PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini.
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai Global Emergency. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Pada tahun 2009 diperkirakan kasus meninggal tuberkulosis HIV negatif mencapai 1,3 juta
kasus, dan kasus meninggal dengan HIV positif mencapai 380.000 kasus. (1)
Di Indonesia, penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Di
Indonesia pada tahun 2009 telah terjadi 61.000 kematian akibat TB atau 27 per 100.000
penduduk. Sedangkan kasus baru dengan BTA positif sebanyak 169.213 orang. Sedangkan
kasus TB relaps sebanyak 3.710 orang. Dari golongan penyakit infeksi, TB merupakan
penyebab kematian nomor 1. Diperkirakan setiap tahun terjadi 528,063 kasus baru TB
dengan kematian karena TB sekitar 140.000 secara kasar. Menurut WHO tahun 2009
diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA
positif.(2)
Dalam melaksanakan Pembangunan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten
mempunyai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di tingkat kecamatan yang dinamakan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dalam rangka mencapai kecamatan sehat menuju
terwujudnya Indonesia sehat 2010 pemerintah telah menyelenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu, salah satunya memanfaatkan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di berbagai daerah sebagai pusat pelayanan kesehatan
terdepan dan sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat diwilayah
kerjanya.(2)
Target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang memiliki target 80% untuk pencapaian
cakupan penemuan suspek TB, sedangkan pencapaian cakupan suspek TB di puskesmas
Rawat Inap Grabag I masih 10,73%, masih jauh dari target.
Jumlah pasien dengan suspek TB paru yang terdata di Puskesmas Rawat Inap Grabag
I selama tahun 2014 berjumlah 55 orang. Desa-desa yang terdapat pasien dengan suspek TB
1
I.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan suspek TB
paru pada Puskesmas Rawat Inap Grabag I periode Januari Desember 2014?
2. Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab masalah
yang ditemukan?
3. Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab masalah
yang ada?
4. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut?
1.3.
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi,
menganalisis
faktor
faktor
yang
1.4.
Batasan Operasional
1 Dewasa dengan tanda-tanda klinis TBC.
2 Tenaga Kesehatan Puskesmas Grabag (dokter, perawat, bidan).
I.5.
Batasan Masalah
Batasan masalah dimaksudkan untuk mempermudah dalam memahami dan agar lebih
terarah, jelas, dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam penelitian ini
dibatasi hanya membahas mengenai tinjauan belum tercapainya target cakupan suspek TB di
Puskesmas Grabag I Kabupaten Magelang Januari-Desember 2014. Belum tercapainya target
dari cakupan suspek TB di Puskesmas Grabag I Kabupaten Magelang Januari-Desember
2014, didapatkan skor pencapaian suspek TB di Puskesmas Grabag I Kabupaten Magelang
Januari-Desember 2014 10,73% dimana target dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
tahun 2014 yaitu 80%.
1.6
Batasan Judul
Penulis memilih judul Rencana Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru Puskesmas
Rawat Inap Grabag I Periode Januari -Desember 2014. Penulisan tugas mandiri ini
dilakukan untuk menganalisis faktor faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan suspek
TB paru, menentukan alternatif pemecahan masalah dan merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan. Cakupan penemuan suspek TB paru yang dianalisis selama satu tahun, yaitu bulan
Januari-Desember 2014, dimana pencapaian cakupan suspek TB paru yang diraih Puskesmas
Rawat Inap Grabag I masih di bawah target pencapaian yang ditetapkan Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang.
1.7
Manfaat Kegiatan
1.7.1
Bagi Mahasiswa
1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
3
1.7.3
I.8.
Metodologi
Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara
dan pengisian kuesioner, dan data sekunder diperoleh dari laporan koordinasi P2TB dan unit
laboratorium Puskesmas Grabag I. Data yang diperoleh dianalisis melalui pendekatan sistem,
dengan melihat fungsi manajemen, baik input, proses, dengan tujuan mengetahui penyebab
masalah dengan digram Fish Bone. Kemudian menentukan prioritas alternatif pemecahan
masalah yang paling mungkin dilaksanakan dengan menggunakan kriteria matriks. Setelah
itu, dibuat plan of action berdasarkan prioritas pemecahan masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Tuberkulosis
II.1.1 Definisi TB
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,
tulang dan nodus limfe. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri
batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet.3
II.1.2 Epidemiologi
Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia telah mendekati target Millenium
Development Goals (MDGs). Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per
100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000
penduduk.4
Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38
per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu
disebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah dilakukan secara meluas dengan
hasil cukup baik.Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 % dan angka
keberhasilan pengobatan mencapai 90 %. Keberhasilan ini perlu ditingkatkan agar dapat
menurunkan prevalensi, insiden dan kematian akibat TB.4
Walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam Penanggulangan TB di
Indonesia, tapi tantangan masalah TB ke depan masih besar. Terutama dengan adanya
tantangan baru berupa perkembangan HIV dan MDR (Multi Drugs Resistancy) TB. Menkes
menyadari TB tidak bisa diberantas oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus
melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor.2
Tahun 1995 Indonesia menerapkan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse
(DOTS) sebagai strategi penanggulangan TB yang direkomenasikan WHO. Strategi ini
diterapkan sebagai Program TB Nasional di berbagai negara termasuk Indonesia.4
Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negara
pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang
mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada
tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan
dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+.
Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case
Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun
6
terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target
global tersebut merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang
utama.
II.1.3. Penularan TB 5
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis).Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
7
Cara penularan :
3000 percikandahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung dapat
Risiko penularan :
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien
TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih
setiap tahun.
Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
HIV merupakan factor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit.
Orang dengan BTA (+) dapat menginfeksi hingga 10-15 orang lain melalui kontak
dekat selama setahun. Tanpa pengobatan yang tepat, dua pertiga orang dengan sakit TB akan
meninggal dunia.
II.1.4. Strategi Nasional Program Pengendalian TB
Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi, terdiri
dari 4 strategi umum dan didukung oleh 3 strategi fungsional. Ketujuh strategi ini
berkesinambungan dengan strategi nasional sebelumnya, dengan rumusan strategi yang
mempertajam respons terhadap tantangan pada saat ini. Strategi nasional program
pengendalian TB nasional sebagai berikut:6
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan
masyarakat miskin serta rentan lainnya.
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela),
perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix dan menjamin
kepatuhan terhadap International Standards for TB Care.
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen
program pengendalian TB.
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.
Strategi 1 sampai dengan strategi 4 merupakan strategi umum, dimana strategi ini
harus didukung oleh strategi fungsional yang terdapat pada strategi 5 sampai dengan strategi
7 untuk memperkuat fungsi-fungsi manajerial dalam program pengendalian TB.6
Salah satu program yang akan dikembangkan untuk memperluas dan meningkatkan
pelayanan DOTS yang bermutu, yaitu:Menjamin Deteksi Dini dan Diagnosis Melalui
Pemeriksaan Bakteriologis yang Terjamin Mutunya.6
Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi pemeriksaan laboratorium untuk TB
berkembang dengan pesat, deteksi dini dan diagnosis melalui pemeriksaan sputum
mikroskopis tetap merupakan kunci utama dalam penemuan kasus TB. Validasi berbagai
metode diagnosis baru juga akan dilaksanakan seiring dengan perkembangan pengetahuan
dan teknologi laboratorium untuk TB serta perluasan kegiatan DST di tingkat provinsi.6
Selain strategi untuk meningkatkan ketersediaan, akses dan akurasi dalam
pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis TB secara tepat, diperlukan pula
9
strategi untuk mengurangi keterlambatan diagnosis, baik yang disebabkan oleh faktor
pelayanan kesehatan maupun faktor pasien. Intervensi yang dilakukan mencakup6:
1. Meningkatkan intensitas penemuan aktif dengan cara skrining pada kelompok
rentan tertentu (antara lain : HIV, anak kurang gizi, rutan/lapas, daerah kumuh,
diabetes dan perokok)
2. Memprioritaskan pemeriksaan kontak
3. Meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan penyedia pelayanan terhadap simtom
TB dan pelaksanaan ISTC
4. Meningkatkan kepatuhan terhadap alur standar diagnosis
5. Melaksanakan upaya meningkatkan kesehatan paru secara komprehensif.
II.1.5. Pelaksana Pengendalian TB di Indonesia
Pada saat ini, pelaksanaan upaya pengendalian TB di Indonesia secara administrative
berada di bawah dua Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan, yaitu Bina Upaya
Kesehatan, dan P2PL (Subdit Tuberkulosis yang bernaung di bawah Ditjen P2PL).
Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan merupakan tulang
punggung layanan TB dengan arahan dari subdit Tuberkulosis, sedangkan pembinaan rumah
sakit berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Pelayanan TB juga diselenggarakan di
praktik swasta, rutan/lapas, militer dan perusahaan, yang seperti halnya rumah sakit, tidak
berada di dalam koordinasi Subdit Tuberkulosis. Dengan demikian kerja sama antar Ditjen
dan koordinasi yang efektif oleh subdit TB sangat diperlukan dalam menerapkan program
pengendalian TB yang terpadu.6
Pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota merupakan tulang punggung dalam
program pengendalian TB. Setiap kabupaten/kota memiliki sejumlah FPK primer berbentuk
Puskesmas, terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas Satelit (PS) dan
Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM). Pada saat ini Indonesia memiliki 1.649 PRM, 4.140 PS
dan 1.632 PPM. Selain Puskesmas, terdapat pula fasilitas pelayanan rumah sakit, rutan/lapas,
balai pengobatan dan fasilitas lainnya yang telah menerapkan strategi DOTS. Tenaga yang
telah dilatih strategi DOTS berjumlah 5.735 dokter Puskesmas, 7.019 petugas TB dan 4.065
petugas laboratorium. Pada tingkat Kabupaten/kota, Kepala Dinas Kesehatan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan program kesehatan, termasuk perencanaan, pembiayaan dan
pemantauan pelayanannya. Di seksi P2M Wakil supervisor (wasor) TB bertanggung jawab
atas pemantauan program, register dan ketersediaan obat.6
Di tingkat Provinsi, telah dibentuk tim inti DOTS yang terdiri dari Provincial Project
Officer (PPO) serta staf Dinas Kesehatan, khususnya di provinsi dengan beban TB yang
10
tinggi. Di beberapa provinsi dengan wilayah geografis yang luas dan jumlah FPK yang besar,
telah mulai dikembangkan sistem klaster kabupaten/kota yang bertujuan utama untuk
meningkatkan mutu implementasi strategi DOTS di rumah sakit. Rutan, lapas serta tempat
kerja telah terlibat pula dalam program pengendalian TB melalui jejaring dengan
Kabupaten/kota dan Puskesmas.
Tabel 2. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (FPK) yang Telah Menerapkan Strategi
DOTS
penemuan
pasien
terdiri
dari
merupakan
pasien
TB
dilakukan
secara
pasif
dengan
promosi
aktif.
membantu
maka setiap orang yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas,
dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung.2
Pemeriksaan dahak
untuk
penegakan
pelayanan kesehatan.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di sarana pelayanan kesehatan pada hari kedua,
saat menyerahkan dahak pagi.
13
analisis. Data program Tuberkulosis dapat diperoleh dari pencatatan di semua unit pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan dengan satu system yang baku2
1.
Pencatatan di Laboratorium2
Laboratorium yang melaksanakan perwarnaan dan pembacaan sediaan dahak di PRM,
PPM, RS, BP-4, BLK dan laboratorium lainnya yang melaksanakan pemeriksaan dahak,
menggunakan formulir pencatatan sebagai berikut:
Register laboratorium TB
Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak bagian bawah
(mengisi hasil pemeriksaan).
3.
Kabupaten/
Kota
menggunakan
formulir
pencatatan
dan
TB 01 = Pengobatan penderita
TB 02 =.Identitas penderita
TB 04 = Register laboratorium puskesmas
TB 05 = Permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak
TB 06 = Penderita tersuspek TB
TB 09 = Rujukan/Pindahan penderita
TB 10 = Hasil akhir pengobata penderita TB pindahan
16
17
BAB III
ANALISIS MASALAH
Kegiatan
Indikator Kerja
Pokok
Kab.
Magelang
2012
P2
TB Cakupan suspek TB
Paru
paru
80%
Cakupan
Pencapaian
Hasil
kegiata
<100%
8,58%
10,73%
>100%
n
55
18
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Nama
Alamat
Desa
Tempat Periksa
Jk
Usia
Un
siti maryatun
Sutarsih
Dahroni
Jatmiko
Dwi
Maratus
Sardi
Yuli
Muhrodi
Sakdiyah
Imsiyah
Sumarlan
Sumini
Isroni
zaenal mustofa
joko siswanto
Muhadi
Tarni
Sugito
Yuliarnis
Sarmiyati
Keisya
Kholifah
M thoyib
Fadillah
Bachori
Ending
Sutisna
sutrano hendro
Ismail
andri M
Istikomah
Masfiah
Finayati
raka aditya
Musiyah
Nurita
agus mulyanto
hadi prayitno
Sumarti
tono hendarto
Supardi
Banaran
Banaran
Banaran
Legetan
Ngaglik
Banjarsari
Banjarsari
Banyusari
Kalibendo
Kalibendo
Batur
Citrosono
ponggolan,citrosono
ponggolan,citrosono
Delik
Gowak
Gowak
Grabag
Kalangan
Kalangan
Klewonan
Rejosari
Susukan
Susukan
Susukan
Tegal randu
Tegal randu
Ngencek
Pijahan
Caban gunung
Kartoharjo
Ngencek
Janggalan
Jangle
Kleteran
Kleteran
Paingan
Wates
wates, losari
Bleder
Ngaran
Ngaran ngasinan
Banaran
Banaran
Banaran
Banaran
banaran
banjarsari
banjarsari
banyusari
banyusari
banyusari
citrosono
citrosono
citrosono
citrosono
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
grabag
kalikuto
kalipucang
kartoharjo
kartoharjo
klaikuto
kleteran
kleteran
kleteran
kleteran
kleteran
losari
losari
ngasinan
ngasinan
ngasinan
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
puskesmas induk
P
P
L
L
L
P
L
P
L
P
P
L
P
L
L
L
L
P
L
P
p
P
p
L
P
L
P
L
L
L
L
p
P
P
L
P
P
L
L
P
L
L
43
37
36
38
29
43
54
23
64
41
20
56
55
65
46
36
36
28
62
51
22
5
22
14
24
35
22
39
36
18
39
45
55
22
28
46
39
40
63
50
30
73
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
19
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Maksan
Ngasisnan
ngasinan
puskesmas induk
L
Ramelah
Ngerancah
ngerancah
puskesmas induk
P
Sarif
Ngerancah
ngerancah
puskesmas induk
L
ika novitasari
geyer, sidogede
sidogede
puskesmas induk
P
Runiyati
Nasri
sidogede
puskesmas induk
P
Isminah
Nasri
sidogede
puskesmas induk
P
Sudodi
Sumur arum
sumur arum puskesmas induk
L
Nasrodin
Karang
sumurarum puskesmas induk
L
Suprapti
Gentan
tirto
puskesmas induk
P
Sardian
Ngleter
tlogorejo
puskesmas induk
L
ika nuraeni
Tlogorejo
tlogorejo
puskesmas induk
P
nur rokhim
kleteran
kleteran
puskesmas induk
L
fadila hayati
Grabag
grabag
puskesmas induk
P
Tabel 4. data pasien suspek TB paru di puskesmas Grabag I periode Januari
60
74
26
19
50
50
89
20
60
39
26
30
28
Desember 2014
Dari tabel jumlah suspek TB didapatkan 55 suspek TB yang terdapat di Kecamatan
Grabag. Jumlah suspek terbanyak terdapat di Desa Grabag yaitu sebanyak 14 suspek.
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten
Magelang pada tanggal 29 Januari 2015 merupakan data primer yang diperoleh dari
wawancara dengan dokter dan perawat Puskesmas Grabag.
III.2
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
maka Puskesmas meminta bidan desa agar segera mencari tahu penyebab pasien tidak mau
datang ke Puskesmas.
Dalam penjaringan target kasus suspek TB, belum ada pelatihan kader untuk
penjaringan TB, hal dikarenakan belum tersedianya dana untuk pelatihan penjaringan kasus
suspek TB. Karena sampai saat ini, pada Puskesmas Grabag I hanya terdapat satu orang yang
bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan kasus suspek TB.
III.3
Pertanyaan
Jumlah
Apakah anda dapat mengetahui secara langsung apakah
Ya
Tidak
100
3.
2
a Ya
0
b Tidak
Apakah anda juga mensuspek atau mencurigai keluarga
100
0
Ya
Tidak
100
5.
2
a Ya
0
b Tidak
Apakah anda memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah,
100
0
21
6.
2
a Ya
0
b Tidak
Apakah anda memeriksa bagian dada pasien dengan
100
0
stetoskop?
7.
2
a Ya
0
b Tidak
Apakah anda menyarankan atau mengharuskan pasien anda
100
0
8.
a Ya
b Tidak
Apakah anda memberikan pengertian tentang tes dahak?
a
b
9.
100
100
100
10.
Ya
Tidak
Apakah
Ya
Tidak
anda
memberitahukan
cara
yang
benar
11.
2
a Ya
0
b Tidak
Apakah pasien anda kembali ke Puskesmas untuk kontrol
100
0
hasil laboratorium?
12.
2
a Ya
0
b Tidak
Apakah pasien anda merasa puas akan penjelasan tentang
100
0
Ya
Tidak
100
22
BAB IV
DATA UMUM
23
Kecamatan Grabag yang berada pada bagian Timur Laut Kabupaten Magelang dan
berjarak 35 km dari Ibu Kota Kabupaten Magelang, dengan batas-batas :
a
Utara :
Kabupaten Semarang
Selatan
Barat :
24
d
2
Timur:
Kecamataan Ngablak
Pembagian Wilayah
Jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas Grabag 1 adalah 18 desa.
Tabel 6. Daftar Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Grabag 1
Banjarsari
Ngarancah
Banaran
Sumurarum
Kalikuto
Banyusari
Kartoharjo
Grabag
Kleteran
Ngasinan
Tirto
Tlogorejo
Sambungrejo
Sidogede
Kalipucang
Seworan
Losari
Citrosono
Transportasi
-
Banjarsari
: 7 km
Ngarancah
: 8 km
Banaran
: 3,5 km
Sumurarum : 2 km
Kalikuto
: 3 km
Banyusari
: 2 km
Kartoharjo
: 3 km
Grabag
: 1 km
Kleteran
: 1,5 km
Ngasinan
: 3 km
25
Tirto
: 4 km
Tlogorejo
: 4 km
m Sambungrejo : 7 km
Citrosono
: 3 km
Sidogede
: 3 km
Kalipucang : 4 km
Seworan
: 5 km
Losari
: 6 km
Musim hujan
: 18 desa.
Musim kemarau
: 18 desa.
Komunikasi
Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar : telepon, radio, surat kabar
Keadaan Penduduk
Berdasarkan sumber dari kantor statistik tahun 2014, jumlah penduduk di
wilayah Puskesmas Grabag 1 sebanyak 59.943 jiwa, terdiri dari:
Laki laki
Perempuan
Jumlah KK
Kepadatan penduduk
: 29.679 jiwa
: 30.264 jiwa.
: 12.002 kk.
