Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN PENANGANAN LONGSORAN SUNGAI AMANDIT

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN


Nama Mahasiswa
NIM
Jurusan
Pembimbing

: Bagus Haryanto
: H1A111026
: Teknik Sipil FT UNLAM
: Ir. Markawie, MT
Abstrak

Sungai Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan tepatnya di Desa Malutu, pinggiran sungai
mengalami longsor pada bronjongnya karena tidak mampu menahan luapan dan kikisan air sungai
yang deras, akan sangat berbahaya jika longsor terjadi disaat yang tidak diinginkan, tentu akan
menyebabkan kerugian baik materil maupun jiwa jika longsor terus menerus terjadi karena mengingat
dibantaran atau pinggiran Sungai Amandit banyak terdapat pemukiman warga serta jalan penghubung.
Oleh karenanya pembangunan dinding penahan tanah sangat diharapkan guna membantu
meminimalisir resiko yang terjadi.
Perencanaan ini dihitung berdasarkan gaya - gaya yang terjadi akibat adanya pembebanan
terhadap dinding penahan tanah, yang sebelumnya tanah telah terlebih dulu dianalisis dan diambil
sampelnya serta di uji dengan uji SPT. Untuk proses selanjutnya akan dihitung beban kerja yang
diberikan dan dibandingkan dengan daya dukung yang diperoleh berdasarkan penampang dan
kedalaman. Setelah semua dapat dinyatakan aman, maka dihitung penulangan berdasarkan momen
momen yang terjadi pada setiap bagian potongan dinding dan tiang.
Hasil perhitungan dan analisis diperoleh tekanan tanah aktif sebesar 29,0595 ton/m, tekanan
tanah pasif 0,58 ton/m, daya dukung aksial 12,562 ton/tiang, daya dukung lateral = 7,98 ton/tiang.
Dinding penahan tanah dengan dimensi lebar telapak 2,25 m, tebal telapak 0,5 m, lebar badan atas 0,3
m, lebar badan bawah 0,5 meter, tebal kisi kisi/sekat 0,2 m, tinggi badan 5 m, panjang dinding 60
m. Dimensi tiang bor diameter 0,3 m dan panjang 5 m. Penulangan baik dinding maupun tiang
diperoleh tulangan utama D19, tulangan pembagi 10 dan geser 10 dengan total anggaran biaya
mencapai Rp. 3.209.206.000,Kata Kunci : Dinding Penahan Tanah, Longsor, Counterfort, Bor Pile, Stabilitas Lereng
BAB I
PENDAHULUAN

Longsor atau sering disebut gerakan


tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
sering terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai tipe
dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Secara umum
kejadian longsor disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor
yang mempengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya.
material tersebut. Dalam kasus longsor
Sungai Amandit faktor pendorong
merupakan struktur tepian sungai yang
sebagian besar terdiri dari pasir dan
batuan, sedangkan faktor pemicu adalah
aliran air permukaan atau sungai yang
mengalir mengerosi tepian sungai. Dalam
penanganannya, tepian sungai yang
longsor harus diberi proteksi dari gerusan
air sungai berupa dinding penahan tanah.

1.1 Latar Belakang


Hujan deras di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan mengakibatkan meluapnya
debit air yang diatas normal dari biasanya.
Akibatnya dinding dinding sungai yang
memiliki struktur tanah yang tidak stabil
akan mengalami longsor.
Seperti halnya pada Sungai Amandit
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
tepatnya di Desa Malutu, pinggiran sungai
mengalami longsor pada bronjongnya
karena tidak mampu menahan luapan dan
kikisan air sungai yang deras, memang
bukan sesuatu yang asing terjadinya
longsor mengingat Sungai Amandit adalah
sungai yang bermuara di Sungai Nagara
( anak Sungai Barito ) dan tergolong
sungai besar yang memiliki debit aliran
yang besar pula.
1

Permukaan diatas dimana dasar bore pile


didirikan dapat diperiksa secara langsung.
9 Pondasi bored pile mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap beban lateral.
Ada beberapa kelemahan dari pondasi
bored pile :
1 Keadaan cuaca yang buruk dapat
mempersulit pengeboran dan pengecoran,
dapat diatasi dengan cara menunda
pengeboran dan pengecoran sampai
keadaan cuaca memungkinkan atau
memasang tenda sebagai penutup.
2 Pengeboran
dapat
mengakibatkan
gangguan kepadatan, bila tanah berupa
pasir atau tanah berkerikil maka
menggunakan bentonite sebagai penahan
longsor.
3 Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi
air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik maka diatasi
dengan cara ujung pipa tremie berjarak
25-50 cm dari dasar lubang pondasi.
4 Air yang mengalir kedalam lubang bor
dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung
tanah terhadap tiang, maka air yang
mengalir langsung dihisap dan dibuang
kembali kedalam kolam air.
5 Akan terjadi tanah runtuh (ground loss)
jika tindakan pencegahan tidak dilakukan,
maka di pasang casing untuk mencegah
kelongsoran
6 Karena diameter tidak cukup besar dan
memerlukan banyak beton dan material,
untuk pekerjaan kecil mengakibatkan
biayanya sangat melonjak maka ukuran
tiang bored pile disesuaikan dengan
beban yang dibutuhkan.
7 Walau
penetrasi
sampai
ketanah
pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa
tiang pendukung kurang sempurna karena
adanya lumpur yang tertimbun didasar,
maka dipasang pipa paralon pada
tulangan bored pile untuk pekerjaan base
grouting.
3 Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga)
macam, yaitu:
1 Tekanan tanah dalam keadaan diam.
Tekanan tanah yang terjadi akibat
massa tanah pada dinding penahan
tanah dalam keadaan seimbang.
2 Tekanan tanah aktif.

2. LANDASAN TEORI
1 Longsor
2.1.1 Definisi Longsor
Tanah
longsor
ditandai
dengan
bergeraknya sejumlah massa tanah secara
bersama sama dan terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu
lapisan agak kedap air yang jenuh air.
Longsoran akan terjadi jika terpenuhi tiga
keadaan sebagai berikut :
a Adanya lereng yang cukup curam
sehingga massa tanah dapat bergerak atau
meluncur kebawah.
b Adanya lapisan dibawah permukaan massa
tanah yang agak kedap air dan lunak, yang
akan menjadi bidang luncur, dan
c Adanya cukup air dalam tanah sehingga
lapisan massa tanah yang tepat diatas
lapisan kedap air tersebut menjadi loemah.
2 Pondasi Tiang Bor (Bored Pile)
Ada beberapa jenis pondasi bored pile
yaitu :
1 Bore pile lurus untuk tanah keras;
2 Bored pile yang ujungnya diperbesar
berbentuk bel;
3 Bored pile yang ujungnya diperbesar
berbentuk trapesium;
4 Bored pile lurus untuk tanah bebatubatuan.
Ada beberapa alasan digunakannya
pondasi bored pile dalam konstruksi :
1 Bored pile tunggal dapat digunakan pada
tiang kelompok atau pile cap.
2 Kedalaman tiang dapat divariasikan.
3 Bored pile dapat didirikan sebelum
penyelesaian tahapan selanjutnya.
4 Ketika proses pemancangan dilakukan,
getaran tanah akan mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada
didekatnya, tetapi dengan penggunaan
pondasi bored pile hal ini dapat di cegah.
5 Pada pondasi tiang pancang, proses
pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan
menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi
pada konstruksi bored pile.
6 Selama pelaksanaan pondasi bored pile
tidak ada suara yang ditimbulkan oleh
alat pancang seperti yang terjadi pada
pelaksaan pondasi tiang pancang.
7 Karena dasar dari pondasi bored pile
dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya keatas.
2

Tekanan yang berusaha untuk


mendorong dinding penahan tersebut
untuk bergerak ke depan.
Tekanan pasif.
Tekanan yang berusaha
mengimbangi/menahan tekanan tanah
aktif.

Faktor keamanan terhadap guling


didefinisikan sebagai

FSguling =

MR
Mo

Dimana:
MO = jumlah momen dari gaya-gaya
yang menyebabkan momen pada titik O
MR = jumlah momen yang menahan
guling terhadap titik O
Momen yang menghasilkan guling:

2.4 Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah adalah suatu
bangunan
yang
berfungsi
untuk
menstabilkan kondisi tanah tertentu yang
pada umumnya dipasang pada daerah
tebing yang labil. Fungsi utama dari
konstruksi penahan
tanah
adalah
menahan
tanah
yang
berada
dibelakangnya dari bahaya longsor
akibat
1 Benda-benda yang ada atas
tanah
(perkerasan
&
konstruksi jalan, jembatan,
kendaraan, dll),
2 Berat tanah,
3 Berat air (tanah).
Dinding penahan tanah merupakan
komponen struktur bangunan penting
utama untuk jalan raya dan bangunan
lingkungan lainnya yang berhubungan
tanah berkontur atau tanah yang memiliki
elevasi berbeda. Secara singkat dinding
penahan merupakan dinding yang
dibangun untuk menahan massa tanah
di atas struktur atau bangunan yang
dibuat.
Jenis
konstruksi
dapat
dikonstribusikan jenis klasik yang
merupakan
konstruksi
dengan
mengandalkan berat konstruksi untuk
melawan gaya-gaya yang bekerja.
4
Stabilitas Dinding Penahan Tanah

Mo=Ph

[ ]
H
3

Dimana tekanan tanah horisontal, Ph = Pa,


tekanan tanah aktif (apabila permukaan
tanah datar)
Momen yang Menahan Guling
Catatan:
a = berat vol. Tanah
b = berat vol. Beton
Jadi, faktor keamanannya adalah:

FSguling =

M 1+ M 2+ M 3+ M 4
H
Pa
3

[ ]

Faktor aman terhadap guling,


bergantung pada jenis tanah, yaitu:
a 1,5 untuk tanah dasar
berbutir,
b 2 untuk tanah dasar
kohesif.
2 Stabilitas Terhadap Penggeseran
Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan
tanah akan ditahan oleh:
a Gesekan antara tanah
dan dasar pondasi,
b Tekanan tanah pasif
didepan dinding
penahan.
Faktor keamanan terhadap stabilitas geser
dapat dinyatakan dengan rumus:

FSgeser =
Gambar 2.19 Jenis-jenis keruntuhan
dinding penahan tanah
Seperti yang terlihat pada gambar
2.19 diatas, ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keruntuhan pada dinding
penahan tanah, antara lain oleh:
a Penggulingan
b Penggeseran
c keruntuhan daya dukung
1
Stabilitas Terhadap
Penggulingan

FR
Fd

Dimana:
FR = jumlah gaya-gaya yang menahan gayagaya horisontal
Fd = jumlah gaya-gaya yang mendorong
Dari gambar 2.21 diatas, kekuatan geser
tanah pada bagian dasar dinding:

s= tan + c a

Dimana:

3
I = (1/12)(1)(B )
Untuk nilai maksimum dan minimum, y
= B/2

= sudut geser antara tanah dengan dasar


dinding
ca = adhesi antara tanah dengan dasar dinding
gaya yang menahan pada bagian dasar
dinding:

[
[

V
6e
q max=
1+
B
B
R=s ( luas penampang alas )=s ( B 1 )=B tan +B ca

B = jumlah gayagaya vertikal=V

q min=

(tabel 2.7)
Jadi, R = (V) tan + Bca
FR = (V) tan + Bca + Pp

V
6e
1
B
B

]
]

Kapasitas dukung tanah duhitung


dengan menggunakan persamaan hansen :
'

qu =c N c F cd F ci+ q N q Fqd F qi + 0,5 B N F d F i

Dan
Fd = Ph

FSgeser =

dimana: q = *D
B = B 2e

( V ) tan +B c a + P p
Ph

Fcd =1+ 0,4

Batas minimum yang diizinkan untuk


faktor keamanan geser adalah 1,5. Pada
banyak kasus, Pp digunakan untuk menghitung
faktor keamanan terhadap geser, dimana sudut
geser dan kohesi c juga direduksi k1=
dank2= 1/2c 2/3c
k1& ca = k2c

