PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat perkotaan yang sarat dengan pola hidup yang
individual seringkali membuat interaksi dengan lingkungan hidup di sekitarnya
menjadi terabaikan. Menurut Otto Soemarwoto pengertian lingkungan hidup adalah
jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita. Sedangkan Munadjat Danusaputro memberikan
pengertian lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia
berada dan mempengaruhi hidup dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Lingkungan hidup sendiri masih terdapat beberapa bagian di dalamnya yakni,
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik (Physical Environment)
dapat diartikan sebagai segala sesuatu di sekitar kita yang bersifat benda mati, seperti:
air, sinar, gedung dan lainnya, sedangkan lingkungan sosial (Social Environment),
yaitu manusia-manusia lain yang berada di sekitar kita atau kepada siapa kita
mengadakan hubungan pergaulan.
Sebagai suatu kesatuan bagian yang terdapat dalam pengertian lingkungan
hidup, hendaknya manusia yang termasuk dalam lingkungan sosial dan kondisi
lingkungan yang masuk dalam lingkungan fisik dapat saling mengisi dalam upayanya
menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan nyaman. Pada kenyataannya hubungan
antara keduanya seringkali tidak bisa harmonis. Manusia yang lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk menjalani rutinitasnya sebagai manusia modern
seringkali tidak memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya, bahkan terkesan
merusak kenyamanan yang ada merupakan suatu kondisi yang sangat disayangkan.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan demi kenyamanan hidup
membuat seolah-olah manusia terkesan menutup mata dan tidak mampu berbuat apa44
apa untuk merubah kondisi dan situasi yang ada. Hidup berdampingan dengan polusipolusi yang juga dihasilkan oleh manusia sendiri, seperti bau yang tidak sedap dari
berbagai macam sampah yang tercampur jadi satu seharusnya mampu membuat
manusia menjadi lebih kritis untuk melakukan suatu hal yang mampu merubah
kondisi kehidupan yang ada.
Karena kondisi suatu lingkungan hidup akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas kehidupan para penghuninya, maka suatu lingkungan hidup yang sehat
mampu memberikan jaminan kualitas hidup yang sehat bagi para penghuninya.
Seperti ketersediaan air, udara, dan tempat tinggal yang bersih. Berbeda dengan suatu
lingkungan hidup yang dirasa kotor atau tidak sehat, lingkungan hidup dengan
kondisi yang kotor tentunya juga akan berpengaruh dengan kualitas kehidupan yang
dimiliki para penghuninya. Dalam lingkungan hidup yang kotor tidak ada jaminan
ketersediaan air, udara yang bersih, serta penghuninya juga tidak akan mendapatkan
kenyamanan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kiranya
penting untuk melakukan suatu tindakan nyata yang mampu merubah kondisi
kehidupan yang dapat dimulai dari melakukan pengelolaan sampah secara mandiri.
Dengan merubah pemikiran bahwa sampah merupakan bagian dari suatu kehidupan
dan tidak serta-merta menganggapnya sebagai suatu masalah yang harus
disingkirkan, hendaknya setiap manusia mampu mengelola sampah yang ia hasilkan
secara mandiri. Dimulai dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan sampah
organik dan nonorganik, diharapkan mampu merubah kondisi pengelolaan sampah
menjadi lebih baik. Meningkatnya kesadaran setiap orang mengenai pentingnya
melakukan pengelolaan sampah secara baik dan mandiri membuat penulis ingin
mengetahui lebih dalam mengenai salah satu program pengembangan kinerja
pengelolaan sampah yang tertulis dalam Rencana Strategis tahun 2011-2015
Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
B. Rumusan Masalah
45
BAB II
46
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Jenis Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas berupa nilai atau arti dari sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
Adapun terdapat berbagai macam bentuk evaluasi, salah satunya yakni
evaluasi komprehensif yang di dalamnya terdiri dari Evaluasi Program.
Evaluasi Program bertujuan untuk meninjau kembali program atau
perencanaan yang akan diberlakukan, pada evaluasi jenis ini dokumen
perencanaannya atau program kerja yang akan diberlakukan ditinjau kembali
berdasarkan indikator apakah program tersebut rasional atau tidak, serta
sesuai atau tidak dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Selain itu
maksud lain dari evaluasi program ini adalah agar semua pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan program nantinya, yakni pemerintah, swasta, dan
masyarakat merasa ikut bertanggung jawab dalam keberhasilan program yang
akan dilaksanakan.
B. Pengembangan Kinerja
Pengembangan adalah proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan
prosedur sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja mampu
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan yang umum.
Pengembangan
kinerja
dapat
diartikan
sebagai
usaha-usaha
untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan umum dari para tenaga kerja agar
pelaksanaan tujuan lebih efisien.
C. Pengelolaan Sampah
47
Sampah dapat diartikan sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga, sampah merupakan sisa atau materi yang tidak lagi digunakan dan
memang harus dibuang. Seringkali persoalan mengenai sampah tidak ada
habisnya, karena kebanyakan orang menganggap sampah seperti pengertian
yang telah disebutkan di atas. Akibatnya keberadaan sampah kian lama
semakin menumpuk, oleh karena itu perlu adanya suatu pengelolaan sampah
secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat demi terciptanya
lingkungan yang bebas sampah.
D. Upaya Menciptakan Lingkungan yang Sehat dan Nyaman
Asas dalam pengelolaan lingkungan hidup yakni asas kelestarian dan
keberlanjutan, dapat diartikan bahwa setiap orang memiliki kewajiban dan
tanggung jawab dalam menjaga, melestarikan, dan melindungi lingkungan
hidup. Tujuannya agar para generasi mendatang tetap memperoleh haknya
untuk mendapatkan lingkungan atas lingkungan hidup yang sehat dan baik,
selain itu mereka juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama
seperti para pendahulunya dalam upaya melestarikan lingkungan. Hal ini
sesuai dengan Pasal 65 ayat (4) yang menyebutkan bahwa: setiap orang
berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu dalam pasal 70 UU
Nomor 32 Tahun 2009 disebutkan bahwa masyarakat memiliki hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Kemudian dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 disebutkan bahwa
setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup. Dari
ketiga pasal yang dimuat dalam Undang-Undang tersebut telah menjamin
48
adanya hak dan kewajiban dari keterlibatan masyarakat secara langsung dalam
upaya menjaga, mengelola dan menciptakan lingkungan yang lestari.
BAB III
49
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, Bogdan dan
Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
gambar dan bukan angka.
B. Objek Penelitian dan Sumber Data
Objek dalam penelitian ini menggunakan dokumen Rencana Strategis tahun
2011-2015 Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, untuk
sumber data yang diperoleh berupa data sekunder dengan sumber dokumen
yang sama yakni Rencana Strategis tahun 2011-2015 Kelurahan Bumi
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang
dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan
topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporang penelitian, karangan ilmiah, thesis,
disertasi,
peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan,
buku
tahunan,
50
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi lokasi
51
Dengan luas wilayah 37,3 ha, kelurahan Bumi terbagi menjadi 6 lahan penggunaan
antara lain:
dihasilkan dari setiap warganya. Tidak hanya sampah rumah tangga, lahan
Kelurahan Bumi yang juga banyak digunakan untuk menggeluti dunia usaha
semakin menambah sampah yang dihasilkan dari wilayah ini. Berbagai macam
bidang usaha seperti perhotelan, rumah makan, dan industri kerajinan yang
banyak dijumpai di wilayah ini menjadi penghasil sampah terbesar di Kelurahan
Bumi. Kondisi ini dapat dibuktikan dengan data sebagai berikut:
Rekapitulasi Hasil Pungutan RPP/K Tahun 2008/2009 Kelurahan Bumi:
Kelompok Rumah
Kelompok
Tangga
Badan Usaha
Tahun
Ketetapan
1
Jumlah
Penerimaan
3
Total
Ketetapan
4
Jumlah
Penerimaan
Ketetapan
Jumlah
Penerimaan
2008
16.460.000
27.684.000
148.478.000
2009
16.550.000
27.684.000
148575.000
C. Penyusunan Program
Agar masalah mengenai pengelolaan sampah tidak berlarut-larut pemerintah
setempat menyusun suatu program, program dapat diartikan sebagai himpunan dari
beberapa kegiatan yang nyata, terpadu, dan sistematis yang akan dilaksanakan oleh
beberapa elemen yang terdapat dan menjadi bagian dari suatu organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan dan sasaran. Adapun program yang dirancang yakni
program pengembangan kinerja pengelolaan sampah dengan beberapa kegiatannya
seperti peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan
serta bimbingan teknis persampahan. Dengan sasarannya terjadi peningkatan kinerja
mengenai pengelolaan sampah, adapun tujuan dari program ini adalah agar tercipta
53
lingkungan yang hijau, bersih dan sehat, sehingga penduduk yang bertempat tinggal
di Kelurahan Bumi memperoleh kenyamanan dalam menjalankan kehidupan seharihari. Selain itu visi yang tertulis di dalam dalam Rencana Strategis tahun 2011-2015
Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dalam berbagai program yang
ada di dalamnya yakni mengandung makna adanya keinginan untuk mewujudkan
kelurahan yang tertata dan lingkungan hijau serta ramah anak, menggerakkan produk
lokal dan menggerakkan ibu-ibu sehingga masyarakat sejahtera. Masyarakat dan
aparat kelurahan maju dan berkembang, dan tetap memegang nilai-nilai budaya dan
pengembangan kesenian tardisional dengan dukungan semangat gotong-royong dari
masyarakat. Sedangkan misi yang juga tertulis di dalamnya yakni mengembangkan
penataan lingkungan hijau, bersih, dan ramah anak. Serta mengembangkan
pemberdayaan ekonomi, produk lokal, dan menyediakan fasilitasi promosi produk
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Agar visi dan misi yang telah
dirancang mampu tercapai diperlukan suatu beberapa faktor kunci sebagai
keberhasilan dari program yang telah dirancang, antara lain:
a. Tersedianya prosedur pelayanan kepada masyarakat yang jelas dan
transparan,
b. Tersedianya sarana sosialisasi prosedur pelayanan masyarakat,
c. Tersedianya SDM yang profesional,
d. Tersedianya motivasi kerja aparatur,
e. Tersedianya anggaran untuk perbaikan dan pengembangan sarana dan
prasarana pelayanan,
f. Tersedianya ide penataan ruang pelayanan,
g. Tersedianya diklat-diklat kompetensi dan kapabilitas aparatur, tersedianya
reward dan punishment kepada pegawai,
54
menyadari akan pentingnya melakukan pemilahan sampah. Tujuan dari pemilahan ini
adalah agar sampah-sampah yang dihasilkan tidak menimbulkan bau tidak sedap.
