Anda di halaman 1dari 30

Penyakit Paru Obstruktif

Kronik

Oleh :

Annisa Abdi Ghifari


NIM : 1508434485

PENDAHULUAN
DEFINISI
Penyakit

paru

obstruksi

kronik

(PPOK) adalah penyakit paru yang dapat


dicegah

dan

hambatan

diobati,

aliran

ditandai

udara

yang

oleh
tidak

sepenuhnya reversibel, bersifat progresif


dan

berhubungan

dengan

respons

inflamasi paru terhadap partikel atau gas


beracun

berbahaya,

disertai

efek

ekstraparu yang berkontribusi terhadap


derajat berat penyakit.
Penyakit

paru

obstruksi

kronik

terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema


atau

gabungan

keduanya.

Bronkitis

kronik adalah kelainan saluran napas


yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal

tiga

bulan

dalam

setahun,

sekurang-kurangnya dua tahun berturutturut. Sedangkan emfisema adalah suatu


kelainan anatomis paru yang ditandai

dengan

pelebaran

bagian

distal

bronkiolus terminal disertai kerusakan


dinding alveoli.

FAKTOR RESIKO
Faktor resiko PPOK terdiri dari :
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Stres oksidatif
4. Gen
5. Tumbuh kembang paru

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dan angka mortalitas
PPOK terus meningkat. Pada tahun 1992,
berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga Depkes RI, PPOK bersama asma
bronkial menduduki peringkat keenam
dan merokok merupakan penyebab PPOK
terbanyak

(95%

kasus)

di

negara

berkembang.8

Selanjutnya pada tahun

2004, PPOK menempati urutan pertama


(35%)

penyumbang

angka

untuk

penyakit

tidak

kesakitan
menular

berdasarkan hasil survey penyakit oleh


Depkes RI, diikuti oleh asma bronchial
(33%), kanker paru (30%) dan lainnya
(2%).2
Di Amerika Serikat pada tahun
2007

menunjukkan

prevalensi

PPOK

sebesar 10,0% pada laki-laki dan 8,5%


pada

wanita.

Di

Asia

Tenggara

diperkirakan tertinggi di Vietnam (6,7%)


dan China (6,5%).3
Di

Indonesia

penyakit

bronkitis

kronik dan emfisema meningkat seiring


dengan meningkatnya jumlah orang yang
menghisap rokok dan pesatnya kemajuan
industri.

PPOK

merupakan

masalah

kesehatan umum dan menyerang sekitar


10% penduduk usia 40 tahun ke atas. 8
Hasil studi pada 28 negara pada tahun

1990 2004 ditambah dengan studi di


Jepang, membuktikan bahwa prevalensi
PPOK

meningkat

pada

perokok

dan

mantan perokok, umur di atas 40 tahun


dan pada laki laki.1

IMUNOPATOLOGI

Gambar 1. Patogenesis PPOK. Sumber :


GOLD 2015 inc.
Pada bronkhitis kronis perubahan
awal terjadi pada saluran udara yang
kecil. Selain itu, terjadi destruksi jaringan
paru disertai dilatasi rongga udara distal
(emfisema),

yang

menyebabkan

hilangnya

elastic

recoil,

hiperinflasi,

terperangkapnya udara, dan peningkatan


usaha untuk bernapas, sehingga terjadi
sesak napas. Pada saluran napas kecil
terjadi

penebalan

pembentukan
penimbunan

akibat

folikel
kolagen

peningkatan
limfoid

di

dan

bagian

luar

saluran napas, sehingga menghambat


pembukaan

saluran

napas.

Lumen

saluran napas kecil berkurang karena


penebalan mukosa berisi eksudat sel
radang yang meningkat sejalan dengan
beratnya
udara

penyakit.

pada

PPOK

Hambatan
disebabkan

aliran
oleh

beberapa derajat penebalan dan hipertofi


otot polos pada bronkiolus respiratorius.
Dengan berkembangnya penyakit, kadar
CO2 meningkat dan dorongan respirasi
bergeser

dari

CO2

ke

hipoksemia,

dorongan pernapasan juga mungkin akan


hilang sehingga memicu terjadinya gagal
napas.

Menurut
Elastase,

di

Hipotesis
dalam

Elastase-Anti

paru

terdapat

keseimbangan antara enzim proteolitik


elastase

dan

antielastase

untuk

mencegah terjadinya kerusakan jaringan.


Perubahan keseimbangan antara enzim
proteolitik elastase dan antielastase akan
menimbulkan kerusakan jaringan elastin
paru. Ketidakseimbangan ini dapat dipicu
oleh

adanya

rangsangan

pada

paru

antara lain oleh asap rokok dan infeksi


yang menyebabkan elastase bertambah
banyak atau oleh adanya defisiensi alfa-1
antitripsin.
DIAGNOSIS
Diagnosis PPOK dipertimbangkan bila
timbul gejala dan tanda sebagai berikut :
1,2

1. Sesak , sesak yang progresif.


Bertambah berat jika beraktivitas, dan
menetap.
2. Batuk kronik. Batuk kronik bias hilang
timbul dan tidak berdahak.

3. Batuk kronik berdahak. Berbagai batuk


kronik yang berdahak bias
mengindikasikan PPOK.
4. Riwayat faktor resiko. Seperti terpajan
asap rokok, bahan kimia di tempat
kerja, asap dari dapur.
5. Riwayat keluarga dengan PPOK.
Jika terdapat gejala diatas,
pertimbangkan PPOK dan lakukan uji
spirometri, jika terdapat pada pasien usia
diatas 40 tahun. Spirometri diperlukan
untuk memastikan diagnosis PPOK.
ANAMNESIS
Pada anamnesis tanyakan riwayat
terpajan semua factor resiko, riwayat
berat badan lahir rendah, batuk berulang
dengan atau tanpa dahak, sesak dengan
atau tanpa mengi.
PEMERIKSAAN FISIK2
PPOK umunya tidak ditemukan kelainan.
Inspeksi
Pursed lips breathing

Barrel chest
Penggunaan otot bantu nafas
Hipertrofi otot bantu nafas
Pelebaran sela iga
Palpasi
Pada emfisema, fremitus melemah dan
sela iga melebar.
Perkusi
Pada emfisema hipersonor, batas
jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong kebawah.
Auskultasi
Suara nafas vesikuler normahl,
melemah
Terdapat ronkhi atau mengi pada waktu
bernafas biasa atau pada ekspirasi
biasa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh.
Pink puffer

Gambaran yang khas pada emfisema,


pasien kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed-lips berathing.
Blue bloater
Gambaran khas pada bronchitis kronik,
pasien gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru,
sianosis dan perifer.
Pursed-lips breathing
Sikap sesorang yang bernapas dengan
mulut mencucu dan ekspiras yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal
napas kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang rutin dikerjakan untuk
menegakkan diagnosis PPOK adalah uji
faal paru sedang pemeriksaan darah
rutin (Hb, Ht, Leukosit) dan foto toraks
untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk
memeriksa VEP1, KVP dan VEP1/KVP.
VEP1 merupakan parameter yang paling
umum dipakai untuk menilai beratnya

PPOK
dan
memantau
perjalanan
penyakit. Disebut obstruksi apabila
%VEP1 (VEP1/VEP1 prediksi) <80% atau
VEP1% (VEP1/KVP) < 75%. Apabila
spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin
dilakukan,
bisa
dilakukan
pemeriksaan
APE
(arus
puncak
ekspirasi), dengan memantau variabiliti
harian pagi dan sore tidak melebihi 20% .
1

KLASIFIKASI GOLD PPOK dengan


menggunakan spirometri
Tabel 1. Klasifikasi PPOK menurut GOLD
2015

Pemeriksaan Radiologi pada PPOK2


Tabel 2. Perbedaan radiologi antara
emfisema dan bronchitis kronik

EMFISEMA

BRONKITIS
KRONIK

Hiiperinflasi

Normal

Hiperlusen

Corakan

Ruang retrosternal

mendatar
Diafragma mendatar

bronkovaskul
er
bertambah
pada 21%
kasus

Jantung menggantung

PPOK EKSASERBASI AKUT


Eksaserbasi akut pada PPOK berarti
timbulnya
perburukan
dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi
dapat disebabkan infeksi atau faktor
lainnya seperti polusi udara, kelelahan
atau timbulnya komplikasi.1
Gejala eksaserbasi :
-Sesak bertambah
-Produksi sputum meningkat
-Perubahan warna sputum
Eksaserbasi

akut

akan

dibagi

menjadi tiga :
a.Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3
gejala di atas
b.Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2
gejala di atas
c.Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1
gejala di atas ditambah infeksi saluran
napas atas lebih dari 5 hari, demam
tanpa sebab lain, peningkatan batuk,
peningkatan mengi atau peningkatan
frekuensi pernapasan > 20% baseline,
atau frekuensi nadi > 20% baseline
Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan
dilakukan dirumah oleh penderita yang
telah diedukasi dengan cara :
Menambahkan dosis bronkodilator atau
dengan mengubah bentuk
bronkodilator yang digunakan
dari bentuk inhaler, oral dengan
bentuk nebuliser
Menggunakan oksigen bila aktivitas dan
selama tidur
Menambahkan mukolitik

Menambahkan ekspektoran
Jika dalam 2 hari gejala tidak berkurang
segera ke dokter
Penyebab eksaserbasi akut
Primer :
-Infeksi trakeobronkial (biasanya
karena virus)
Sekunder :
-Pnemonia
-Gagal jantung kanan, atau kiri,
atau aritmia
-Emboli paru
-Pneumotoraks spontan
-Penggunaan oksigen yang tidak
tepat
-Penggunaan obat-obatan (obat
penenang, diuretik) yang
tidak tepat
-Penyakit metabolik (DM, gangguan
elektrolit)
-Nutrisi buruk

-Lingkunagn memburuk/polusi
udara
-Aspirasi berulang
KLASIFIKASI PPOK
Tabel 3. Klasifikasi PPOK menurut GOLD
2015: 1
Klasifikasi GEJALA
Spirometri
PPOK
KLINIS
PPOK Ringan

PPOK Sedang

PPOK Berat

PPOK Sangat
Berat

Gejala batuk kronik


dan produksi sputum
ada tapi tidak sering.
Pada derajat ini pasien
tidak menyadari
bahwa faal paru mulai
menurun
Gejala sesak mulai
dirasakan saat
aktivitas dan kadang
ditemukan gejala
batuk dan produksi
sputum. Pada derajat
ini biasanya pasien
mulai memeriksakan
kesehatannya.
Gejala sesak lebih
berat, penurunan
aktivitas, rasa lelah
dan serangan
eksaserbasi semakin
sering dan berdampak
pada kualitas hidup
pasien
Gejala diatas ditambah
tanda-tanda gagal
napas atau gagal
jantung knan dan
ketergantungan

FEV1 80% Prediksi

50% FEV1 < 80%


Prediksi

30% FEV1 < 50%


Prediksi

FEV1 < 30% Prediksi

oksigen. Pada derajat


ini kualitas hidup
menurun dan jika
eksaserbasi
mengancam jiwa.

Skala sesak menurut modified Medical


Research Council (mMRC) :
Tabel 4. Skala sesak mMRC
Skala
Keluhan sesak berkaitan
sesak
dengan aktivitas
1.
Tidak sesak kecuali aktivitas
berat
2.
Sesak mulai timbul jika
berjalan cepat atau naik
tangga 1 tinggi
3.
Berjalan lambat karena
merasa sesak
4.
Sesak timbul jika berjalan 100
meter atau setelah beberapa
menit
5.
Sesak bila mandi atau
berpakaian
Kualitas hidup penderita PPOK dapat
dinilai dengan CAT dimana kuisioner
yang terdiri atas 8 pertanyaan. Setiap
pertanyaan memiliki nilai 0 sampai 5. 0
artinya sangat baik dan 5 berarti

kondisinya sangat tidak baik.


1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Kondisi batuk pasien


Kondisi dahak pasien
Apakah ada rasa berat di dada
Bagaimana kondisi sesak nafas
saat naik tangga
Apakah ada keterbatasan dalam
aktivitas sehari-hari
Apakah ada kekhawatiran untuk
keluar rumah akibat penyakit yang
dideritanya
Dapat tidur nyenyak atau tidak
Apakah pasien merasa bertenaga
atau tidak

Menurut gejala :
Sedikit gejala (mMRC 0-1 atau CAT <10):
pasien A atau C
Banyak gejala (mMRC 2 atau CAT10):
pasien B atau D
Berdasarkan hasil spirometri :
Resiko rendah (GOLD 1 atau 2) : pasien A
atau B
Resiko tinggi (GOLD 3 atau 4) : pasien C
dan D

Eksaserbasi :
Resiko rendah : 1 per tahun dan tidak
pernah dirawat akibat eksaserbasi :
pasien A atau B
Resiko tinggi : 2 per tahun atau 1
dirawat akibat eksaserbasi : pasien C
atau D
Tabel 5. Kombinasi assesmen PPOK

PENATALAKSANAAN
Tujuan penaalaksanaan PPOK mencakup
beberapa komponen, yaitu :

1. mengurangi gejala
2. Mencegah progresifitas penyakit
3. Meningkatkan toleransi latihan
4. Meningkatkan status kesehatan
5. Mencegah dan menangani komplikasi
6. Mencegah dan menangani eksaserbasi
7. Menurunkan kematian
Penghentian merokok mempunyai
pengaruh besar untuk mempengaruhi
riwayat dari PPOK. Kita sebagai dokter
harus bisa membuat pasien untuk
berhenti merokok. Aktivitas fisik sangat
berguna untuk penderita PPOK dan
pasien harus didorong untuk tetap aktif.
Tabel 6. Tabel penatalaksanaan non
farmakologis
Pasien
grup
A

B,C,D

Hal yang
penting
Berhenti
rokok
( bisa
ditambahk
an terapi
farmakolo
gi)
Berhenti

rekomend
asi
Aktivitas
fisik

Menurut
guideline
Vaksin flu
Vaksin
pneumococca
l

Aktivitas

Vaksin flu

merokok (
bisa
ditambah
dengan
terapi
farmakolo
gi)
Rehabilita
si paru

fisik

Vaksin
pneumococca
l

TERAPI FARMAKOLOGIS UNTUK PPOK


STABIL
Terapi farmakologis dilakukan untuk
mengurangi
gejala,
mengurangi
keparahan
eksaserbasi
dan
meningkatkan status kesehatan. Setiap
pengobatan harus spesifik terhadap
setiap pasien, karena gejala
dan
keparahan dari keterbatasan aliran udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya
gagal nafas dan status kesehatan secara
umum.
Bronkodilator adalah
obat pilihan pertama untuk menangani
gejala PPOK, terapi inhalasi lebih dipilih
dan bronkodilator diresepkan sebagai
pencegahan/ mengurangi gejala yang

