: Bagus Haryanto
: H1A111026
: Teknik Sipil FT UNLAM
: Ir. Markawie, MT
Abstrak
Sungai Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tepatnya di Desa Malutu, pinggiran sungai
mengalami longsor pada bronjongnya karena tidak mampu menahan luapan dan kikisan air sungai
yang deras, akan sangat berbahaya jika longsor terjadi disaat yang tidak diinginkan, tentu akan
menyebabkan kerugian baik materil maupun jiwa jika longsor terus menerus terjadi karena mengingat
dibantaran atau pinggiran Sungai Amandit banyak terdapat pemukiman warga serta jalan penghubung.
Oleh karenanya pembangunan dinding penahan tanah sangat diharapkan guna membantu
meminimalisir resiko yang terjadi.
Perencanaan ini dihitung berdasarkan gaya - gaya yang terjadi akibat adanya pembebanan
terhadap dinding penahan tanah, yang sebelumnya tanah telah terlebih dulu dianalisis dan diambil
sampelnya serta di uji dengan uji SPT. Untuk proses selanjutnya akan dihitung beban kerja yang
diberikan dan dibandingkan dengan daya dukung yang diperoleh berdasarkan penampang dan
kedalaman. Setelah semua dapat dinyatakan aman, maka dihitung penulangan berdasarkan momen
momen yang terjadi pada setiap bagian potongan dinding dan tiang.
Hasil perhitungan dan analisis diperoleh tekanan tanah aktif sebesar 29,0595 ton/m, tekanan
tanah pasif 0,58 ton/m, daya dukung aksial 12,562 ton/tiang, daya dukung lateral = 7,98 ton/tiang.
Dinding penahan tanah dengan dimensi lebar telapak 2,25 m, tebal telapak 0,5 m, lebar badan atas 0,3
m, lebar badan bawah 0,5 meter, tebal kisi kisi/sekat 0,2 m, tinggi badan 5 m, panjang dinding 60
m. Dimensi tiang bor diameter 0,3 m dan panjang 5 m. Penulangan baik dinding maupun tiang
diperoleh tulangan utama D19, tulangan pembagi 10 dan geser 10 dengan total anggaran biaya
mencapai Rp. 3.209.206.000,Kata Kunci : Dinding Penahan Tanah, Longsor, Counterfort, Bor Pile, Stabilitas Lereng
BAB I
PENDAHULUAN
2. LANDASAN TEORI
1 Longsor
2.1.1 Definisi Longsor
Tanah
longsor
ditandai
dengan
bergeraknya sejumlah massa tanah secara
bersama sama dan terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu
lapisan agak kedap air yang jenuh air.
Longsoran akan terjadi jika terpenuhi tiga
keadaan sebagai berikut :
a Adanya lereng yang cukup curam
sehingga massa tanah dapat bergerak atau
meluncur kebawah.
b Adanya lapisan dibawah permukaan massa
tanah yang agak kedap air dan lunak, yang
akan menjadi bidang luncur, dan
c Adanya cukup air dalam tanah sehingga
lapisan massa tanah yang tepat diatas
lapisan kedap air tersebut menjadi loemah.
2 Pondasi Tiang Bor (Bored Pile)
Ada beberapa jenis pondasi bored pile
yaitu :
1 Bore pile lurus untuk tanah keras;
2 Bored pile yang ujungnya diperbesar
berbentuk bel;
3 Bored pile yang ujungnya diperbesar
berbentuk trapesium;
4 Bored pile lurus untuk tanah bebatubatuan.
Ada beberapa alasan digunakannya
pondasi bored pile dalam konstruksi :
1 Bored pile tunggal dapat digunakan pada
tiang kelompok atau pile cap.
2 Kedalaman tiang dapat divariasikan.
3 Bored pile dapat didirikan sebelum
penyelesaian tahapan selanjutnya.
4 Ketika proses pemancangan dilakukan,
getaran tanah akan mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada
didekatnya, tetapi dengan penggunaan
pondasi bored pile hal ini dapat di cegah.
5 Pada pondasi tiang pancang, proses
pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan
menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi
pada konstruksi bored pile.
6 Selama pelaksanaan pondasi bored pile
tidak ada suara yang ditimbulkan oleh
alat pancang seperti yang terjadi pada
pelaksaan pondasi tiang pancang.
7 Karena dasar dari pondasi bored pile
dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya keatas.
2
FSguling =
MR
Mo
Dimana:
MO = jumlah momen dari gaya-gaya
yang menyebabkan momen pada titik O
MR = jumlah momen yang menahan
guling terhadap titik O
Momen yang menghasilkan guling:
Mo=Ph
[ ]
H
3
FSguling =
M 1+ M 2+ M 3+ M 4
H
Pa
3
[ ]
FSgeser =
Gambar 2.19 Jenis-jenis keruntuhan
dinding penahan tanah
Seperti yang terlihat pada gambar
2.19 diatas, ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keruntuhan pada dinding
penahan tanah, antara lain oleh:
a Penggulingan
b Penggeseran
c keruntuhan daya dukung
1
Stabilitas Terhadap
Penggulingan
FR
Fd
Dimana:
FR = jumlah gaya-gaya yang menahan gayagaya horisontal
Fd = jumlah gaya-gaya yang mendorong
Dari gambar 2.21 diatas, kekuatan geser
tanah pada bagian dasar dinding:
s= tan + c a
Dimana:
3
I = (1/12)(1)(B )
Untuk nilai maksimum dan minimum, y
= B/2
[
[
V
6e
q max=
1+
B
B
R=s ( luas penampang alas )=s ( B 1 )=B tan +B ca
q min=
(tabel 2.7)
Jadi, R = (V) tan + Bca
FR = (V) tan + Bca + Pp
V
6e
1
B
B
]
]
Dan
Fd = Ph
FSgeser =
dimana: q = *D
B = B 2e
( V ) tan +B c a + P p
Ph
FSgeser =
2.5.3
Fd = 1
o2
Fci = Fqi = (1- /90 )
o o 2
Fi = (1 / )
V
-1
tan (Ph/
)
Catatan: Nc, Nq, N = faktor kapasitas dukung
Terzaghi
Faktor keamanan terhadap keruntuhan
kapasitas dukung didefinisikan sebagai:
( V ) tan k 1 f + B k 2c + P p
Ph
F=
CE=X =
Mnet
V
B
e= CE
2
Atau
B MRMo
e= =
2
V
V Mnet y
A
I
dimana: Mnet = (V )
qu
3
q
5
Perancangan Struktural
Pada umumnya dimensi dinding penahan
ditentukan dengan cara coba coba. Beberapa
percobaan
hitungan
tersebut
akan
menghasilkan bentuk yang dianggap paling
cocok dan memenuhi syarat kestabilannya.
1
Bentuk dinding penahan
Estimasi dinding gravitasi, dinding cantilever
dan
dinding
counterfourt
berdasarkan
pengalaman diperlihatkan pada gambar 2.23.
Dimensi dimensi yang tercantum dalam
gambar tersebut hanya sebagau petunjuk awal
untuk langkah perancangan.
Dinding gravitasi Gambar 2.23a. Bentuk
dinding penahan harus sedemikian hingga
resultan gaya gaya terletak ada bagian
tengah sejarak sepertiga lebar atau e < B/6 ( e
= eksentrisitas dihitung dari pusat pondasi ).
Tebal puncak dinding penahan dibuat antara
0,3 (H/12) meter.
q=
B
B'
Secara umum :
Pi
Pv
Gambar 2.23 Estimasi awal dimensi dinding
penahan
Dinding cantilever gambar 2.23b dimensi plat
dasar dinding cantilever dibuat sedemian
hingga eksentrisitas resultan beban terletak
pada e < (B/6). Jika resultan beban jatuh diluar
daerah tersebut, tekanan pondasi menjadi
terlalu besar dan hanya sebagian luasan
pondasi yang mendukung beban.
Tebal puncak dinding minimum kira kira
0,20 m. Hal ini, kecuali untuk memudahkan
pengecoran beton, juga untuk keperluan
keindahan.
Dinding counterfort gambar 2.23c dinding
counterfort umumnya digunakan jika tinggi
dinding penahan (H) lebih besar dari 6 m.
Jarak counterfourt ditentukan dengan cara
coba coba dan yang paling ekonomis
berkisar di antara 0,4 0,7H. Tebal puncak
dinding dapat dibuat sekitar 0,20 0,30 m.
2.7 Penyebaran Gaya (Distribusi Beban)
Ke Tiang
Berikut adalah rumus distribusi
gaya-gaya luar melalui tiang.
Anggapan :
1. Poer kaku sempurna, sehingga
momen pada poer dapat miring tetapi
tetap datar.
2. Gaya pada tiang berbanding
lurus dengan penurunan
yang terjadi pada masing-masing
tiang.
My xi
x i
V My x i Mx y i
2
n x i 2
y i
(1+m 2)
Pn=P v
P h=
Pn
1+ m2
Dimana:
xi
y i
My
Mx
M aksi M reaksi
2
P1
My x1
xi
y1 y 2 y 3 ........ y n
= Momen yang bekerja pada
sumbu y-y
= Momen yang bekerja pada
sumbu x-x
xi
x1
x1 x2 x3 ........ x n
f = Hu /(9 cu d)
My P1 .
pula -
= (9/4) dg2 cu
Mmaks
a
dapat
Hu =
4.1.2
Penentuan Dimensi Dinding
Penahan Tanah
Dari data geometrik longsor, diketahui
tinggi longsor (H) = 5,5 m, dan panjang
(L) = 60 m. Maka penentuan dimensi
dinding penahan tanah dapat dilihat
berdasarkan teori berikut :
2 My
3d
+ f /2
2
3 METODOLOGI PERENCANAAN
= .5,52.1,54.0,33
= 7,69 ton/m
Tekanan tanah aktif total ( tinjau
per 3 meter )
Pa = (1,9965 ton/m + 7,69
ton/m) x 3 = 29,0595 ton/m
Tanah
20.317
5
0
.
8
.
W
W
W
W
W
Dindin
g
Penah
an
8.1
10.8
1.8
1.8
Count
erfort
1.05
4
1
3
8
4
0
7
4
0
0
0
.
1
8
3
3
0
.
1
8
3
3
0
0
0
.
3
2
9
9
-
H1,25m
Baris 1
Q1(v) =
43,8675
3
M
3
x 1,25
v
n
Myx
x
18,2781
2
2,49 (0,625)
0,781
= 7,147 ton/tiang
2
x 1,25
Q1 aksial
= Q1(v) x
(1+ m )
m
2
x 1,25
= 7,147 x
= 18,2781 ton
M1,25m
29,0595
3
x 1,25
5
.
9
7
6
2
V1,25m
Pa
3
V
3
= 12,1081 ton
0
.
5
6
8
8
V =
43.867
5
x 1,25
= 2,49 ton.m
0
.
3
2
9
9
0
.
