Anda di halaman 1dari 5

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai sentimen referendum Inggris itu hanya

akan bersifat sementara saja. "Setelah itu, di pasar


akan terjadi adjustment hingga harga saham kembali ke nilai yang
dianggap wajar," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat,
dalam lansiran Republika.co.id.
Berdasarkan analisis Bank Indonesia, Brexit akan lebih banyak
berpengaruh di kawasan Eropa yang berhubungan secara langsung
dengan Inggris.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Fiskal dan Moneter, Bobby
Hamzar Rafinus, memastikan tidak ada pengaruh signifikan bagi Indonesia
dengan keputusan apapun yang akan diambil Inggris nanti.
Pasalnya, Inggris hanya berada di urutan keempat bagi Indonesia dalam
hal besaran nilai perdagangan dengan UE. Bila pun berdampak, itu hanya
akan berpengaruh sedikit pada pola perdagangan dan investasi dengan
UE dan Inggris.
Mengutip catatan di Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan
antara Indonesia-Inggris sampai Mei 2016 masih mengalami surplus
sebesar USD159,74 juta, dengan nilai ekspor Indonesia ke Inggris tercatat
USD364,63 juta dan impor sebesar USD204,89 juta.
Nilai investasi Inggris di Indonesia sepanjang triwulan pertama 2016
mencapai USD54,87 juta dengan penyerapan tenaga kerja mencapai
6.927 tenaga kerja.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memberikan tiga
penangkal utama yang membuat Indonesia tidak akan terdampak oleh
Brexit.

Pertama, Indonesia memiliki pengalaman dalam menghadapi krisis


ekonomi global. Hal ini menjadi modal utama bagi Indonesia untuk
menghadapi ancaman Brexit.
Kedua, keputusan Brexit ini diyakini hanya akan berdampak bagi UE.
Indonesia yang tidak bergabung dengan kerja sama perdagangan bebas
bersama UE pun diyakini tidak akan terpengaruh dengan adanya rencana
Inggris untuk keluar dari UE.
Ketiga, stimulus dan pelonggaran kembali kebijakan moneter dan
makroprudensial akan meningkatkan prospek ekonomi Indonesia.
Indonesia perlu meningkatkan belanja modal sebagai antisipasi
adanya capital outflow apabila Inggris resmi keluar dari UE.
Dengan begitu, nantinya fundamental ekonomi Indonesia diyakini akan
semakin menguat dengan dorongan dari sektor dalam negeri.
Gejolak di pasar modal dan pasar uang tersebut belum jadi indikator kuat bahwa
Brexit akan berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Sebab, gejolak tersebut lebih digerakkan oleh faktor sentimen ketimbang faktor
fundamental.
Seperti diungkapkan Gubernur BI Agus Martowardojo, merupakan kewajaran
jika kurs rupiah bergejolak akibat Brexit.
Namun, gejolak tersebut bersifat temporer dan akan reda dalam beberapa waktu ke
depan.
Menko Perekonomian Darmin Nasution pun mengungkapkan hal serupa.
Karena ketidakpastian yang meningkat akibat Brexit, investor cenderung melepas
asetnya dalam rupiah dan mengalihkannya ke aset yang lebih aman dalam dollar
AS atau emas.

Ketika ketidakpastian mulai mereda dan investor sudah bisa mengalkulasi risiko
yang timbul, dana yang keluar akan kembali ke Indonesia.
Lalu, bagaimana mengukur pengaruh fundamental Brexit terhadap perekonomian
Indonesia?
Faktor fundamental yang harus dilihat tentulah perdagangan antara Inggris dan
Indonesia serta investasi langsung (Penanaman Modal Asing/PMA) Inggris di
Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata porsi nilai ekspor nonmigas
Indonesia ke Inggris hanya 1,2 persen dari total nilai ekspor nonmigas Indonesia ke
seluruh dunia.
Pada tahun 2015 misalnya, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Inggris sebesar 1,53
miliar dollar AS atau 1,16 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia yang sebesar
131,73 miliar dollar AS.
Pada tahun 2015, Inggris berada di urutan ke-21 negara tujuan ekspor nonmigas
Indonesia.
Ekspor Indonesia ke Inggris kalah jauh dibandingkan ekspor Indonesia ke Amerika
Serikat, China, Jepang, India, dan Singapura
Dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam UE, ekspor Indonesia ke
Inggris juga masih kalah dibandingkan ekspor Indonesia ke Belanda, Jerman, dan
Italia.
Pada triwulan I 2016, ekspor nonmigas Indonesia ke Inggris sebesar 364 juta dollar
AS atau 1,2 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia ke seluruh dunia.
Sementara itu, rata-rata porsi ekspor Indonesia ke UE terhadap total ekspor adalah
10 persen.
Artinya, ekspor Indonesia ke negara-negara UE jauh lebih besar dibandingkan ke
Ingris.
Neraca perdagangan Indonesia terhadap Inggris selalu surplus. Artinya nilai ekspor
Indonesia ke Inggris lebih besar ketimbang impor Indonesia dari Inggris.

Maka itu, dilihat dari sisi perdagangan, Brexit kemungkinan tidak akan berpengaruh
signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

KompasNeraca

perdagangan Indonesia - Inggris

Investasi
Bagaimana dari sisi investasi?
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi
langsung (foreign direct investment) Inggris di Indonesia tahun 2015 sebesar 503
juta dollar AS atau 1,71 persen dari total PMA senilai 29,27 miliar dollar AS.
Inggris merupakan negara kesepuluh terbesar dalam jumlah investasi di Indonesia.
Nilai investasi Inggris masih di bawah Singapura, Malaysia, Jepang, dan Belanda.
Namun, dibandingkan negara-negara UE, investasi Inggris merupakan kedua
terbesar setelah Belanda.
Jadi, dari sisi investasi, pengaruh Inggris relatif lebih besar ketimbang pengaruhnya
dari sisi perdagangan.
Kendati demikian, dilihat dari nilainya, investasi Inggris juga tidak berpengaruh
signifikan terhadap PDB Indonesia.

Dengan kata lain, jika ekonomi Inggris ambruk gara-gara Brexit, pengaruhnya relatif
kecil terhadap fundamental perekonomian Indonesia.

BKPMDaftar

negara yang berinvestasi di Indonesia tahun 2015

Lalu, bagaimana jika perekonomian Inggris maju pesat setelah Brexit.


Nah, inilah yang menjadi tantangan Indonesia.
Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
Dzulfian Syafrian, Indonesia bisa mengambil keuntungan dari Brexit jika pemerintah
Indonesia proaktif melobi pemerintah Inggris.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah membuat bilateral Free Trade
Agreement (FTA) dengan Inggris.
Kesimpulannya, dalam jangka pendek, pasar keuangan Indonesia mungkin agak
bergejolak gara-gara Brexit.
Namun dalam jangka panjang, Brexit justru bisa menguntungkan Indonesia secara
fundamental.

Anda mungkin juga menyukai