Anda di halaman 1dari 12

Laporan Kasus PBL

Pembimbing: dr. Dwi Astuti Candrakirana, SpKK


STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
NAMA DOKTER MUDA : Yessica Febriany
NAMA PASIEN
UMUR/TGL LAHIR
JENIS KELAMIN
PEKERJAAN
ALAMAT
STATUS PERNIKAHAN

: Tn. J
: 20 tahun
: Laki-laki
: Pedagang
: Jl. Hang Tuah No. 3
: Menikah

NIM: 09101070
PENDIDIKAN
AGAMA
SUKU
NO RM RSAA
TANGGAL

: SMP
: Islam
: Jawa
: 82-93-03
: 17-10-13

ANAMNESIS : Autoanamnesis
KELUHAN UTAMA : Bercak putih seperti putihnya kertas di punggung, perut,
sekitar bibir, kepala, dan jari-jari tangan kanan kiri sejak 2 tahun lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengeluhkan muncul bercak putih seputih kertas di
punggung, perut, sekitar bibir, kepala, dan jari-jari tangan kanan kiri. Bercak pertama
muncul di jari-jari tangan kemudian menyebar ke perut dan punggung sebesar biji
jagung. Lama kelamaan bercak tersebut menjadi melebar sebesar koin 500. Dua bulan
yang lalu muncul lagi bintik-bintik putih disekitar bibir dan kepala. Sampai sekarang
tidak kunjung sembuh karena bercak tersebut makin lama makin melebar. Bercak
berukuran sebesar 1-5 cm, berbentuk bulat dan lonjong. Bercak tidak gatal saat
berkeringat, tidak terasa kebas, berbatas tegas. Bercak tidak bersisik dan tidak ada
penebalan kulit. Tidak ada rasa perih atau terbakar pada daerah tersebut. Saat pertama
muncul bercak sudah pernah membeli obat canesten dan berobat selama 2 bulan ke
puskesmas tetapi tidak kunjung sembuh.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
- Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
- Terdapat riwayat hypoparatiroid
- Riwayat trauma disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :
- Terdapat keluarga yang menderita penyakit yang sama
- Riwayat alergi tidak ada

Riwayat kebiasaan, sosial ekonomi : mandi 2 kali sehari, saat berdagang suka
berkeringat dan hanya ganti baju 1x sehari, tidak ada memakai body lotion, suka
bertukar handuk.
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: tidak tampak sakit
Kesadaran
: komposmentis
Keadaan gizi
: baik , TB:168 , BB : 61 kg
Pemeriksaan Thorak : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Abdomen: tidak ada kelainan
STATUS DERMATOLOGIS ( Lokasi- Efloresensi-Penyebaran)
- Lokasi: regio abdomen, scalp, perioral, capitis, dan regio digitalis dextra sinistra.
- Efloresensi : makula apigmentasi, berbatas tegas, ukuran numular, lentikular dan
bervariasi 1-5 cm, bentuk bulat dan lonjong, tepi tidak teratur, squama (-).
- Penyebaran : generalisata
PEMERIKSAAN SARAF TEPI : tidak dilakukan
TES SENSIBILITAS KULIT( Raba- Nyeri Suhu ) : tidak dilakukan
TES LAIN : tidak dilakukan
KELAINAN SELAPUT/ MUKOSA

: tidak ada kelainan

KELAINAN KUKU

: tidak ada kelainan

KELAINAN RAMBUT

: tidak ada kelainan

KELAINAN KELENJER LYMFE

: tidak ada pembesaran KGB

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
DARAH: - Rutin : Hb.
Leuko Eri............... LED................. Dift
count Eosinofil : ..
- Khusus : tidak dilakukan
URINE : - Rutin : tidak dilakukan
- Khusus : tidak dilakukan
FAECES : - Rutin : tidak dilakukan
- Khusus : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI :
Pemeriksaan Sediaan Basah/Langsung : tidak dilakukan
Pewarnaan dengan KOH : tidak ditemukan hifa dan spora
Pewarnaan GRAM : Tidak dilakukan
Pewarnaan GIEMSA : tidak dilakukan

Pewarnaan Ziehl Neelsen : tidak dilakukan


PEMERIKSAAN SEROLOGIK :
Tes Serologi VDRL : - Kualitatif : tidak dilakukan
- Kuantitatif : tidak dilakukan
Tes Serologi TPHA : - Kualitatif : tidak dilakukan
- Kuantitatif : tidak dilakukan
Tes Serologi Lain
: tidak dilakukan
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI : Pemeriksaan histopatologi dengan
pewarnaan hematoksilin eosin (HE) tidak ditemukan melanosit dan ditemukan limfosit
pada tepi makula.
PEMERIKSAAN ANJURAN :
Setiap 1 minggu sekali dilakukan evaluasi dengan menggunakan lampu wood
RESUME :
Pasien Tn J, Laki-laki, 20 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD AA pada
tanggal 17 Oktober 2013 dengan keluhan utama Bercak putih di wajah, leher, kepala,
tangan sejak 2 tahun yang lalu.
Dari anamnesis didapatkan sudah 2 tahun terdapat bercak putih di punggung, perut,
sekitar bibir, kepala, dan jari-jari tangan kanan kiri. Bercak pertama muncul di jari-jari
tangan kemudian menyebar ke perut dan punggung sebesar biji jagung. Lama kelamaan
bercak tersebut menjadi melebar sebesar koin 500. Dua bulan yang lalu muncul lagi
bintik-bintik putih disekitar bibir dan kepala. Sampai sekarang tidak kunjung sembuh
karena bercak tersebut makin lama makin melebar. Bercak berukuran sebesar 1-5 cm,
berbentuk bulat dan lonjong. Bercak tidak gatal saat berkeringat, tidak terasa kebas,
berbatas tegas. Bercak tidak bersisik dan tidak ada penebalan kulit. Tidak ada rasa perih
atau terbakar pada daerah tersebut. Saat pertama muncul bercak sudah pernah membeli
obat canesten dan berobat selama 2 bulan ke puskesmas tetapi tidak kunjung sembuh.

Dari pemeriksaan status dermatologi pada tempat predileksi ditemukan :


- Efloresensi : makula hipopigmentasi, berbatas tegas, ukuran numular, lentikulat
dan bervariasi 1-5 cm, bentuk bulat dan lonjong, tepi tidak teratur, squama (-).
- Penyebaran : generalisata
Dari pemeriksaan laboratorium uji KOH (-)
DIAGNOSIS BANDING :
Vitiligo
Ptiriasis Versikolor
Ptiriasis Alba

DIAGNOSIS : Vitiligo generalisata

TERAPI

UMUM :
- Berjemur pada pagi hari setelah diolesi obat selama 10-15 menit
- Kontrol ulang
- Setiap minggu sekali dilakukan evaluasi dengan menggunakan lampu
Wood.

KHUSUS :
- LOKAL: betametason valerat cream
LCD cream 5%
vaselin albumin ad 50mg

PROGNOSIS :

QUO AD SANAM
: dubia
QUO AD VITAM
: bonam
QUO AD KOSMETIKUM : dubia ad malam

Dokter: dr. Yessica Febriany


SIP/STR: 09/XX1/2013
Alamat: Jl. Hang Tuah Ujung No.357
HP: 082172344668
Pekanbaru, 17 Oktober 2013