5
4
1
7
5,9762
3
(1+10 )
10
= 7,183 ton/tiang
x 1,25
8
Q1(h) =
Q 1(v)
m
=
N60 =
v
n
=
Myx
x
18,2781
2
2,49 (0,625)
0,781
1
0,6
EfCbCsCrN
N60 =
1
0,6
= 58,65
Tahanan ujung netto per satuan luas
fb = 0,60r N60 4500 Kpa
= 0,60 x 100 x 58,56
= 3519 4500 Kpa
o Luas Penampang Tiang bor
12,10810,7147
2
N60 =
60
= 11,131 ton/tiang
EfCbCsCrN
dengan,
N60 = N-SPT telah dikoreksi
Ef = efisiensi pemukul
Cb = koreksi diameter lubang bor
Cs = koleksi oleh tipe tabung sampel
Cr = koreksi untuk panjang batang bor
N = Nilai N-SPT hasil uji dilapangan
7,147
10
= 0,7147 ton/tiang
Q2(v) =
1
0,6
= 5,697 ton
Ab =
1
4
d2
1
4
x 3,14 x 0,32
= 0,07 m2
Tahanan Ujung Ultimit
Qb = Ab. fb
= 0,07 x 3519
= 246,33 kN
= 24,633 ton
Tahanan Gesek Ultimit
o Keliling tiang
K = d
= 3,14 x 0,3 = 0,942 m
o Luas Selimut Tiang
As = K x H
= 0,942 x 4,5
= 4,239 m2
o Tekanan Overburden Efektif
Po = H
= 5,4 x 1,54
= 6,93 ton/m2
o
o
9
= (0 + 6,93)
= 3,465 ton/m2
Kedalaman di tengah tengah lapisan tanah
Z = H/2
= 4,5/2
= 2,25 m
Eg= 1 -
, dengan 0,25
1,2
= 1,5 0,245
o
4,5
= 1,133
Tahanan Gesek Ultimit
Qs = As Po
= 4,239 x 1,133 x 3,465
= 16,64 ton
= 0,23 ton
Berat tiang bor
(arc
tg
0,3
1,25 )
Wp = ( 4 d2H) beton
= 0,925
Maka daya dukung izin yang diperoleh
adalah :
Qizin = 13,581 x efisiensi
= 13,581 x 0,925
= 12,562 ton > beban kerja (Q) aksial / vertikal
maks
= 12,562 ton > 11,131 ton (Aman)
0,981
=( 4
90 mn'
( 11 ) 2+ ( 21 ) 1
90.2 .1
U = ( 4 d2 x (H 1,2))w
( n' 1 ) m+ ( m1 ) n'
Eg= 1 -
=( 4
90 mn'
dengan,
Eg= efisiensi kelompok tiang
m= jumlah baris tiang
n= jumlah tiang dalam satu baris
= arc tg d/s, dalam derajat
s= jarak pusat ke pusat tiang (m)
d= diameter tiang (m)
Diketahui jarak dari pusat ke pusat
tiang 1,25 m dan diameter tiang 0,3 m.
Sehingga diperoleh efisiensi (Eg):
( n' 1 ) m+ ( m1 ) n'
= 0,76 ton
Wp = Wp U
= 0,76 0,23
= 0,53 ton
Sehingga kapasitas dukung ultimit
untuk tiang bor diatas adalah
Qu = Qb + Qs Wp
= 24,633 + 16,64 0,53
= 40,743 ton
Qizin = Qu/SF
= 40,743/3
= 13,581 ton
Karena
tiang
diaplikasikan
menggunakan metode bor, maka daya
dukung izin dari tiang harus dikalikan
dengan faktor efisiensi terhadap jarak D
dengan persamaan berikut :
izin
f ' c
6
= 0,75
30
6
= 0,685 Mpa
o
10
= 4 x 780 x ( 500 20 )
= 1497600 mm2
Maka,
bpu
Pmax
Av
125620 N
1497600 mm2
f ' c
6
= 0,75
Dengan,
Hu= Daya dukung horizontal / lateral
Kp= Koefisien tekanan tanah pasif
= Berat volume tanah (ton/m3)
D = Diameter tiang bor
= Hu/KpD3 / tahanan lateral ultimit
(Diperoleh dari grafik pada gambar 4.1)
30
6
= 0,685 Mpa
Maka,
bpu =
Pmax
bz
79800
2250 x 437,5
z = 7/8 h
= 0,081 Mpa < 0,685 Mpa ....(Aman)
4.6Penulangan Dinding Penahan Tanah
4.6.1 Bagian Kaki Dinding
