Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140

mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

mmHg.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau
lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Klasifikasi hipertensi berdasarkan The Joint National on Detection
Evaluation and Treatmen of High Blood Preasure, adalah sebagai berikut.
Kategori Sistolik Diastolik:
1. Normal tinggi (perbatasan) 130 139 / 85 90
2. Stadium 1, ringan 140 -159 / 90 -99
3. Stadium 2, sedang 160 -179 / 100 -109
4. Stadium 3, berat180 -209 / 110 - 119
5. Stadium 4, sangat berat 210 > / 120 >
B. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1.
Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
2.

transport Na.
Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

3.
4.

tekanan darah meningkat.


Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan


keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan

dengan

Angiotensinogen.

Dengan

adanya

perubahan

pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,


sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,
2006).
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Epistaksis
4. Pusing / migrain
5. Rasa berat ditengkuk
6. Sukar tidur

7. Mata berkunang kunang


8. Lemah dan lelah
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah
11. Kesemutan
E. Pemeriksaan Penunjang
A. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
B. Pemeriksaan retina
C. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
D. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
E. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
F. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
G. Foto dada dan CT scan.

H. Komplikasi
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal,
gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh
darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma,
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal,
serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi
dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat
kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress,
minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan
juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam),
sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Gagal Ginjal

4. Gangguan pada Mata


I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
sepertigolongan

diuretic,

golongan

betabloker,

kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

golongan

antagonis

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
b. Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
a. Gejala

:Riwayat

Hipertensi,

aterosklerosis,

penyakit

jantung

koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.


b. Tanda

:Kenaikan

TD,

Nadi

denyutan

jelas

dari

karotis,

jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena


jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
a. Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
b. Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).

5. Makanan/cairan

a. Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,


lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik
b. Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria
6. Neurosensori
a. Gejala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
b. Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
8. Pernafasan
a. Gejala:
Dispnea
yang
berkaitan
dari
aktivitas
/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
b. Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny
9.

inafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.


Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler verbal.
C. Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Hasil

Intervensi

Resiko
tinggi
terhadap
penurunan curah
jantung
b/d
peningkatan
afterload,
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas
ventrikuler,
iskemia miokard

NOC :
Cardiac Pump

effectiveness
Circulation

Status
Vital Sign Status
Setelah dilakukan
asuhan selama.
Penurunan cardiac
output klien teratasi
dengan
Kriteria
Hasil:
tanda vital dalam
rentang normal
dapat
mentoleransi

aktivits, tidak ada

kelelahan
tidak ada edema
paru, perifer, dan
tidak ada asites
tidak
ada

penurunan
kesadaran
AGD dalam batas

normal
Warna
kulit

normal

NIC :
Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
Monitor status kardiovaskuler
Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan
tekanan darah
Monitor respon pasien terhadap
efek pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan
stress
Fluid Management
Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai

dengan retensi cairan (BUN ,


Hmt , osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamik
termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
Monitor vital sign sesuai indikasi
penyakit
Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher,
asites)
Monitor berat pasien sebelum
dan setelah dialisis
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi cairan sesuai
program
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Kolaborasi pemberian diuretik
sesuai program
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
Kolaborasi pemberian obat yang

dapat meningkatkan output urin


Lakukan hemodialisis bila perlu
dan catat respons pasien
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor jumlah dan irama
jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2

Intoleransi

aktivitas
b/d
kelemahan,
ketidakseimbanga
n
suplai
dan
kebutuhan
oksigen.

NOC :
NIC :
Activity Therapy
Energy conservation
Activity tolerance Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
dalammerencanakan progran
Berpartisipasi dalam
terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
aktivitas fisik
tanpa disertai
mengidentifikasi aktivitas yang
peningkatan
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
tekanan darah,
nadi dan RR
konsisten yangsesuai dengan
Mampu melakukan
kemampuan fisik, psikologi
aktivitas sehari
dan social

Bantu
untuk mengidentifikasi
hari (ADLs) secara
mandiri
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi

roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
antu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
3

NOC :
NIC :
Pain Management
Pain Level
Pain control
Lakukan pengkajian nyeri secara
Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil :
karakteristik, durasi, frekuensi,
Mampu mengontrol
kualitas dan faktor presipitasi
nyeri
(tahu Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri,
ketidaknyamanan
mampu
Gunakan teknik komunikasi
menggunakan
terapeutik untuk mengetahui
tehnik
pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi Kaji kultur yang mempengaruhi
untuk mengurangi
respon nyeri
nyeri,
mencari Evaluasi pengalaman nyeri masa
bantuan).
lampau
Melaporkan bahwa Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri
berkurang
kesehatan
lain
tentang
dengan
ketidakefektifan kontrol nyeri
menggunakan
masa lampau
manajemen nyeri Bantu pasien dan keluarga untuk
Mampu mengenali
mencari
dan
menemukan

Gangguan
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan

dengan
peningkatan

tekanan vaskuler
verbal.

nyeri
(skala,
dukungan

Kontrol
lingkungan yang dapat
intensitas,
mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi
dan
suhu ruangan, pencahayaan
tanda nyeri)
Menyatakan
rasa
dan kebisingan

Kurangi
faktor presipitasi nyeri
nyaman
setelah
nyeri berkurang Pilih dan lakukan penanganan
Tanda vital dalam
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi dan inter personal)
rentang normal
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe dan beratnya

nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda
dan
gejala
(efek
samping)

PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM) HIPERTENSI

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnose keperawatan, edisi 8, alih bahasa
Monica Ester, Jakarta:EGC.
Doenges, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.f., 2000. Rencana Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian keperawatan, (terjemahan) edisi
VIII. Jakarta: EGC.
Putra. 2014 Laporan Pendahuluan Hipertensi. http//putrakietha.blogspot..com. akses
tanggal 26 oktober 2015.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai