Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu
masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan
dan kemudian melakukan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran
adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas
sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik,
metode

penelitian,

manajemen

kesehatan,

promosi

kesehatan

masyarakat,

kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).


2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi
Ahli pengetahuan mengatakan bahwa tidak mudah untuk membuat definisi tentang
pengetahuan, lebih mudah mengelompokkan atau menggolongkannya. Beberapa pengertian atau
batasan tentang pengetahuan adalah sebagai berikut :
Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama ( Notoatmodjo, 2003, p.121).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005 p.50)
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni : indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 p.143)
Menurut Bloom yang dikutip oleh Sri Rusmini, dkk (1995:47), pengetahuan disamaartikan
dengan aspek kognitif. Secara garis besar aspek kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut :
a Mengetahui yaitu mengenali hal-hal yang umum dan khusus, mengenali kembali metode
dan proses, mengenali kembali pada struktur dan perangkat
b Mengerti dapat diartikan sebagai memahami
c Mengaplikasikan, merupakan kemampuan me'nggunakan abstrak di dalam situasi konkrit
d Menganalisis yaitu menjabarkan sesuatu kedalam unsur bagian-bagian atau komponen
sederhana atau hirarki yang dinyatakan dalam suatu komunikasi
e Mensintesiskan, merupakan kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagianf

bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh.


Mengevaluasi yaitu kemampuan untuk menetapkan nilai atau harga dari suatu bahan dan
metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu.

2.2.2

Proses terjadinya pengetahuan

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan
atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Dewi & Wawan, 2010, p.15). sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1 Awareness (kesadaran)
Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2 Interest (tertarik)
Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang sudah diketahui dan dipahami terlebih
dahulu
3 Evaluation
Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang sudah dilakukan serta pengaruh
terhadap dirinya
4 Trial
Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan perilaku baru yang sudah diketahuidan
dipahami terlebih dahulu
5 Adoption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oelh
pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung langgeng (long
lasting). Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran,
maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia
dapat terlihat dari 3 aspek, yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial yang secara terperinci merupakan
refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan
sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik,
dan sosial budaya.

2.2.3

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan (Notoatmodjo, 2003 p.122)
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh
menyimpulkan, meramalkan, dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari, misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus datang ke Posyandu (Notoatmodjo, 2003 p: 122)
3. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-

kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,


mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003 p:123)
4. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus,metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2003 p:123)
5. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003 p:123)

2.2.4

Cara Memperoleh Pengetahuan


Cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 p:10-18) dari berbagai macam cara

yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni :
A Cara memperoleh kebenaran pengetahuan nonilmiah
1 Cara coba salah (Trial and Error), cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah
digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau
dengan kata yang lebih dikenal (trial and error). Metode ini telah digunakan oleh orang dalam
waktu cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun
metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui

suatu cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak
jasanya, terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan.
2 Secara kebetulan. Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers pada tahun
1926.
3 Cara kekuasaan atau Otoritas. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat
tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik
pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme yang sama di dalam penemuan pnegetahuan.
4 Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu.

5 Cara akal sehat. Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau
kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini

berkembang, para orangtua zaman dahulu agar

anaknya mau menuruti nasihat orangtuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara
hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata
cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa
hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut
oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6 Kebenaran melalui wahyu. Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agamaagama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atu tidak.
7 Kebenaran secara intuitif. Kebenaran intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui proses diluar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh secara
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara rasional dan yang
sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau
bisikan hati saja.
8 Melalui jalan pikiran. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun itku berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
dedukasi.

9 Induksi. Induksi adalah proses proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataanpernyataan khusus ke pertanyaan uyang bersifat umum. Proses berpikir induksi berasal dari
hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat diakatakan bahwa induksi
beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.
10 Deduksi. Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum yang ke
khusus. Aristoteles (384-322SM). Mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara
yang disebut silogisme. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa sesuatu
yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada
semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
B Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memeproleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode peneliitian ilmiah, atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :
1 Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan
2 Segala sesuatu yang negative, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan
3 Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubahberubah pada kondisi-kondisi tertentu

2.2.5

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah
diperloeh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang
tingkat pendidikannya lebih rendah.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya
radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang
berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas
sumber informasi.
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan
sikap seseorang terhadap sesuatu. ( Notoatmojo, 2007, p. 121)

Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Agus, Riyanto dan Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

KERANGKA TEORI
Konsep kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori pengetahuan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
( 2003 ) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut ini :

Pendidikan
fasilitas
keyakinan
penghasila
n
pengalam
an
sosial
budaya

pengetahu
an

KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang sehubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada
keluarga binaan RT 02/04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari
variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.