FSgeser =
2.5.3

Fd = 1
o2
Fci = Fqi = (1- /90 )
o o 2
Fi = (1 / )
V

-1
tan (Ph/
)
Catatan: Nc, Nq, N = faktor kapasitas dukung
Terzaghi
Faktor keamanan terhadap keruntuhan
kapasitas dukung didefinisikan sebagai:

( V ) tan k 1 f + B k 2c + P p
Ph

F=

Stabilitas Terhadap Keruntuhan Daya


Dukung
Momen pada titik C
Mnet = MR - Mo (MR dan Mo
diperoleh dari stabilitas penggulingan)
Jika resultan pada dasar dinding berada
pada titik E

CE=X =

Mnet
V

B
e= CE
2

Atau

B MRMo
e= =
2
V

Distribusi tekanan pada dasar dinding


penahan dapat dihitung sebagai berikut:

V Mnet y

A
I

dimana: Mnet = (V )

qu
3
q

5
Perancangan Struktural
Pada umumnya dimensi dinding penahan
ditentukan dengan cara coba coba. Beberapa
percobaan
hitungan
tersebut
akan
menghasilkan bentuk yang dianggap paling
cocok dan memenuhi syarat kestabilannya.
1
Bentuk dinding penahan
Estimasi dinding gravitasi, dinding cantilever
dan
dinding
counterfourt
berdasarkan
pengalaman diperlihatkan pada gambar 2.23.
Dimensi dimensi yang tercantum dalam
gambar tersebut hanya sebagau petunjuk awal
untuk langkah perancangan.
Dinding gravitasi Gambar 2.23a. Bentuk
dinding penahan harus sedemikian hingga
resultan gaya gaya terletak ada bagian
tengah sejarak sepertiga lebar atau e < B/6 ( e
= eksentrisitas dihitung dari pusat pondasi ).
Tebal puncak dinding penahan dibuat antara
0,3 (H/12) meter.

Eksentrisitas dapat diperoleh dari e

q=

B
B'

Secara umum :

Pi
Pv
Gambar 2.23 Estimasi awal dimensi dinding
penahan
Dinding cantilever gambar 2.23b dimensi plat
dasar dinding cantilever dibuat sedemian
hingga eksentrisitas resultan beban terletak
pada e < (B/6). Jika resultan beban jatuh diluar
daerah tersebut, tekanan pondasi menjadi
terlalu besar dan hanya sebagian luasan
pondasi yang mendukung beban.
Tebal puncak dinding minimum kira kira
0,20 m. Hal ini, kecuali untuk memudahkan
pengecoran beton, juga untuk keperluan
keindahan.
Dinding counterfort gambar 2.23c dinding
counterfort umumnya digunakan jika tinggi
dinding penahan (H) lebih besar dari 6 m.
Jarak counterfourt ditentukan dengan cara
coba coba dan yang paling ekonomis
berkisar di antara 0,4 0,7H. Tebal puncak
dinding dapat dibuat sekitar 0,20 0,30 m.
2.7 Penyebaran Gaya (Distribusi Beban)
Ke Tiang
Berikut adalah rumus distribusi
gaya-gaya luar melalui tiang.
Anggapan :
1. Poer kaku sempurna, sehingga
momen pada poer dapat miring tetapi
tetap datar.
2. Gaya pada tiang berbanding
lurus dengan penurunan
yang terjadi pada masing-masing
tiang.

My xi
x i

V My x i Mx y i

2
n x i 2
y i

Jika tiang dipasang miring, maka

(1+m 2)

Pn=P v

Gaya aksial yang diterima tiang,

P h=

Pn

1+ m2

Dimana:

Pv = Gaya reaksi atau beban aksial


Pn = gaya aksial pada tiang miring
V = Jumlah gaya vertikal
n
= Jumlah tiang pancang
Xi
= Jarak tiang ke titik berat

xi

y i

My
Mx

M aksi M reaksi
2

P1

My x1
xi

y1 y 2 y 3 ........ y n
= Momen yang bekerja pada
sumbu y-y
= Momen yang bekerja pada
sumbu x-x

2.8 Tiang Menerima Beban Lateral


2.8.1 Tiang Dalam Tannah Kohesif
a. Tiang Ujung Bebas
Mekanisme keruntuhan tiang ujung
bebas untuk tiang diperlihatkan dalam
gambar 2.29.
Dari keseimbangan gaya horizontal
dapat diperoleh :

Gambar 2.28 Distribusi gaya ke


pile-cap

xi
x1

x1 x2 x3 ........ x n

f = Hu /(9 cu d)

My P1 .

m = kemiringan V:1 atau ctg

Gambar 2.29 Mekanisme keruntuhan


tiang pendek dan tiang panjang pada tiang
ujung bebas dalam tanah kohesif (Broms,
1964)
Momen
maksimum
dinyatakan oleh persamaan

pula -

= (9/4) dg2 cu

Mmaks
a

dapat

Tiang Ujung Jepit


Untuk tiang pendek, dapat dihitung
tahanan tiang ultimit terhadap beban
lateral:
Hu = 9cud (L 3d/2)
Mmaks = Hu(L/2 + 3d/4)

Untuk tiang dengan panjang sedang


dimana tiang akan mengalami keluluhan
ujung atas yang terjepit dapat digunakan
untuk menghitung My, yaitu dengan
mengambil momen terhadap permukaan
tanah.
My = (9/4) cu d g2 9 cu d f (3d/2 + f/2)
Dari persamaan 2.92 Hu dapat dihitung,
yaitu dengan mengambil L = 3d/2 + f + g.
Setelah itu perlu dicek apakah momen
(positif) maksimum yang terjadi pada
kedalaman (f + 3d/2) lebih kecil dari
tahanan tiang terhadap momen (My) maka
tiang termasuk tiang panjang dan
mekanisme keruntuhan tiang akan seperti
dalam gambar 2.30c. Untuk tiang panjang
ini berlaku persamaan :

Hu =

4.HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Preliminary Design
4.1.1 Penentuan Dinding Penahan Tanah
Pada preliminary design ini ditentukan dinding
penahan tanah tipe counterfort dengan
pertimbangan sebagai berikut :
Dinding Gravitasi, tidak dapat digunakan
karena material dilapangan berupa tanah
granular dan didominasi oleh kerikil dan
batuan, sehingga ditakutkan air akan mudah
rembes dan memungkinkan dinding penahan
tanah mudah terguling.
Dinding Cantilever, tidak dapat digunakan
mengingat tingginya area longsor yang
ditopang, sehingga ditakutkan dinding
cantilever tidak mampu menahan tekanan
tanah lateral di balik dinding penahan tanah.
Dinding Buttres, tidak dapat digunakan karena
bagian counterfort dinding memikul tegangan
tekan tanah di bagian yang bersinggungan
dengan sungai, hal ini tentu sangat merugikan
karena arus sungai akan mempengaruhi
kekuatan dari dinding penahan tersebut.
Oleh karenanya dalam kasus ini digunakan
dinding
penahan
counterfort
dimana
counterfor nya berfungsi untuk memikul
tegangan tarik yang disebabkan oleh tekanan
tanah lateral, dan diharapkan dengan adanya
counterfort tersebut, dinding penahan tanah
akan menjadi satu kesatuan yang mengikat
dengan tanah yang ditopangnya.

4.1.2
Penentuan Dimensi Dinding
Penahan Tanah
Dari data geometrik longsor, diketahui
tinggi longsor (H) = 5,5 m, dan panjang
(L) = 60 m. Maka penentuan dimensi
dinding penahan tanah dapat dilihat
berdasarkan teori berikut :

2 My
3d
+ f /2
2

3 METODOLOGI PERENCANAAN

= .5,52.1,54.0,33
= 7,69 ton/m
Tekanan tanah aktif total ( tinjau
per 3 meter )
Pa = (1,9965 ton/m + 7,69
ton/m) x 3 = 29,0595 ton/m

Gambar 4.1 Menentukan dimensi


dinding penahan tanah
4.1.3
Penentuan Dimensi Dan
Formasi Tiang Bor
Pemasangan tiang bor dicoba dengan
tiang berdiameter (D) = 300 mm dengan
kedalaman berdasarkan End Bearing (H)
= 4,5 m dengan formasi tiang pada
dinding penahan tanah sebagai berikut :

4.2.2 Perhitungan Tekanan Tanah


Pasif
Perhitungan tekanan tanah
didepan
dinding
dihitung
berdasarkan metode Rankine, yaitu
sebagai berikut :
Kp = tan2 (45 + /2)
= tan2 (45 + 30/2)
=3
Tekanan tanah pasif di depan
dinding
Pp = Kp H
= 0,5.1,54.3
= 2,31 ton/m2
Pp = Kp H2
= .0,52.1,54.3
= 0,58 ton/m

Gambar 4.3 Formasi Tiang Bor


4.2 Analisa Tekanan Tanah Lateral
Dari hasil laboratorium mekanika
tanah Universitas Lambung Mangkurat,
diperoleh data sebagai berikut :
= 1,54 gr/cm3 = 1,54 ton/m3
c = 0 (tanah granular)
= 30o (Asumsi, material berupa
pasir lepas)
4.2.1 Perhitungan Tekanan Tanah
Aktif
Perhitungan tekanan tanah
dibelakang dinding dipengaruhi
oleh beban merata yang disebabkan
oleh beban jalan sebesar q = 1,10
ton/m2.Perhitungan tekanan tanah
ini dihitung berdasarkan metode
Rankine, yaitu sebagai berikut :
Ka = tan2 (45 /2)
= tan2 (45 30/2)
= 0,33
Tekanan tanah aktif pada
dinding akibat beban terbagi rata q
:
Pa = q Ka
= 1,10 x 0,33
= 0,363 ton/m2
Pa = q Ka H
= 0,363 x 5,5
= 1,9965 ton/m
Tekanan tanah aktif akibat tanah
dibelakang dinding :
Pa = H Ka
= 5,5 x 1,54 x 0,33
= 2,8 ton/m2
Pa = Ka H2

4.3 Menghitung Gaya Vertikal Dan Gaya


Momen Terhadap Titik Berat Dinding
Perhitungan gaya vertikal dan gaya
momen dapat dilihat dalam tabel berikut :
Perhitungan gaya vertikal dan gaya
momen ditinjau per 3 meter.
No
Berat
L
M
(ton)
e
o
n
m
g
e
a
n
n
(
(
t
m
o
)
n
.
m
)
1
2
3
4
=
3
*
2
W

Tanah
20.317
5

0
.

8
.

W
W
W
W
W

Dindin
g
Penah
an
8.1
10.8
1.8
1.8
Count
erfort
1.05

4
1
3
8

4
0
7
4

0
0
0
.
1
8
3
3
0
.
1
8
3
3

0
0
0
.
3
2
9
9
-

H1,25m

Baris 1
Q1(v) =

43,8675
3

M
3

x 1,25

v
n

Myx
x
18,2781
2

2,49 (0,625)
0,781
= 7,147 ton/tiang
2

x 1,25

Q1 aksial

= Q1(v) x

(1+ m )
m
2

x 1,25

= 7,147 x

= 18,2781 ton
M1,25m

29,0595
3

Karena spasi tiang bor per 1,25


meter, maka gaya gaya total diatas
diubah menjadi per satuan 1,25 meter,
yaitu :
=

x 1,25

Absis tiang : baris 1: x = - 0,625 m


baris 2: x = 0,625 m
x2 = (-0,625)2 + (0,625)2 = 0,781 m2

5
.
9
7
6
2

V1,25m

Pa
3

4.4 Distribusi Gaya Gaya Terhadap Tiang


Dengan memperhatikan kedudukan
tiang tiang dalam Gambar 4.5, luasan
dinding penahan yang diperhitungkan
adalah 1,25 m x 2,25 m, yang didukung
oleh 2 tiang ( 1 tiang miring dan 1 tiang
vertikal ) dan kemiringan tiang miring
10V : 1H. Dengan melihat jarak/letaknya,
titik berat tiang tiang (titik O) terletak
pada tengah bagian dinding penahan
tanah.