R/ Betametason salerat cream


LCD cream 5%
Vaselin albumin ad 50mg
M.f.la unguentum
.u.e

Pro: Tn. J
Age: 20 tahun

Vitiligo adalah suatu kelainan kulit akibat gangguan pigmentasi (hipomelanosis)


idiopatik yang ditandai dengan adanya makula putih yang dapat meluas. Dapat
mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit, misalnya rambut
dan mata.
III. EPIDEMIOLOGI
Insidens yang dilaporkan bervariasi antara 0,1 sampai dengan 8,8% penduduk dunia
tanpa membedakan ras dan jenis kelamin. Mengenai semua umur, paling banyak umur
20 40 tahun. Frekuensi pada kedua jenis kelamin sma, hanya sja penelitian
epidemiologik menunjukan bahwa penderita yang datang berobat lebih banyak wanita
daripada pria. Terdapat juga pengaruh faktor genetik, dimana pada penderita vitiligo,
5% akan mempunyai anak dengan vitiligo juga.
IV. ETIOLOGI
Penyebab vitiligo masih belum diketahui dengan jelas, namun ada beberapa teori yang
berusaha menerangkan patogenesisnya :
1. Teori Neurogenik
Teori ini berdasarkan atas beberapa pengamatan. Menurut teori ini suatu mediator
neurokemik dilepaskan dan senyawa tersebut dapat menghambat melanogenesis serta
dapat menyebabkan efek toksik pada melanosit.
2. Teori Autoimun
Teori ini menganggap bahwa kelainan sistem imun menyebabkan terjadinya kerusakan
pada melanosit. Beberapa penyakit autoimun yang sering dihubungkan dengan vitiligo
antara lain adalah tiroiditis (Hashimoto), anemia pernisiosa, penyakit Addison, alopesia
areata dan sebagainya.
3. Teori rusak diri (self destruction theory)
Teori menyebutkan bahwa metabolit yang timbul dalam sintesis melanin menyebabkan
destruksi melanosit. Metabolit tersebut misalnya kuinon.

4. Teori Autositotoksik
Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin ke DOPA dan DOPA ke
dopakinon. Dopakinon akan dioksidasi menjadi berbagai indol dan radikal bebas.
V. GEJALA KLINIS
Gejala subyektif tidak ada, tetapi dapat timbul rasa panas pada lesi. Gejala atau
gambaran klinis vitiligo dimulai dengan bintik bintik atau makula putih yang makin
lama makin lebar hingga mencapai ukuran lentikular atau plakat dengan batas tegas
tanpa perubahan epidermis yang lain. Biasanya tidak gatal atau nyeri.
Didalam makula vitiligo dapat ditemukan makula dengan pigmentasi normal atau
hiperpigmentasi disebut repigmentasi perifolikular. Kadang kadang ditemukan tepi
lesi yang meninggi, eritema dan gatal disebut inflamatoar.
VI. KLASIFIKASI
Vitiligo mempunyai beberapa pola distribusi yang khas. Ada 2 bentuk vitiligo :
1. Lokalisata
a. Vitiligo Fokal (Localized) : satu atau lebih makula pada satu area, tetapi tidak
segmental.
b. Vitiligo Segmental : distribusinya khas, dengan lesi vitiligo yang unilateral dalam
suatu distribusi dermatom atau quasidermatom. Tipe ini dikatakan sebagai suatu jenis
vitiligo yang bersifat stabil.
c. Vitiligo Mukosal : hanya terdapat pada membrane mukosa.
2. Generalisata
Hampir 90% penderita secara generalisata dan biasanya simetris. Vitiligo generalisata
dapat dibagi menjadi :
a. Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi dibagian distal ektremitas dan muka,
merupakan stadium mula vitiligo generalisata.
b. Vulgaris : makula tanpa pola tertentu di banyak tempat.
c. Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan
vitiligo yang total.
I. PREDILEKSI ATAU LOKALISASI
Pada area yang terkena trauma dapat timbul vitiligo. Daerah yang sering terkena
adalah :

Kulit jari tangan


Fleksura pergelangan tangan
Siku
Daerah tulang kering
Lutut
Pergelangan kaki
Genitalia
Kelopak mata
Regio perioral
I. DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis bisa didasarkan atas pemeriksaan klinis (Anamnesa, pemeriksaan
fisik), uji diagnostik (Untuk membedakan dengan penyakit lain yang menyerupai) dan
pemeriksaan laboratorium (Untuk membantu mencari adanya kaitan dengan penyakit
sistemik, seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid dan lain lain).
Anamnesa
a. Awitan penyakit
b. Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini.
c. Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes mellitus, dan anemia
pernisiosa.
d. Kemungkinan faktor pencetus, misalnya stress, emosi, terbakar surya dan pajanan
bahan kimia.
e. Riwayat inflamasi, iritasi atau ruam kulit sebelum bercak putih.
Pemeriksaan Fisik
Perlu dilakukan pemeriksaan umum, adanya depigmentasi yang asimptomatik, tanpa
gejala inflamasi, ada tidaknya batas inflamasi sekitar lesi, tempat lesi pertama kali
muncul (tangan, lengan, kaki, muka dan bibir), pola vitiligo (fokal, segmental, universal
atau akral/akrofasial).
Tes Diagnostik

Dilakukan untuk membedakan dengan penyakit yang menyerupai, misalnya limfoma


kutan sel-T, LED/LES, lepra, pinta, nevus anemikus, depigmentosus, skleroderma, tinea
versikolor dan lain lain.
Tes Laboratorium
Dilakukan untuk mendeteksi penyakit penyakit sistemik yang menyertai seperti
insufisiensi adrenal, diabetes mellitus. Tes tes yang mungkin membantu antara lain
biopsi.
Pemeriksaan Histopatologi
Dengan pewarnaan hematoksilin eosin (HE) tampaknya normal kecuali tidak ditemukan
melanosit, kadang kadang ditemukan limfosit pada tepi makula.
II. DIAGNOSIS BANDING
Sebagai diagnosis banding ialah
1. Piebaldisme
2. Sindrom Wardenburg dan Sindrom Woolf.
3. Vitiligo segmental perlu dibedakan dengan nevus depigmentosus, tuberosklerosis,
hipomelanositosis
4. Lesi tunggal harus dibedakan dengan tinea versikolor, pitiriasis alba, hipomelanosis
gutata dan hipopigmentasi pasca inflamasi.
III. PENGOBATAN
Umum
1. Seseorang yang akan mengobati vitiligo, harus mengenal dan mengetahui beberapa
hal misalnya : tentang sifat dan biologi sel melanosit, tentang farmakologi obat obat
yang digunakan, prinsip prinsip terapi sinar, resiko serta hasilnya.
2. Penderita vitiligo perlu periksa KGD.
3. Pada lesi, oleh karena mudah terbakar sinar matahari, dianjurkan memakai tabir
surya.
4. Melanosit sangat lamban dalam merespon pengobatan, untuk mencapai hasil yang
optimal terapi harus dilanjutkan sampai 6 12 bulan.
Khusus
Tidak ada terapi yang memuaskan, bila perlu dianjurkan untuk penggunaan kamufalse
agar kelainan tersebut tertutup dengan cover mask.

