Anda di halaman 1dari 2

TEKS CERITA ULANG YANG DIBUAT SECARA INDIVIDU

Kartini; Pahlawan Emansipasi Wanita

DWI MARITA PUTRI


13276

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 TANJUNGPINANG


JALAN Dr. SOETOMO TANJUNGPINANG
2015

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak
salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah
Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya.
Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal
tersebut, ia ingin menentang tapi tidak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk
menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan
lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Melalui buku inilah,
Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah
Indonesia) yaitu kebebasan mereka untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu menginspirasinya
untuk memajukan wanita Indonesia. Dalam pandangannya, wanita tidak hanya harus bisa urusan
belakang rumah tangga saja tetapi wanita juga harus bisa dan punya wawasan dan ilmu yang luas.
Dia pun mulai bergerak mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajari baca tulis dan
pengetahuan lainnya.
Dia pernah memohon kepada Mr. J.H. Abendanon melalui surat untuk memberinya
beasiswa sekolah di Belanda. Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini
karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia
ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi
kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita Kartini di berbagai daerah. Sekolah Wanita
itu dikenal dengan nama Sekolah Kartini yang tepat didirikan pada sebelah timur pintu gerbang
kompleks kantor kabupaten Rembang. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia
tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan
kaya.
Pada 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di
Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah
Wanita di Semarang pada 1912 oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Setelah
Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah
dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul DOOR
DUISTERNIS TOT LICHT yang artinya Habis Gelap Terbitlah Terang.
Ra

kartini

dikenal

sebagai

salah

satu

pahlawan

nasional

yang

dikenal

gigih

memperjuangkan emansipasi wanita. Walau banyak hal yang menghalangi cita-citanya, Kartini
tetap optimis dan berpikir positif. Ia tidak pernah menyerah dan tetap fokus memperjuangkan
hak perempuan untuk bisa memperoleh pendidikan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai