Anda di halaman 1dari 11

HIDROKEL

Defenisi
Hidokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan yang lunak pada salah satu testis.
Etiologi
Hidrokel dapat terjadi pada bayi baru lahir yang disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosessus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosessus vaginalis, belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada dewasa, hidrokel dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penyebab
sekunder dapat terjadi karena tumor, infeksi, atau trauma pada epididimis/testis.
Hidrokel berdasarkan klasifikasinya dapat terbagi menjadi :
1. Kapan terjadinya
- Hidrokel primer
Hidrokel ini terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosessus
-

vaginalis.
Hidrokel sekunder
Pada dewasa hidrokel sekunder cenderung berkembang lamabt dan
dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe dapat
disebabkan karena radang atau neoplastik.

2. Kejadian
- Hidrokel akut
Berlangsung dengan cepat dan menyebabkan nyeri. Cairan berwarna
-

kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.


Hidrokel kronis
Hidrokel kronis menyebabkan peregangan tunika secara perlahan
walaupun menjadi besar jarang menyebabkan nyeri.

3. Letak kantong hidrokel terhadap testis


- Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak
-

dapat diraba.
Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yang terletak di sebelah kranial
dari testis, sehingga saat dilakukan palpasi testis dapat diraba dan

berada di luar kantong hidrokel.


Hidrokel komunikan

Terdapat hubungan antara prosessus vaginalis dengan rongga


peritoneum sehingga prosessus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum.

Patofisiologi
Selama perkembangan janin, testis berada di bawah ginjal. Ketika testis turun
melalui canalis inguiiingingunalis ke dalam skrotum
inguinalis ke dalam skrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum yang
dikenal sebagai prosessus vaginalis. Setelah testis turun, prosessus vaginalis
akan terobeliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Bila tidak terobliterasi
maka akan terdapat hubungan antara peritoneal dengan tunika vaginalis
Hidrokel dapat disebabkan oleh kelainan kongenital yang menyebabkan tidak
menutupnya rongga
peritoneum dengan prosessus vaginalis, sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya
cairan yang berasal dari sistem limfatik sekitar.
Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan didapatkan transluminnasi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi berbaring dan telentang. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien, bila terdapat resolusi penonjolan
maka kemungkinan hidrokel komunikan. Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan
valsava manuver untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Pada anak yang
lebih besar pasien dapat meniup balon atau batuk. Pada bayi dapat dilakukan
dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan
memberontak dapat menimbulkan benjolan.
Pemeriksaan Penunjang
Transluminasi

Dilakukan dalam ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran
skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat
ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan cairan
yang mengandung serosa, seperti hidrokel.
Terapi
Hidrokel pada bayi ditunggu hingga anak usia 1 tahun dengan harapan
prosessus vaginalis tertutup sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau
bertambah besar perlu dipikirkan untuk koreksi.
Indikasi operasi hidrokel :
1.
2.
3.
4.

Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun.


Rasa tidak nyaman terus-menurus akibat hidrokel
Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga menekan pembuluh darah
Adanya infeksi sekunder

Penyembuhan post-operasi hidrokel :


1. Analgetik
Bayi = Ibuprofen 10 mg/kg setiap 6-8 jam, paracetamol 15 mg/kg setiap 68 jam
Anak yang lebih besar = Paracetamol denga kodein (1 mg/kg) tiap 6-8
jam.
2. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang dihindari untuk
mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari skrotum
3. Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi 4-6
minggu

Komplikasi Operasi
Komplikasi pasca bedah adalah perdarahan dan infeksi luka operasi.
Prognosis
Dengan operasi, angka rekurensi kurang dari 1 %.
TUMOR TESTIS
Tumor testis ialah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel testis yang
telah mengalami transformasi abnormal yang bisa menyebabkan testis
membesar atau benjolan di dalam skrotum.

Etiologi
Faktor yang menunjang terjadinya tumor testis antara lain Kanker testis
dikelompokkan menjadi :
1. Cryptorchidisme atau undencescus.
Meningkatkan resiko tumor testis 3-5 kali lebih tinggi dari bayi normal
walaupun telah dioperasi.
2. Pemaparan dietilstilbesteron
Pada anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi
selama hamil berisiko untuk terdapatnya tumor testis.
3. Terpapar dengan bahan kimia dan polutan
Terpapar dengan substansi/zat toksin yang menyebabkan perkembangan
yang abnormal dari testis dan meningkatkan frekuensi tumor pada usia
30-40 tahun.
4. Penyebab lain seperti obat-obatan, HIV.
Kanker testis dikelompokkan menjadi :
1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan
pada pria berusia 30-40 tahun dan hanya terbatas pada testis.
2. Nonseminoma : 60% dari semua jenis tumor testis.
Tumor nonseminoma dibagi menjadi 3 jenis kategori :
- Karsinoma embrional : 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30
tahun, sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke
-

paru-paru dan hati.


Teratoma : 7% dari kanker testis pada pria dewasa.
Tumor sel stroma terdiri dari sel-sel leydig, sel sertoli, dan sel
granulosa. Tumor ini 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor ini
menghasilkan hormon estradiol yang bisa menyebabkan gejala
gynekomastia.

Patofisiologi
Kanker testis kemungkinan berasal dari totipotensial germ sel. Suatu molekulel
terbaru mengusulkan bahwa mutasi pada kromosom segmen 12p pada
rangkaian sel maligna diasosikan dengan peningkatan tumor.
Gambaran Klinis
Penderita seringkali mengeluh adanya pembesar testis yang tidak nyeri, tetapi
30% mengeluhkan nyeri dan terasa berat pada skrotum. Terkadang pasien
mengeluh adanya massa pada perut sebelah atas karena pembesaran kelenjar
paraaorta, 5 % penderita mengeluhkan adanya gynekomastia.

Pada pemeriksaan fisik terdapat benjolan dengan konsistensi pada keras, tidak
nyeri saat dilakukan palpasi, permukaan irreguler dan tidak adanya tanda
transluminasi
Tatalaksana
Setelah tumor ditemukan maka langkah selanjutnya ialah menentukan
stadiumnya.
1. Stadium I : kanker belum menyebar ke luar testis
2. Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di prostat
3. Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, hati
atau paru-paru
4 macam pengobatan yang dapat dilakukan tumor testis :
1. Pembedahan : pengangkatan testis dan pembengkakan kelenjar getah
bening
2. Terapi penyinaran : menggunakan sinar x dosis tinggi
3. Kemoterapi : menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker
seperti cisplatin, bleomycin, etoposid.
4. Pencangkokan sum-sum tulang : dilakukan jika kemoterapi telah
menyebabkan kerusakan pada sum-sum tulang penderita.
Tumor seminoma :
1. Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah
bening perut
2. Stadium II : diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening
dan kemoterapi dengan sisplatin
3. Stadium III : diobati dengan orkiektomu dan kemoterapi multiobat
Tumor non seminoma :
1. Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan
limfadenektomi perut
2. Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadeniktomi perut,
kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
3. Stadium III : kemoterapi dan orkiektomi
Prognosis
Tumor testis jenis seminona mempunyai prognosis yang baik karena memiliki
radiosensitif yang baik.

VARICOCELE
Defenisi
Varicocele adalah dilatasi abnormal dari pleksus vena pampiriformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna.
Etilologi
Varicocele dapat terjadi akibat beberapa alasan :
-

Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya


struktur penunjang otot kremaster, kelemahan kongenital, proses

degeneratif pleksus pampiriformis.


Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena cava

inferior.
Tekanan pada segmen iliaka salah satu penyebabnya ialah feses pada

pangkal vena spermatika.


Trombus vena renalis, hidronefrosis.

Patogenesis
Pada pasien yang menderita varicocele ini maka akan menimbulkan gangguan
pada proses spermatogenesis. Penyebabnnya bermacam-macam, antara lain :
terjadinya aliran darah balik sirkulasi testis sehingga testis kekurangan oksigen
dan terjadi hipoksia, refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal melalui vena
spermatika interna ke testis, suhu testis meningkat, adanya anastomosis antara
pleksus pampiriformis kiri dan kanan mengakibatkan zat-zat hasil metabolit
dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan gangguan
spermatogenesis testis kanan dan memungkinkan terjadinya infertilitas.
Manifestasi Klinik
Beberapa gejala yang muncul pada penderita varicocele antara lain pertama
nyeri. Nyeri muncul bila berdiri terlalu lama, pada saat berdiri beban darah yang
kembali ke arah jantung semakin besar, akibatnya banyak darah yang akan
terperangkap di testis. Saat pembuluh darah semakin besar maka akan

mengenai saraf sehingga menimbulkan rasa sakit. Kedua, masalah kesuburan.


40% pria-pria infertile merupakan penderita varicocele. Ketiga, atrofi testis.
Diagnosis
Anamnesis
Pasien mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah,
adanya benjolan di atas
testis yang terasa nyeri.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dalam posisi berdiri di dalam ruangan yang gelap.
Pada skrotum tampak adanya distensi kebiruan dari dilatasi vena. Bila varicocele
tidak dapat terlihat secara visual maka dapat dilakukan palpasi. Konsistensi dan
ukuran antara testis kiri dan kanan juga diperhatikan. Pemeriksaan auskultasi
juga dapat dilakukan dengan menggunakan stetoskop Doppler. Stetoskop
Doppler dapat mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus
pampirifiormis.
Klasifikasi varicocele
Grade : Temuan dari pemeriksaan fisik
Grade I : Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava
Grade II : ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak terlihat dari kulit
skrotum
Grade III : dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit skrotum.
Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat dilakukan antara lain :
-

Varicocelectomy
Pembuluh darah yang telah mengalami dilatasi diangkat.
Pengangkatan dilakukan pada tiga tempat antara lain : inguinal,

retroperitoneal, subinguinal.
Embolisasi
Embolisasi dilakukan dengan cara menghambat aliran darah balik.
Embolisasi lebih aman dibandingkan varicocelectomy.

Komplikasi
Komplikasi yang terjadi sebesar 5-11%.
Torsio Testis
Defenisi
Torsio testis ialah suatu keadaan dimana spermatic cord terpeluntir dan
mengakibatkan strangulasi dari pembuluh darah, dapat terjadi pada pria yang
jaringan di sekitar testisnya tidak melekat dengan baik ke skrotum.
Etiologi
Etiologi dari torsio testis sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti, terdapat
beberapa faktor pencetus terjadinya torsio testis antara lain :
1. Trauma pada scrotum, torsio harus dipertimbangkan pada pasien dengan
keluhan nyeri setelah trauma.
2. Peningkatan volume testis
3. Tumor testis
4. Riwayat kriptorkismus
Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya terdapat 2 jenis torsio yaitu intravagina dan
ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi dalam tunika vaginalis karena
abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Ektravagina
torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertikal sebgai
akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum
terhadap dinding skrotum.
Manifestasi Klinik
Gejala dari torsio testis ialah nyeri, nyeri bisa timbul mendadak atau
berangsung-angsur, pembengkakan dan eritema pada scrotum yang muncul
berangsur-angsur, nausea, vomitting, nyeri pada perut bawah, nyeri alih pada
daaerah inguinal atau abdominal. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio
testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkemih.
Diagnosa

Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik scrotum akan tampak membengkak dan
hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral.
Testis lebih bengkak, nyeri serta merah daripada testis kontalateral. Pada torsio
yang baru terjadi dapat diraba adanya lilitan atau penebalan pada funikulus
spermatikus. Testis tampak lebih tinggi didalam scrotum karena pemendekan
dari spermatic cord. Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis
adalah hilangnya refleks kremaster.
Tatalaksana
Reduksi manual
Terapi dari torsio testis tergantung interval dari timbulnya nyeri hingga pasien
datang. Jika pasien datang dalam 4 jam setelah timbulnya nyeri maka dapat
dilakukan tindakan detorsi manual dengan anastesi lokal. Detoris manual
merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu menunggu tindakan
pembedahan. Jika detorsi manual berhasil, selanjutnya dilakukan orchidopexy
elektif dalam 48 jam
Pembedahan
Torsio testis merupakan kasus emergency sehingga diperlukan upaya dalam
mempercepat proses pembedahan. Tindakan eksplorasi disebabkan karena
kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama
(>24-48 jam).
Tujuan dilakukannya eksplorasi :
-

Memastikan diagnosis torsio testis


Melakukan detorsi testis yang torsio
Memeriksa testis masih viable atau tidak
Memfiksasi jika testis masih viable

Komplikasi
Torsio testis dapat mengakibatkan putusnya suplai darah ke testis daslam jangka
waktu yang lama dan mengakibatkan atrofi testis. Atrofi testis dapat terjadi bila
torsio telah terjdi dalam waktu 8 jam atau lebih.
Prognosa

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan koreksi dilakukan dalam 5-6 jam
maka prognosisny akan baik. Bila dilakukan setelah 18-24 jam dapat terjadi
nekrosis dan indikasi dilakukan orchidektomy.
ORCHITIS
Defenisi
Orchitis ialah reaksi inflamasi akut dari testis akibat adanya infeksi. Penyebab
yang paling sering timbulnya diakibatkan virus gondongan.
Etiologi
Penyebab dari timbulnya orchitis antara lain :
1.
2.
3.
4.

Virus : mumps, coxsackievirus tipe A, varicella.


Bakteri : E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus
Trauma di sekitar testis
Idiopatik

Faktor resiko yang mengakibatkan terjadi orchitis antara lain pemasangan


kateter, urethritis, prostatitis, refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke
epididiymis melalui saluran sperma dan vas deferens.
Patofisiologi
Virus atau bakteri yang ada dapat menimbulkan proses inflmasi pada testis.
Diagnosis
Pada saat dilakukan anamnesis penderita mengeluhkan nyeri testis,
pembengkakan pada testis, kelelahan, demam disertai menggigil, mual, sakit
kepala. Terkadang pasien mengaku pernah mengalami gondongan. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik, maka pemeriksa menemukan pembesaran testis
dan skrotum, kulit skrotum tampak memerah dan lebih hangat, KGB inguinal
yang membesar.
Pemeriksaaan penunjang yang dapat digunakan ialah USG. USG bertujuan untuk
menyingkirkan kemungkinan torsio testis. Diagnosis testis sebenarnya dapat
ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tataksana

Orchitis yang disebabkan oleh virus maka tidak ada obat yang diindikasikan,
tetapi orchitis yang disebabkan oleh bakteri maka dapat diberikan antibiotik
untuk mencegah penularan secara seksual . antibiotik yang dapat diberikan
seperti ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Pengobatan suportif antara
lain : bed rest, analgetik, atau elevasi skrotum.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
1.
2.
3.
4.

60% penderita dapat timbul atrofi testis


Gangguan kesuburan 7-13%
Abses scrotalis
Infark testis

Prognosis
Kasus orchitis karena mumps mampu menghilang secara spontan dalam waktu
3-10 hari. Sebagian kasus orchitis bakteri yang diberikan antibiotik dapat
sembuh tanpa menimbulkan komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai