Kanker
Tumor merupakan benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh. Tumor terbagi atas 2
yaitu jinak dan ganas (kanker). Kanker merupakan penyakit akibat adanya pertmbuhan yang
abnormal dari sel sel jaringan tubuh yang dapat mengkibatkan invasi ke jaringan-jaringan yang
normal. Kematian akibat kanker di dunia masih lebih tinggi dibandingkan penyakit jantung da
stroke, lebih tinggi jika dibandingkan total kematian TBC, malaria, dan Aids.
Jumlah kanker terus meningkat hingga diperkirakan mencapai lebih dari 2 kali lipat dalam 20
tahun.
Kanker merupakan masalah yang masih perlu dibahas karena banyak pihak yang
menyebarkan informasi sesat, dan kurangnya kesadaran yang mengakibatkan keterlambatan
memperoleh pertolongan medik. Menurut WH-UICC, 43% kanker dapat dicegah, dan 30%
kanker dapat dikontrol bila ditangani secara dini.
Faktor faktor yang meningkatkan terkena kanker usia, gender, kelainan genetic, kontak
dengan bahan kimia tertentu, radiasi, dan virus.
A. Kanker Payudara
1. Struktur Payudara
Mammae dextra dan mammae sinistra berisi glandula mammaria dan terdapat dalam fascia
superficialis dinding thorax ventral. Pada wanita dan pria memiliki sepasang mamma, namun
pada pria glandula mamma tersebut tidak berkembang dan mengalami rudimenter.
Mammae terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari lateral thoraks. Kelenjar susu
yang bentuknya bulat ini terletak di
fasia pektoralis. Mammae melebar ke
arah superior dari iga dua, inferior dari
kartilago kosta enam dan medial dari
sternum serta lateral linea midaksilanis.
Pada bagian mammae yang paling
menonjol
terdapat
sebuah
papilla,
ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi
mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah
aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri dari bebrapa
lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang disebut ductus laktiferus.
Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak yang disebut ruang retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan
ikat yang disebut ligamentum suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Struktur payudara terdiri atas:
Parenkim epithelial
Lemak, pembuluh darah, syaraf dan saluran getah bening
Otot dan fasia
2. Defenisi
Kanker payudara merupakan suatu keganasan pada seluruh jaringan payudara kecuali
jaringan kulit payudara, yang dapat menyebar (metastasis) ke organ organ lain dan dapat
menyebabkan kematian.
3. Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insiden relatif tinggi dan
cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% terjadi pada perempuan dan
hanya 1% pada laki laki, sehingga kanker paydara merupakan masalah kesehatan utama pada
perempuan.
Menurut WHO 2008 dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap
tahunya 350.000 kasusu diantaranya ditemukan di Negara maju, dan 250.000 di Negara yang
berkembang. Di AS diperkirakan setiap tahunya 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker
payudara dengan proporsi 32% dari seluruh jenis kanker yang menyerang wanita dan proporsi
umur tertinggi pada kelompok umur > 50 tahun dengan proporsi 65%. Sebanyak 150.000
penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit dan 44.000 penderita meninggal setiap
tahunnya.
Data statistik Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2006,
menunjukan bahwa kanker payudara menenmpati urutan pertama dari seluruh jenis kanker
(19,64%).
Di Indonesia kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Kejaidan
kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kanker.
menunjukan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada umur <
12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok usia wanita yang menarche > 12 tahun.
Menopause usia lanjut
Menopause setelah usia > 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker
payudara. Kurang dari
1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause
sebelum usia 55 tahun.
Riwayat keluarga
Terdapat resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetic ditemukan bahwa
kanker
mempunyai resio 2 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara. Wanita
dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk terkena
kanker payudara. Dan wanita dengan hyperplasia atipikal mempunyai risiko 5 kali
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada
wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
risiko terjadinya kanker payudara.
Penelitian Norsaadah tahun 2005 di Malaysia dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki Indeks Massa
Tubuh (IMT) 25 untuk terkena kanker payudara 2,1 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25
(OR=2,1).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, lakilaki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) 25 mempunyai risiko 1,79 kali
lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25
untuk terkena kanker payudara.
Penggunaan hormon dan kontrasepsi oral
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.
Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan
efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan
control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral > 10 tahun untuk terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi
dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral 10 tahun.
Konsumsi rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara
dari pada wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr.
Kariadi dari pada wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di
RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa
diperkirakan risiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara
2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, lakilaki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki- laki
yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara.
6. Stadium
Portman membagi stadium Kanker Payudara menjadi :
Stadium
I
Tanda
Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya,
tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum
teraba.
Perawatan
yang
sangat
sistematis
sel-sel
operasi
kanker
dan
setelah
biasanya
operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.
