ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
I PUTU WIDYA MUSTIKA
NIM: 015.02.0119
LAPORAN PENDAHULUAN
CEREBROVASCULAR ACCIDENT SUBARACHNOID HEMORRHAGE
(CVA-SAH)
1. DEFINISI
Stroke
atau
penyakit
serebrovaskular
setiap gangguan
neurologik mendadak
pembatasan atau
terhentinya aliran
mengacu
pada
yang terjadi
akibat
darah melalui
system
Nurses
(AANN)
pada
tahun
2009
mendefinisikan
subarakhnoid
lapisan
dalam
(Pia
mater)
dan
lapisan
tengah
et
all
(2009)
menyebutkan
bahwa
etiologi
penggunaan
aneurisma
SAH
menurut
Feigin
et
al.
(2005)
dan
4. PATOFISIOLOGI
CVA subarakhnoid
disebabkan
setelah
oleh
hemorrhage
rupturnya
perdarahan,
(SAH)
aneurisma
rongga
sebagian
besar
serebral.
subarakhnoid
Segera
dipenuhi
dengan
jalan
kecil
berikatan menjadi
di
otak.
bekuan pada
Beberapa
eritrosit
area perdarahan.
akan
Sebagian
ini
terjadi
dalam
24
jam
setelah
perdarahan.
ruang
secara
merubahnya
Keadaan
subarakhnoid
langsung
menjadi
ini
berkurang,
memecah
bekuan
menyebabkan
sehingga
melalui
darah
eritrosit
(Hayman
aliran
menyebabkan
darah
infark akan
jaringan
meningeal,
di
et
ke
CSF
al.,
atau
1989).
otak
terjadinya
pembuluh
menjadi
iskemi
pada
menyebabkan terjadinya
otak
yang
menyebabkan gangguan/
mengalami
iskemi/
kerusakan pada
sistem
kerusakan
kognitif,
kelainan
perilaku,
dan
aneurisma
sakular,
Malformasi
arteriovena,
Ruptur
darah,
penggunaan
antikoagulan,
dan
gangguan
Temporal
Parietal
Penekanan
jaringan otak
Edema
serebri
Risiko peningkatan
TIK
Infark serebri
CVA
Defisit neurologis
Dominan
Frontal
Gangguan :
penilaian
,penampilan
Gangguan
afek&proses
pikir,fungs
i motorik
Nondomnian
Gangguan
memori
Kejang
psikomotor
Tuli
Konfabulasi
(mengingat
Oksipita
Ganggua
Afasia (tidak
Disorientas
Kemampuan
n
mampu
i
penglihata
sensori
berbicara dan
n
Apraksia
k
menulis)
berkurang
(kehilangan
bilate
Agrafia
dan buta
kemampuan
ral
(kehilangan
Risiko
melakukan
kemampuan
cidera
gerakan
menulis)
pengalaman
Kehilanga
bertujuan)
Penurun
Agnosia
imajiner)
n kontrol
Distorsi
an
(tidak mampu
volunter
konsep
kesadar
mengenali
Hemiplegia dan
ruang
Kerusakan
hemiparese
6. MANIFESTASI KLINIS strimuli
Hilang
komunikas
sensori)
Menurut Hunt dan Hess
(1968)
et al.
2009,
i verbaldalam Dewanto G,
Ketidakefektifa
kesadaran
Kerusakan
Defisit
perawatan
n bersihan
pada
sisi
gejala CVA
SAH dapat
dilihat dari derajat nya,
yaitu:
mobilitas
diri:
jalan nafas
tubuh yang
fisik
Derajat Mandi
GCS dan
Gejala
berlawanan
1
2
15
15
13-
14
8-12
3-7
Pasien
vegetatif.
Koma berat, deserebrasi.
dengan
perdarahan
sub
arachnoid
didapatkan
fokal
(disfasia,
hemiparesis,
hemihipestesia
Kesadaran
sering
gejala/tanda
terganggu
rangsangan
dan
sangat
meningeal.
bervariasi.
Edema
papil
Ada
dapat
sedemikian
dilaksanakan
rupa
oleh
sehingga
penderita.
mengganggu
Sakit
aktivitas
kepala
makin
muntah
sering
dijumpai
perubahan
kesadaran
(50%)
akut (sekitar
diakibatkan
saat
oleh
melakukan
10-15%) perdarahan
arterivena
aktivitas
24-36
subarochnoid
malformasi.
jam
Umumnya
setelah
onset
disekitar
otak,
kemudian
membentuk
cisterns,
fisura
sylvian,
atau
fisura
parenkim
mengindikasikan
superfisial
arteriovenous
otak
sering
malformation
atau
terdapat
rusaknya
hemoglobin)
dimana
sensitivitas
atau
leukositosis
setelah
terjadinya
menentukan
riwayat
koagulopati sebelumnya.
9) Ureum dan elektrolit untuk menentukan hiponatremia
akibat salt wasting.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan umum
1) Sistem jalan nafas dan kardiovaskuler. Pantau ketat
di unit perawatan intensif atau lebih baik di unit
perawatan neurologis.
2) Lingkungan. Pertahankan
tingkat
bising
yang
rendah
stockings
venous
dan
thrombosis.
rangkaian
Gunakan
peralatan
thigh-
kompresi
pneumatik;
heparin
(5000
SC
3x
sehari)
setelah
terapi aneurisma.
6) Tekanan darah. Pertahankan tekanan darah sistolik 90140
mmHg
sebelum
terapi
aneurisma,
kemudian
80-120
jaga
mg/dl;
(325-650
mg
PO
setiap
4-6
(opsional).
Asam
(CVP,
8-12
mmHg
atau
PCWP
(pulmonal
evaluasi
fenitoin
dengan
diotil
(dilantin),
mg
karbamazepin,
dosis
30
peroral
Na,
sulfosuksinat,
kali
psilium
untuk
atau
memecah
bekuan
perdarahan
darah
ditempat
ulang
yang
perdarahan
10) Antidiuretik
: vasopresin (pitresin)
11) Obat hipotensif intrakranial
:
akibat
mengalami
thiopental
(pentotal)
d. Perawatan jangka panjang
1) Rehabilitasi. Terapi fisik, pekerjaan, dan bicara
2) Evaluasi neuropsikologis. Lakukan pemeriksaan global
dan domain specifik, rehabilitasi kognitif
3) Depresi. Pengobatan antidepresan dan psikoterapi
Nyeri kepala kronis. NSAIDs, Antidepresan trisiklik,
atau SSRIs; gabapetin.
9. KOMPLIKASI UMUM
a. Hidrosefalus. Masukkan drain ventrikular eksternal atau
lumbar.
b. Perdarahan
ulang.
Berikan
darurat aneurisma.
c. Vasospasme
serebri.
hipervolemi
atau
fenilefrin,
terapi
Beri
hipertensi
norepinefrin,
suportif
nimodipin;
yang
atau
dan
terapu
pertahankan
diinduksi
dengan
dopamin;
terapi
Lorazepam
atau
(20
(0,1
diazepam
mg/kg
IV
mg/kg,
5-10
bolus
mg,
dengan
kecepatan
dilanjutkan
dengan
dengan
kecepatan
cairan;
<
50
Pada
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
1) Identitas klien mencakup nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan,
alamat,
pekerjaan,
agama,
suku
bangsa,
disfungsi
didapatkan
tanda
neurologis.
meliputi:
rangsang
Nyeri
Keluhan
kepala
meningeal
yang
sering
mendadak,
adanya
(mual,
muntah,
serangan
(disfasia,
(berkurangnya
tubuh).
3) Riwayat
adanya
mendadak
aktivitas,
defisit
hemiparesis,
ketajaman
penyakit
meliputi
keluhan
epileptik,
neurologis
hemihipestesia
sensasi
pada
sekarang
yang
mungkin
riwayat
trauma,
lumpuh
keluhan
pada
pada
satu
didapatkan
riwayat
saat
sisi
klien
jatuh,
melakukan
gastrointestinal
seperti
gejala
kelumpuhan
separuh
badan
atau
(analgesik,
sedatif,
antidepresan,
obatatau
trauma
kepala,
kelainan
kongenital,
keluarga
diabetes.
6) Pengkajian
yang
psikososial
menderita
tentang
hipertensi
meliputi
status
atau
emosi,
rasa
cemas,
aktivitas
rasa
secara
ketidakmampuan
optimal,
dan
untuk
pandangan
fungsi
neurologis
neurologis
yang
akan
dengan
terjadi
dampak
pada
gangguan
gaya
hidup
individu.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
Tingkat
Klinis
Responsivitas
Terjaga
Normal
Sadar
Letargi
Stupor
Semikomatosa
sulit
konsisten
untuk
dalam
dibangunkan,
mengikuti
tidak
perintah
frase pendek.
Gerak bertujuan ketika dirangsang tidak
mengikuti
perintah,
atau
berbicara
koheren.
Dapat
refleks
berespon
ketika
dengan
postur
distimulasi
atau
secara
dapat
Respon motorik
Menurut
6
Respon verbal
Orientasi
Membuka mata
Spontan
Terlokalisasi
Bingung
Terhadap
Menghindar
Kata
panggilan
Fleksi
dimengerti
Terhadap nyeri
abnormal
Hanya suara
Tidak dapat
Ekstensi
Tidak ada
tidak
abnormal
Tidak ada
2) Keadaan umum
penderita dalam kesadaran menurun atau
terganggu postur tubuh
adanya
kelemahan
pada
tubuh
sebelah
atau
diri
kurang
serta
tanda-tanda
vital
(hipertensi).
3) Sistem Integumen
kebiruan
4) Pemeriksaan Kepala atau Leher
Bentuk normal simetris
Bentuk kadang tidak simetris karena adanya
kelumpuhan otot daerah muka tampak gangguan pada
mata kadaan onga mulut kotor karena kuang perawatan
diri . Bentuk normal pembesaran kelenjar thyroid
tidak ada
5) Sistem pernafasan
Adanya pernafasan dispnoe, apnoe atau normal serta
obstrusi jalan nafas, kelumpuhan otot pernafasan
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, terdapat
suara nafas ronchi dan whezing.
6) Sistem kardio vaskuler
Bila penderita tidak sadar dapat terjadi
hipertensi atau hipotensi, tekanan intrakranial
meningkat serta tromboflebitis, nadi bradikardi,
takikardi atau normal
7) Sistem pencernaan
Adanya distensi perut, pengerasan feses, penurunan
peristaltik usus, gangguan BAB baik konstipasi
atau diare .
8) Ekstrimitas
Adanya kelemahan otot, kontraktur sendi dengan
nilai ROM : 2, serta kelumpuhan.
9) Pemeriksaan urologis
Pada penderita dapat terjadi retensi urine,
incontinensia infeksi kandung kencing, serta
didapatkannya nyeri tekan kandung kencing.
10) Pemeriksaan nervus
Saraf Kranial I (olfaktorius/ penciuman)
persepsi
sensorik
primer
di
karena
antara
gangguan
mata
dan
korteks visual.
Saraf Kranial III, IV, dan VI (okulomotorius/
mengangkat
abdusens)
kelopak
:
okularis
gerakan
mata,
Apabila
mengakibatkan
visual
akibat
paralisis
didapatkan
konjugat
troklearis,
otot-otot
penurunan
kemampuan
unilateral
trigeminus,
kemampuan
koodinasi
stroke
seisi
di
sakit.
Saraf Kranial V (trigeminus)
saraf
dan
didapatkan
gerakan
sisi
yang
paralisis
penurunan
mengunyah.
kelumpuhan
seisi
otot-otot
dalam
batas
pterigoideus
:
normal,
persepsi
wajah
dietmukan
perseptif.
Saraf Kranial
vagus)
dan
Kemampuan
konduktif
X
otot
dan
tuli
(glosofaringeus
menelan
IX
tuli
kurang
:
trapesius.
Saraf Kranial XII (hipoglosus)
baik,
tidak
sternokleidomastoideus
dan
ada
dan
: lidah
lumpuh
hari
refleks
akan
menghilang.
fisiologis
Setelah
akan
beberapa
muncul
kembali
darah
lengkap
untuk
mengetahui
adanya
untuk
menentukan
riwayat
Ureum
dan
elektrolit
untuk
menentukan
hiponatremia
pulmonal
atau aspirasi.
EKG 12 sadapan untuk melihat aritmia jantung atau
perubahan segmen ST (Dewanto et al., 2009)
CT scan kepala tanpa kontras dilakukan < 24 jam sejak
awitan.
Pungsi lumbal bila CT scan kepala tampak normal.
CTA (computed tomography angiography) dilakukan jika
diagnosis SAH telah dikonfirmasi dengan CT Scan atau
LP
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko
peningkatan
TIK
yang
berhubungan
dengan
peningkatan volume intrakranial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
b. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
perdarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan
edema otak.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan akumulasi sekret, penurunan mobilitas fisik, dan
penurunan tingkat kesadaran.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/
hemiplegia, kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.
e. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan
sensari, luas lapang pandang.
f. Defisit
perawatan
diri
:
mandi
dan
eliminasi
berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya
kekuatan dan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek
dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer otak,
kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan
kelemahan secara umum.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Risiko
peningkatan
TIK
yang
berhubungan
dengan
peningkatan volume intrakranial, penekanan jaringan
otak, dan edema serebri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK.
Kriteria hasil:
- Tidak gelisah
- Keluhan nyeri kepala tidak ada
- Mual dan muntah tidak ada
- GCS 456
- Tidak ada papiledema
- TTV dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Kaji
keadaan
klien, Memperioritaskan
penyebab
koma/
penurnan intervensi,
status
perfusi
jaringan
dan neurologis/
tanda-tanda
kemungkinan
penyebab kegagalan untuk menentukan
peningkatan TIK
kegawatan
atau
tindakan
pembedahan.
Memonitor TTV tiap 4 jam.
Suatu keadaan normal bila
sirkulasi
serebri
terpelihara dengan baik.
Peningkatan
TD,
bradikardi,
disritmia,
dispnea
merupakan
tanda
peningkatan
TIK.
Peningkatan
kebutuhan
metabolisme dan O2 akan
meningkatkan TIK.
Evaluasi pupil.
Reaksi
pupil
dan
pergerakan
kembali
bola
mata merupakan tanda dari
gangguan saraf jika batang
otak
terkoyak.
Keseimbangansaraf
antara
simpatis dan parasimpatis
merupakan respons refleks
saraf kranial.
Kaji peningkatan istirahat Tingkah laku non verbal
dan tingkah laku pada pgi merupakan
indikasi
hari.
peningkatan
TIK
atau
memberikan refleks nyeri
dimana klien tidak mampu
mengungkapkan
keluha
secara verbal.
Palpasi pembesaran bladder Dapat meningkatkan respon
dan
monitor
adanya otomatis
yang
potensial
konstipasi.
menaikkan TIK.
Obaservasi
kesadaran Perubahan
kesadaran
dengan GCS
menunjukkan
peningkatan
TIK
dan
berguna
untuk
menentukan
lokasi
dan
perkembangan penyakit.
Kolaborasi:
O2 sesuai indikasi
Diuretik osmosis
Steroid (deksametason)
Analgesik
Antihipertensi
Mengurangi hipoksemia.
Mengurangi edema.
Menurunkan inflamasi dan
edema.
Mengurangi nyeri
Mengurangi
kerusakan
jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of Neuroscience Nurses (AANN). 2009. Care
of the Patient with Aneurysmal Subarachnoid Haemorrhage.
www.aann.org
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan
Gangguan
Sistem
Persarafan.
Jakarta:
Salemba