Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

USG PADA OBSTETRI

PEMBIMBING
Letkol CKM, dr. M. Birza Rizaldi, Sp.OG

Penyusun:
Ritno Ryadi

(1102011237)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA
PERIODE 18 JULI 2016 24 SEPTEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan pembuatan referat yang berjudul USG PADA OBSTETRI yang merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Tk.II Moh. Ridwan Meuraksa.

Referat ini diharapkan bisa memberikan beberapa pengetahuan kepada para pembaca
sekalian mengenai persalinan preterm.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Letkol CKM dr. M. Birza Rizaldi, Sp.OG selaku dokter pembimbing dalam
pembuatan referat ini dan teman-teman Co-Ass yang telah membantu dalam pembuatan referat
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini banyak terdapat kekurangan dan juga
masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada khususnya dan semua pihak yang
berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada umumnya. AmiIn.

Jakarta, September 2016

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
USG PADA OBSTETRI
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian
Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Tk.II. Moh Ridwan meuraksa

Telah disetujui
Tanggal :

Disusun oleh :

Ritno Ryadi
1102011237

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta


Jakarta,

2016
Pembimbing,

(Letkol CKM dr. M. Birza Rizaldi, Sp.OG)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................................3
2.1. Teknik pemeriksaan USG ........................................................................................3
2.2. Indikasi pemeriksaan USG .......................................................................................5
A. Pemeriksaan USG kehamilan trimester I..........................................................7
B. Kelainan pada kehamilan trimester I................................................................11
C. Pemeriksaan USG kehamilan trimester II dan III.............................................14
D. Penentuan pertumbuhan dan besar janin...........................................................17
E. Tindakan intervensi pada kehamilan trimester II dan III...................................31
BAB III KESIMPULAN ......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................34

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jenis probe .........................................................................................................................4


Gambar 2.2. Transduser mencapai fornix ...............................................................................................5
Gambar 2.3. Kantung gestasi ...................................................................................................................7
Gambar 2.4. Yolk sac................................................................................................................................8
Gambar 2.5. Struktur mudigah..................................................................................................................9
Gambar 2.6. kantung amnion yang tidak berisi mudigah..........................................................................11
Gambar 2.7. Mola hidatidosa....................................................................................................................12
Gambar 2.7b. kehamilan nirmudigah dengan dinding yang menebal........................................................13
Gambar 2.8. KG berisi mudigah hidup di luar kavum uteri......................................................................13
Gambar 2.9. Pengukuran diameter biparietal ...........................................................................................15
Gambar 2.10. Pengukuran panjang femur.................................................................................................16
Gambar 2.11. Pengukuran lingkar abdomen.............................................................................................17
Gambar 2.12. plasenta previa totalis.........................................................................................................22
Gambar 2.13. Klasifiaksi plasenta............................................................................................................24
Gambar 2.14. Pembuluh darah tali pusat..................................................................................................25
Gambar 2.15. arteri umbilical tunggal......................................................................................................26

Gambar 2.16. Lilitan tali pusat .................................................................................................................28


Gamar 2.17. Keadaan janin polihidroamnion............................................................................................29
Gambar 2.18. keadaan janin oligohidroamnion.........................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan
gambaran eko dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh organ.
Sejak diperkenalkan pertama kali di bidang obstetri oleh Ian Donald sekitar 50
tahun yang lalu, USG telah mingalami perken-rbangan yang sangat pesat, baik dalam hal teknik
maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini telah membawa kemajuan yang sangat
dramatis di dalam hal diagnosis dan penanganan kehamilan. Morfologi dan fungsi organ janin
dapat dipelajari secara kasat mata dengan menggunakan usg 2-dimensi (USG 2-D) jenis realtime.
Fungsi hemodinamik uterus plasenta janin dapat dipelajari dengan lebih mudah
dan akurat dengan teknik pemeriksaan Doppler (color Doppler dan pulsed Doppler). Dalam
dekade terakhir ini telah dikembangkan teknik pemeriksaan USG 3-dimensi (USG 3-D), baik
jenis 3-D-statik maupun 3-D real time-(USG 4-dimensi atau live 3-D). Melalui USG 3-D
morfologi, perilaku, dan sirkulasi janin-plasenta dapat dipelaiari dengan lebih mudah dan jelas
berdasarkan aspek 3 dimensi.
Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG paling baik dikerjakan melalui
vagina (transvaginal). Frekuensi gelombang ultrasonik yang digunakan adalah 7,5Mhz atau
lebih, yang mempunyai kedalaman penetrasi sekitar 5 - 10 cm, tetapi memberikan kualitas
resolusi yang lebih baik.

Kerusakan jaringan tubuh yang terjadi terutama akibat pengaruh panas (efek
termal) dan kavitasi (efek mekanis) yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonic. Hipertermia
yang terjadi pada masa organogenesis dapat menimbulkan cacat pada janin (teratogenik),
pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin. Oleh karena efek termal ini, pemeriksaan
USG obstetri sebaiknya dihindari pada ibu yang sedang mengalami demam, tenrtama pada
kehamilan trimester 1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2..1.