PENDIDIKAN

SOSIAL BUDAYA

PENGALAMAN

KEYAKINAN

PENGETAHUAN
TENTANG
PENCEGAHAN
ISPA

PENGHASILAN

FASILITAS

Variabel independen yang dirumuskan berupa pendidikan, sosial budaya ekonomi dan pengalaman, dengan variable dependen
pengetahuan tentang pencegahan ISPA.

DEFINISI OPERASIONAL

No

Variabel

1. .

Pengetahuan
pencegahan
ISPA

Definisi

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Kuesioner

Wawancara

0-6= Buruk
7-12= Baik

Pendidikan

Jenjang pendidikan terakhir yang ditamati responden

Kuesioner

Wawancara

Pendidikan :
SD (1)
SMP/Mts (2)
SMA (3)
Tidak tamat
SD

3.

Penghasilan

Jumlah uang yang diterima perbulannya oleh responden Kuesioner


yang didapat dari pekerjaan

Wawancara

Baik 0-1
Buruk 2-3

4.

Pengalaman

Kegiatan
yang
berhubungan
dengan Kuesioner
pengobatan ISPA yang pernah dilakukan dalam
(Riwayat berobat saat ini dan sebelumnya)

Wawancara

Skala Ukur

fasilitas

sebagai sumber informasi responden mempengaruhi Kuesioner


pengetahuan tentang pencegahan ISPA
sarana kesehatan seperti praktik dokter umum dan
puskesmas yang dapat di jangkau oleh responden

Social budaya

Kebiasaan setempat yang berada di lingkungan responden


yang mempengaruhi pengetahuan pencegahan ISPA

Keyakinan

Suatu sikap yang di tunjukan oleh responden mengenai


pengetahuan pencegahan ISPA yang menurut responden
benar.

Wawancara

< Rp 3,1 jt :
Rendah
> Rp 3,1 jt:
Tinggi

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • RJP
    RJP
    Dokumen31 halaman
    RJP
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Isi Referat Colon in Loop Sip
    Isi Referat Colon in Loop Sip
    Dokumen28 halaman
    Isi Referat Colon in Loop Sip
    Intan Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen38 halaman
    Laporan Kasus
    Rizqulloh Taufiqul Hakim Barsah
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR ISI Makalah Radiologi
    DAFTAR ISI Makalah Radiologi
    Dokumen4 halaman
    DAFTAR ISI Makalah Radiologi
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Widya 2 Fixx
    Widya 2 Fixx
    Dokumen80 halaman
    Widya 2 Fixx
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Referat RJP
    Referat RJP
    Dokumen4 halaman
    Referat RJP
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Preskas Gangguan Somatisasi Wa
    Preskas Gangguan Somatisasi Wa
    Dokumen15 halaman
    Preskas Gangguan Somatisasi Wa
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Referat Infeksi Jamur 1
    Referat Infeksi Jamur 1
    Dokumen44 halaman
    Referat Infeksi Jamur 1
    Widya Amalia Swastika
    0% (1)
  • Cover Preskas
    Cover Preskas
    Dokumen1 halaman
    Cover Preskas
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Cover Otitis Media Akut
    Cover Otitis Media Akut
    Dokumen1 halaman
    Cover Otitis Media Akut
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Widya 1 Fixx
    Widya 1 Fixx
    Dokumen85 halaman
    Widya 1 Fixx
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen38 halaman
    Laporan Kasus
    Rizqulloh Taufiqul Hakim Barsah
    Belum ada peringkat
  • Cover Otitis Media Akut
    Cover Otitis Media Akut
    Dokumen1 halaman
    Cover Otitis Media Akut
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen1 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen38 halaman
    Laporan Kasus
    Rizqulloh Taufiqul Hakim Barsah
    Belum ada peringkat
  • Referat Toxo Dan CMV
    Referat Toxo Dan CMV
    Dokumen24 halaman
    Referat Toxo Dan CMV
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurnal Reading WA
    Cover Jurnal Reading WA
    Dokumen2 halaman
    Cover Jurnal Reading WA
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Sindroma Nefrotik WA
    Sindroma Nefrotik WA
    Dokumen37 halaman
    Sindroma Nefrotik WA
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Coret Coret
    Coret Coret
    Dokumen2 halaman
    Coret Coret
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Cover Skripsi
    Cover Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Cover Skripsi
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Coret Coret
    Coret Coret
    Dokumen1 halaman
    Coret Coret
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat
  • Perforasi Gaster WA
    Perforasi Gaster WA
    Dokumen22 halaman
    Perforasi Gaster WA
    Widya Amalia Swastika
    Belum ada peringkat