Perhitungan Momen
*SF
untuk
gaya
= 24,948/2,5
= 9,9792 ton
P2
= p x l x t x b
= 0,875 x 1,25 x 0,5 x 2,4
= 1,3125 ton
Sehingga menjadi :
o
MI-I
= P1.x1 P2.x2
= 7,183 x 0,375 1,3125
x 0,4375
= 2,69 0,57
= 2,12 ton.m ()
LI-I
(1,3125 x 0,0625)
= 5,79 ton ()
o
= 0,64 ton.m ()
LII-II = -P1.x1 + P2.(0,0625 + x1)
= -P1 + P2 + P2 (0,0625)
= -11,131 + 10,9825 + (10,9825 x 0,0625)
= 0,54 ton ()
Perhitungan Tulangan
Diketahui data data sebagai berikut :
- Mx= 2,12 ton.m = 21,2 kN.m
- Lx= 5,79 ton.m = 57,9 kN.m
- Selimut beton= 20 mm
- Tulangan= 19 mm (ulir)
- Sengkang= 10 mm
- d= 500 20 19 = 470,5 mm
- Mutu Beton= 30 Mpa
- Mutu Baja= Tulangan Utama= 320 Mpa
Tulangan Sengkang= 240 Mpa
o
Tulangan Utama
Momen Nominal
= 0,80 (karena lentur)
Mu
Mn =
=
Gambar 4.9 Potongan II II
Beban merata akibat berat beton, tanah dan
beban hidup yang bekerja di rubah menjadi
beban terpusat (P2)
Berat beton W1
= p x l x t x b
= 0,875 x 1,25 x 0,5 x 2,4
= 1,3125 ton
Berat tanahW2
= p x l x t x t
= 0,875 x 1,25 x 5 x 1,54
= 8,42 ton
Beban hidupW3 = Qhidup x l
= 1 x 1,25
= 1,25 ton
W total
= W1 + W2 + W3
= 1,3125 + 8,42 + 1,25
= 10,9825 ton (P2)
Sehingga menjadi :
21,2 x 10
0,80
= 26500000 Nmm
Rasio Tulangan Minimum
min =
=
1,4
fy
1,4
320
= 0,0044
))
= 0,75 (
600
600+ 320 ))
= 0,033
MII-II= - P1.x1 + P2.x2
= -11,131 x 0,375 + 10,9825 x 0,4375
= -4,17 + 4,8
12
600
x 1 ( 600+ fy
0,85 x 30
320
x 0,85 (
Mn
2
bd
Rn=
=
26500000
1250 x 470,52
Vn=
(1
2 x Rn
0,85 x fc '
= 77,2 kN
Kuat geser nominal
)
=
0,85 x 30
320
(1
2 x 0,096
1
0,85 x 30
0,25 . 2 . b
As Perlu
1
6
fc '
30
.b.d
x1250x470,5
= 536,88 kN
Vc= .0,6.536,88
= 268,44 kN
Karena Vn = 77,2 kN < Vc = 80,532, maka
tidak diperlukan tulangan geser, hanya
digunakan tulangan 10-150
1
6
Vc=
= 0,08 ( 1 0,996 )
= 0,00032
min > perlu, maka digunakan min = 0,0044
s=
Vu
57,9
0,75
= 0,096
perlu=
Tulangan Geser
Vn yang dibutuhkan
= 136,89 mm
100 mm
Maka dipakai tulangan D19-100
o
Tulangan Pembagi
Rasio tulangan ()= 20 %
Luas tulangan
(As)= .As
= 20 % . 2587,75
= 517,55 mm2
Diameter tulangan yang digunakan (d) = 10
mm
Jarak antar tulangan
(s)=
=
0,25 . 2 . b
As Perlu
0,25 x 3,14 x 102 .1250
517,55
= 189,6 m
= 150 mm
Maka dipakai tulangan 10-150
13
Pa= Ka H2
= .52.1,54.0,33
= 6,35 ton/m
= 0,75 (
x 1 ( 600+ fy ))
= 0,75 (
0,85 x 30
320
600
= 0,033
Rasio Tulangan Perlu
Mn
b d2
Rn=
Gambar 4.11 Potongan III III
Beban merata akibat tekanan tanah aktif (P 1)
dan tekanan akibat beban hidup (P 2) yang
bekerja masing masing di rubah menjadi
beban terpusat sehingga menjadi :
600
189250000
1000 x 270,52
= 2,59
perlu=
(1
2 x Rn
0,85 x fc '
)
=
MIII-III= - P1.x1 - P2.x2
= -6,35 x 1,67 1,815 x 2,5
= -10,6 - 4,54
= -15.14 ton.m ()
LIII-III = -P1.x1 - P2.(0,83 + x1)
= -P1 - P2 - P2 (0,83)
= -6,35 1,815 - (1,815 x 0,83)
= -9,67 ton ()
Mn=
=
min=
=
1,4
fy
1,4
320
2 x 2,59
0,85 x 30
0,25 . 2 . b
As Perlu
0,25 x 3,14 x 19 x 1000
2759,1
= 102,71 mm
100 mm
Maka dipakai tulangan D19-100
= 189250000 Nmm
Rasio Tulangan Minimum
Mu
151,4 x 10
0,80
(1
= 0,08 ( 1 0,872 )
= 0,0102
min > perlu > maks, maka digunakan perlu = 0,010
Luas Tulangan Perlu
As= .b.d
= 0,0102 x 1000 x 270,5
= 2759,1 mm2
Jarak Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm
s=
Perhitungan Tulangan
o Tulangan Utama
Momen Nominal
= 0,80 (karena lentur)
0,85 x 30
320
= 0,0044
Rasio Tulangan Maksimum
1 = 0,85 (karena fc = 30 Mpa)
maks= 0,75 Pb
Tulangan Pembagi
Rasio tulangan ()= 20 %
Luas tulangan
(As)= .As
= 20 % . 2759,1
= 551,82 mm2
Diameter tulangan yang digunakan (d) = 10
mm
Jarak antar tulangan
(s)=
14
0,25 . 2 . b
As Perlu
= 142,25 mm
125 mm
Maka dipakai tulangan 10-125
Tulangan Geser
Vn yang dibutuhkan
Vu
Vn=
= 128,93 kN
Kuat geser nominal
1
6
Vc=
=
1
6
fc '
30
.b.d
x1000x270,5
= 246,93 kN
Vc= .0,6.246,93
= 74,079 kN
Karena Vc = 74,079 < Vn = 128,93 <
Vc = 148,158 (Zona 2), maka hanya
diperlukan tulangan geser minimum
Luas total tulangan geser minimum
Av= 2
= .3,14.102
= 157 mm2
Jarak spasi tulangan geser
3. Av . fy
b
3 x 157 x 240
1000
4.6.3
= 6,35 x 0,875 =
= 1,815 x 0,875 =
96,7
0,75
113,04 mm
S d
270,5
135,25 mm
Maka digunakan jarak tulangan geser sebesar
S = 135, 25 mm 125 mm. (10-125)
Bagian Kisi - Kisi Dinding
Dari perhitungan tekanan tanah aktif pada
badan dinding, diketahui :
Pa akibat tekanan tanah = 6,35 ton/m
Pa akibat beban merata
= 1,815 ton/m
Masing masing gaya tersebut dijadikan
beban terpusat dan dikalikan dengan lebar kisi
kisi dinding penahan tanah sehingga menjadi
:
Mu
132,6 x 10
0,80
= 165750000 Nmm
Rasio Tulangan Minimum
min=
=
1,4
320
= 0,0044
Rasio Tulangan Maksimum
1 = 0,85 (karena fc = 30 Mpa)
maks= 0,75 Pb
= 0,75 (
x 1 ( 600+ fy ))
= 0,75 (
0,85 x 30
320
= 0,033
Rasio Tulangan Perlu
Mn
2
bd
Rn=
=
165750000
875 x 170,52
= 6,52
15
1,4
fy
600
600
perlu=
(1
2 x Rn
0,85 x fc '
)
=
0,85 x 30
320
(1
2 x 6,52
1
0,85 x 30
0,25 . 2 . b
As Perlu
s=
Vn =
=
Vu
84,7
0,75
= 112,93 kN
Kuat geser nominal
x875x170,5
30
.b.d
= 95,92 mm
100 mm
Maka dipakai tulangan 10-100
Tulangan Geser
Vn yang dibutuhkan
fc '
= 136,19 kN
Vc= .0,6.136,19
= kN
Karena Vc = 81,714 < Vn = 112,93 <
3Vc = 254,142 (Zona 3), maka diperlukan
tulangan geser
Gaya geser yang ditahan tulangan geser
Vs= Vn Vc
= 112,93 81,714
= 31,216
Luas total tulangan geser minimum
Av= 2
= .3,14.102
= 157 mm2
Jarak spasi tulangan geser
= 69,25 mm
50 mm
Maka dipakai tulangan D19 - 50
Tulangan Pembagi
Rasio tulangan ()= 20 %
Luas tulangan
(As)= .As
= 20 % . 3580,5
= 716,1 mm2
Diameter tulangan yang digunakan (d) = 10
mm
4.6.4
o
Jarak antar tulangan
2
0,25 . . b
(s)=
As Perlu
=
1
6
= 0,08 ( 1 0,7 )
= 0,024
min > perlu > maks, maka digunakan perlu = 0,024
Luas Tulangan Perlu
As= .b.d
= 0,024 x 875 x 170,5
= 3580,5 mm2
Jarak Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm
1
6
Vc=
16
Av . fy . d
Vs
157 x 240 x 170,5
31216
205,805 mm
S d
170,5
85,25 mm
Maka digunakan jarak tulangan geser sebesar
S = 205,8 mm 100 mm. (10-100)
Penulangan Tiang Bor
Tulangan Utama
Beban Ultimit
Faktor beban ultimit = 1,5
Pu = 125,62 x 1,5
= 188,43 kN
Mu = 24,9 x 1,5
= 37,35 kN.m
Luas Tampang Tiang
Ab= 1/4D2
= 1/4 x 3,14 x 0,32
= 0,07 m2
Rasio Tulangan
Untuk mendapatkan rasio tulangan pada
tiang bor, maka digunakan diagram interaksi
untuk tiang berpenampang bulat sebagai
berikut :
Pu
'
f c . Ab
188,43
30000.0,07
= 0,09
Pu
f c . Ab . D
'
37,35
30000.0,07 .0,3
Vc =
= 0,06
1
6
fc '
Pu
.b.d.( 1+ 14. Ag )
= 6 30 x1000x260,5x(
1+
Gambar 4.12 Diagram Interaksi
Dari diagram interaksi diatas digunakan =
1%
Jumlah Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm
S=
S=
700
1 /4 x 3,14 x 192
keamanan
= 82,002 mm
Maka digunakan jarak tulangan
geser sebesar S = 82,002 mm 80
mm. (10-80)
maka
dipakai
5. PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan perhitungan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tekanan tanah aktif yang berada
dibelakang dinding akibat tanah dan
beban merata adalah 29,0595 ton/m,
sedangkan tekanan tanah pasif
didepan dinding adalah 0,58 ton/m.
2. Tingkat stabilitas daya dukung aksial
= 12,562 ton/tiang > beban kerja (Q)
aksial maks = 11,131 ton/tiang
(Aman).
3. Tingkat stabilitas daya dukung lateral
(geser tiang) = 7,98 ton/tiang > beban
kerja (Q) lateral maks = 6,4117
ton/tiang (Aman).
4. Dinding penahan tanah memiliki
dimensi dan pembesian sebagai
berikut :
Mu
L
24,9
5
= 4,98 kN
Gaya geser ultimit akibat beban lateral
Vu= Hijin.1,5
= 79,8 x 1,5
= 119,7 kN
Digunakan nilai Vu terbesar yaitu = 119,7 kN
Sehingga Vn yang dibutuhkan =
119,7
0,75
Av . fy . d
Vs
= 0,75 x 159,6 x 1000
Tulangan Geser
Gaya geser ultimit akibat momen
Vu =
1
. . 2
4
= 2,47
4 buah
Karena alasan
tulangan 8D19
o
= 268285,3234 kN
Karena Vu = 159,6 kN < Vc 268285,3234 kN
maka hanya digunakan tulangan geser
minimum (Vs = Vu = 159,6 kN)
Luas total tulangan geser minimum
Av = 2
= .3,14.102
= 157 mm2
Jarak spasi tulangan geser
As
125,62 x 1000
14 x 70000 )
Vu
= 159,6 kN
17
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, Hary C. 2010. Mekanika Tanah 1.
Yogyakarta Gadjah Mada University
Press.
18