TEKNIK PEMERIKSAAN USG

Pemeriksaan USG obstetri dapat dikerjakan melalui cara transabdominal (USG-TA) atau
transvaginal (USG-TV).
A. Pemeriksaan USG Transabdominal
Transduser (probe) yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah jenis linear atau
konveks (Gambar 2.1). Transduser jenis konveks lebih popular digunakan pada saat ini
karena dapat menampilkan lapang pandangan yang lebih iuas dibandingkan jenis linear.
Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada kehamilan trimester II dan III.
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri jel (gel) untuk
lubrikasi dan menghilangkan udara di antara permukaan transduser dan dinding
abdomen.
Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih yang penuh akan
mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung kemih yang terlampau penuh
akan mendesak genitalia interna ke posterior, sehingga letaknya di luar daya jangkau
transduser. uterus mudah mengalami kontraksi, sehingga kantung gestasi di dalam uterus
ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-keadaan ini akan mempersulit
pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung gestasi dapat luput dari pemeriksaan
Pada kehamilan trimester II dan III uterus teiah cukup besar dan letaknya di luar rongga
pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-TA dapat
dikerjakan tanpa memeriukan persiapan kandung kemih.

Gambar 2.1. Jenis Probe


B. Pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam keadaan kandung kemih yang kosong agar
organ pelvik berada dekat dengan permukaan transduser dan berada di dalam area
penetrasi transduser
Dalam persiapan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan elemennya (untuk
menghilangkan udara di permukaan transduser), kemudian dibungkus dengan alat
pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat pelindung). Sebelum
dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus transduser diberi jel lagi (berfungsi
sebagai lubrikan dan menghilangkan udara di antara permukaan elemen transduser dan
serviks uteri. Transduser dimasukkan ke dalam vagina hingga mencapai daerah forniks
(Gambar 2.2). Manuver gerakan transduser di dalam vagina merupakan kombinasi
gerakan maju-mundur,gerakan memutar (rotasi), dan gerakan angulasi ke samping
kirikanan atau ke atas-bawah.

10

Gambar 2. 2. Transduser mencapai fornix


2..2.

INDIKASI PEMERIKSAAN USG


Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan USG maka perlu dibuat suatu pedoman yang

mengatur penggunaan USG di bidang obstetri. Pedoman tersebut antara lain memuat indikasi
pemeriksaan USG dalam kehamilan.
Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I
1. penentuan adanya kehamilan intrauterine
2. penentuan adanya denyut jantung mudigah atau janin
3. penentuan usia kehamilan
4. penentuan kehamilan kembar
5. perdarahan per vaginam
6. terduga kehamilan ektopik
7. terdapat nyeri pelvik
8. terduga kehamilan mola
9. terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus
10. membantu tindakan invasif, seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales (chorionic
aillws samping), pengangkatan IUD
Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan timester II dan III
1. penentuan usia kehamilan
2. evaluasi pertumbuhan janin
3. terduga kematian janin;
4. terduga kehamilan kembar;
5. terduga kelainan volume cairan amnion;
6. evaluasi kesejahteraan janin;
7. ketuban pecah dini atau persalinan preterm;
8. penentuan presentasi janin;
9. membantu tindakan versi luar;
10. terduga inkompetensia serviks;
11. terduga plasenta previa;
12. terduga solusio plasenta;
13. terduga kehamilan mola;
14. terdapat nyeri pelvik atau nyeri abdomen;
15. terduga kehamilan ektopik;
11

16. kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu > 35 tahun, atau hasil tes biokimiawi
abnormal); evaluasi kelainan kongenital;
17. riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya;
18. terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus; dan
19. membantu tindakan invasif, seperti amniosentesis, kordosentesis, atau amnioinfusia
A. Pemeriksaan Ultrasonografi Kehamilan Trimester I
1. Kantung Gestasi
Struktur kantung gestasi (KG) intrauterin dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu
(17 hari pascakonsepsi, atau sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan
endometrium. Pada saat itu diameternya mencapai 2 - 3 mm. Dengan USG-TA kehamilan
intrauterin dapat terlihat setelah diameter KG mencapai 5 mm; dan secara konsisten
terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG mencapai > 1O mm.
Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk bundar atau
oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan lemaknya eksentrik di dalam lapisan
endometrium yang menebal (Gambar 2.3)

Gambar 2.3. Kantung gestasi


Struktur KG harus dibedakan dari struktur anekoik lainnya di dalam kamm uteri,
seperti hematometra, hidrometra, kista endometrial, endometritis, atau kantung gestasi
palsu (pseudo-gesutional sac) pada kehamilan ektopik.
2. Yolk Sac
12

Suatu kehamilan intrauterin baru dapat dipasrikan setelah terlihat struktur yolh sac di
dalam KG (Gambar 2.4). Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang letaknya di
dalam ruang korion.
Selama kehamilan 5 - 10 minggu diameter yolk. sac mencapai 5 - 6 mm. Setelah itu
yolk sac akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat lagi
Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang diameternya > 10
mm (USG-TV) atau > 20 mm (USG-TA), maka kemungkinan besar kehamilan tidak akan
berkembang normal dan akan mengalami abortus.

Gambar 2.4. Yolk sac


3. Mudigah dan Janin
Istilah mudigah (embrio) digunakan terhadap hasil konsepsi sampai usia kehamilan
10 minggu, yaitu selama berlangsungnya proses organogenesis. Mulai usia kehamilan 11
minggu hasil konsepsi disebut janin (fetus)
Dengan USG-TV struktur mudigah pertama kali dapat terlihat pada kehamilan 5,5
minggu, berupa penebalan pada sebagian dinding yolk sac
Panjang mudigah dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-bokong (JKB) atau
crown-rump length (CRL). Panjangnya sekitar 2 - 3 mm dan belum memperlihatkan
denyut jantung. Panjang mudigah akan bertambah sekitar 1 - 2 mm per hari.

13

Gambar 2.5. Struktur mudigah


Frekuensi denyut jantung (FD) mudigah pada kehamilan 6 minggu sekitar 110
denyut per menit (dpm), meningkat mencapai 175 dpm pada kehamilan 9 minggu,
kemudian menumn hingga 156 dpm pada kehamilan 12 minggu
Apabila FDJ < 80 dpm pada kehamilan 6 minggu; atau < 100 dpm pada kehamilan
>= 7 minggu, umumnya mudigah akan mati dalam beberapa hari kemudian.
4. Penentuan Usia Kehamilan
Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila dilakukan
pada kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan mudigah paling cepar dan
variasi biologiknya paling kecil. Sebelum struktur mudigah dapat terlihat, penentuan usia
kehamilan dilakukan melalui pengukuran diameter rata-rata kantung gestasi (KG).
Setelah struktur mudigah terlihat, maka usia kehamilan ditentukan melalui
pengukuran panjang mudigah (JKB). Mulai akhir trimester I pertumbuhan janin sudah
cukup besar dan bagian-bagian spesifik janin (seperti kepala dan ekstremitas) sudah dapat
dilihat lebih jelas. Sejak saat itu pengukuran JKB tidak akurat lagi, dan penentuan usia
kehamilan sebaiknya dilakukan melalui pengukuran bagian-bagian spesifik janin, seperti
diameter biparietal (DBP).
Penentuan usia kehamilan dilakukan berdasarkan tabel data atau nomogram yang
menggambarkan hubungan antara ukuran biometri janin dan usia kehamilan pada

14

kehamilan normal. Pengukuran diameter KG untuk menentukan usia kehamilan hanya


akurat bila digunakan pada usia kehamilan 5 - 6,5 minggu.
Pengukuran JKB dilakukan mulai kehamiian 6 minggu, saat struktur mudigah
secara konsisten terlihat melalui pemeriksaan USG (Gambar 2.3). Jarak kepala-bokong
merupakan parameter yang paling baik digunakan untuk rnenentukan usia kehamilan,
dengan tingkat kesalahan + 3 - 5 hari.
5. Kehamilan Kembar
Kemungkinan suatu kehamilan kembar dapat diketahui sejak usia kehamilan 5 minggu,
dengan melihat jumlah kantung gesmsi di dalam kavum uteri. Diagnosis definitif
kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari satu mudigah yang
menunjukkan aktivitas denyut jantung.

B. Kelainan pada kehamilan trimester 1


1. Kehamilan Nirmudigah (Blighted Ovum; Anambryonic Pregnancy; Empty Amnion)
Kehamilan nirmudigah sering dijumpai pada kehamilan trimester I, terjadi akibat
kegagalan pembentukan mudigah. Kelainan ini mungkin juga terjadi karena
perkembangan mudigah terhenti sebelum dapat terdeteksi dengan USG, atau mudigah
mati dan mengalami resorbsi sehingga tidak terlihat lagi dengan USG
Diagnosis kehamilan nirmudigah ditegakkan bila ditemukan salah satu keadaan
berikut:
(1) struktur mudigah tidak terlihat di dalam KG yang diameternya > 18 mm (USG-TV)
atau > 25 mm (USG-TA);
(2) struktur tidak terlihat di dalam KG yang diameternya > 10 mm (USG-TV) atau > 20
mm (USG-TA);
(3) kantung amnion yang tidak berisi mudigah (Gambar 2.6)

15

Gambar 2.6. Kantung amnion yang tidak berisi mudigah


2. Perdarahan pada Kehamilan Trimester I
Perdarahan retrokorionik dan subkorionik umumnya terjadi bersamaan. Perdarahan yang
masih baru akan terlihat hiperekoik terhadap korion; sedangkan perdarahan yang lamanya
sudah 1 - 2 minggu akan terlihat hipoekoik atau anekoik.
3. Kehamilan Mola (Mola Hidatidosa)
Gambaran USG kehamilan mola pada trimester I tidak spesifik dan bervariasi. Mungkin
terlihat menyerupai kehamilan nirmudigah dengan dinding yang menebal (Gambar 2.7b)
plasenta hidropik, missed. abortion, abortus inkompletus, mioma berdegenerasi kistik,
hiperplasia endometrium (Gambar 2.7), atau terlihat sebagai massa ekogenik yang
mengisi seluruh kavum uteri. Dalam hal ini pemeriksaan kadar b-hCG serum akan sangat
membantu penegakan diagnosis.