V
3

= 12,1081 ton

0
.
5
6
8
8

V =
43.867
5

x 1,25

= 2,49 ton.m

0
.
3
2
9
9

0
.
5
4
1
7

5,9762
3

(1+10 )
10

= 7,183 ton/tiang

x 1,25
8

Q1(h) =

Q 1(v)
m
=

N60 =

Untuk tiang tiang pada baris 2,


karena tiang tegak, maka gaya aksial =
gaya vertikal
Baris 2

v
n
=

4.5.1 Tiang Menerima Gaya Aksial / Vertikal


Tahanan Ujung Ultimit
o Koreksi nilai NSPT lapangan

Myx
x

18,2781
2

2,49 (0,625)
0,781

1
0,6

EfCbCsCrN

N60 =

1
0,6

x 0,6 x 1,15 x 1,00 x 0,85 x

= 58,65
Tahanan ujung netto per satuan luas
fb = 0,60r N60 4500 Kpa
= 0,60 x 100 x 58,56
= 3519 4500 Kpa
o Luas Penampang Tiang bor

Gaya transversal yang masih harus


didukung oleh setiap tiang

12,10810,7147
2

N60 =

60

= 11,131 ton/tiang

EfCbCsCrN

dengan,
N60 = N-SPT telah dikoreksi
Ef = efisiensi pemukul
Cb = koreksi diameter lubang bor
Cs = koleksi oleh tipe tabung sampel
Cr = koreksi untuk panjang batang bor
N = Nilai N-SPT hasil uji dilapangan

7,147
10

= 0,7147 ton/tiang

Q2(v) =

1
0,6

= 5,697 ton

Maka gaya transversal yang diterima


oleh tiang 1 adalah 5,697 ton, sedangkan
gaya transversal yang diterima oleh tiang
2 adalah 0,7147 + 5,697 = 6,4117 ton.
4.5Perhitungan Daya Dukung Tiang Bor
Dari hasil laboratorium mekanika
tanah Universitas Lambung Mangkurat,
diperoleh data sebagai berikut :
Uji Laboratorium
= 1,54 gr/cm3 = 1,54 ton/m3
c = 0 (tanah granular)
= 30o (Asumsi, material
berupa pasir lepas)
Uji lapangan (NSPT)
Nspt
= >60
SF
=3
D
= 20 cm
beton
= 2,4 ton/m3
Untuk perhitungan daya dukug pada
tiang bor digunakan data uji NSPT
lapangan yang harus dikoreksi terlebih
dahulu. Skempton (1986) menyarankan
persamaan untuk mengkoreksi N dari
lapangan
dengan
memperhatikan
pengaruh prosedur pengujian, diameter
lubang bor dan panjang batang bor.

Ab =

1
4

d2

1
4

x 3,14 x 0,32

= 0,07 m2
Tahanan Ujung Ultimit
Qb = Ab. fb
= 0,07 x 3519
= 246,33 kN
= 24,633 ton
Tahanan Gesek Ultimit
o Keliling tiang
K = d
= 3,14 x 0,3 = 0,942 m
o Luas Selimut Tiang
As = K x H
= 0,942 x 4,5
= 4,239 m2
o Tekanan Overburden Efektif
Po = H
= 5,4 x 1,54
= 6,93 ton/m2
o

o
9

Tekanan Overburden Efektif Rata Rata


Po = (Poo + Pon)

= (0 + 6,93)
= 3,465 ton/m2
Kedalaman di tengah tengah lapisan tanah
Z = H/2
= 4,5/2
= 2,25 m

Eg= 1 -

, dengan 0,25

1,2
= 1,5 0,245
o

4,5

= 1,133
Tahanan Gesek Ultimit
Qs = As Po
= 4,239 x 1,133 x 3,465
= 16,64 ton

x 3,14 x 0,32 x (4,5 1,2)) x

= 0,23 ton
Berat tiang bor

(arc

tg

0,3
1,25 )

Kontrol Tegangan Geser Pile Cap


Diketahui data data untuk pile cap adalah
sebagai berikut :
Tinggi pile cap (h): 500 mm
Beban kerja aksial: 11,131 ton
Selimut beton (hb): 20 mm
Diameter bor (d): 300 mm
Mutu beton: 30 Mpa
Mutu Baja: 320 Mpa

Wp = ( 4 d2H) beton

= 0,925
Maka daya dukung izin yang diperoleh
adalah :
Qizin = 13,581 x efisiensi
= 13,581 x 0,925
= 12,562 ton > beban kerja (Q) aksial / vertikal
maks
= 12,562 ton > 11,131 ton (Aman)

0,981

=( 4

90 mn'

( 11 ) 2+ ( 21 ) 1
90.2 .1

U = ( 4 d2 x (H 1,2))w

( n' 1 ) m+ ( m1 ) n'

Eg= 1 -

Kapasitas Dukung Ultimit Netto


Akibat adanya air tanah, tiang akan
mengalami gaya angkat keatas sebesar :

=( 4

90 mn'

dengan,
Eg= efisiensi kelompok tiang
m= jumlah baris tiang
n= jumlah tiang dalam satu baris
= arc tg d/s, dalam derajat
s= jarak pusat ke pusat tiang (m)
d= diameter tiang (m)
Diketahui jarak dari pusat ke pusat
tiang 1,25 m dan diameter tiang 0,3 m.
Sehingga diperoleh efisiensi (Eg):

Faktor koreksi untuk Tiang Bor


= 1,5 0,245

( n' 1 ) m+ ( m1 ) n'

x 3,14 x 0,32 x 4,5 ) x 2,4

= 0,76 ton
Wp = Wp U
= 0,76 0,23
= 0,53 ton
Sehingga kapasitas dukung ultimit
untuk tiang bor diatas adalah
Qu = Qb + Qs Wp
= 24,633 + 16,64 0,53
= 40,743 ton
Qizin = Qu/SF
= 40,743/3
= 13,581 ton
Karena
tiang
diaplikasikan
menggunakan metode bor, maka daya
dukung izin dari tiang harus dikalikan
dengan faktor efisiensi terhadap jarak D
dengan persamaan berikut :

izin

f ' c
6

= 0,75

30
6

= 0,685 Mpa
o

10

Punching Shear Pile Cap dan Bored Pile


Pmax
= 12,562 ton = 115620
N
Sv
= d + (h hb)
= 300 + ( 500 20 )
= 780 mm
Av
= 4 Sv (h hb)

= 4 x 780 x ( 500 20 )
= 1497600 mm2
Maka,
bpu

Pmax
Av

125620 N
1497600 mm2

= 0,084 Mpa < 0,685 Mpa ....(Aman)


4.5.2

Karena tiang diaplikasikan dengan bor,


maka Hu izin dikalikan dengan faktor efisiensi :
Hu izin = Hu izin x efisiensi
= 9,9792 x 0,8
= 7,98 ton > beban kerja (Q) lateral /
horizontal maks
= 7,98 ton > 6,4117 ton(Aman)

Tiang Menerima Gaya Horizontal /


Lateral
Untuk kemampuan tiang dalam
menahan gaya lateral dihitung dengan
menggunakan rumus :
Hu= KpD3n

Tegangan Geser Lentur


Pmax = 7,98 ton = 79800 N
B
= 2,25 m = 2250 mm
H
= 0,5 m = 500 mm
izin =

f ' c
6

= 0,75

Dengan,
Hu= Daya dukung horizontal / lateral
Kp= Koefisien tekanan tanah pasif
= Berat volume tanah (ton/m3)
D = Diameter tiang bor
= Hu/KpD3 / tahanan lateral ultimit
(Diperoleh dari grafik pada gambar 4.1)

30
6

= 0,685 Mpa
Maka,
bpu =

Pmax
bz

79800
2250 x 437,5

z = 7/8 h
= 0,081 Mpa < 0,685 Mpa ....(Aman)
4.6Penulangan Dinding Penahan Tanah
4.6.1 Bagian Kaki Dinding
Perhitungan Momen

Gambar 4.6 Tahanan lateral ultimit tiang


pendek dalam tanah granular
Diketahui L = 4,5 m dan d = 0,3 m,
sehingga L/d diperoleh 15. Dari grafik tahanan
lateral ultimit menunjukkan maksimum angka
200, sehingga n diambil 200.
Hu= KpD3n
= 3 x 1,54 x 0,33 x 200
= 24,948 ton
Hu izin = Hu / SF
lateral diambil 2,5

*SF

untuk

gaya

Gambar 4.7 Potongan pada kaki


dinding
Potongan I I ( tiap 1,25 meter )

Gambar 4.8 Potongan I I

= 24,948/2,5
= 9,9792 ton

Beban merata akibat berat beton di rubah


menjadi beban terpusat (P2)
11

P2

= p x l x t x b
= 0,875 x 1,25 x 0,5 x 2,4
= 1,3125 ton

Sehingga menjadi :
o
MI-I

= P1.x1 P2.x2
= 7,183 x 0,375 1,3125

x 0,4375
= 2,69 0,57
= 2,12 ton.m ()
LI-I

= P1.x1 P2.(0,0625 + x1)


= P1 - P2 - P2 (0,0625)
= 7,183 1,3125

(1,3125 x 0,0625)
= 5,79 ton ()
o

Potongan II II ( tiap 1,25 meter )

= 0,64 ton.m ()
LII-II = -P1.x1 + P2.(0,0625 + x1)
= -P1 + P2 + P2 (0,0625)
= -11,131 + 10,9825 + (10,9825 x 0,0625)
= 0,54 ton ()
Perhitungan Tulangan
Diketahui data data sebagai berikut :
- Mx= 2,12 ton.m = 21,2 kN.m
- Lx= 5,79 ton.m = 57,9 kN.m
- Selimut beton= 20 mm
- Tulangan= 19 mm (ulir)
- Sengkang= 10 mm
- d= 500 20 19 = 470,5 mm
- Mutu Beton= 30 Mpa
- Mutu Baja= Tulangan Utama= 320 Mpa
Tulangan Sengkang= 240 Mpa
o

Tulangan Utama
Momen Nominal
= 0,80 (karena lentur)

Mu

Mn =
=
Gambar 4.9 Potongan II II
Beban merata akibat berat beton, tanah dan
beban hidup yang bekerja di rubah menjadi
beban terpusat (P2)
Berat beton W1
= p x l x t x b
= 0,875 x 1,25 x 0,5 x 2,4
= 1,3125 ton
Berat tanahW2
= p x l x t x t
= 0,875 x 1,25 x 5 x 1,54
= 8,42 ton
Beban hidupW3 = Qhidup x l
= 1 x 1,25
= 1,25 ton
W total
= W1 + W2 + W3
= 1,3125 + 8,42 + 1,25
= 10,9825 ton (P2)
Sehingga menjadi :

21,2 x 10
0,80

= 26500000 Nmm
Rasio Tulangan Minimum
min =
=

1,4
fy
1,4
320

= 0,0044

Rasio Tulangan Maksimum


1 = 0,85 (karena fc = 30 Mpa)
maks = 0,75 Pb
= 0,75 (

0,85 xfc '


fy

))
= 0,75 (

600
600+ 320 ))
= 0,033
MII-II= - P1.x1 + P2.x2
= -11,131 x 0,375 + 10,9825 x 0,4375
= -4,17 + 4,8

Rasio Tulangan Perlu

12

600

x 1 ( 600+ fy

0,85 x 30
320

x 0,85 (

Mn
2
bd

Rn=
=

26500000
1250 x 470,52

Vn=

0,85 xfc '


fy

(1

2 x Rn
0,85 x fc '

= 77,2 kN
Kuat geser nominal

)
=

0,85 x 30
320

(1

2 x 0,096
1
0,85 x 30

0,25 . 2 . b
As Perlu

1
6

fc '
30

.b.d

x1250x470,5

= 536,88 kN
Vc= .0,6.536,88
= 268,44 kN
Karena Vn = 77,2 kN < Vc = 80,532, maka
tidak diperlukan tulangan geser, hanya
digunakan tulangan 10-150

Luas Tulangan Perlu


As= .b.d
= 0,0044 x 1250 x 470,5
= 2587,75 mm2
Jarak Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm

1
6

Vc=

= 0,08 ( 1 0,996 )
= 0,00032
min > perlu, maka digunakan min = 0,0044

s=

Vu

57,9
0,75

= 0,096
perlu=

Tulangan Geser
Vn yang dibutuhkan

4.6.2 Bagian Badan Dinding


Perhitungan Momen

0,25 x 3,14 x 19 x 1250


2587,75

= 136,89 mm
100 mm
Maka dipakai tulangan D19-100
o

Gambar 4.10 Potongan pada badan dinding

Tulangan Pembagi
Rasio tulangan ()= 20 %
Luas tulangan
(As)= .As
= 20 % . 2587,75
= 517,55 mm2
Diameter tulangan yang digunakan (d) = 10
mm
Jarak antar tulangan
(s)=
=

Potongan III III ( tiap 1 meter )


Ka= tan2 (45 /2)
= tan2 (45 30/2)
= 0,33
Tekanan tanah aktif pada dinding akibat beban
terbagi rata q :
Pa= q Ka
= 1,10 x 0,33
= 0,363 ton/m2
Pa= q Ka H
= 0,363 x 5
= 1,815 ton/m
Tekanan tanah aktif akibat tanah dibelakang
dinding :
Pa= H Ka
= 5 x 1,54 x 0,33
= 2,541 ton/m2

0,25 . 2 . b
As Perlu
0,25 x 3,14 x 102 .1250
517,55

= 189,6 m
= 150 mm
Maka dipakai tulangan 10-150

13

Pa= Ka H2
= .52.1,54.0,33
= 6,35 ton/m

= 0,75 (

0,85 xfc '


fy

x 1 ( 600+ fy ))

= 0,75 (

0,85 x 30
320

x 0,85 ( 600+ 320 ))

600

= 0,033
Rasio Tulangan Perlu

Mn
b d2

Rn=
Gambar 4.11 Potongan III III
Beban merata akibat tekanan tanah aktif (P 1)
dan tekanan akibat beban hidup (P 2) yang
bekerja masing masing di rubah menjadi
beban terpusat sehingga menjadi :

600

189250000
1000 x 270,52

= 2,59
perlu=

0,85 xfc '


fy

(1

2 x Rn
0,85 x fc '

)
=
MIII-III= - P1.x1 - P2.x2
= -6,35 x 1,67 1,815 x 2,5
= -10,6 - 4,54
= -15.14 ton.m ()
LIII-III = -P1.x1 - P2.(0,83 + x1)
= -P1 - P2 - P2 (0,83)
= -6,35 1,815 - (1,815 x 0,83)
= -9,67 ton ()

Mn=
=

min=
=

1,4
fy

1,4
320

2 x 2,59
0,85 x 30

0,25 . 2 . b
As Perlu
0,25 x 3,14 x 19 x 1000
2759,1

= 102,71 mm
100 mm
Maka dipakai tulangan D19-100

= 189250000 Nmm
Rasio Tulangan Minimum

Mu

151,4 x 10
0,80

(1

= 0,08 ( 1 0,872 )
= 0,0102
min > perlu > maks, maka digunakan perlu = 0,010
Luas Tulangan Perlu
As= .b.d
= 0,0102 x 1000 x 270,5
= 2759,1 mm2
Jarak Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm
s=

Perhitungan Tulangan
o Tulangan Utama
Momen Nominal
= 0,80 (karena lentur)

0,85 x 30
320

= 0,0044
Rasio Tulangan Maksimum
1 = 0,85 (karena fc = 30 Mpa)
maks= 0,75 Pb

Tulangan Pembagi
Rasio tulangan ()= 20 %
Luas tulangan
(As)= .As
= 20 % . 2759,1
= 551,82 mm2
Diameter tulangan yang digunakan (d) = 10
mm
Jarak antar tulangan
(s)=

14

0,25 . 2 . b
As Perlu

= 142,25 mm
125 mm
Maka dipakai tulangan 10-125
Tulangan Geser
Vn yang dibutuhkan

Vu

Vn=

= 128,93 kN
Kuat geser nominal

1
6

Vc=
=

1
6

fc '
30

.b.d

x1000x270,5

= 246,93 kN
Vc= .0,6.246,93
= 74,079 kN
Karena Vc = 74,079 < Vn = 128,93 <
Vc = 148,158 (Zona 2), maka hanya
diperlukan tulangan geser minimum
Luas total tulangan geser minimum
Av= 2
= .3,14.102
= 157 mm2
Jarak spasi tulangan geser

3. Av . fy
b

3 x 157 x 240
1000

4.6.3

= 6,35 x 0,875 =
= 1,815 x 0,875 =

MIII-III= - P1.x1 - P2.x2


= -5,56 x 1,67 1,59 x 2,5
= -9,28 3,98
= -13,26 ton.m ()

96,7
0,75

Pa akibat tekanan tanah


5,56 ton
Pa akibat beban merata
1,59 ton

0,25 x 3,14 x 10 .1000


551,82

113,04 mm
S d
270,5
135,25 mm
Maka digunakan jarak tulangan geser sebesar
S = 135, 25 mm 125 mm. (10-125)
Bagian Kisi - Kisi Dinding
Dari perhitungan tekanan tanah aktif pada
badan dinding, diketahui :
Pa akibat tekanan tanah = 6,35 ton/m
Pa akibat beban merata
= 1,815 ton/m
Masing masing gaya tersebut dijadikan
beban terpusat dan dikalikan dengan lebar kisi
kisi dinding penahan tanah sehingga menjadi
:

LIII-III = -P1.x1 - P2.(0,83 + x1)


= -P1 - P2 - P2 (0,83)
= -5,56 1,59 - (1,59 x 0,83)
= -8,47 ton ()
Perhitungan Tulangan
o Tulangan Utama
Momen Nominal
= 0,80 (karena lentur)
Mn=

Mu

132,6 x 10
0,80

= 165750000 Nmm
Rasio Tulangan Minimum
min=
=

1,4
320

= 0,0044
Rasio Tulangan Maksimum
1 = 0,85 (karena fc = 30 Mpa)
maks= 0,75 Pb
= 0,75 (

0,85 xfc '


fy

x 1 ( 600+ fy ))

= 0,75 (

0,85 x 30
320

x 0,85 ( 600+ 320 ))

= 0,033
Rasio Tulangan Perlu

Mn
2
bd

Rn=
=

165750000
875 x 170,52

= 6,52
15

1,4
fy

600

600

perlu=

0,85 xfc '


fy

(1

2 x Rn
0,85 x fc '

)
=

0,85 x 30
320

(1

2 x 6,52
1
0,85 x 30

0,25 . 2 . b
As Perlu

s=

0,25 x 3,14 x 19 x 875


3580,5

Vn =
=

Vu

84,7
0,75

= 112,93 kN
Kuat geser nominal

x875x170,5

30

.b.d

0,25 x 3,14 x 10 x 875


716,1

= 95,92 mm
100 mm
Maka dipakai tulangan 10-100
Tulangan Geser
Vn yang dibutuhkan

fc '

= 136,19 kN
Vc= .0,6.136,19
= kN
Karena Vc = 81,714 < Vn = 112,93 <
3Vc = 254,142 (Zona 3), maka diperlukan
tulangan geser
Gaya geser yang ditahan tulangan geser
Vs= Vn Vc
= 112,93 81,714
= 31,216
Luas total tulangan geser minimum
Av= 2
= .3,14.102
= 157 mm2
Jarak spasi tulangan geser

= 69,25 mm
50 mm
Maka dipakai tulangan D19 - 50
Tulangan Pembagi
Rasio tulangan ()= 20 %
Luas tulangan
(As)= .As
= 20 % . 3580,5
= 716,1 mm2
Diameter tulangan yang digunakan (d) = 10
mm
4.6.4
o
Jarak antar tulangan
2

0,25 . . b
(s)=
As Perlu
=

1
6

= 0,08 ( 1 0,7 )
= 0,024
min > perlu > maks, maka digunakan perlu = 0,024
Luas Tulangan Perlu
As= .b.d
= 0,024 x 875 x 170,5
= 3580,5 mm2
Jarak Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm

1
6

Vc=

16

Av . fy . d
Vs
157 x 240 x 170,5
31216

205,805 mm
S d
170,5
85,25 mm
Maka digunakan jarak tulangan geser sebesar
S = 205,8 mm 100 mm. (10-100)
Penulangan Tiang Bor
Tulangan Utama
Beban Ultimit
Faktor beban ultimit = 1,5
Pu = 125,62 x 1,5
= 188,43 kN
Mu = 24,9 x 1,5
= 37,35 kN.m
Luas Tampang Tiang
Ab= 1/4D2
= 1/4 x 3,14 x 0,32
= 0,07 m2
Rasio Tulangan
Untuk mendapatkan rasio tulangan pada
tiang bor, maka digunakan diagram interaksi
untuk tiang berpenampang bulat sebagai
berikut :

Pu
'
f c . Ab

188,43
30000.0,07

= 0,09

Pu
f c . Ab . D
'

37,35
30000.0,07 .0,3

Vc =

= 0,06

1
6

fc '

Pu

.b.d.( 1+ 14. Ag )

= 6 30 x1000x260,5x(

1+
Gambar 4.12 Diagram Interaksi
Dari diagram interaksi diatas digunakan =
1%

Luas Tulangan Perlu


As= .Ab
= 0,01 x 70000
= 700 mm2

Jumlah Tulangan
Dicoba tulangan D19 mm
S=

S=

157 x 240 x 260,5

700
1 /4 x 3,14 x 192

keamanan

= 82,002 mm
Maka digunakan jarak tulangan
geser sebesar S = 82,002 mm 80
mm. (10-80)
maka

dipakai

5. PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan perhitungan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tekanan tanah aktif yang berada
dibelakang dinding akibat tanah dan
beban merata adalah 29,0595 ton/m,
sedangkan tekanan tanah pasif
didepan dinding adalah 0,58 ton/m.
2. Tingkat stabilitas daya dukung aksial
= 12,562 ton/tiang > beban kerja (Q)
aksial maks = 11,131 ton/tiang
(Aman).
3. Tingkat stabilitas daya dukung lateral
(geser tiang) = 7,98 ton/tiang > beban
kerja (Q) lateral maks = 6,4117
ton/tiang (Aman).
4. Dinding penahan tanah memiliki
dimensi dan pembesian sebagai
berikut :

Mu
L
24,9
5

= 4,98 kN
Gaya geser ultimit akibat beban lateral
Vu= Hijin.1,5
= 79,8 x 1,5
= 119,7 kN
Digunakan nilai Vu terbesar yaitu = 119,7 kN
Sehingga Vn yang dibutuhkan =

119,7
0,75

Av . fy . d
Vs
= 0,75 x 159,6 x 1000

Tulangan Geser
Gaya geser ultimit akibat momen
Vu =

1
. . 2
4

= 2,47
4 buah
Karena alasan
tulangan 8D19
o

= 268285,3234 kN
Karena Vu = 159,6 kN < Vc 268285,3234 kN
maka hanya digunakan tulangan geser
minimum (Vs = Vu = 159,6 kN)
Luas total tulangan geser minimum
Av = 2
= .3,14.102
= 157 mm2
Jarak spasi tulangan geser

As

125,62 x 1000
14 x 70000 )

Vu

= 159,6 kN

Kuat geser nominal

17

Hardiyatmo, Hary C. 2010. Mekanika Tanah 2.


Yogyakarta Gadjah Mada University
Press.
Hardiyatmo, Hary C. 2011. Analisis dan
Perancangan Fondasi I. Yogyakarta
Gadjah Mada University Press.
Hardiyatmo, Hary C. 2011. Analisis dan
Perancangan Fondasi II. Yogyakarta
Gadjah Mada University Press.
Kh, Sunggono. Mekanika Tanah. Bandung.
NovaSastraatmaja, Ir. A. Soedradjat. Analisa
Anggaran
Biaya
Pelaksanaan.
Bandung. Nova.
Kh, Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil.
Bandung.
HS. Ir Sardjono. 1988. Pondasi Tiang
Pancang Jilid I. Surabaya. Sinar Wijaya
HS. Ir Sardjono. 1988. Pondasi Tiang
Pancang Jilid II. Surabaya
Gurki, J. Thambah Sembiring. 2010. Beton
Bertulang. Bandung. Rekayasa Sains.

DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, Hary C. 2010. Mekanika Tanah 1.
Yogyakarta Gadjah Mada University
Press.

18

Anda mungkin juga menyukai