Anda di halaman 1dari 5

273

Ekstraksi Bahan Pewarna Alami dari Daun Indigofera dengan Jet-Spray


Aerator
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Made Rajendra2) dan Ida Ayu Anom Arsani3)
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali1,2,3)
Bukit Jimbaran, P.O. Box 1064 Tuban-Badung, Bali
Phone: +62-361-701981, Fax. +61-361-701128

email: grantangs@ymail.com1), made_rajendra2508@yahoo.co.id2), suyapatni@yahoo.com3)


Abstrak: Metode pembuatan bahan pewarna alami kain tradisional batik dan tenun yang telah dikenal
adalah fermentasi. Khusus untuk warna biru indigo, proses fermentasi dapat dilanjutkan dengan ekstraksi
untuk mendapatkan pasta indigo. Proses ekstraksi dapat dilakukan secara mekanis, yaitu dengan
pengeburan, maupun secara kimiawi. Untuk mempercepat produksi, proses pengeburan secara manual
digantikan dengan aerator. Prototipe erator yang telah dibuat berupa tabung aerasi berbahan acrylic,
berdiameter dalam 240 mm dengan tebal 5 mm. Tinggi tabung dibuat 1m untuk menyediakan ruang yang
cukup bagi buih indigo yang terbentuk. Bagian bawah tabung dilengkapi dengan selang udara berbentuk
spiral yang memiliki 5 lubang berdiameter 0.2, 0.4 dan 0.6 mm, diposisikan merata disepanjang ketinggian
larutan dalam tabung. Suplai udara didapatkan dari tabung kompresor berkemampuan 1 pk. Aerator ini
didesain untuk 10 liter larutan fermentasi 1 kg bahan tarum (indigofera). Hasil optimum ditinjau dari massa
pasta yang dihasilkan didapatkan pada tekanan suplai 2 bar dengan waktu 60 menit.
Kata kunci : aerator, ekstraksi, bahan pewarna alami, indigofera
Natural Dye Extraction from Indigofera Leaves using Jet-Spray Aerator
Abstract: The well-known method of producing natural dye for traditional clothes is fermentation.
Especially for those of indigo color, fermentation can be continued with extraction to obtain its paste.
Extraction can be performed by using mechanical or chemical process. In order to accelerate its
production, the manual process of aeration is substituted by jet- spray aerator. The prototype which is a
tubular-formed aerator has been developed , made of 240mm dia acrylic tube having 5mm wall thickness.
Its height is designed to be 1m long, allowing sufficient space for indigotin bulb formed on the top side. A
spiral of pneumatic tube is located on the lower side of the tube having five small holes of 0.2,0.4 and 0.6
mm dia each uniformly distributed along the tube height portion that is immersed by fluid. The air supply is
provided by a 1 HP compressor. This aerator is designed to handle 10 litre fermented indigofera solution
per batch. Based on the indigo paste produced, the optimum working condition of the aerator is achieved
on 2 bar air pressure, operated within 60 minutes.
Keywords:aerator, extraction, natural dye, indigofera
.
I. PENDAHULUAN
Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya
oksigen di dalam air. Efektifitas dari aerasi
tergantung dari seberapa luas dari permukaan air
yang bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi
utama aerasi adalah melarutkan oksigen ke dalam
air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut
dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang
terlarut dalam air. Pada proses ekstraksi pewarna
dari indigofera, molekul oksigen mengikat pigmen
indoxyl untuk membentuk indigotin [1].
Pada pembuatan pasta pewarna indigo berbahan
daun tarum (indigofera), aerasi dilakukan dengan
pengadukan manual, lazim disebut pengeburan.
Proses pengeburan dilakukan pada sebuah bak
beton dengan ukuran yang bevariasi. Komposisi
berat tanaman tarum terhadap air tidak pernah
ditimbang, hanya diperkirakan saja. Berdasarkan

pengamatan, seluruh rendaman tarum menempati


hanya sepertiga volume bak. Sebelum pengeburan,
daun dan ranting tarum mengalami fermentasi
sekitar 24 jam.

Gambar 1 Proses pengeburan secara tradisional


Setelah 24 jam, daun dan ranting diangkat dari
dalam air dan larutan hasil fermentasi dibersihkan

Ekstraksi Bahan Pewarna Alami dari Daun Indigofera dengan Jet-Spray Aerator
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Made Rajendra2) dan Ida Ayu Anom Arsani3)

274

dari sisa-sisa tanaman. Larutan kemudian dicampur


dengan sekitar 200 gram kapur tohor yang
dicampur 2 liter air dan diaduk. Pengeburan
dilakukan secara manual dengan sebilah kayu
sekitar 1,5 jam seperti terlihat pada Gambar 1. Pada
tahap awal, buih timbul dengan cepat dan
terkumpul di bagian permukaan. Bahan pewarna
kualitas terbaik didapatkan dari buih tersebut,
namun biasanya perajin tradisional belum pernah
dipisahkan dari larutan. Buih tersebut dibiarkan
tercampur kembali dengan bagian bawah larutan.
Pengeburan dihentikan bila larutan sudah jenuh,
tidak dapat mengikat oksigen lagi yang
diindikasikan dengan tidak terbentuknya lagi buih
yang muncul ke permukaan.
Mengakomodasi peningkatan animo pasar akan
kain tradisional dan tenun dengan bahan pewarna
alami [2], perlu dilakukan terobosan dalam hal
proses produksi pasta indigo. Tujuan khusus dari
penelitian ini adalah merancang sistem aerasi
sederhana namun tepat guna, skala laboratorium
dan meneliti titik pengoperasian sistem aerasi yang
optimum untuk sejumlah tertentu larutan bahan
indigo. Manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah mengoptimalkan proses
produksi pasta indigo terutama pada saat ekstraksi
dari bahan dasarnya sehingga secara langsung akan
mempengaruhi produktifitas perajin.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini pada dasarnya merupakan
eksperimen murni yang dilakukan terhadap hasil
rancang bangun aerator yang berfungsi sebagai alat
bantu ekstraksi bahan pewarna alami indigo.
Aerator yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan hasil rancang bangun sendiri, bertipe jet
dengan spray halus (fine bubbles) dengan wadah
yang berbentuk tabung, seperti terlihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Instalasi jet-spray aerator


1: tabung aerator, 2: selang jet-spray, 3. kompresor,
4.pressure regulator

Aerator berkapasitas 10 liter untuk pengujian 1


kg bahan daun tarum. Udara dipasok dari bagian
bawah tabung aerator menggunakan selang udara
pneumatik berdiameter dalam 4 mm. Selang udara
dibentuk spiral agar lubang spray yang dipasang
disepanjang
bagian
yang
tercelup
dapat
didistribusikan merata. Selang ditahan pada tiga
posisi dengan penegar berbahan acrylic berbentuk
segitiga seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Konfigurasi selang pneumatik sebagai


jet-spray aerator
Lubang spray pada selang pneumatik
diposisikan sedemikian rupa sehingga oksigen akan
sebagian besar terpasok pada bagian bawah larutan.
Tiga lubang dibuat pada lintasan spiral terbawah
sedangkan dua lubang lainnya dibuat pada dua
spiral diatasnya dengan distribusi jarak yang sama.
2.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel utama yang
akan diteliti adalah:
1. Tekanan udara, (p) adalah tekanan yang
terukur pada sisi luaran (outlet) tabung
kompresor, dalam satuan psi. Tekanan ini
diatur dengan seting pressure yang tersedia
di kompresor.
2. Kecepatan udara, (v) adalah kecepatan
udara di dalam selang udara input ke dalam
tabung aerator yang diukur dengan alat
anemometer,
dalam
satuan
m/det.
Kecepatan
udara
diatur
dengan
menggunakan katup cerat.
3. Kuantitas indigo, (m) diperoleh dengan
menimbang berat endapan pasta indigo
yang didapatkan, dalam satuan gram.
Variabel (1) dan (2) merupakan variabel bebas
sedangkan variabel (3) merupakan variabel terikat.
2.2 Rancangan Eksperimen dan Prosedurnya
Percobaan dilakukan dengan variasi kecepatan
udara aerasi yang diatur dengan diameter lubang
udara sebesar 0.2, 0.4 dan 0.6 mm. Pada setiap
variasi diameter lubang udara, dilakukan pengujian

Ekstraksi Bahan Pewarna Alami dari Daun Indigofera dengan Jet-Spray Aerator
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Made Rajendra2) dan Ida Ayu Anom Arsani3)

275

dimana kecepatan udara diatur dengan diameter


lubang berbeda.
Kecepatan Udara (m/det)

dengan variasi tekanan udara 1 hingga 4 bar (14


hingga 58 psig) dengan selang data 1 bar. Masingmasing data diuji dengan 3 sampel sehingga total
data yang diambil berjumlah 36. Untuk setiap
pengambilan data, direncanakan menggunakan
bahan dasar daun dan ranting tarum seberat 1 kg
sehingga seluruh percobaan memerlukan 10 kg
bahan dari daun dan ranting tanaman tarum.
Pelaksanaan dan langkah-langkah percobaan
dilaksanakan sesuai yang ditetapkan pada penelitian
Suwadji [3] dengan parameter optimal seperti yang
dianjurkan pada hasil penelitian tersebut. Prosedur
percobaan adalah sesuai Gambar 4 berikut.

12
10
8
6

0.2 mm

0.4 mm

0.6 mm

0
1

2
3
4
Tekanan udara (bar)

Gambar 5. Variasi perubahan kecepatan udara


aerasi akibat perubahan diameter spray dan seting
tekanan

Gambar 4. Diagram alir percobaan.


2.3. Analisis Data
Hasil dari percobaan merupakan variabel
terikat massa pasta hasil aerasi yang secara
langsung menunjukkan hasil terbaik sebagai akibat
dari variasi variabel tekanan dan kecepatan udara
aerasi. Dengan demikian, analisis dilakukan secara
grafis perbandingan hasil pada setiap variasi
tekanan dan kecepatan udara.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Variasi Kecepatan Udara Aerasi
Kecepatan udara yang merupakan faktor
penting dalam pengikatan pigmen indigotin
berdasarkan momentum molekul oksigen yang
dihasilkan. Pada diameter lubang spray yang sama,
perubahan tekanan kerja juga mempengaruhi besar
kecepatan udara yang keluar dari lubang spray.
Perubahan kecepatan ini terlihat pada Gambar 5,

Untuk lubang spray 0.2 mm, nampak bahwa


peningkatan kecepatan akibat penambahan tekanan
udara dari 1 hingga 4 bar secara gradual tidak
terlalu tinggi dibandingkan dengan dua kondisi
tekanan berikutnya. Hal ini dapat disebabkan oleh
sempitnya lubang spray yang tidak memungkinkan
penambahan laju aliran massa udara secara
signifikan pada saat peningkatan tekanan udara.
Untuk lubang spray yang lebih besar, nampaknya
terjadi penambahan laju aliran massa yang cukup
besar untuk mempertahankan tekanan udara yang
diinginkan, akibat pembesaran lubang laluan udara.
Dengan demikian, pengaturan variabel tekanan
dan kecepatan udara dalam hal ini secara tidak
langsung mempengaruhi massa molekul oksigen
yang bereaksi dengan indoxyl dalam larutan tarum.
Pada tekanan yang sama, semakin besar lubang
spray dan semakin tinggi kecepatan udara maka
massa oksigen yang dihasilkan akan semakin
banyak pula. Di sisi lain, untuk sejumlah massa
larutan yang sama, maka akan terjadi
kesetimbangan reaksi antara molekul oksigen
dengan partikel indoxyl yang mampu terikat,
sehingga peningkatan tekanan udara dan
pembesaran lubang spray akan memiliki sebuah
titik dimana pasta indigo yang dihasilkan menjadi
maksimal.
3.2 Karakter Aerasi pada berbagai Tekanan
Proses terbentuknya ikatan molekul oksigen
dengan pigmen indoxyl pada daerah tekanan
rendah, 1 dan 2 bar, terjadi dengan cukup lambat.
Pada lima menit pertama, buih yang terbentuk di
atas larutan yang diaerasi tidak terlalu banyak dan
bertahan hingga akhir proses (Gambar 6a). Pada
tekanan udara 1 dan 2 bar, buih yang terbentuk
paling banyak menempati hanya hingga 50 cm,
setengah dari ketinggian tabung. Proses dihentikan
dalam waktu 60 menit, karena observasi