akan timbul dari PPOK. Bronkodilator


inhalasi kerja lama lebih efektif dalam
menangani gejala daripada bronkodilator
kerja cepat.
Antiinflamasi digunakan apabila terjadi
eksaserbasi akut dalam bentuk oral
maupun
injeksi
intravena.
Yang
digunakan
biasanya
kortikosteroid
golongan
metilprednisolon
atau
prednisone.
Antibiotika hanya diberikan bila terdapat
eksaserbasi.
Antioksidan
untuk
mengurangi
eksaserbasi dan memperbaiki kualitas
hidup.
Antioksidan
dapat
diberikan
pada
eksaserbasi yang sering, bukan untuk
pemakaian rutin.
Mukolitik. Hanya digunakan terutama
pada eksaserbasi akut. Mengurangi
eksaserbasi pada bronchitis kronis, tidak
dianjurkan untuk pemakaian rutin.
Phosphodiesterase-4 inhibitor. Diberikan
kepada pasien dengan derajat III atau IV
dan memiliki riwayat eksaserbasi dan

bronchitis kronik.
Tabel 7. Terapi farmakologi untuk PPOK
stabil
Grup pasien

Pilihan
pertama

Pilihan
kedua

Pilihan lain

Antikolinergi
k
kerja
pendek atau
kerja
pendek
beta2 agonis

Teofilin

Antikolinergi
k
kerja
lama
atau
beta2agonis
kerja lama

Antikolinergi
k kerja lama
atau
beta2agonis
kerja
lama
atau
beta2agonis
kerja
pendek dan
antikolinergi
k
kerja
pendek
Antikolinergi
k kerja lama
dan
beta2agonis
kerja lama

Inhalasi
kortikosteroi
d
+
beta2agonis
kerja lama
Atau
antikolinergi
k kerja lama

Inhalasi

Antikolinergi
k kerja lama
dan
beta2agonis
kerja
lama
atau
sntikolinergi
k kerja lama
dan
penghambat
PDE-4 atau
beta2agonis
kerja
lama
dan
pengambat
PDE-4
Inhalasi

Beta2agonis
kerja cepat
dan
atau
antikolinergi
k kerja cepat
Teofilin
Beta2agonis
kerja cepat
dan
atau
antikolinergi
k kerja cepat
Teofilin

Karbosistein

kortikosteroi
d
+
beta2agonis
dan
atau
antikolinergi
k
kerja
panjang

kortikosteroi
d
+
beta2agonis
dan
antikolinergi
k kerja lama
atau inhalasi
kortikosteroi
d
+beta2
agonis dan
penghambat
PDE-4 atau
antikolinergi
k kerja lama
dan
beta2agonis
kerja
lama
atau
antikolinergi
k kerja lama
dan
penghambat
PDE-4

Tabel 8. Jenis-jenis obat PPOK


beta2agonis
kerja cepat
Fenoterol
Levalbuterol
Salbutamol
Terbutaline
kerja lama
Formoterol
Arformoterol
Indacaterol
Salmeterol
Tulobuterol

n-asetil
sistein
beta2agonis
kerja cepat
dan/atau
antikolinergi
k kerja cepat
teofilin

Antikolinergik
kerja cepat
ipratropium bromide
oxitropium bromide
kerja lama
aclidinum bromide
glicopyrronium
bromide
Tiotropium
umeclidinum

kombinasi beta agonis kerja cepat plus antikolinergik dala


fenoterol/ipratropium
salbutamol/ipratropiu
m
kombinasi beta agonis kerja lambat plus antikolinergik da
formoterol/aclidinium
indacaterol/glycopyrronium
vilanterol/umeclinidiu
m
Metilxantin
aminofilin
Teofilin

inhalasi kortikosteroid
beclomethasone
budesonide
fluticasone
kombinasi beta 2 agonis kerja lama + kortikosteroid dalam
formoterol/belclometasone
formoterol/budesonid
e

formoterol/mometasone
salmeterol/fluticason
e
vilanterol/fluticasone furoate
kortikosteroid sistemik
prednisone
metilprednisolon
penghambat phospodiesterase 4
raflumilast

Tabel 9. Nama dan sediaan obat PPOK


NAMA
GENERIK
BUDESONIDFORMOTEROL
DEKSAMETAS
ON
FENOTEROL
HBR
IPRATROPIUM
BROMIDA
METILPREDNIS
OLON
SALBUTAMOL
TEOFILIN

EDUKASI1,2

SEDIAAN/KEKU
ATAN
inh 80/4,5 mcg
inh160/4,5 mcg
tab 0,5mg
inh 100 mcg/puf
inh 20 mcg/puf
tab 4mg
tab 16 mg
aerosol 100 mcg
tab 100, 150, SR
300mg

Edukasi merupakan hal yang terpenting


dalam pengelolaan jangka panjang untuk
PPOK stabil. Tujuan edukasi : mengenal
perjalanan penyakit dan pengobatan,
melaksanakan
pengobatan
yang
maksimal, mencapai aktivitas optimal,
dan meningkatkan kualitas umum
Secara umum bahan edukasi yang harus
diberikan adalah :
Pengetahuan dasar mengenai PPOK
Obat obatan,
sampingnya

manfaat

dan

efek

Hindari pencetus (berhenti merokok)


Penyesuaian aktivitas
1. Berhenti merokok
Disampaikan
pertama
kali
diagnosis PPOK ditegakkan.

ketika

2. Penggunaan obat-obatan
3. Penggunaan oksigen
Kapan oksigen harus digunakan, dosis,
dan efek samping jika kelebihan oksigen.

4. Penilaian dini eksaserbasi akut dan


pengelolaannya.
5. Dapat menghindari dan mendeteksi
pencetus eksaserbasi
6. Dapat menyesuaikan kebiasaan hidup
dengan keterbatasan aktivitas.
TERAPI PPOK EKSASERBASI AKUT
Penatalaksanaan
eksaserbasi
bronkodilator

akut

PPOK

di

seperti

rumah
pada

PPOK

stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari.


Steroid oral dapat diberikan selama
10-14 hari. Bila infeksi dapat diberikan
antibiotik spektrum luas (termasuk S.
pneumonia,

H.

influenzae,

M.

catarrhalis).
Terapi

eksaserbasi

akut

di

rumah

sakit:

Terapi

oksigen

terkontrol,

melalui kanul nasal atau venturi


mask.

Bronkodilator : inhalasi agonis


2

(dosis

dan

frekuensi

ditingkatkan) + antikolinergik

Pada eksaserbasi akut berat +


aminofilin

(0,5mg/

Aminofilin

bolus

(dengan
perlahan

kgbb/jam).
5

mg/kgBB

pengenceran)
(10

menit)

harus
untuk

menghindari efek samping. Lalu


lanjutkan

perdrip

mg/kgBB/jam.

0,5-0,8
Pemberian

aminofilin drip dan terbutalin


dapat bersama-sama dalam 1
botol

cairan

perinfus.

Cairan

infus yang digunakan adalah


dektrose 5%, NaCl 0,9% atau
ringer laktat.

Steroid : prednison 30-40mg PO


selama 10-14 hari

Steroid

intravena

keadaan berat.

pada

DAFTAR PUSTAKA
1.

GOLD,Inc. Pocket Guide to COPD


Diagnosis,
Management,
and
Prevention.
Diakses
dari:
http://www.goldcopd.com/Guidelineite
m.asp?l1=2&l2=1&intId=989
pada
tanggal 1 Oktober 2015

2. PDPI. Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK)
Pedoma,
Diagnosis,
dan
Penatalaksanaan
di
Indonesia.
Jakarta : PDPI ; 2011
3.MW Lorraine. Pola Obstruktif pada
Penyakit Pernafasan. Dalam: AP
Sylvia,
MW
Lorraine,
editor.
Patofisiologi. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC; 2005. Hal.783-795
4.

SR

Bambang,

Hisyam

Barnawi.

Obstruksi Saluran Pernafasan Akut.


Dalam: WS Aru, dkk, editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta:
Pusat
Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI; 2007. Hal 984-985

Anda mungkin juga menyukai