Disusun oleh :
Annisa Amalia 10612007
2016
lahir dari hasil IVF ini bernama Louis Brown. Teknik IVF ini telah banyak
digunakan oleh pasangan suami-istri yang sulit untuk mendapatkan keturunan
karena memiliki masalah kesuburan. Dengan menggunakan teknik IVF ini,
probabilitas terjadinya kehamilan akan meningkat.
Angka keberhasilan
pembuahan dengan menggunakan teknik ini yaitu lebih dari 32% pada rata-rata
semua siklus dan persentase siklus yang menghasilkan kelahiran hidup sebesar
25,6%. Ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan IVF ini yaitu usia,
diagnosis infertilitas, dan riwayat obstetrik reproduksi sebelumnya.
Proses IVF dimulai dari pengendalian proses ovulasi secara hormonal untuk
mendapatkan lebih dari satu sel telur. Normalnya, wanita hanya menghasilkan satu
sel telur per bulan tetapi dengan menggunakan obat fertilitas atau induksi hormonal
ini, wanita mampu untuk menghasilkan beberapa sel telur. Selanjutnya pasien atau
calon ibu akan diperiksa menggunakan transvaginal ultrasounds serta tes darah
untuk menentukan waktu pengambilan sel telur yang tepat. Follicular aspiration
atau proses pengambilan sel telur dari ovarium dilakukan dengan menusukan jarum
ke dalam vagina hingga mencapai ovarium yang mengandung sel telur. Selama
proses Follicular aspiration ini, pasien diberikan obat bius sehingga pasien tidak
akan merasakan sakit selama prosedur berlangsung. Setelah itu dilakukan
penyatuan sel sperma dan sel telur dengan kualitas terbaik dalam sebuah medium
cair. Jika kemungkinan terjadinya fertilisasi itu rendah maka sel sperma bias saja
diinjeksikan langsung ke dalam sel telur, proses ini disebut Intracytoplasmic Sperm
Injection (ICSI). Embrio yang terbentuk kemudian ditransfer ke dalam uterus atau
rahim.
Annisa Amalia BIologi ITB - 10612007 [Kriopreservasi Sel Gamet dan Embrio]
awal tetapi tetap ingin memiliki kualitas sel telur yang baik dapat menggunakan
metode kriopreservasi sel telur. Mereka tidak perlu khawatir dengan penurunan
kesuburan mereka ketika usia mereka bertambah. Dengan kemajuan teknologi
pembekuan sel telur, telur-telur yang diambil ketika seorang wanita berusia 30-an
awal pada dasarnya akan tetap bermutu sama setelah 10 tahun atau lebih. Selain itu,
kriopreservasi sel sperma pada pria bermanfaat apabila pria sedang mengalami
pengobatan kanker, vasektomi, atau sterilisasi yang disebabkan oleh kondisi medis
sehinga beresiko akan memiliki jumlah sperma yang sedikit.
Sama halnya denga kriopreservasi pada sel gamet, kriopreservasi embrio
dimaksudkan untuk menyimpan embrio secara kriogenik dengan tetap
mempertahankan viabilitas atau kelangsungan hidup embrio. Pada proses awal IVF,
Annisa Amalia BIologi ITB - 10612007 [Kriopreservasi Sel Gamet dan Embrio]
dan dibuahi di laboratorium, sering didapatkan jumlah embrio yang lebih dari
cukup untuk ditransfer kembali ke dalam rahim.
Jika pembekuan pada metode konvensional berjalan terlalu lambat maka sel
akan terlalu terdehidrasi sehingga konsentrasi zat elektrolit dalam sel menjadi
tinggi. Jika pembekuan terlalu cepat maka sel kurang mengalami dehidrasi sehingga
terjadi formasi es intraseluler yang bersifat letal. Ada beberapa faktor yang
memengaruhi keberhasilan kriopreservasi dengan metode konvensional (slow
freezing) yaitu kecepatan pembekuan, jenis dan konsentrasi krioprotektan, suhu
akhir pembekuan, serta tipe dan keadaan fisiologis bahan yang akan disimpan.
Krioprotektan adalah zat kimia non elektrolit yang berfungsi mereduksi pengaruh
letal proses pemaparan pembekuan sel berupa efek larutan maupun pembentukan
kristal es ekstraseluler atau intraselular sehingga dapat menjaga viabilitas sel
setelah pembekuan. Penambahan krioprotektan dapat memelihara keutuhan
membran dan meningkatkan potensial osmotik media sehingga cairan di dalam sel
mengalir keluar dan terjadi dehidrasi. Krioprotekan yang umum digunakan adalah
Annisa Amalia BIologi ITB - 10612007 [Kriopreservasi Sel Gamet dan Embrio]
DMSO, gliserol, PEG, sorbitol, dan manitol. Senyawa dalam krioprotektan dapat
dipisah menjadi dua, yaitu senyawa yang dapat masuk ke dalam sel (permeating
agent) seperti DMSO, gliserol (pada suhu tertentu) dan yang tidak dapat masuk ke
dalam sel (non permeating agent) seperti sukrosa dan gula alkohol (manitol,
sorbitol).
Sedangkan metode vitrifikasi adalah teknik pembekuan sel yang dilakukan
secara cepat pada temperatur -196C dengan menggunakan krioprotektan
konsentrasi tinggi (nitrogen cair) sehingga dapat menghindari terbentuknya kristalkristal es yang dapat merusak membran sel saat pembekuan, dimana dalam keadaan
padat distribusi ion-ion dan molekul tetap seperti dalam fase cair. Teknik vitrifikasi
didasarkan pada dehidrasi sel pada suhu non-freezing (tidak beku), yaitu dengan
merendam bahan dalam larutan krioprotektan dengan total konsentrasi 5-8 M pada
suhu 0-25C dan diikuti oleh pembekuan dan selanjutnya pelelehan. Pembekuan sel
gamet atau embrio dengan menggunakan metode vitrifikasi dapat dilakukan dengan
lebih murah (tidak diperlukan peralatan yang mahal), prosedur yang mudah, dan
cepat.
Keunggulan dari metode vitrifikasi adalah pada proses penambahkan zat
krioprotektan (nitrogen cair bersuhu -196C), air dapat didinginkan sampai
mengeras, tanpa adanya kristal es yang terbentuk. Hal ini sangat penting dalam
dunia embriologi karena pembentukan kristal es seperti yang terjadi pada proses
slow freezing dapat merusak embrio. Kristal es akan seperti pisau yang dapat
mengganggu bagian luar dan dalam sel gamet atau embrio. Jika hal ini terjadi, sel
tidak akan bertahan dari proses kriopreservasi. Vitrifikasi juga terbukti memberikan
tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik setelah embrio dicairkan kembali
(thawing) sehingga memberikan tingkat kehamilan serta tingkat kelahiran hidup
yang lebih tinggi saat siklus transfer embrio.
Penyimpanan sel gamet dan embrio dengan teknik kriopreservasi memiliki
keuntungan dan kerugian. Keuntungan teknik kriopreservasi ini adalah sel gamet
atau embrio dapat disimpan dalam waktu tidak terbatas asalkan media tempat
penyimpanan tetap terisi N2 cair, dapat dikoleksi setiap saat, dan dapat digunakan
kapan saja bila dibutuhkan. Sementara itu, kerugian atau kelemahan dari teknik
Annisa Amalia BIologi ITB - 10612007 [Kriopreservasi Sel Gamet dan Embrio]
Annisa Amalia BIologi ITB - 10612007 [Kriopreservasi Sel Gamet dan Embrio]
Referensi :
Boediono, A. 2003. Vitrifikasi VS Pembekuan Lambat Pada Pembekuan Embrio.
Denpasar : Symposium Perkumpulan Teknologi Reproduksi Indonesia
(PATRI). Halaman : 24 32.
Goldberg JM. 2007. In vitro fertilization update. Cleve Clin J Med 74 (5) : 329 38.
Ika Roostika Tambunan dan Ika Mariska. 2003.
Pemanfaatan Teknik
Kriopreservasi dalam Penyimpanan Plasma Nutfah Tanaman. Bogor :
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Jackson RA, Gibson KA, Wu YW. 2004. Perinatal Outcomes in Singletons
following in vitro fertilization: a meta-analysis. Obstet Gynecol 103: 551563.
Niemann, H. 1991. Cryopreservation of ova and embryos from livestock : current
status and research needs. Theriogenelogy 35 : 109 - 124.
Rall, W.F. 1992. Cryopreservation of oocytes and embryos : methods and
application Ani. Repord, Sci. 28 : 237 - 245.
Rall, W. F dan G.M. Fahy, 1985. Vitrification a new approach to embryo
cryopreservatio. Theriogenology 23 : 220.
Supriatna I, Pasaribu FH. 1992. In Vitro Fertilisasi, Transfer Embrio dan
Pembekuan Embrio. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Toelihere MR. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung : Angkasa.
Annisa Amalia BIologi ITB - 10612007 [Kriopreservasi Sel Gamet dan Embrio]