
Kecepatan suara : 2500 m/s pada 293.15 K

Sifat Mekanik Timah (Sn)


Kekuatan tariknya rendah, sekitar 2000 psi
Modulus Youngnya adalah 5,9-7,8 x 10^6 psi
Kekuatan Mohs 1,8 atau Brinell 5,0 (1000 kg, 10 mm)

2.1.3.2.

2.1.3.3.

2.1.4

Mineral Pembentuk Bahan Galian


Kasiterit (SnO2) merupakan mineral utama yang mengandung unsur Sn. Dalam

pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral berat berharga serta
sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah didalam kasiterit pada umumnya
berasal dari magma granitik, yaitu magma dari larutan yang bersifat asam (pembentukan
granit), sehingga keterdapatan endapan bijih Timah berhubungan erat dengan terdapatnya
batuan granit. Kandungan rata-rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi pegangan
eksplorasi mineral dalam menentukan nilai latar belakang yang diberikan oleh Hawkess dan
Webb (1962). Harga rata-rata ini untuk batuan beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn
yang kecil sebesar 6 ppm pada batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada
batuan fesilik, sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai ratarata yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell (1957) dan Hamaguchi (1964)
dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl (1974) dan Durasova (1967).
1) Mineral berat berharga.
a. Mineral Utama

Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur
adalah kasiterit (SnO2). Warna kasiterit ini bermacam-macam yaitu kuning coklat, kuning
kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan berat jenis 6,8 7,1. Mineral kasiterit
permukaannya mengkilap dan berminyak. Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan
permukaan kristalnya berkilau. Keberadaannya ada yang primer ada pula yang aluvial.
Dengan sistem kristal tetragonal 4/m 2/m 2/m. Mineral mineral bersifat konduktor.
b. Mineral ikutan berharga
Secara umum mineral berharga yang terbawa oleh mineral kasiterit, dan mineral
ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit Kundur antara
lain:
1. Ilmenit (FeTiO3)
Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki berat
jenis 4,5 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa digunakan
sebagai rutil (TiO2) untuk industri keramik pigmen dan konsentrat titanium.
2. Zircon
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 4,7. zircon
bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan sebagai bahan zirkonia untuk
industri keramik.
3. Monazit [(Ce, La, Y, Th)PO4]
Umunya memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat jenis monazite
antar 4,6 5,3 dan bersifat non konduktor dan megnetik lemah. Mineral ini dijual
secara berkala tergantung pesanan konsumen.
2) Mineral ikutan lainnya.
Mineral mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah, yang memiliki
perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan dan sifat magnetic. Dari hasil
kondisi lapangan, pada penambangan kapal isap produksi Timah diperoleh beberapa mineral
ikutan yang utama antara lain: Pyrite/ Marcasite, ilmenit, zircone, anatase, turmalin, siderit
dan mineral pengotor utama pasir kuarsa.
2.2 Fase-fase dalam siklus pengolahan
2.2.1 Alat Pendukung Pencucian
Jig adalah salah satu alat pemisahan mineral antara konsentrat dengan
tailing yang memanfaatkan gaya berat jenis mineral dengan menggunakan medium air
sehingga membentuk suatu lapisan sesuai dengan berat jenis mineral tersebut. Tipe tipe jig
adalah :
1. Pan American Jig (P.A. Jig)

Pan American Jig memakai saringan tetap disetiap tangki yang berbentuk
cone yang berhubungan dengan membran. Ukuran setiap kompartemen 1050 x 1050 mm.
Air tambahan masuk melalui pipa di bawah kerucut dalam tangki dan dapat diatur
untuk setiap tangki. Penggeraknya menggunakan esentrik dengan motor listrik dangear box.
2. Yuba Jig
Pada Yuba jig, gerakan membrannya tegak lurus dengan gerakan isapan. Letak
membran melekat rapat pada dinding tangki sebelah luar, tipa kompartemen dapat diatur
panjang dorongan (stroksinya sendiri-sendiri). Penggeraknya menggunakan pulsator dengan
motor listrik dan gear box.

2.2.2

Prinsip Kerja jigging


Prinsip kerja proses jigging adalah apabila terjadi pulsion pada siklus jigging maka

lapisan pemisah (bed) akan terdorong naik, sehingga bijih timah pada lapisan bed akan
merenggang karena adanya tekanan. Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat
untuk menerobos bed masuk ke dalam tangki Pan American Jig dan keluar melalui spigot
sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa oleh aliran horizontal diatas
permukaan bed dan akan terbuang sebagai tailing. Pada saat terjadi suction, bed menutup
kembali sehingga mineral berat berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak
berpeluang masuk ke saringan. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap di atas
bed untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan berukuran
besar akan terbawa dengan aliran arus horizontal.
2.2.3

Alat Pendukung Peleburan


Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah.

Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan

proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut
crystallizer.

2.2.4

Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan

secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan
logam.

2.3 GAMBAR DESAIN ATAU PERANCANGAN PABRIK

Anda mungkin juga menyukai