Psoralen (PUVA)
Bahan aktif yang sering digunakan adalah trimetoksi psoralen (TPM) dan 8 metoksi
psoralen yang bersifat photosensitizer.
Cara pemberian : Obat psoralen 20-30 mg (0,6 mg/kgBB) dimakan 2 jam sebelum
penyinaran, selama 6 bulan sampai setahun. Obat psoralen topikal dioleskan lima menit
sebelum penyinaran, tetapi sering menimbulkan dermatitis kontak iritan .
Lama Penyinaran : mula-mula sebentar kemudian setiap hari dinaikan perlahan lahan (
antara samapai 4 menit ). Ada yang menganjurkan pengobatan dihentikan seminggu
setiap bulan.
Obat psoralen topikal dioleskan lima menit sebelum penyinaran, tetapi sering
menimbulkan dermatitis kontak iritan .
Kontra indikasi : hipertensi, gangguan hati, kegagalan ginjal dan jantung.
Helioterapi
Helioterapi merupakan salah satu bentuk fotokemoterapi, yang merupakan gabungan
antara trisoralen dan sinar matahari
Prosedur pelaksanaan :
- Trisoralen diberikan dengan dosis 0,3mg/kgBB, kemudian lesi disinari selama 15
menit.
- Obat dimakan 2-4 jam sebelum penyinaran
- Pengobatan diberikan 2-3 kali setiap minggu tidak boleh dua hari berturut turut
- Tidak dianjurkan memberikan terapi vitiligo di daerah genitalia, kecuali pada keadaan
khusus.
Kortikosteroid
Pemakaian kortikosteroid ini kemungkinan didasarkan pada teori rusak diri maupun
teori autoimun. Dalam hal ini kortikosteroid dapat memperkuat mekanisme pertahanan
tubuh pada auto destruksi melanosit atau menekan perubahan imunologik.
Penggunaan kortikosteroid topikal dapat dilakukan dengan prosedur Drake dkk :
a. Krim kortikosteroid (KST) dioleskan pada lesi sekali sehari selama 3-4 bulan.
b. Setiap minggu sekali dilakukan evaluasi dengan menggunakan lampu Wood.

c. Penggunaan diteruskan apabila ada repigmentasi, namun harus segera dihentikan


apabila tidak ada respons dalam waktu 3 bulan.
Depigmentasi
Jika lesi vitiligo sangat luas, jauh lebih luas dari kulit normalnya (lebih dari 50%) ada
yang menganjurkan untuk memberikan monobenzil hidrokuinon 20% dua kali sehari
pada kulit normal sehingga terjadi bleaching dan diharapkan warna kulit menjadi sama.
Tindakan Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah autologous skin graft yakni memindahkan
kulit yang normal (2-4 mm) ke ruam vitiligo. Efek samping yang mungkin timbul antara
lain parut, repigmentasi yang tidak teratur, Koebnerisasi dan infeksi
UVB Gelombang Pendek
Sinar ultraviolet B gelombang pendek adalah teknologi yang relative baru dalam
pengobatan vitiligo. Dahulu kebanyakan dokter menggunakan sistem PUVA namun efek
samping tidak dapat dihindarkan. Panel dan kabinet sinar UVB gelombang pendek
memecahkan masalah paparan berlebihan sinar UV dengan memaksimalkan pengiriman
radiasi UVB gelombang pendek (dalam kisaran 311 sampai 312 nanometer).
Jarak optimum kulit ke lampu UV adalah 7 inchi, waktu pemaparan tergantung warna
kulit dan telah berapa mendapatkan pengobatan.
UVB gelombang pendek hanya memancarkan sinar 311 sampai 312 nanometer. Studi
klinis menunjukkan panjang gelombang yang paling efektif bersifat therapeuik adalah
295 sampai 313 nanometer, namun panjang gelombang dibawah 300 nm dapat
menyebabkan eritema atau luka bakar parah dan meningkatkan resiko kanker kulit.
UVB gelombang pendek lebih efektif untuk penanganan vitiligo anak-anak.
I. PROGNOSIS
Biasanya merupakan keadaan yang bersifat progesif lambat.
Dapat berkurang secara spontan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardiman Lili, Kelainan pigmen Vitiligo, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1999, Hal:274-76
2. Siregar, R.S, Prof, Dr, Vitiligo dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004, Hal:252-53

3. Harahap Marwali, Prof, Dr, Vitiligo dalam Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta
2000, Hal 151-56
4. Ovedoff D., Kapita Selekta Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 2002, 91-92
5. Vittiligo, Available at, http://www.Mayoclinic.com.vitiligo
6. Vitiligo, Available at, http://www.Emedicine.com.vitiligo
7. Vitiligo, Available at, http://www.homephototherapy.com/vit-uvb-narrow-band.htm

Anda mungkin juga menyukai