Ekstraksi Bahan Pewarna Alami dari Daun Indigofera dengan Jet-Spray Aerator
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Made Rajendra2) dan Ida Ayu Anom Arsani3)

276

menunjukkan larutan telah jenuh, tidak terjadi


pembentukan buih yang baru.

merupakan gabungan dari bagian buih dan bagian


endapan.

Gambar 7. Sampel pasta indigo yang telah


dihasilkan dari percobaan aerasi
b

Gambar 6. Karakter proses aerasi pada tekanan


rendah (a) dan tinggi (b) pada 5 menit pertama.
Pada proses aerasi dengan tekanan lebih tinggi,
3 dan 4 bar, saat proses aerasi dimulai,
pembentukan buih terjadi relatif cepat di awal dan
berangsur-angsur berkurang hingga mendekati
akhir percobaan yang berlangsung sekitar 40 menit
(Gambar 6b). Seiring dengan peningkatan tekanan
udara suplai dari kompresor, waktu proses aerasi
juga berkurang. Hal ini disebabkan oleh semakin
meningkatnya momentum tumbukan partikel
oksigen terhadap partikel indigotin sehingga
mempercepat proses pengikatan. Pada tekanan 3
dan 4 bar, proses dihentikan setelah 40 menit
karena observasi menunjukkan tidak tebentuknya
buih tambahan lagi.
3.3 Hasil Ekstrak Indigofera
Hasil ekstrak indigofera dari proses aerasi yang
didapatkan terdiri dari dua bagian utama, yaitu
partikel indigo yang terikat dalam buih serta
endapan indigotin di bagian bawah larutan. Buih
yang terbentuk kemudian dikumpulkan dengan
sebuah wadah untuk mengalami pengeringan alami
dalam waktu 1 hari. Semakin tinggi tekanan dan
kecepatan kerja aerator, semakin besar volume buih
yang didapatkan, namun hal ini tidak berarti
semakin tingginya massa pasta indigo yang
dihasilkan.
Endapan di bagian bawah setelah dikumpulkan,
disaring kembali dibiarkan mengering secara alami
selama 1 hari di dalam ruangan. Berikut sampel
pasta indigo yang telah didapatkan (Gambar 7).
Massa pasta yang menentukan hasil ekstraksi

3.4 Pengaruh Tekanan dan Kecepatan Udara


terhadap Massa Pasta
Ganbar 8 menunjukkan grafik perolehan
massa pasta indigo pada setiap perubahan tekanan
untuk masing-masing diameter lubang spray.
Mempertimbangkan massa yang didapatkan,
tekanan udara 1 bar tidak layak digunakan bahkan
untuk setiap variasi spray, berkenaan dengan hasil
yang didapatkan sangat rendah. Massa pasta
meningkat secara signifikan mulai tekanan 2 bar
namun cenderung menurun pada peningkatan
tekanan selanjutnya.
30
Massa pasta (gr)

25
20
15

Spray1

10

Spray2

Spray3

0
1

Tekanan udara (bar)

Ganbar 8. Grafik variasi massa pasta indigo pada


setiap variasi tekanan dan kecepatan udara.
Nampak bahwa hasil terbanyak didapatkan pada
tekanan 2 bar dengan menggunakan spray 2 (0.4
mm, kecepatan udara sebesar 3.8 m/det) dengan
durasi aerasi 60 menit. Pada titik ini didapatkan
massa pasta terbanyak yaitu 26 gr dari pengolahan
1 kg bahan indigofera. Menurut reaksi kimia, proses
pengikatan molekul indigotin oleh molekul oksigen
berlangsung mengikuti kesetimbangan mol tertentu
[5], sehingga pemasokan volume oksigen yang

Ekstraksi Bahan Pewarna Alami dari Daun Indigofera dengan Jet-Spray Aerator
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Made Rajendra2) dan Ida Ayu Anom Arsani3)

277

berasal dari udara bebas secara berlebihan tidak


akan berpengaruh signifikan terhadap massa hasil
pasta indigo yang terbentuk. Hal inilah yang
memungkinkan terjadi titik optimum tekanan
dimana massa hasil pasta indigo terbanyak
terbentuk.
Secara mekanis, proses pengikatan indigotin
oleh oksigen juga dipengaruhi gaya tumbukan
(momentum) antar molekul [6]. Secara teoritis,
semakin kuat semakin mudah terjadinya pengikatan
molekul indigotin. Momentum dalam hal ini sangat
dipengaruhi oleh kecepatan udara masuk ke dalam
larutan.
Dengan penggunaan aerator pada kondisi
opimal, spray 2 bertekanan 2 bar rata-rata pasta
indigo yang dihasilkan dari 1000 gr tarum tarum
adalah 20 gr, maka rendeman alat adalah 2,0%. Bila
dibandingkan dengan hasil penelitian serupa [0]
yang hanya maksimum mendapatkan rendeman
0,5%, dalam hal ini kinerja alat sudah cukup baik.
IV. KESIMPULAN

Proses Indigo Alam, Balai Penelitian dan


Pengembangan Industri Semarang, 1981
4. Rai Sedana, A.A., Sudiarta, IW, Suryana,
J., Pewarna Batik Alami di Tjok Agung
Indigo
Desa
Pejeng
Kecamatan
Tampaksiring Kabupaten Gianyar, Jurnal
Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Vol.3.
No.1, 2015
5. Boyd, C.E., Types of Aeration and Design
Consideration.
Aquaculture
Network
Information
Center,
http://www.aquanic.org/publicat/state/ilin/ces/ces-240_aeration.htm, 2008
6. Jensen, G.L., Bankston,J.D., Jensen, J.W.,
Types and Uses of Aeration Equipment,
SRAC Publication No.31. Texas, 1989
Chanayath, N., Lhieochaiphant, S dan Phutrakul, S.
Pigment Extraction Techniques from the Leaves of
Indigofera tinctoriaLinn. and Baphicacanthus cusia
Brem. and Chemical Structure Analysis of Their
Major Components, CMU Journal, Vol. 1(2),
pp.149-160, 2002

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian


ini adalah sebagai berikut:
1. Sejauh ini, rendeman alat maksimum yang
mampu dihasilkan adalah 2,0% yang
menunjukkan massa pasta yang dihasilkan
untuk setiap kilogram daun dan ranting
tarum.
2. Kondisi optimal aerator ditemukan pada
kecepatan udara aerasi sebesar 3.8 m/det
dan tekanan 2 bar, dengan lama aerasi 60
menit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis sampaikan kepada
Kemenristekdikti sebagai pemberi hibah penelitian
HIBER sehingga penelitin ini dapat terlaksana
dengan baik dan lancar serta rekan-rekan peneliti,
PLP dan mahasiswa yang turut membantu
pelaksanaan percobaan hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Laitonjam, W.S., Wangkheirakpam, S.D.,
Comparative Study of the Major
Components of the Indigo Dye Obtained
from Strobilanthes flaccidifolius Nees. and
Indigofera tinctoria Linn. International
Journal
of
Plant
Physiologyand
Biochemistry, Vol 3(7), pp 108-116, July,
2011
2. Puniari, I.A.N, Makna dan Pemakaian Kain
Bebali dalam Upacara Agama Hindu di
Bali, Karya Sastra: Denpasar, 2003
3. Suwadji., Suyitno., Suiskandar dan
Maryanto, Penelitian Kondisi Optimal
Ekstraksi Bahan Pewarna Alami dari Daun Indigofera dengan Jet-Spray Aerator
Ida Bagus Putu Sukadana1), I Made Rajendra2) dan Ida Ayu Anom Arsani3)

Anda mungkin juga menyukai