Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian yang sangat penting. Kelopak mata
berfungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang
membentuk film air mata di depan kornea. Penutupan kelopak mata
berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan
memompa air mata ke seluruh permukaan mata serta memompa air mata
melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata
bermacam-macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan, proses
inflamasi, infeksi, maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion
dan blefaroptosis.
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau inflamasi tepi kelopak
mata yang melibatkan glandula Zeiss atau Moll (hordeolum eksterna) dan
glandula meibom (hordeolum internal). Kalazion merupakan peradangan
granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom yang
tersumbat. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak
terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Kalazion awalnya
dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum, yang
membedakannya yaitu tidak ada tanda-tanda peradangan akut.

BAB II
1

LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. H

Umur

: 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Jl. Baru, Kel. Telanaipura RT 11

1.2 ANAMNESIS
1.2.1 Keluhan Utama
Terdapat benjolan dikelopak mata kanan bagian atas sejak 1 minggu yang
lalu.
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD Raden Mattaher dengan keluhan
benjolan di kelopak mata atas, sejak 1 minggu yang lalu. Pada awalnya
benjolan berukuran kecil, kemerahan dan terasa nyeri jika disentuh, lama
kelamaan benjolan semakin membesar dan terasa mengganjal. Mata merah
(-), Sekret berlebih (-), air mata berlebih (-), gangguan penglihatan (-)
1.2.3 Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Pasien sebelumnya memberikan obat tetes mata insto tetapi keluhan
tidak ada perubahan
1.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma pada mata (-)


DM disangkal
Hipertensi disangkal
Riwayat operasi pada mata sebelumnya disangkal

1.2.5 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


2

Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama.
1.2.6 Riwayat gizi: BB = 60 kg
TB = 165 cm
IMT = BB/TB2 = 60/(1,65)2 = 22 (Baik)
1.2.7 Keadaan Sosial Ekonomi
Ekonomi cukup, sehari-hari pasien bekerja sebagai wiraswasta dan
merupakan kepala keluarga dari seorang istri dan 2 orang anak. Pasien juga
sering berkendara atau melakukan pekerjaan di luar rumah. Pasien juga
mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus sehari.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
1.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/70 mmHg

Nadi

: 86 x/menit

RR

: 22 x/menit

Suhu

: Afebris

Kepala
Mata
THT
Mulut
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas

: Normocephal
: Status Oftalmologi
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan

1.3.2 Status Oftalmologikus


I.
PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI
Pemeriksaan
OD
OS
Visus : SC
6/6
6/6

CC
Koreksi
II.
Posisi

S: -

C: -

Add : -

MUSCLE BALANCE
Ortoforia

S:-

C: -

Add: -

Ortoforia

Pergerakan bola mata

- Duksi

Baik

Baik

- Versi

Baik

Baik

III.

PEMERIKSAAN EKSTERNAL
BENJOLAN

Palpebra Superior

Hiperemis (+), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),


laserasi (-), skuama (-)

laserasi (-), skuama (-),

Benjolan (+), konsistensi benjolan (-)


kenyal,

permukaan

rata,

tidak terfiksir , berukuran


0,8 mm x 0, 8 mm
Palpebra Inferior

Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),

Cilia

laserasi (-), skuama (-)


Trikiasis (-), Madarosis (-)

laserasi (-), skuama (-)


Trikiasis (-), Madarosis (-)

AP.Lacrimalis
Konjungtiva
Konjungtiva

Sumbatan (-)

tarsus Hiperemis (-), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis(-),

superior
Konjungtiva

Sumbatan (-)

Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-), lytiasis
(-), benda asing (-).
(-), benda asing (+).
tarsus Hiperemis (-), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),

inferior

Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-), lytiasis

Konjungtiva bulbi

(-)
Injeksi

konjungtiva

(-)
(-), Injeksi

konjungtiva

(-),

Injeksi Silier (-),nevus (-), Injeksi Silier (-), nevus,


fibrovaskuler (-),

jaringan fibrovascular (-)

Kornea
Jernih

Edema

Ulkus

Perforasi

Makula

Leukoria

Pigmen iris

Laserasi

Bekas jahitan

Jaringan fibrovaskuler

Limbus Kornea
Arcus sinilis

Bekas jahitan

Jaringan fibrovaskuler
Sklera
Sklera biru

Episkleritis

Skleritis
COA

Volume
Iris
Warna

Sedang , pus (-), darah (-)

Sedang, pus (-), darah(-)

Cokelat

Cokelat

Kripta

Normal

Normal

Prolaps
Pupil
Bentuk

Bulat

Bulat

Isokoria

Isokor

Isokor

Ukuran

3 mm

3 mm

RCL

RCTL
Lensa
Kejernihan
SLIT LAMP
Silia
Palpebra Superior

Jernih

Jernih

Trikiasis (-)
Hiperemis (+), Benjolan (+)

Trikiasis (-)
Hiperemis (-), Benjolan (-)

Palpebra Inferior
Conjungtiva tarsus
Conjungtiva bulbi

Hiperemis (-), Benjolan (-)


Papil (-), folikel (-).
Injeksi (-), hiperemis (-),

Hiperemis (-), Benjolan (-)


Papil (-), folikel (-).
Injeksi (-), hiperemis

Kornea
Bilik mata depan
Iris
Lensa

korpus alineum (-)


(-),korpus alineum (-)
Jernih
Jernih
Normal
Normal
Kripta iris normal
Jernih

1.3 DIAGNOSIS KERJA


Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OD
1.4 DIAGNOSIS BANDING
Kalazion
1.5 ANJURAN PEMERIKSAAN
- pemeriksaan slit lamp
- pemeriksaan kultur
1.6 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : Kloramfenikol 1% zalf 5 x sehari OD
Non Medikamentosa :
Hindari menggosok dan memecahkan benjolan.

Kompres dengan air hangat selama 10 menit sebanyak 3 kali sehari

dengan keadaan mata tertutup.


Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ketika ingin mengoleskan

salep mata.
Kontrol ke poliklinik 3 hari mendatang

1.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad fungtionam : Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan
jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata
yang rentan. Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan
kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra
superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan
pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial
ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli),
jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa
(konjungtiva palpebra)1.
Struktur palpebra :
1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh
karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel
rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Musculus Orbikularis Okuli

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya


mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke
pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra
disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh
nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi
jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan
inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak
mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan
20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran
mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada
tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra

Gambar 2. Palpebra Normal


TEPIAN PALPEBRA
Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian
ini dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior.1

1. Tepian anterior
Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata.
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
3. Punktum lakrimal
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum inu terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
FISURA PALPEBRA
Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebra
yang terbuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis.
Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam. Kanthus medialis lebih elips dari kanthus
lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas
dua buah struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan
dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang bermuara ke dalam folikel
yang mengandung rmbut-rambut halus dan plica seminularis.1
SEPTUM ORBITALE
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale
superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbilae inferius menyatu dengan tarsus
inferior.1
REFRAKTOR PALPEBRA

10

Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra


superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di
palpebra inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior,
yang menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior
dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh
nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh
nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.
Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V (n. Trigeminus).2
Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :
1. Kelenjar
a. Kelenjar sebasea
b. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat
c. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan
folikel rambut dan menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis)
Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum
(minyak).
2. Otot-otot palpebra
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan
terletak di bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M.
Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N.fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada
tarsus atas dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh
11

N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau


membuka mata.
Gerakan palpebra
1. Menutup
Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator
Palpebra Superior. M, Rioland menahan bagian belakang palpebra
terhadap dorongan bola mata.
2. Membuka
Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.2
B. HORDEOLUM
1. Definisi
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak
mata. 1
2. Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.3
3. Klasifikasi
Hordeolum dibagi menjadi5 :
a. Hordeolum internum
Radang kelenjar meibom, dengan penonjolan terutama ke
daerah konjungtiva tarsal.

Gambar 3. Hordeolum Internum

12

b. Hordeolum ekstrenum
Radang kelenjar zeis atau moll, dengan penonjolan
terutama ke daerah kulit kelopak.

Gambar 4. Hordeolum Eksternum


4. Faktor Resiko
Meliputi :
a. Penyakit kronik.
b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis.
d. Diabetes.
e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia
f. Penyakit hordeolum sebelumnya.
g. Higiene dan lingkungan yang tidak sehat.
h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.4
5. Patofisiologi
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi
pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada
tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul
dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom
mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.2
6. Gejala Klinis 3
a. Nyeri pada kelopak mata
b. Bengkak
c. Merah
d. Eritem
e. Terasa panas dan tidak nyaman.
f. Sakit bila ditekan

13

g. Ada rasa yang mengganjal


Stadium hordeolum meliputi:
a. Stadium infiltrat
Ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri
tekan dan keluar sedikit kotoran.
b. Stadium supuratif
Ditandai dengan adanya benjolan yang berisis pus (core)
7. Penatalaksanaan 1,2
a. Medikamentosa
Antibiotik
a) Lokal
Bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran
kelenjar aurikular
b) Sistemik
Eritromisin 250mg atau 125-250mg diklosasilin 4
kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila
terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain
maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada
nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar
dilakukan insisi.
b. Non medikamentosa
1) Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan
kompres hangat 3 kali sehari selama 10 menit.
2) Membersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun
dengan sabun atau shampo yang tidak menimbulkan iritasi,
seperti sabun bayi
3) Menghindari pemakaian make up pada mata, karena
kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.
c. Pembedahan
1) Insisi
Terlebih dahulu diberikan anestei topikal dengan tetes
mata pantokain. Dilakukan anestesi infiltrat dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah
-

fliktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.


Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan
margo palpebra.

14

2) Ekskokhleasi atau kuretase


Seluruh isi jaringan yang

meradang

di

dalam

kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.


8. Komplikasi
Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang
merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra.6
C. KALAZION
1. Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar
Meibom atau kelenjar Zeiss yang tersumbat.2,6 pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini
dimulai dengan penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan
parut lainnya.6

Gambar Kalazion
2. Etiologi
Kalazion juga disebut sebagai lipogranuloma kelenjar
Meibom.6 Kalazion timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne
rosacea.1
3. Epidemiologi
Kalazion terjadi pada semua umur. Pengaruh hormonal
terhadap sekresi sebaseous dan viskositas menjelaskan terjadinya
penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.
4. Patofisiologi

15

Kalazion

merupakan

radang

granulomatosa

kelenjar

Meibom.2 Di dalam nodul terdapat sel imun yang responsif


terhadap steroid termasuk jaringan ikat makrofag seperti histiosit,
sel raksasa multinucleate plasma, sel polimorfonuklear, leukosit
dan eosinofil.6Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada
kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya
pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadangkadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.2
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi
kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk
jaringan

granulasi

dan

mengakibatkan

inflamasi.

Proses

granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan


hordeolum internal atau ekstrenal (terutama proses piogenik yang
menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan
hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal
(jaringan multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam
palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra menampakkan kelenjar
Meibom yang berdilatasi.6
5. Gejala Klinis
a. Benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada
nyeri tekan.
b. Pseudoptosis.
c. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut.2
6. Penatalaksanaan1,2,5
a. Medikamentosa
Antibiotik
Bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan.
Jenis antibiotiknya yaitu:
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan
setiap 4 jam selama 7-10 hari.

16

2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakteremia atau
terdapat

tanda

pembesaran

kelenjar

limfe

preaurikular. Pada kasus kalazion dengan kasus


yang

sedang

sampai

berat

dapat

diberikan

cephalexin atau dicloxacilin 500mg per oral 4 kalo


sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300mg
oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin
500mg 2 kali sehari selama 7 hari.
b. Non medikamentosa
- Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4
-

kali/hari untuk membantu drainase.


Jangan menekan atau menusuk kalazion, hal ini dapat

menimbulkan infeksi.
c. Pembedahan
Ekskokleasi
Mata ditetesi dengan anestesi topikal (pantokain). Obat
anestesi infiltrat disuntikan dibawah kulit di depan kalazion.
Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian dibalik
sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan
insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion
dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi s alep
mata.
Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi
dan pemasangan drain jika perlu diberikan antibiotik, lokal dan
sistemik. Analgetik dan sedatif diberikn bila sangat diperlukan
untuk rasa sakit.

