Tindak Lanjut Rapat Pembahasan Layering MBR dan Indeks Konstruksi
Rumah Sederhana Murah
Usulan Penyempurnaan Layering MBR
a. Usulan penyempurnaan kajian Penggunaan data median income sebagai salah satu pendekatan yang diperhitungkan dalam penyempurnaan konsep layering MBR. Contoh pendekatan median income dapat merujuk pada BUMI Report tahun 2001. Pada hasil BUMI Report tersebut, median income masyarakat diestimasikan sebesar Rp 850.000 sehingga bantuan yang diterima oleh MBR adalah sebesar Rp 2 juta Rp 2,5 juta atau 3x lipat dari median income, setara dengan desil 5. Data median income bisa diperoleh dengan melakkan konversi dari data pengeluaran yang dikumpulkan oleh BPS. BUMI Report telah mengeluarkan rancangan yang menyebutkan angka garis kemiskinan pada desil 2 berdasarkan data penghasilan dan angsuran. Angka tersebut perlu dikaji ulang dengan membandingkan garis kemiskinan di Indonesia. Terkait dengan kajian garis kemiskinan sebagai salah satu faktor perhitungan layering MBR, diusulkan menggunakan kategori garis kemiskinan yang disusun oleh TN2PK dalam Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang menggolongkan garis kemiskinan ke dalam tiga golongan yakni rumah tangga sangat miskin, miskin, dan sangat miskin. Adapun koefisien pengali untuk menentukan golongan tersebut belum ditetapkan secara resmi sehingga perlu dilaksanakan konsensus. Diperlukan kajian mengenai analisis tren pendapatan dan harga rumah dari tahun 1970 hingga saat ini, untuk melihat kecenderungan gap antara peningkatan harga rumah terhadap pendapatan dan penentuan jumlah masyarakat yang menerima bantuan. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan indeks keterjangkauan sebagai salah satu Dalam perhitungan penghasilan rumah tangga sebagai dasar penggolongan MBR maka diusulkan untuk tidak memperhitungkan tunjangan karena tunjangan bersifat dinamis. Diusulkan untuk menggunakan faktor pendekatan lain dalam menyusun definisi layering MBR seperti dengan menggunakan faktor tingkat biaya hidup/pengeluaran, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan (pelayanan kesehatan), tingkat/indeks kemahalan setiap daerah, tabungan keluarga, dan serta jumlah asset yang dimiliki.
b. Usulan Kerjasama dengan Mitra
Demi penyempurnaan kajian definisi MBR maka membutuhkan kerjasama dengan mitra kerja antara lain sebagai berikut: Ditjen. Penyediaan Perumahan, Kementerian PUPR Kerjasama dengan Ditjen Penyediaan terkait hasil kegiatan pendataan dalam pelaksanaan dekonsentrasi terutama mengenai data penghasilan, pengeluaran, dan data perumahan. Puslitbangkim, Kementerian PUPR Pada tahun 2016 ini Puslitbangkim berencana untuk menyusun kajian zonasi MBR oleh karena itu dirasa perlu melakukan kerjasama kajian layering MBR terutama untuk menentukan konsep definisi MBR tiap kota/kabupaten. Badan Pusat Statistik Kerjasama dengan BPS terkait hasil Susenas berkaitan dengan penyediaan data komponen pengeluaran rumah tangga, data garis kemiskinan dari Susenas atau KOR TN2PK Kerjasama dengan TN2PK untuk mendapatkan data rumah tangga miskin by name by address Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan Kerjasama dengan Ditjen. Pajak untuk mendapatkan data penghasilan dan kepemilikan rumah dari basis data wajib pajak Ditjen. Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Mengundang Ditjen. Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri dalam kajian Layering MBR untuk mengetahui kajian tentang MBR yang dilakukan oleh Ditjen. Pembangunan Daerah terkait. Departemen Statistik, Bank Indonesia Kerjasama dengan Bank Indonesia untuk kajian median harga rumah yang diperlukan untuk membuat indeks keterjangkauan MBR. Housing Finance Center, BTN Kerjasama dengan Bank BTN untuk untuk kajian median harga rumah yang diperlukan untuk membuat indeks keterjangkauan MBR. Kementerian Sosial Kerjasama dengan Kementerian Sosial dalam hal penyediaan data garis kemiskinan dan data lainnya untuk membuat konsep layering MBR.
REI, Apersi, serta Asosiasi Perumahan Lainnya
Diperlukan pertemuan dengan pengembang perumahan untuk
mendiskusikan aspek hidden cost yang terdapat pada komposisi harga pasar rumah sehingga bisa memperoleh data median harga rumah di pasar.
Indeks Biaya Konstruksi Rumah Sederhana Murah (Construction
Cost Index/CCI Rumah Sederhana) a. Usulan penyempurnaan kajian
Perlu perhitungan ulang indeks biaya konstruksi rumah sederhana
murah terutama dengan menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan bantuan BPS. Data primer ini berupa harga faktor-faktor yang berhubungan dengan konstruksi rumah sederhana di lapangan.. Indeks ini berguna sebagai dasar penyusunan kegiatan terutama untuk merevisi kebijakan batas harga maksimum rumah tapak yang disubsidi.
Saat ini Puslitbangkim belum ada rencana untuk melanjutkan
upaya penyempurnaan kajian CCI Rumah Sederhana khususnya dalam pengumpulan data primer. Kegiatan ini perlu dilanjutkan untuk mendasari penyusunan harga maksimal rumah tapak yang dikenakan subsidi. Untuk kajian CCI Rumah sederhana komprehensif sebaiknya perlu dikaitkan dengan kajian supply chain dan land banking.
b.
Usulan Kerjasama dengan Mitra
Demi penyempurnaan kajian indeks biaya konstruksi rumah sederhana (CCI Rumah Sederhana) dalam rangka perumusan batasan maksimal rumah yang dikenakan subsidi maka membutuhkan kerjasama dengan mitra kerja antara lain sebagai berikut:
Puslitbangkim, Kementerian PUPR
Puslitbangkim sebagai pioneer penyusunan CCI Indeks sehingga kegiatan analisis CCI Rumah Sederhana akan dilaksanakan oleh Puslitbangkim. Direktorat Statsitik Industri, BPS Sejak tahun 2006 Direktorat Statistik Industri, BPS, sudah menyusun Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) sehingga sudah berpengalaman dalam pengumpulan data di lapangan. Oleh karena itu penyempurnaan CCI Rumah Sederhana memerlukan kerjasama dengan dengan Direktorat Statistik Industri, BPS. Direktorat Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Kebijakan harga rumah murah terkait dengan pembebanan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan mekanisme perizinan tingkat kota/kabupaten sehingga untuk menyusun harga maksimal rumah tapak yang dikenakan subsidi harus bekerjasama dengan Kemendagri karena terkait dengan pendapatan daerah.
Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan
Perlu ada kerjasama dengan Ditjen. Pajak untuk mengetahui penyederhanaan pajak untuk menyusun harga maksimal rumah tapak yang dikenakan subsidi. REI, Apersi, serta Asosiasi Perumahan Lainnya Diperlukan pertemuan dengan pengembang perumahan untuk penyepakatan harga jual rumah tapak dan metode penghitungan biaya konstruksi rumah tapak yang sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Selain itu perlu ada diskusi tentang hidden cost pada harga pasar rumah sehingga dapat diketahui faktor-faktor penting yang dapat diadjustment untuk penyusunan indeks.