Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan daerah tropis dan menjadi satu di antara tempat
perkembangan beberapa jenis nyamuk yang membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan. Nyamuk tergolong serangga yang cukup
tua di alam dan telah mengalami proses evolusi serta seleksi alam yang
panjang sehingga menjadikan insekta ini sangat adaptif tinggal bersama
manusia.
Selanjutnya,

nyamuk

merupakan

ektoparasit

pengganggu

yang

mempunyai kemampuan sebagai vektor berbagai penyakit (Durant, 2008


dalam Harfriani, 2012). Kejadian penyakit yang penularannya dibawa oleh
vektor nyamuk tersebut, disebabkan oleh tingginya kepadatan vektor
nyamuk khususnya di Indonesia (Ndione, 2007 dalam Harfriani, 2012).
Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak
merupakan

peran nyamuk

sebagai

vektor

dari agen

penyakitnya

(Vinayagam, 2008 dalam Harfriani, 2012). Selain itu, nyamuk juga


merupakan serangga yang menyebabkan rasa gatal dan sakit. Bahkan
beberapa jenis nyamuk merupakan vektor atau penular berbagai jenis
penyakit berbahaya, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan
chikungunya yang baru-baru ini menggegerkan masyarakat Jawa Barat.
Nyamuk genus Culex merupakan nyamuk yang banyak terdapat di sekitar kita.
Nyamuk ini termasuk serangga yang beberapa spesiesnya terbukti berperan sebagai
vektor penyakit. Culex berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West

Nile Virus, filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. Selain itu, Culex
sp. juga merupakan vektor penyakit ensefalitis yang disebabkan oleh virus yang
menyerang susunan saraf pusat. Sampai dengan tahun 2010 jumlah kasus penderita
filariasis di Jawa Barat mencapai 253 kasus, tersebar di 30 kabupaten/kota, 147
kecamatan, dan 208 desa/kelurahan. Melihat begitu berbahayanya nyamuk ini, perlu
untuk ditangani lebih serius agar penularan maupun penyebarannya tidak terus
meluas.
Berbagai cara telah dilakukan manusia untuk menghindari serangan
nyamuk. Dalam mengatasi gangguan nyamuk secara kimia antara lain
menggunakan anti nyamuk semprot (aerosol) atau lotion anti nyamuk yang
sudah banyak beredar di pasaran. Namun cara ini dapat berakibat buruk bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya. Berbagai insektisida yang beredar
dan dipasarkan dengan bebas umumnya dibuat dari bahan-bahan kimia.
Walaupun pemakaian insektisida kimia ini sangat mudah dan membunuh
organisme pengganggu dengan cepat, namun efek yang ditinggalkannya
adalah berupa residu yang dapat masuk ke dalam komponen lingkungan
sangat sulit terurai di alam. Bahkan dampak negatif lain dari insektisida
kimia yang penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pemakaiannya adalah
resistensi serangga yang

memungkinkan

berkembangnya strain baru,

adanya residu insektisida dalam makanan maupun lingkungan, dan efek


lain yang tidak diinginkan terhadap manusia dan binatang peliharaan
(Salvato, 1992 dalam Naria, 2005).
Untuk mengurangi penggunaan zat kimia dalam mengatasi nyamuk, saat
ini banyak digunakan bahan-bahan alami asal tumbuhan, baik itu sebagai

pengusir atau pembunuh nyamuk, seperti zodia, levender, geranium, selasih,


dan piretrum (Kardinan, 2005). Berbicara tentang piretrum, menurut Novizan
(2000) merupakan bahan mentah dari bunga
mengandung senyawa piretrin yang merupakan

krisan kering yang


istilah untuk 6 senyawa

yang bersifat insektisida dan umumnya piretrum mengandung 0,9 -1,3%


piretrin. Selain itu, piretrin adalah racun kontak yang tidak meninggalkan
residu, sehingga pestisida
paling

aman

ini sering

disebut sebagai

pestisida

yang

bagi lingkungan. Namun sampai seberapa efektifkah

penanganan nyamuk dengan menggunakan zat ini patut dan perlu untuk dikaji
lebih lanjut.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti telah melakukan penelitian tentang
pemanfaatan tanaman Krisan dalam menangani nyamuk. Adapun judul
penelitian yang peneliti ajukan adalah PENGARUH PEMBERIAN
BERBAGAI KONSENTRASI HASIL MASERASI BUNGA KRISAN
(Chrysantemum cinerariaefolium) TERHADAP KEMATIAN JENTIK
NYAMUK Culex sp.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah pemberian hasil maserasi bunga Krisan
(Chrysantemum cinerariaefolium) berpengaruh terhadap kematian jentik
nyamuk Culex sp. Selanjutnya, dari rumusan masalah di atas, peneliti
menjabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.

Bagaimana pengaruh pemberian hasil maserasi bunga Krisan


(Chrysantemum cinerariaefolium) terhadap kematian jentik

2.

nyamuk

Culex sp ?
Berapa konsentrasi pemberian hasil maserasi bunga Krisan
(Chrysantemum cinerariaefolium) yang menghasilkan kematian jentik
nyamuk Culex sp yang optimal?

C. Batasan Masalah
Supaya masalah yang dibahas dalam penelitian menjadi lebih terarah
dan tidak terlalu meluas, maka peneliti membuat beberapa batasan masalah
sebagai berikut :
Objek yang diteliti adalah tanaman Krisan pada bagian bunga atau
1.

2.
3.

bonggol yang mengandung peritrum.


Nyamuk yang diamati adalah jenis nyamuk Culex sp tahap larva.
Kematian jentik nyamuk Culex sp adalah yang mati karena pemberian
perlakuan penelitian dan didasarkan pada LC50.

D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1.
Pengaruh pemberian hasil maserasi bunga Krisan (Chrysantemum
2.

cinerariaefolium) terhadap kematian jentik nyamuk Culex sp.


Konsentrasi pemberian hasil maserasi bunga Krisan (Chrysantemum
cinerariaefolium) yang menghasilkan kematian jentik nyamuk Culex sp
yang optimal.

E. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi salah satu

2.

cara untuk mengendalikan nyamuk Culex sp.


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan

3.

tentang pemanfaatan tanaman Krisan sebagai insektisida nabati


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai
salah satu cara untuk mengendalikan insekta berbahaya dengan
menggunakan insektisida nabati yang aman bagi manusia dan ramah
lingkungan.

F. Asumsi
Indonesia memiliki banyak keanekaragaman tanaman yang memiliki
1.
kandungan

bahan

biopestisida

diantaranya

bunga

Krisan

2.

(Chrysanthemum cinerariaefolium) (Budiyono, 2001).


Bunga Krisan tidak hanya dapat dijadikan sebagai bunga potong namun

3.

juga dapat dijadikan sebagai obat (Rukmana dan Mulyana, 1997).


Bunga krisan kering mengandung senyawa piretrin yang merupakan
istilah untuk 6 senyawa yang bersifat insektisida ( Novizan, 2000).

G. Hipotesis
Hipotesa penelitian yang diajukan pada penelitian ini adalah :
H0: Tidak terdapat pengaruh pemberian berbagai konsentrasi hasil
maserasi bunga Krisan (Chrysantemum cinerariaefolium) terhadap
kematian jentik nyamuk Culex sp.
Ha: Terdapat pengaruh pemberian berbagai konsentrasi hasil maserasi
bunga Krisan (Chrysantemum cinerariaefolium) terhadap kematian
jentik nyamuk Culex sp.

Anda mungkin juga menyukai