17

7. Komplikasi1
a. Trikiasis
b. Kehilangan bulu mata
c. Astigamatisma

BAB IV

18

ANALISA KASUS
Pada kasus ini dilaporkan, seorang pasien laki-laki 45 tahun datang ke
poli mata RSUD Raden Mattaher dengan keluhan benjolan di kelopak mata
atas, sejak 1 minggu yang lalu. Pada awalnya benjolan berukuran kecil,
kemerahan dan terasa nyeri jika disentuh, lama kelamaan benjolan semakin
membesar dan terasa mengganjal. Mata merah (-), Sekret berlebih (-), air
mata berlebih (-), gangguan penglihatan (-), gangguan penglihatan (-).
Pasien juga sering berkendara atau melakukan pekerjaan di luar rumah.
Hal ini sesuai dengan literatur dengan gejala hordeolum yaitu terdapat
benjolan di kelopak mata, tersa nyeri, berwarna kemerahan, terasa
mengganjal dan terasa panas. Selain itu, pada pasien ini juga didukung
dengan faktor resiko keaadaan higienitas dan pekerjaan yang memudahkan
terjadinya hordeolum. Sedangkan untuk gejala kalazion, terdapat benjolan,
tidak nyeri tekan dan tidak hiperemis. Sehingga dapat disimpulkan dari
anamnesis penyakit pasien mengarah ke hordeolum.
Pada pemeriksaan fisik yaitu status generalisata, kesan keaadaan
pasien dalam batas normal dan tidak terdapat kelainan sistemik. Hal ini
menunjukan bahwa hordeolum yang diderita bukan berasal dari faktor
resiko karena penyakit sistemik ataupun penyakit kronik, tapi kemungkinan
karena faktor higienitas, pekerjaan dan kebiasaan merokok.
Pada pemeriksaan visus pasien ini didapatkan VOD 6/6 dan VOS 6/6,
hal ini menunjukan bahwa tajam penglihatan pasien tidak terganggu dan
tidak terdapat kelainan refraksi pada pasien. Dari pemeriksaan status
oftalmologis, didapatkan benjolan di palpebra superior OD dengan
konsistensi lunak, permukaan rata, tidak terfixir, hiperemis dan berukuran
0,8 mm x 0,8 mm, hal ini sesuai dengan literatur yang menggambarkan
hordeolum.
Adapun anjuran pemeriksaan adalah pemeriksaan slit lamp untuk
meihat benjolan yang ada di palpebra dan untuk melihat apakah ada
kelainan di jaringan sekitarnya. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan

19

kultur pada hordeolum dengan stadium supuratif untuk mendukung dalam


pengobatan maupun prognosis.
Pada pasien ini diberikan terapi :
Medikamentosa : Kloramfenikol 1% zalf 5 x sehari OD
Non Medikamentosa :

Hindari menggosok dan memecahkan benjolan.


Kompres dengan air hangat selama 10 menit sebanyak 3 kali

sehari dengan keadaan mata tertutup.


Bersihkan kelopak mata dengan air bersih ketika ingin

mengoleskan salep mata.


Kontrol ke poliklinik 3 hari mendatang

Hal ini sesuai dengan literatur bahwa hordeolum merupakan suatu proses
peradangan supuratif pada kelenjar kelopak mata dengan penyebabnya
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95%. Oleh karena itu,
pada pasien ini diberikan obat antibiotik topikal dan kompres air hangat
untuk membantu drainase . Selain itu, dapat juga dilakukan insisi dan
ekskokhleasi.

BAB V
KESIMPULAN
20

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.


Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sebasea kelopak mata. Hordeolum terdiri dari hordeolum internum (glandula
Meibom) dan ekstrenum (glandula Zeiss atau Moll). Hordeolum
memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal
dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum ekternum.
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kronik yang steril dan
idiopatik pada elenjar Meibom, sebagai akibatnya terjadi suatu peradangan
lipogranuloma kronik kelenjar meibom. Umumnya ditandai dengan
pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam
beberapa minggu.
Penanganan hordeolum dan kalazion terdiri dari antibiotik lokal
ataupun sistemik dan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,
Jakarta, 2000: Hal 17-20
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
3. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A Synopsis. Butterworth-Heimann,
Boston, 2009.
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Cet. IV. Jakarta: Penerbit FKUI, 1996. Hal
92-94

21

5. External Disease and Cornea. America Academic of Ophtalmology.


Singapura.2008-2009. Hal 87-88
6. Lang G. Ophthalmology A short Textbook. Thieme. Stuttgart. New York.
2000

22

Anda mungkin juga menyukai