IIIa
kanker
IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai
dengan kelenjar getah bening aksila supraklavikula dan Metastasis jauh. Sel-sel kanker
sudah merembet menyerang bagian
tubuh
Berdasarkan TNM :
T (Tumor)
TIS : tumor in situ, tumor belum invasive
T1 : tumor < 2 cm
T2 : tumor 2 5 cm
T3 : tumor > 5 cm
T4 : Tumor dengan besarnya berapa saja tetapi dengan ilfiltrasi ke dinding toraks
atau kulit
N (Nodul)
N0 : tidak teraba kelenjar limfe di ketiak homolateral
N1 : teraba di ketiak homolateral kelenjar limfe yang dapat digerakan
N2 : kelenjar limfe ketiak homolateral, berlekatan satu sama lain atau melekat
kejarngan sekitar
N3 : kelenjar limfe infra dan supra klavikular homolateral.
M (Metastasis)
M0 : tidak ada.
M1 : metastasis tersebar
Karena organ payudara di pengaruhi oleh factor hormonal antara lain estrogen dan
progesterone maka sebaiknya pemeriksaan payudara di lakukan di saat pengaruh
hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah mestruasi lebih kurang satu minggu dari
hari pertama mestruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan
pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan :
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka.
Posisi tegak
Penderita duduk dengan posisi tangan bebas ke samping,pemeriksa berdiri di depan
dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi di lihat: simetri payudara
kiri-kanan, kelainan papila, letak dan bentuknya, adakah retraksi puting susu,
kelainan kulit, tanda-tanda radang,peau dorange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain
Posisi berbaring
Posisi berbaring dan di usahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan
dada,jika perlu bahu/punggung di ganjal dengan bantal kecil pada penderita yang
payudara nya besar.palpasi ini di lakukan dengan mempergunakan falang distal dan
falang medial jari II, III, dan IV, dan di kerjakan secara sistematismulai dari cranial
setinggi iga ke-2 sampai ke distal setinggi iga ke-6, dan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan
menekan daerah sekitar papil
Memeriksan kelenjar getah bening regional aksila, yang diraba kelompok kelenjar
getah bening.
mammaria eksterna, di bagian anterior dan di bawah tepi muskulus
pektoralis aksila
subskapularis di posterior aksila
sentral di bagian aksila
apikal di ujung atas fossa aksila
Pada perabaan di tentukan besar, konsistensi, jumlah, apakah berfiksasi atau tidak.
Organ lain ikut di periksa adalah hepar,lien untuk mencari metastasis jauh,juga
tulang-tulang utama, tulang belakang
jeruk)?
Apakah permukaan kulitnya mulus, tidak tampak adanya kerutan/cekungan?
Ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas. Setelah
selesai, ulangi lagi pengamatan dengan kedua tangan di pinggang, dada dibusungkan,
kedua siku ditarik ke belakang. Semua pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
adanya tumor yangterletak dekat dengan kulit.
Dengan kedua belah tangan, secara lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting,
untuk untuk mengetahui ada-tidaknya cairan yang keluar dari puting susu (seharusnya
lengan kiri direntangkan ke atas di samping kepala atau diletakkan di bawah kepala
Perlu diperhatikan bahwa masing-masing gerakan memutar harus dilakukan dengan
kekuatan tekanan yang berbeda-beda, setidaknya dengan tiga macam tekanan.
Pertama-tama dilakukan dengan tekanan ringan untuk meraba adanya benjolan di
dekat permukaan kulit, yang kedua dengan tekanan sedang untuk meraba adanya
benjolan di tengah-tengah jaringan payudara, yang ketiga dengan tekanan cukup kuat
untuk merasakan adanya benjolan di dasar payudara, dekat dengan tulang dada/iga.
Setelah selesai dengan payudara kiri, pindah posisi bantal dan lengan, lakukan
pemeriksaan.pada payudara kanan dengan menggunakan keempat jari tangan
kiri.Kemudian ulangi perabaan seperti poin 3, tetapi dalam posisi berdiri. Untuk
susu.
Lakukan terus secara berurutan sampai seluruh bagian payudara diperiksa. Untuk
memudahkan gerakan, Anda boleh menggunakan lotion atau sabun sebagai
pelicin.Gerakan memutar boleh juga dilakukan mulai dari puting susu, melingkar
semakin lebar ke arah tepi payudara; atau secara vertikal ke atas dan kebawah mulai
dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling kanan. Yang penting, seluruh area payudara
dengan sabun.
Setelah itu raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui adanya
benjolan yang diduga suatu anak sebar kanker.Bila dalam pemeriksaan payudara
sendiri ini Anda menemukan suatu kelainan (misalnya benjolan, sekecil apa pun),
segera periksakan ke dokter. Jangan takut dan jangan tunda lagi. Karena kanker
payudara yang ditemukan pada tahap dini dan ditangani secara benar dapat sembuh
secara tuntas
e. Pemeriksaan Penunjang
Mammografi
Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue teknik. Untuk melihat tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik dan adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan
adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papila dan areola. Mammografi ini
dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik
untuk diagnosis dini dan screening. Kelebihan mammografi adalah dapat medeteksi
tumor yang belum teraba(<0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang
tepat untuk melakuka mammografi pada wanita usia produktif adalah hari 1 14 dari
siklus haid. Pada perempuan usia non reproduktif dianjurkan untuk kapan saja.
Sensivitas cukup baik 75% berkisar antara 54 58% pada usia < 40 tahun hingga 81
94% pada usia > 65 tahun mammografi lebih baik digunakan untuk usia > 40 tahun
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat membedakan lesi solid dan kistik.
Ultrasonografi lebih digunakan pada pasien yg berusia < 35 tahun.
B. Kanker Serviks
1. Defenisi
Kanker serviks merupakan penyakit akibat tumor ganas dimana sel kehilangan
kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya pada
mulut rahim. Sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.
2. Epidemiologi
Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 di
negara maju atau urutan ke - 5 secara global. Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word
Health Organitation (WHO), (2010) dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000
kasus baru di dunia. Kejadian kanker di Indonesia, dilaporkan sebesar 20 24 kasus kanker
serviks baru setiap harinya. Di Indonesia ia menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 20 %.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker
serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 pend uduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus
kanker serviks.
3. Etiologi dan Faktor resiko
timbul
5. Stadium
Klasifikasi berdasarkan FIGO :
Pemeriksaan inspeksi visual dengan mata telanjang, seluruh permukaan serviks dengan
bantuan asam asetat. Pemeriksaan tidak dilakukan dalam keadaan hamil maupun sedang
haid.
IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam asetat 3 - 5
% secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang).
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan informasi hasilnya
langsung. Serviks (epitel ) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3 - 5 % akan
berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1 - 2 menit setelah diolesi asam asetat efek
akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi
putih. Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoles kan
asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi,
prakanker dapat dideteksi. Biaya
prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan
ju ga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode ini
yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus. Tingkat
Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi
dini kanker servik yaitu 60 - 92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap
Smear. Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang
bisa dicurigai sebagai lesi kanker.
d. Servikografi
Kamera khusus untuk memfoto serviks. Film dicetak dan foto diinterpretasi oleh petugas
terlatuh. Pemeriksaan ini terutama digunakan sebagai tambahan dari deteksi dini dengan
menggunkan IVA, tetapi dapat juga sebagai metode deteksi primer.
e. Kolposkopi
Pemeriksaaan visual bertenga tinggi untuk melihat serviks, bagian luar dan bagian dalam
leher rahim. Bisanya disertai biopsy jaringan ikat yang tampak abnormal. Terutama
digunakan untuk mendiagnosis.
Kegiatan ini merupakan program yang diprakarsai oleh Ibu Negara dalam Organisasi
Aksi Solidaritas Era (OASE) kabinet kerja dalam rangka untuk mengurangi kejadian kanker
serviks. Kegiatan ini telah dilaksanakan di Ambon pada tanggal 21 April 2015 bertepatan
dengan hari Katini.
Latar belakang kegiatan ini yaitu :
Angka penyakit kanker leher rahim yang cukup tinggi dan mendapat perhatian dari
Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku dan Pmerintah Daerah Setempat.
Presentase kasus kanker leher rahim yang datang ke rumah sakit dr. Haulussy Ambon
padaumunya sudah stadium lanjut.
Kasus kanker leher rahim terjadi karena keengaanan wanita dan umumnya alu untuk
melakukan pemeriksaan dalam.
Gerakan PKK mempunyai potensi untuk mendukung pelaksanaan pengendalian
terjadinya kanker leher rahim dengan mengajak semua organisasi wanita di Provinsi
Maluku untuk melakukan deteksi dini dengan IVA.
Salah satu program PKK dengan mengedepankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dan Pola hidupa yang sehat merupakan tujuan Tim Penggerak PKK Porvinsi Maluku
dalam menyehatkan kaum perempuan sebagai penerus keturunan.
Bersama sama dengan Yayasan Kanker Cabang Maluku dalam menjalankan
program strateginya untuk menurukan angka kematian akibat kanker leher rahim
Dengan memberdayaka keluarga yang sadar akan pentingnya kesehatan, maka akan
Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku dari POKJA IV melakukan monitoring dan
evaluasi di kabupaten kota bersama Yayasan Kanker Cabang Maluku
Pelaksanaan Sosialisasi mengenai deteksi dini KankerServiks dan pentingnya
mengenal gejala gejala kanker Kanker Serviks serta mengenalkan IVA sebagai
cara pemeriksaan yang tepat untuk mengetahui kanker Serviks secara dini atau
lebih awal.
Pelakasaan sosialisasi tersebut diatas diselenggarakan sebelum acara pemerksaan
IVA
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat. Buku ajar ilmu bedah : Wim de Jong, edisi 2. Penerbit buku Kedokteran
2.
EGC. 2005
Yushamen. Buku saku pencegahan kanker rahim & kanker payudara. Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal PP & PL. departemen
6. Aziz M.F. 2001. Masalah pada Kanker Serviks. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran Edisi
133. Jakarta. p: 6
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
APRIL 2016
UNIVERSITAS PATTIMURA
DisusunOleh:
KEVIN J F NOYA
NIM. 2009-83-035