: 1.128 jiwa per km2
Sosial Budaya
a
Tingkat Pendidikan
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Usia > 10 Tahun di Wilayah Puskesmas
Grabag 1 Tahun 2014
Tingkat pendidikan
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
SD
Jumlah
6.589
11.153
4.563
26
SLTP / MTs
SLTA / MA
AK / DIPLOMA
UNIVERSITAS
JUMLAH
15.350
4.554
3.488
310
46.007
b Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan yang ada di kecamatan Grabag terdiri dari 165 masjid, 3
buah gereja, dan 317 buah mushola
Tabel 8. Data Pemeluk Agama di Wilayah Puskesmas Grabag 1 Tahun
2014
Agama
Jumlah
Persentase (%)
Islam
50.068
83,54
Kristen
335
0,56
Katholik
335
0,56
Budha
43
0,07
Hindu
Sosial Ekonomi
Sebagian besar mata pencahariaan adalah petani atau buruh tani (40,12%) dan
hanya sebagian kecil sebagai PNS/ TNI/ POLRI/ Pensiunan (2,4%).Sarana
perekonomian di wilayah puskesmas Grabag 1.5
Tabel 9. Sarana Perekonomian di Grabag
Industri Rumah Tangga
109 buah
Warung Makan
33 buah
Pasar
27
d
3
IV.3
Jumlah
(orang)
Kepala Puskesmas
Dokter spesialin
Obsgyn
Radiologi
1
1 (rujukan)
Dokter Umum
Dokter Gigi
Apoteker
Perawat Puskesmas
19
Perawat Gigi
2
28
Bidan Puskesmas
Bidan Desa
18
Petugas Gizi
Radiographer
Asisten Apoteker
Sanitarian
Petugas Laboratorium
Fisioterapis
Rekam Medis
Ka Subag TU
Cleaning Service
Dapur
12
Petugas Pendaftaran
Pengemudi
Penjaga Malam
Juru Kebun
Tukang Cuci
1
91
29
BAB V
PEMBAHASAN HASIL SURVEY
V.1.
30
Komponen
Kelebihan
Input
Man
Kekurangan
Adanya
tenaga
kesehatan
seperti dokter
dan perawat
di puskesmas
yang bisa
mengenali
gejala TB
paru di
puskesmas.
Adanya
petugas
laboratorium
untuk
memeriksa
sediaan
dahak.
Adanya P2M
TB sebagai
koordinator
program.
Adanya bidan
di PKD dan
kader yang
membantu
menjaring
pasien suspek
TB
.
Money
Tersedianya
dana dalam
pengelolaan
program TB.
Method
Terdapat alur
(Buku Pedoman
TB Paru tahun
2001) untuk
menjaring suspek
TB paru
Penyuluhan/p
enjaringan
melalui KaDus
(sudah berjalan
3-4 tahun)
Tersedia alat-alat
pemeriksaan
dalam kasus TB.
Sudah pernah
dibentuk kader TB
yang terdiri dari 45 orang tiap desa,
namun hanya
berjalan selama 2
bulan.
Kurangnya
pemberdayaan
kader dalam
menjaring pasien
dengan gejala TB
Kurangnya
kerjasama antar
tenaga medis dan
paramedis.
Ketidakjelasan
pengalokasian dana
untuk program P2
TB
Tidak adanya dana
khusus yang
diperuntukkan
pembentukan kader
untuk penjaringan
TB
SOP baru dibuat
namun belum
disahkan.
Selama ini hanya
menggunakan alur
dari buku pedoman
TB tahun 2001.
Kurangnya
pemahaman pasien
suspek TB dalam
mengeluarkan dahak
untuk pemeriksaan
sputum
Passive case
finding
Kualitas spesimen
31
PROSES
P2
Belum ada tindak lanjut dari hasil rapat lokakarya mini puskesmas, dan evaluasi hanya berdasarkan indikator SPM Belum ada tindak lanjut dari hasil
LINGKUNGAN
nya tindak lanjut terhadap lingkungan sekitar pasien suspek TB dengan hasil pemeriksaan BTA (+)
Kondisi rumah atau lingkungan yang tidak sehat pada pasien suspek TB
MASALAH
Rendahnya Cakupan suspek TB paru di Puskesmas Rawa
skor pencapaian 10,73%, dengan nilai cakupan 8,
MAN
.
Kurangnya pemberdayaan kader dalam menjaring pasien dengan gejala TB
Kurangnya kerjasama antar tenaga medis dan paramedis.
METHOD
MONEY
MATERIAL
INPUT
32
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH
Penyebab Masalah
Kurangnya
pemberdayaan
sumber daya manusia dan
koordinasi antara medis dan
paramedis dalam program
P2TB
Alokasi dana yang kurang
untuk program P2TB
Memberikan
penghargaan
kepada petugas kesehatan
Meningkatkan
koordinasi
dengan
3
4
bidan
desa
dalam
program P2 TB
Melakukan
evaluasi
ulang
dalam pengaturan alokasi dana
puskesmas
Membuat laporan kegiatan dan
beserta laporan keuangan untuk
pembiyaan program P2TB untuk
Masih
minimnya
media
Menjalankan
SOP
setelah
disahkan
klaim
Pelatihan kader-kader posyandu
batuknya
lebih
dalam,
33
ke Puskesmas setempat
7
kembali
untuk
mengumpulkan sample
8
Belum
optimalnya
penjaringan suspek TB di
Penyuluhan
kepada
kader
posyandu
Table 12. Alternatif Pemecahan Masalah
Meningkatkan
dengan
bidan
koordinasi
desa
dalam
program P2 TB
Alokasi dana yang kurang untuk
program P2TB
Melakukan
evaluasi
ulang
dalam pengaturan alokasi dana
puskesmas
Menjalankan
SOP
setelah
disahkan
34
yang ada.
tentang TB
Pasien
dengan
batuk
lebih
dalam,
berobat
tidak
keluhan
masyarakat
ke
yang
Puskesmas
setempat
Penyuluhan
kembali
untuk
mengumpulkan
sample
kepada
kader
Belum
optimalnya
penjaringan
suspek TB di posyandu
Tabel 13. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Penyelesaian
Nilai
Hasil akhir
Masalah
Urutan
Kriteria
M I
(M x I x
12.8
VIII
50
13.5
VII
pembiyaan 3
18
VI
21.3
36
II
IX
petugas 4
32
III
24
IV
V) / C
dalam
keuangan
untuk
program P2TB
Pelatihan
kader-kader
posyandu
dalam
menjaring suspek TB
Pelatihan
tentang
TBC
bagi
mengenai
TB
dan
pentingnya
pemeriksaan dahak
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Tempat
Pelaksana
Waktu
Biaya
Melakukan sosialisasi
terhadap petugas kesehatan
tentang deteksi dini TB
Meningkatkan
kepatuhan tenaga
kesehatan
terhadap SOP
kasus TB
Staf medis
puskesmas
Grabag I bidan
PKD, perawat
pustu
Puskesmas
Grabag I
Kepala
Puskesmas
Grabag I
6 bulan/x
Anggaran
rutin
Program P2TB
berjalan dengan
baik
Bidan Desa
Meningkatkan koordinasi
dengan bidan desa dalam
program P2 TB
Pusesmas,
Desa yang
terdapat
dalam
wilayah
kerja
Puskesmas
Pemegang
program
P2TB
Sebulan
sekali
37
Anggaran
Puskesmas
BOK
Grabag I
Untuk menjaga
mutu program
P2TB
Petugas medis
puskesmas
Grabag I dan
pemegang
program P2TB
Puskesmas
Grabag I
Petugas
medis
puskesmas
Grabag I
dan
pemegang
program
P2TB
Setiap kali
menjalankan
Program
P2TB
Anggaran
Puskesmas
BOK
GFATM
Kegiatan
Janua
ri
febru
ari
Mare
t
April
Mei
juni
Juli
agus
tus
1
Melakukan sosialisasi terhadap
petugas kesehatan tentang deteksi
dini TB
38
sept
emb
er
okto
ber
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Puskesmas Rawat Inap Grabag I pada bulan
Januari Desember 2014, didapatkan skor pencapaian program cakupan suspek TB paru
yaitu 10.73%, jauh di bawah target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yaitu 80%.
Kemudian
selanjutnya
dilakukan
analisis
kemungkinan
penyebab
masalah
yang
39
Masyarakat diharapkan untuk lebih memahami dan mawas diri terhadap gejala
gejala TB paru dan faktor risikonya
Pasien dengan TB paru diharapkan untuk kontrol rutin dan berobat secara teratur ke
puskesmas.
40
DAFTAR PUSTAKA
1
Goals.
Diperoleh
dari:
2014.
Pengendalian TB di Indonesia Sudah Mendekati Target MDGs. Diperoleh
dari
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-
41