16

Gambar 2.7. Mola Hidatidosa

Gambar 2.7b kehamilan nirmudigah dengan dinding yang menebal


4. Kehamilan Ektopik
Diagnostik definitif KE ditegakkan apabila terlihat KG berisi struktur mudigah hidup
yang letaknya di luar kavum uteri (Gambar 2.8). Bila pada USG terlihat kehamilan
intrauterin, maka kemungkinan KE sangat kecil

17

Gambar 2.8. KG berisi mudigah hidup di luar kavum uteri


Diagnosis KE didasarkan atas temuan yang teriihat pada uterus, adneksa, dan kavum
Douglasi. Uterus tidak selalu membesar, dan kavum uteri memperlihatkan gambaran
yang bervariasi. Kadang-kadang karum uteri terbuka karena terisi cairan sekret dan
memberikan gambaran menyerupai kantung gestasi (KG palsu). Kantung gestasi palsu
bentuknya selalu lonjong, letaknya di tengah kavum uteri, tidak mempunyai gambaran
cincin ganda yang konsentrik, dan tidak berisi struktur yolk sac atau mudigah.
Gambaran spesifik kehamilan tuba berupa massa ekhogenik berbentuk sirkular dengan
diameter 10 - 30 mm yang ietaknya di daerah adneksa. Di bagian tengahnya terlihat
stn:ktur anekhoik yang berasal dari kantung gestasi, sehingga massa adneksa membentuk
gambaran cincin (tubal ring).
Apabila KE mengalami gangguan perdarahan (abortus atau ruptura tuba), akan terlihat
cairan bebas yang mengisi kavum Dougiasi. Gambaran perdarahan akibat KE sulit
dibedakan dari perdarahan atau cairan bebas yang terjadi oleh sebab lain, seperti
perdarahan orulasi, asites, pus, dan kista pecah.
C. Pemeriksaan Ultrasonografi Kehamilan Trimester II dan III

18

Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III dilakukan dengan cara transabdominal
tanpa persiapan kandung kemih. Pada kondisi tertentu pemeriksaan dilakukan melalui kandung
kemih yang setengah terisi atau dengan USG-TV, misalnya untuk menilai letak piasenta,
ketebalan segmen bawah uterus (SBU), kondisi serviks, dan tumor pelvik.
Penentuan Usia Kehamilan
Setelah kehamilan 20 minggu variasi pertumbuhan janin semakin melebar, sehingga
pengukuran biometri untuk menentukan usia kehamilan menjadi tidak akurat lagi.
Pemeriksaan USG serial dengan interval sedikitnya 2 minggu dapat menambah akurasi
pemeriksaan.
Biometri yang cukup mudah diukur dan lazim digunakan adalah DBP, lingkar kepaia,
panjang femur, dan panjang humerus.
a. Pengukuran Diameter Biparietal dan Lingkar Kepala
Pengukuran DBP dilakukan pada penampang aksial kepala setinggi taiamus (bidang
transtalamik), karena melalui bidang ini akan diperoleh ukuran DBP yang terbesar
(Gambar 2.9.)

Gambar 2.9. pengukuran diameter biparietal


Pengukuran dilakukan pada jarak biparietal yang terbesar, dari permukaan luar tuiang
parietal bagian proksimal ke arah permukaan dalam tulang parietal bagian distal (luar
19

ke dalam'), tegak lurus falks serebri. Peneliti lain melakukan pengukuran DBP pada
permukaan luar tulang parietal bagian proksimal dan distal ('luar ke luar').
Alat USG yang dijual sekarang umumnya diiengkapi sofnttare yang dapat mengukur
lingkar kepala (dan bagian tubuh janin lainnya) dengan cara ellips atau cara tracing.
b. Pengukuran Panjang Femur Pengukuran dilakukan terhadap diafisis tulang femur yang
berada pada posisi horizontal. Bagian epifisis tulang tidak ikut diukur (Gambar 2.10).
Pengukuran panjang tulang humerus dan tulang-tulang panjang lainnya dilakukan dengan
cara yang sama seperti pengukuran tulang femur.

Gambar 2.10. Pengukuran panjang femur


c. Pengukuran Lingkar Abdomen Pengukuran dilakukan pada penampang aksial abdomen
setinggi hepar, karena melalui bidang ini akan diperoleh ukuran lingkar abdomen yang
terbesar. Pada penampang ini akan terlihat tulang vertebra di bagian posterior, lambung di
bagian lateral, dan penampang aksial vena umbilikal yang letaknya di bagian depan dan
agak ke posterior (Gambar 2.11). Pengukuran lingkar abdomen dilakukan melalui
diameter antero-posterior 'luar ke luar' dan diameter transversal abdomen 'luar ke luar'.

20

Gambar 2.11. pengukurang lingkar abdomen


D.

Penentuan Pertumbuhan dan Besar Janin


Pertumbuhan janin selama kehamilan dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor genetik)
yang menentukan potensi pertumbuhan janin; dan faktor ekstrinsik (faktor lingkungan).
Potensi pertumbuhan janin akan terganggu misalnya oleh kelainan genetik/ kromosom,
infeksi (rubela), radiasi, dan obat-obatan. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin misalnya kondisi geografi,status sosial-ekonomi, penyakit dan
kebiasaan ibu (hipertensi, malnutrisi, merokok, alkoholik, dan sebagainya), penyakit pada
janin, dan gangguan uteroplasenta. Gangguan pertumbuhan janin akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal, dan pada jangka panjang akan menyebabkan defek
neuroiogik
Pada pemeriksaan USG, penilaian pertumbuhan janin terutama didasarkan atas penilaian
ukuran anatomi dan perubahan fungsional janin selama masa kehamilan. Penyimpangan
pada proses pertumbuhan janin bisa diketahui dengan lebih mudah berdasarkan data
(nomogram) ukuran anatomi janin.
1. Pertumbuhan Janin Terhambat
Pertumbuhan ianin terhambat dapat digolongkan ke dalam jenis simetrik (tipe 1) dan
jenis asimetrik (tipe 2). Sekitar 80 % PJT tergolong jenis asimetrik, sedangkan 20 %

21

lainnya merupakan jenis simetrikle. Pertumbuhan janin terhambat jenis simetrik dapat
disebabkan baik oleh faktor intrinsik (kelainan genetik/kromosom) maupun ekstrinsik
(bahan teratogenik, infeksi intrauterin, malnutrisi berat, dan sebagai,nya), dan terjadi
sejak usia kehamilan muda.
Pada PJT jenis asimetrik penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi
plasenta, yang umumnya terjadi pada kehamilan trimester IIL Gambaran spesifik PJT
asimetrik terlihat pada besar atau berat janin yang berkurang, sedangkan panjang
janin hanya sedikit terpengaruh.
Bentuk tubuh janin tidak proporsional (asimetrik), yaitu ukuran tubuh (misalnya
lingkar abdomen) yang kecil, sedangkan ukuran kepala tidak banyak mengalami
perubahan (brain sparing phenomenon).
Pada janin normal, rasio lingkar kepala dan lingkar abdomen adalah 1,18 pada
kehamilan 17 minggu; berkurang menjadi 1,11 pada kehamilan 29 minggu; 1,01 pada
kehamilan 36 minggu; dan < 1,0 setelah usia kehamilan 35 minggu' Pada PJT
asimetrik rasio tersebut tetap > 1,020. Volume cairan amnion berkurang
(oligohidramnion) karena produksi urin berkurang. Ukuran plasenta mengecil.
Pertumbuhan janin terhambat jenis asimetrik jarang disertai kelainan kongenital. Pada
PJT jenis simetrik gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan panjang janin yang
berkurang. Ukuran kepala seringkali lebih kecil daripada ukuran normal
(mikrosefalus). Ukuran plasenta biasanya normal. Kelainan kongenital banyak
dijumpai pada PJT jenis simetrik dan biasanya berupa kelainan multipel. Volume
cairan amnion masih normal, kecuali bila disertai kelainan kongenital volume cairan
amnion mungkin menjadi abnormal (oligohidramnion atau polihidramnion).
Pengukuran lingkar abdomen sangat berguna dan paling sensitif dalam mendiagnosis
PII, baik jenis asimetrik maupun jenis simetrik. Pada PJT asimetrik, lingkar abdomen

22

Iebih kecil daripada ukuran normal untuk usia kehamilan tertentu; sedangkan ukuran
biometri janin lainnya tidak atau hanya sedikit terpengaruh. Pada PJT simetrik,
ukuran Iingkar abdomen dan biometri janin lainnya lebih kecil daripada ukuran
normal.
2. Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar yang terdeteksi pada kehamilan trimester I harus seialu dievaluasi,
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya reduksi spontan atau gangguan lainnya
selama masa kehamilan. Sekitar 21. ok kehamilan kembar akan mengalami reduksi
spontan (vanishing nuin) pada kehamilan trimester II2l. Kematian perinatal terutama
terjadi pada kembar monokorionik.
Pada kehamilan trimester II, korionisitas kehamilan kembar dapat diketahui dengan
memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta, dan sekat pemisah kedua
janin.
Kematian yang terjadi pada salah satu janin kembar dikorionik umumnya tidak
menimbulkan pengaruh buruk kepada janin lainnya; akan tetapi bila terjadi pada
kembar monokorionik dapat menimbulkan gangguan pada janin lainnya, seperti
prematuritas, hipotensi, kerusakan otak, atau kematian janin.
3. Kelainan Kongenital janin
Saat ini sebagian besar kelainan kongenital janin dapat diketahui sebelum usia
kehamilan 20 minggu, yaitu sebelum memasuki masa perinatal. Beberapa petanda
kelainan kongenital yang seringkali dijumpai pada pemeriksaan USG adalah
a. volume cairan amnion yang abnormal (oligohidramnion atau polihidramnion);
b. pertumbuhan janin terhambat, terutama jika terjadi sebelum kehamilan 20
c.
d.
e.
f.
g.

minggu;
kelainan morfologi bentuk tubuh dan struktur organ janin;
ukuran biometri janin yang abnormal;
ukuran plasenta yang abnormal;
arteri umbilikal tunggal (single umbilical artery); dan
aktivitas biofisik janin yang berkurang.

23

4. Ultrasonografi kelainan kromosom


Pemeriksaan USG pada awal trimester II dapat mendeteksi kelainan-kelainan;'anin
yang merupakan petanda dari kelainan kromosom. Kelainan-kelainan tersebut bisa
berupa petanda lemah (sof marher) atau petanda ktat (strong marker atau bard marker)
kelainan kromosom.
Petanda lemah kelainan kromosom adalah kelainan minor pada janin yang
mempunyai korelasi statistik dengan kejadian kelainan kromosom, misalnya edema atau
penebalan kulit belakang kepaia, tidak terbentuknya tulang hidung, gambaran usus yang
hiperekoik, kista pleksus koroid, atau dilatasi ringan ventrikel lateral otak
(ventrikuIomegali).
Petanda kuat kelainan kromosom adalah kelainan kongenital mayor pada janin yang
telah terbukti mempunyai korelasi kuat dengan kelainan kromosom, misalnya kelainan
kepala (mikrosefalus, holoprosensefalus), kelainan wajah dan leher (labio/ palatosizis,
higroma kistik), kelainan toraks (hernia diafragmatika, beberapa kelainan jantung),
kelainan dinding abdomen (omfalosel), kelainan gastrointestinal (atresia esofagus, atresia
duodenal), kelainan urogenital (hidronefrosis, displasia ginjal kistik), keiainan skelet
(femur atau humerus yang sangat pendek, talipes), hidrops fetalis nonimun, PJT pada
kehamilan trimester II, oligo/polihidramnion, dan sebagainya.
5. Plasenta
a. Ukuran plasenta
Sampai kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar 1/+ Iuas permukaan
miometrium, dan ketebalannya tidak lebih dari 2 - 3 cm. Menjelang kehamilan
aterm plasenta menempati sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan
ketebalannya dapatmencapai4-5cm
Plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita
diabetes mellitus, ibu anemia (Hb<8g%), hidrops fetalis, tumor plasenta, kelainan
kromosom, infeksi (sifilis,CMV),dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis
24

dapat dijumpai pada preklampsia, pertumbuhan janin terhambat (PJT), infark


plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai
ketebalan minimal plasenta yang masih dianggap normal. Beberapa penulis
memakai batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5 - 2,5.
b. Letak (Posisi) Plasenta
Plasenta bisa berkembang di bagian mana saja pada permukaan endometrium,
sesuai dengan letak implantasi blastosis. Letak plasenm yang menutupi ostium
uteri internum (OUI) pada kehamilan trimester I tidak akan selamanya menjadi
plasenta previa. Dengan benambahnya usia kehamilan, sebagian besar vili akan
mengalami atrofi, uterus semakin membesar, dan segmen bawah uterus akan
terbentuk.
Berdasarkan posisi plasenta terhadap ostium uteri internum, plasenta previa
dibedakan

atas

plasenta

previa

totalis

atau

komplit,

plasenta

previa

parsialis,plasenta previa marginalis dan plasenta letak rendah. Plasenta previa


parsialis dan plasenta previa marginalis sulit dibedakan melalui pemeriksaan
USG, sehingga keduanya digolongkan ke dalam plasenta previa marginalis.
Sekitar 20 % plasenta previa merupakan jenis totalis (Gambar 2.12) dan 80%
lainnya merupakan plasenta previa marginalis.

25

Gambar 2.12. Plasenta previa totalis


c. Bentuk Plasenta
Kelainan bentuk plasenta yang dapat diketahui melalui pemeriksaan USG antara
lain plasenta membranasea, plasenta suksenturiata, plasenta bilobata, dan plasenta
sirkumvalata.
d. Perlekatan Abnormal Plasenta
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan perlekatan abnormal
plasenta pada dinding uterus, seperti plasenta akreta, plasenta kreta, dan plasenta
adesiva.
Diagnosis plasenta akreta melalui pemeriksaan USG menjadi lebih mudah bila
implantasi plasenta berada di SBU bagian depan. Lapisan miometrium di bagian
basal plasenta terlihat menipis atau menghilang. Pada plasenta perkrera vena-vena
subplasenta terlihat berada di bagian dinding kandung kemih.
e. Kalsifikasi Plasenta
Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan
akibat deposisi kalsium pada plasenta. Kalsifikasi pada plasenta terlihat mulai
kehamilan 29 minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia
kehamilan, terutama setelah kehamilan 33 minggu (Gambar 2.13).

26

Gambar 2.13. Kalsifikasi plasenta


Pada pemeriksaan USG deposisi kalsium terlihat sebagai bercak-bercak ekogenik
yang tidak memberikan gambaran bayangan akustik.
f. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang ietaknya normal dari
dinding uterus sebelum waktunya. Kelainan ini terjadi pada sekitar 1% kehamilan
tetapi menyebabkan tingkat kematian perinatal sekitar 20 60%.
Lokasi pelepasan plasenta bisa di daerah retroplasenta atau di daerah marginal.
Pelepasan plasenta di daerah retroplasenta terjadi karena ruptura arteri spiralis;
sedangkan pelepasan plasenta di daerah marginal terjadi karena ruptura vena-vena
marginalis.
Solusio plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG,
meskipun secara klinis terdapat petanda kuat adanya solusio plasenta (perdarahan
pervaginam, nyeri abdomen, uterus yang sensitif, dan mungkin janin telah mati).
g. Tumor Plasenta
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah korioangioma (korangioma).
Pada pemeriksaan USG, korioangioma terlihat sebagai massa padat (hiperekoik
atau hipoekoik) yang letaknya di daerah subkorionik dan seringkali menonjol dari
permukaan fetal plasenta. Letak tumor biasanya berdekatan dengan tempat insersi
27

tali pusat. Tumor yang kecil dan letaknya intraplasenta sulit terdeteksi dengan
USG
6. Tali Pusat
Tali pusat berisi dua arteri umbilikal yang mengalirkan darah 'kotor' (berisi zat
metabolit) dari janin ke plasenta; dan sebuah vena umbilikalyaog mengalirkan darah
segar (kaya akan oksigen dan nutrien) dari plasenta ke janin. Ketiga pembuluh darah
umbilikal berada di dalam jaringan mukoid (jeli Vharton) dan dibungkus selaput
amnion (Gambar 2.14). Diameter arteri umbilikal sekitar 0,4 cm, lebih kecil dari vena
umbilikal (1 cm), tetapi mempunyai lapisan muskular yang lebih tebal.

Gambar 2.14. Pembuluh darah tali pusat


a. Ukuran Tali Pusat
Selama kehamilan tali pusat akan bertambah panjang, dan mencapai panjang
finalnya sekitar 50 - 60 cm (berkisar antara22 - 130 cm) pada kehamilan 28
minggu.
Tali pusat yang pendek (< 32 cm) tidak aman untuk persalinan peruaginam;
sedangkan taii pusat yang panjang (> 100 cm) dapat menyebabkan terjadinya
prolaps, lilitan tali pusat, atau simpul tali pusat2e. Tali pusat yang pendek sering
menyertai kelainan kongenital janin, seperti defek dinding abdomen.

28

Diameter tali pusat yang normal sekitar I - 2 cm. Tali pusat yang besar (> 3 cm)
tidak selalu berarti abnormal. Beberapa keadaan abnormal yang dapat
menyebabkan tali pusat membesar adalah diabetes mellitus, edema tali pusat
(hidrops fetalis, janin mati), hematoma, tumor tali pusat, hernia umbilikalis, dan
defek dinding abdomen.
b. Kelainan Pembuluh Darah Tali Pusat
Arteri umbilikal tunggal (AUT) merupakan kelainan tali pusat yang paling sering
terjadi, dan ditemukan pada sekitar 0,2 - 1,1 % kelahiran (Gambar 2.15).

Gambar 2.15. Artri umbilical tunggal


Diagnosis AUT didasarkan atas ditemukannya gambaran 2 pembuluh darah di
dalam tali pusat yang berasal dari I arteri dan 1 vena umbilikal. Arteri umbilikal
biasanya terlihat lebih besar dari ukuran normal, mendekati ukuran vena
umbilical.
c. Simpul Tali Pusat
Simpul tali pusat dapat terjadi karena gerak janin yang berlebihan, tali pusat yang
panjang, janin kecil, polihidramnion, dan kembar monokorionik. Simpul yang
terjadi mungkin longgar dan tidak membahayakan janin; atau erat sehingga
mengganggu sirkulasi janin dan menyebabkan kematian perinatal. Pada
pemeriksaan USG simpul tali pusat terlihat sebagai tonjolan ireguler berisi

29

pembuluh darah umbilikal yang saling bersilangan dan tidak terlihat adanya
kontinuitas pembuluh darah bagian proksimal dengan bagian distal simpul.
d. Lilitan Tali Pusat di Leher Janin
Seperti halnya simpul tali pusat, lilitan tali pusat terjadi karena gerak janin yang
berlebihan, tali pusat yang panjang, janin kecil, dan polihidramnion. Lilitan tali
pusat bisa terjadi di bagian mana saja dari tubuh janin, tetapi yang tersering
adalah di bagian leher (nuchal cord).
Lilitan tali pusat dapat menimbulkan bradikardia dan hipoksia janin dan bila
jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan mortalitas perinatal2
Pada pemeriksaan USG lilitan tali pusat diketahui dengan melihat adanya satu
atau lebih bagian tali pusat yang melingkari leher janin (Gambar 2.16).
Pemeriksaan akan lebih jelas dengan menggunakan Color Doppler.

Gambar 2.16. Lilitan tali pusat


7. Cairan Amnion
Cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin. Kelainan jumiah cairan amnion dapat terjadi, dan seringkali
merupakan petanda yang paling awal terlihat pada janin yang mengalami gangguan.
Di pihak lain, kelainan jumlah cairan amnion dapat menimbulkan gangguan pada
janin, seperti hipoplasia paru, deformitas janin, kompresi tali pusat, PJT, prematuritas,
kelainan letak, dan kematian janin. Oleh sebab itu, kelainan jumlah cairan amnion
30

yang terjadi oleh sebab apa pun akan meningkatkan morbiditas dan mortaiitas
perinatal.
a. Mekanisme Pengaturan Cairan Amnion
Pada kehamilan 20 minggu jumlah cairan amnion sekitar 500 ml, kemudian
jumlahnya terus meningkat hingga mencapai jumlah maksimal sekitar 1.000 ml
pada kehamilan 34 minggu. Jumlah cairan amnion sekitar 800 - 900 ml pada
kehamilan aterm, berkurang hingga 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250
ml pada kehamilan 43 minggu.
b. Penilaian Jumlah Cairan Amnion
Penilaian Subjektif
Pada keadaan polihidramnion, janin menjauh dari dinding depan uterus sehingga
tidak ada bagian tubuh janin yang bersentuhan dengan dinding depan uterus (Gambar
2.17). Janin berada di luar daya penetrasi gelombang ultrasonik sehingga sulit terlihat
melalui USG. Pada keadaan oligohidramnion cairan amnion disebut berkurang bila
kantung amnion hanya terlihat di daerah tungkai bawah; dan disebut habis bila tidak
terlihat lagi kantung amnion. Pada keadaan ini aktivitas gerakan janin menjadi
berkurang. Struktur janin sulit untuk dipelajari, dan ekstremitas tampak berdesakan
(Gambar 2.18).

Gambar 2.17. Keadaan janin polihidroamnion

31

Gambar 2.18. Keadaan janin oligohidroamnion


Penilaian Semikuantitatif

Pengukuran jumlah'cairan amnion secara semikuantitatif dapat dilakukan melalui


beberapa cara. Yang banyak dikerjakan adalah
(1) pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu kantung amnion
Morbiditas dan mortalitas perinatal akan meningkat bila diameter vertikal terbesar
kantung amnion < 2 cm (oligohidramnion), atau > 8 cm (polihidramnion)
(2) pengukuran indeks cairan amnion (ICA)
Pada pengukuran ICA uterus dibagi ke dalam 4 kuadran yang dibuat oleh garis
mediana melalui iinea nigra dan garis horisontal setinggi umbilikus. Pada setiap
kuadran uterus dicari kantung amnion terbesar, bebas dari bagian tali pusat dan
ekstremitas janin, yang ditemukan melalui transduser yang diletakkan tegak lurus
terhadap lantai
Nilai ICA yang normal adalah antara 5 - 20 cm. Penulis lain menggunakan
batasan 5 - 18 cm atau 5 - 25 cm. Bila ICA <5 cm disebut oligohidramnion;
sedangkan bila ICA > 20 cm disebut polihidramnion.
Polihidramnion tergolong derajat ringan bila ICA 20 - 30 cm; derajat sedang bila
ICA 30 - 40 cm; dan derajat berat bila ICA > 40 cm.
c. Oligohidramnion

32

Beberapa keadaan yang dapar. menyebabkan oligohidramnion adaiah keiainan


kongenital, PJT, ketuban pecah, kehamilanpostterm, insufisiensi plasenta, dan
obat-obatan (misalnya dari golongan anriprosraglandin).
d. Polihidramnion
Polihidramnion dapat terjadi akibat kelainan kongenital, diabetes mellitus, janin
besar (makrosomia), kehamilan kembar, kelainan pada plasenta dan tali pusat, dan
obatobatan (misalnya propiltiourasil).
Komplikasi yang sering terjadi pada polihidramnion adalah malpresentasi janin,
ketuban pecah, prolaps tali pusat, persalinan preterm, dan gangguan pernapasan
E.

pada ibu.
Tindakan Intervensi pada Kehamilan Trimester II dan III
Beberapa tindakan interyensi dengan bimbingan USG yang seringkali dilakukan pada kehamilan
trimester II dan III, antara lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

chorionic aillus sampling (CVS);


amniosentesis unttk karyotyping atau untuk pemeriksaan surfaktan;
kordosentesis;
transfusi intrauterin;
amnioinfusi;
pungsi kista yang terdapat pada ibu a:au janin;
parasentesis, misalnya pada hidrops fetalis;
pemasangan shunt, misalnya pada obstruksi saluran kemih; dan
pemberian obat atau nutrisi intrauterin.

33

BAB III
KESIMPULAN
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan
gambaran eko dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh organ.
Kerusakan jaringan tubuh yang terjadi terutama akibat pengaruh panas (efek
termal) dan kavitasi (efek mekanis) yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonic. Hipertermia
yang terjadi pada masa organogenesis dapat menimbulkan cacat pada janin (teratogenik),
pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin. Oleh karena efek termal ini, pemeriksaan
USG obstetri sebaiknya dihindari pada ibu yang sedang mengalami demam, terutama pada
kehamilan trimester 1.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan USG maka perlu dibuat suatu pedoman yang
mengatur penggunaan USG di bidang obstetri. Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan
trimester I yaitu untuk menentukan adanya kehamilan intrauterine, menentukan adanya denyut
jantung mudigah atau janin, menentukan usia kehamilan, menentukan kehamilan kembar,
perdarahan per vaginam, terduga kehamilan ektopik, terdapat nyeri pelvik, terduga kehamilan
mola, terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus, serta membantu tindakan invasif, seperti
pengambilan sampel jaringan vili koriales (chorionic aillws samping), pengangkatan IUD.
Sedangkan indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan timester II dan III yaitu untuk evaluasi
kesejahteraan janin, serta membantu tindakan invasive seperti amniosentesis, kordosentesis, atau
amnioinfusia

34

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono. 2010. Ultrasonografi pada Obstetri dalam Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Hal 245 - 26

35

Anda mungkin juga menyukai