Selain itu dalam pemanfaatan dan pengelolaan nantinya tidak mengalami kesulitan.
Dalam kegiatan ini masyarakat selaku pihak yang menghasilkan sampah diberikan
penyadaran bahwa hendaknya masyarakat juga terlibat dalam usaha pengelolaan
sampah, sehingga tidak hanya bergantung kepada petugas pengambil sampah. Karena
tanpa adanya pemilahan terlebih dahulu oleh masyarakat yang merupakan penghasil
sampah pihak yang mengolah dan memanfaatkan kembali sampah yang dihasilkan
akan mengalami kesulitan.
Setelah pemerintah mampu memberikan pemahaman kepada warganya
mengenai pentingnya melakukan pemilahan sampah, barulah menuju ke tahap
selanjutnya yakni memberikan pelatihan dan bimbingan mengenai pemanfaatan dan
pengolahan sampah yang mampu menghasilkan barang-barang yang dapat digunakan
kembali seperti tas berbahan dasar kemasan plastik, lampion berbahan kaleng atau
botol plastik bekas, dan tempat tissue berbahan limbah koran. Setelah masyarakat
mampu memanfaatkan berbagai macam sampah yang dihasilkan baik dari sampah
rumah tangga maupun sampah dari bidang usaha menjadi berbagai macam barang
yang mampu digunakan kembali serta bermanfaat atau yang biasa disebut dengan
proses produksi, pemerintah Kelurahan Bumi seharusnya menyediakan akses
pemasaran untuk barang-barang hasil produksi pemanfaatan sampah. Karena pada
kenyataannya masyarakat yang merupakan kalangan menengah ke bawah hanya
mampu memberikan tenaga dan keahlian yang dimiliki untuk mengolah dan
memanfaatkan sampah yang ada, mereka tidak memiliki akses atau jaringan yang
dapat digunakan untuk memasarkan produk olahan sampah yang dihasilkan.
Kemudian
setelah
rangkaian
pengelolaan
dan
pemanfaatan
sampah
telah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Karena sistem kerja oleh para pegawai pemerintah Kelurahan Bumi dirasa
belum optimal
pengembangan kinerja pengelolaan sampah dinilai kurang efektif. Hal ini dapat
dilihat dari program yang telah disusun terkesan melewati beberapa tahap, seperti
tidak adanya program yang mengupayakan agar masyarakat bisa mandiri dalam
mengelola sampah. Khususnya dalam hal pemilahan sampah yang didasarkan pada
jenisnya yakni sampah organik dan sampah nonorganik, serta tidak memfasilitasi
pemasaran produk hasil olahan sampah. Setelah pemerintah khususnya Kepala Seksi
Pemberdayaan Masyarakat yang merupakan pihak yang diberi wewenang khusus
untuk menangani program ini berhasil memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai pentingnya pemilahan sampah, baru menuju ke tahap selanjutnya yakni
pemberian bimbingan dan pelatihan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah
hingga ke proses produksi. Setelah proses produksi selesai, dalam program yang
tertulis dalam Renstra pemerintah tidak lagi memfasilitasi akses pemasaran dari
barang-barang hasil produksi pemanfaatan sampah. Sehingga terdapat kemungkinan
bahwa masyarakat yang terlibat dalam kegiatan produksi memasarkan sendiri produk
yang dihasilkan tanpa adanya bantuan dari pemerintah setempat. Padahal
masayarakat yang terlibat dalam kegiatan produksi hanya mampu memberikan tenaga
dan keahlian yang dimiliki, seringkali mereka tidak memiliki jaringan ataupun akses
untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Tahap demi tahap mengenai pengelolaan
dan pemanfaatan sampah yang ada seharusnya dilakukan secara runtut dan rinci
supaya untuk tahapan selanjutnya diperoleh kemudahan. Tanpa adanya tahapan yang
runtut dan rinci mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah dari pemerintah
Kelurahan Bumi yang mana sebagai fasilitator dari adanya program yang telah
dirancang tidak akan mampu memperoleh keberhasilan yang bisa saja berimplikasi
pada tidak tercapainya tujuan atas pembuatan program yaitu peningkatan
kesejahteraan dan kenyamanan hidup yang sehat dan nyaman bagi warga Kelurahan
Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
B. Saran
58
Untuk
mengatasi
beberapa
masalah
yang
bisa
saja
menghambat
59