Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti (Nursalam, 2005).Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak.Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian
luar biasa atau wabah.Anak-anak dengan DHF umumnya menunjukkan peningkatan suhu
tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang
menyerupai DF, seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi
(WHO, 1999).
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemis untuk penyakit
DBD. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 terdapat
sebanyak 20.565 kasus, tahun 2008 sebanyak 19.307 kasus, tahun 2009 kasus turun menjadi
18.728 kasus dan pada tahun 2010 sekitar 17.000 kasus DBD.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak Negara
tropis dan sub tropis. Semakin tahun penderita DHF (Dengue Haemorragik Fever) semakin
bertambah. Antara tahun 1975-1995 DHF (Dengue Haemorragic Fever) / DBD (Demam
Berdarah Dengue) terdeteksi keberadaannya di 102 negara dari 5 wilayah WHO yaitu: 20
negara Afrika, 42 negara Amerika, 7 negara Asia Tenggara, 4 negara Mediterania timur, 29
negara Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis
dengan ke-4 serotipe virus secara bersama-sama di wilayah Amerika, Thailand, Asia Pasifik
dan Afrika, Indonesia.

Tahun 2006 DHF kembali merebak dengan jumlah kasus yang cukup banyak.Hal ini
mengakibatkan sejumlah RS menjadi kewalahan dalam menerima pasien DHF. Sejak Januari
sampai 5 Maret 2006 total kasus DHF di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai
26.015 orang, dengan jumlah kematian 389 orang . Kasus tertinggi terdapat di propinsi DKI
Jakarta (11.534 orang), sedangkan di propinsi NTT (3,96 %).
DHF dapat menyerang mulai dari anak-anak, dewasa, orang tua, tetapi anak-anak
merupakan yang paling rentan terhadap serangan DHF (Dengue Haemorragik Fever).Kasus
kematian akibat DHF (Dengue Haemorragik Fever) sering terjadi pada anak-anak, hal ini di
sebabkan selain karena kondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus dewasa, juga karena
sistem imun anak-anak belum sempurna.Penyakit DHF (Dengue Haemorragik Fever) jika
tidak mendapat perawatan yang memadai dapat mengalami perdarahan yang hebat, syok dan
dapat menyebabkan kematian.Oleh karena itu, semua kasus DHF (Dengue Haemorragik
Fever) sesuai dengan kriteria WHO harus mendapat perawatan di tempat pelayanan
kesehatan/rumah sakit.
B. TUJUAN
Tujuan makalah
Mahasiswa dapat menjelaskan DHF dan memberikan asuhan keperawatan pada klien
DHF
C. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui pengertian DHF
2. Mengetahui etiologi DHF
3. Mengetahui klasifikasi DHF
4. Mengetahui mekanisme klinis DHF
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang DHF
6. Mengetahui komplikasi DHF
7. Mengetahui pencegahan DHF
8. Mengetahui penatalaksanaan DHF
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Demam dengue (dengue fever, DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan

limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola
mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik
perdarahan (petekie) spontan. (Hendarwanto, 1996).
Demam berdarah dengue/DBD (dengue henorrhagic fever, DHF), adalah suatu
penyakit trombositopenia infeksius akut yang parah, sering bersifat fatal, penyakit
febril yang disebabkan virus dengue. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang
ditandai hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan tubuh,
abnormalitas hemostasis, dan pada kasus yang parah, terjadi suatu sindrom renjatan
kehilangan protein masif (dengue shock syndrome), yang dipikirkan sebagai suatu
proses imunopatologik (Halstead, 2007).
Dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthrop-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (FK UI, 1985, hlm. 607).Dengue Hemorrhagic fever (DHF)
atau Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue

dan

ditularkan

melalui

gigitan

nyamuk aedes

aegypti (Nursalam,

2005).Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan


kematian, terutama pada anak.Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar
biasa atau wabah.
Demam berdarah dengue atau DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama
yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai
akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soe soegijanto,
2002).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan, dan bertendendi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Mansjoer, 2005).Puncak kasus DBD terjadi pada musim
hujan yaitu bulan Desember sampai dengan Maret.
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti (Suriadi, 2010).Menurut Aziz Alimul H. (2006) Dengue Haemorargic Fever
(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh karena virus dengue yang
termasuk

golongan

arbovirus

melalui

gigitan

nyamuk Aedes

aegypti betina.Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue
(DBD).
Demam berdarah dengue ialah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama (Soeparman, 1993).
2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore
hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah
atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter
(Rampengan T H, 2007)
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana
bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat
di luar rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk

betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama
pada waktu pagi hari dan senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

2.3 KLASIFIKASI
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
c. Derajat III: Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat
diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2006).
Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi pada
penderita Dengue

Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah

dengue.Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan


kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba tiba, tetapi juga
merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30 50 % penderita demam
berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan demam suatu
kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.
2.4 MEKANISME KLINIS
1. Masa Inkubasi

Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam


kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit
kepala dan malaise.
2. Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2 7 hari,
naik turun (demam bifosik). Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai
40 C dan dapat terjadi kejan demam.Akhir fase demam merupakan fase kritis
pada demam berdarah dengue.Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan
pasien seajan sembuh hati hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian
syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
3. Tanda tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang
menyeluruh.Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti
retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva.Retekia merupakan tanda
perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai
dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis,
perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
4. Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya
sekedar diraba sampai 2 4 cm di bawah arcus costa kanan.Derajat
hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada
daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
5. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah
demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit.Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan
plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan
umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat
atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan
sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,

sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai
tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang.
Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya
perdarahan gastrointestinal dan syok.

2.5 PATHWAY

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.Uji
tourniquetyang positif merupakan pemeriksaan penting.Masa pembekuan masih
dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis
kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGPT,
SGOT, ureum dan pH darahmungkin meningkat, sedangkan reserveal kali
merendah
2. Air Seni
Mungkin ditemukan albumin uria ringan.
3. SumsumTulang
Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari
ke 5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke 10 biasanya sudah
kembali normal
Untuk semua system Serologi
4. Uji serulogi
untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok besar, yaitu :
1. Uji serulogi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa
akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi
antidengue sebanyak minimal empat kali. Termasuk dalam uji ini pengikatan
komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
2. Uji serulogi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari ada tidaknya
atau titer tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah
uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas
antibodinya ; uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue
dari kelas IgM.

2.7 KOMPLIKASI
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah

trombosit

(trombositopenia)

<100.000

/mm

dan

koagulopati,

trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam

sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan


terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan
saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran
balik vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah
jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan
sirkulasi

jaringan.

DSS

juga

disertai

dengan

kegagalan

hemostasis

mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan


curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan
dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.
Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas.
2.7 PENCEGAHAN
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah

dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.


2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah
sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :


1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan
pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG
1 % per 10 liter air.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah:
Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari).
a. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
b. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila
mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan
orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini.Jika anak tidak mau
minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena
merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin.Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM,
anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50 mg,
dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital.

Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :


1. Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
2.

mengancam terjadinya dehidrasi.


Hematokrit yang cenderung meningkat.Hematokrit mencerminkan
kebocoran plasma dan biasanya mendahului mnculnya secara klinik
perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan
turunya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh
karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa
Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam
telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila

pasien perlu dipasang infus atau tidak


b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus
sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus diguyur dengan cara
membuka klem infus. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan
dikurangi 10 l/kgBB/jam.Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka
pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda
vital telah baik.
Pada pasien renjatan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP
(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.Trafusi
darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat.
Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak
kelihatan.Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka
engan keadaan ini dianjurka pemberian darah.
2. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi
darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus

dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan
ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh pasien
menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara
kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan
dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien ada kencing / tidak.Bila dijumpai kelainan
dan sebagainya segera hubungi dokter.
b. Resiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus
gastrointestinal.Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang
hebat (Febie, 1966) atau daerah retrosternal (Lim, dkk.1966).
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur.Karena
melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya.Makan dan minum
pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang.
Formulir permintaan darah disediakan.
Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok.Bila terjadi pendarahan
(melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya
pendarahan.Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya dipasang NGT
untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2-ke-7
dan

tidak

jarang

terjadi

hyperpyrexia

yang

dapat

menyebabkan

pasien

kejang.Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan
pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan
mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan,
bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh
teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD
dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
d. gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat
tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan
darah Ht, trombosit, Hb secara periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi penderitaan diusahakan
bekerja dengan tenang yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya.Jika terjadi
hematum segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol.Bila pasien datang
sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena
dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat.jika sudah musim banyak pasien
DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA
No

Data Objektif

Data Subjektif

Etiologi

Masalah (NANDA)

1. Klien

kerap

bersembunyi Klien mengatakan bahwa ia Gangguan

dibawah kolong tempat tidur, selalu dibuntuti oleh orang psikiatrik


menutupi

dirinya

Gangguan
pribadi

dengan yang ingin melukainya.

selimut dan tidak mau keluar Klien

mengatakannya

dari ruangannya, tidak mau berulang kali dan sering


berangkat bekerja, tidak mau menangis ketakutan apabila
bertemu dengan orang lain dan ada yang tidak percaya.
seharian hanya berada di dalam

Perubahan status Isolasi sosial

rumah.

mental

Klien

kerap

bersembunyi

dibawah kolong tempat tidur,


2.

menutupi

dirinya

dengan

selimut dan tidak mau keluar


dari ruangannya, tidak mau
berangkat bekerja, tidak mau
bertemu dengan orang lain dan

Klien mengatakan bahwa ia


selalu dibuntuti oleh orang
yang ingin melukainya.
Klien

berulang kali dan sering


menangis ketakutan apabila
ada yang tidak percaya.

seharian hanya berada di dalam


rumah.

mengatakannya

identitas

No

Diagnosa Keperawatan (NANDA)

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

1.

Gangguan identitas pribadi


Loneliness Severty
b/d Gangguan psikiatrik
Setelah
dilakukan
tindakan
d/d :
keperawatan selama 3x8 jam (3
DO : Klien kerap bersembunyi
hari) kesepian yang parah dapat
dibawah kolong tempat tidur,
berkurang :
menutupi dirinya dengan selimut
1.Perasan isolasi sosial berkurang
dan tidak mau keluar dari 2.Gangguan tidur berkurang
3.Ketakutan yang tidak mendasar
ruangannya, tidak mau berangkat
berkurang.
bekerja, tidak mau bertemu

enhancement

aktivitas :
1.Mengeksplorasi kekuatan dan
kelemahan

dari

hubungan
2.Membantu

jaringan

saat

meningkatkan

kesadaran pasien,kekuatan dan


keterbatasan dalam komunikasi

dengan orang lain dan seharian

dengan orang lain.


3.Menggunakan nole

hanya berada di dalam rumah.

untuk

DS : Klien mengatakan bahwa ia

ketrampilan

selalu dibuntuti oleh orang yang

tehnik
4.Bina hubungan saling percaya

ingin melukainya.
2.

Sorialisation

Klien mengatakannya berulang


kali

dan

sering

menangis

ketakutan apabila ada yang tidak


percaya.
Isolasi sosial
b/d Perubahan status mental d/d :
DO : Klien kerap bersembunyi
dibawah kolong

tempat tidur,

menutupi dirinya dengan selimut


dan

tidak

mau

keluar

dari

ruangannya, tidak mau berangkat


bekerja,

tidak

mau

bertemu

dengan orang lain dan seharian


hanya berada di dalam rumah.
DS : Klien mengatakan bahwa ia
selalu dibuntuti oleh orang yang
ingin melukainya.
Klien mengatakannya berulang
kali

dan

sering

menangis

berlatih

playing

meningkatkan

komunikasi

dan

antara perawat,keluarga pasien


dan pasien.

BAB IV

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
https://last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/dbd1.pdf
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3d3keperawatanpdf/0910703015/bab1.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-15096-Chapter1-524083.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21402/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai