Mengingat
PERATURAN
MENTERI
DALAM
NEGERI
REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
bagian
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, meliputi:
a. Pengangkatan Praja.
b. Penempatan Lokasi Proses Pembelajaran Praja.
c. Kehidupan Praja, meliputi:
1) Kode Kehormatan;
2) Tata Krama;
3) Kegiatan Praja;dan
4) Mekanisme Izin dan Dispensasi.
d. Disiplin Praja, meliputi:
1) Hak, Kewajiban;
2) Jenis Pelanggaran Disiplin;
3) Sanksi;
4) Penghargaan;dan
5) Pembinaan dan Pengawasan.
e. Pemberhentian Praja.
f. Kelulusan Praja.
BAB III
PENGANGKATAN PRAJA
Pasal 3
Menteri mengangkat dan memberhentikan Praja IPDN
Pasal 4
(1) Pengangkatan Praja IPDN dilaksanakan oleh Menteri, setelah Calon
Praja dinyatakan lulus sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Pengangkatan Muda Praja IPDN dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam Negeri.
(3) Pengangkatan sebagai Muda Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dalam Upacara Pengukuhan oleh Menteri.
Pasal 5
(1) Praja diangkat menjadi CPNS dan PNS, setelah memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan Praja sebagai CPNS dan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai tahapan dan proses Pengangkatan CPNS
dan PNS.
BAB IV
PENEMPATAN LOKASI PEMBELAJARAN PRAJA
Pasal 6
Lokasi pembelajaran di IPDN diselenggarakan di Kampus Pusat Jatinangor
Sumedang, Kampus Cilandak Jakarta, dan Kampus IPDN di Daerah.
Pasal 7
(1) Penempatan pada lokasi pembelajaran ditetapkan Rektor IPDN.
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan
berdasarkan syarat dan kriteria.
(3) Syarat dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), meliputi:
a. Penempatan Praja pada lokasi kampus pembelajaran dilakukan
dengan pertimbangan daya tampung masing-masing kampus,
keterwakilan gender, dan keterwakilan Provinsi asal pendaftaran Praja
dan syarat lainnya;dan
b. Penentuan Praja pada program Sarjana dilakukan dengan
pertimbangan indeks prestasi akademik dan syarat lainnya dari
masing-masing program studi.
(4) Pengaturan lebih lanjut syarat lainnya diatur dengan Peraturan Rektor.
Pasal 8
(1) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan dengan
pola kumpul-sebar-kumpul (KSK).
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan siklus sebagai berikut:
a. Muda Praja melakukan proses pembelajaran di Kampus Jatinangor;
b. Madya Praja dan Nindya Praja melakukan proses pembelajaran di
Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara
proporsional sesuai mekanisme yang berlaku;
c. Wasana Praja yang mengikuti program Diploma IV menempati lokasi
pembelajaran di Kampus Jatinangor;
d. Wasana Praja yang mengikuti program Sarjana menempati lokasi
pembelajaran di Kampus Cilandak;
e. Penempatan kembali Wasana Praja program Sarjana ke Kampus
Jatinangor setelah ujian skripsi dalam rangka persiapan wisuda dan
pelatikan Pamong Praja Muda.
BAB V
KODE KEHORMATAN PRAJA
Pasal 9
(1) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
c angka 1), merupakan tata nilai dan semangat kepamongprajaan.
(2) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. kader aparatur pemerintahan dalam negeri yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila dan Undang-Undang
b.
c.
d.
e.
Dasar 1945;
berjiwa Pamong dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa;
Putra Bangsa yang siap mengabdi dan rela berkorban, bekerja keras
dan pantang menyerah dalam pelaksanaan tugas untuk kepentingan
bangsa dan negara;
Dipercaya,
berdisiplin,
bertanggungjawab,
pembela
kebenaran/keadilan, dan kejujuran;
Insan berilmu yang berkemauan dan berkemampuan dalam
membangun bangsa dan Negara.
BAB VI
TATA KRAMA
Pasal 10
(1) Tata Krama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 2),
merupakan penuntun sikap dan perilaku dalam kehidupan Praja.
(2) Tata Krama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara:
a. cara berpakaian dinas Praja;
b. penggunaan tutup kepala dan alas kaki;
c. cara berdiri, berjalan, dan duduk Praja;
d. berbicara;
e. bertamu, menerima tamu, dan mendampingi tamu resmi;
f. tata cara makan;
g. berkenalan;
h. Praja Pria bersama rekan Wanita bukan Praja;
i. Wanita Praja bersama rekan Pria bukan Praja;
j. Praja Pria bersama Wanita Praja dan sebaliknya;
k. berbelanja;
l. mengunjungi orang sakit;
m. melayat, menghadiri pemakaman dan ziarah;
n. perjalanan;
o. membuat janji;
p. meminjam;
q. menulis surat;
r. mengundang;
s. menonton pertunjukan;
t. menelepon;
u. kunjungan ke Rumah Dosen dan Mess Pengasuh.
(3) Praja wajib melaksanakan tata krama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibawah bimbingan Pengasuh.
BAB VII
KEGIATAN PRAJA
Pasal 11
(1) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 3),
merupakan rangkaian kegiatan dalam kehidupan sehari-hari di dalam
dan di luar kampus.
(2) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a. Kegiatan Pengajaran;
b. Kegiatan Pelatihan;dan
c. Kegiatan Pengasuhan.
(3) Kegiatan Pengajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan pemerintahan
(aspek kognitif) dalam proses belajar mengajar di IPDN.
(4) Kegiatan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
menitikberatkan pada penguasaan keterampilan praktek pemerintahan
(aspek psikomotorik).
(5) Kegiatan Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
menitikberatkan pada pembentukan kepribadian Praja dan atau
internalisasi nilai-nilai kepamongprajaan, dan nilai-nilai juang
kemerdekaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(6) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b
dan huruf c, diarahkan pula pada kegiatan ekstrakurikuler secara
terstruktur meliputi olahraga, seni, budaya, kerohanian, organisasi
Praja, dan pengabdian kepada masyarakat serta kepedulian sosial.
(7) Ketentuan kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Rektor.
BAB VIII
KEHIDUPAN PRAJA
Pasal 12
(1) Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupan Praja dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN;
(2) Kehidupan Praja sebagaimana dimaksud ayat (1), meliputi:
a. Kegiatan Pengajaran, meliputi:
1) pelajaran di kelas;
2) ujian;
3) analisis buku referensi;
4) kuliah kerja nyata (kukerta);dan
5) magang
b. Kegiatan Pelatihan, meliputi:
1) pelatihan di kelas;
2) ujian;
3) praktek lapangan dan bhakti karya praja (bkp);dan
4) latihan integrasi taruna dewasa (latsitarda).
BAB IX
MEKANISME IZIN DAN DISPENSASI
Bagian Kesatu
Jenis Izin
Pasal 13
(1) Jenis izin yang berlaku bagi Praja, terdiri dari:
a. Izin meninggalkan kampus;
b. Izin bermalam;dan
c. Izin sakit dan berobat di daerah.
(2) Izin meninggalkan kampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara
tersurat kepada Praja dengan waktu kurang dari 12 (dua belas) jam.
(3) Izin bermalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah izin
meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara tersurat kepada
Praja yang membutuhkan waktu lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
(4) Izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga
secara tersurat kepada Praja yang membutuhkan penanganan khusus
karena alasan sakit dan atas rekomendasi dari dokter Poliklinik IPDN
Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara
10
berjangka.
Bagian Kedua
Syarat dan Mekanisme Izin
Pasal 14
b.
11
berobat ke daerah.
b. Kampus Daerah
1) permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja
diajukan kepada Direktur dengan dilampirkan surat rekomendasi
dari Dokter;
2) Direktur meneruskan permohonan orang tua dan atau Kepala
Badan kepegawaian Daerah (BKD) kepada Rektor; dan
3) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan
berobat ke daerah.
(7) Praja yang selesai melaksanakan izin sakit dan berobat ke daerah wajib:
a. menyerahkan surat keterangan sehat;
b. melakukan pemeriksaan ulang Tim yang dibentuk oleh Rektor;dan
c. rekomendasi dari Dinas Psikologi Angkatan Darat (AD) atau lembaga
lain yang ditunjuk bagi yang sakit mental/psikis.
Bagian Ketiga
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Izin
Pasal 15
a.
b.
12
BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 17
Kewajiban Praja terdiri dari:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. mentaati Peraturan Disiplin Praja;
c. mentaati Peraturan Kehidupan Praja;
d. mentaati peraturan perundang-undangan;dan
e. menyelesaikan pendidikan paling lama 10 (sepuluh) semester.
Pasal 18
Hak Praja:
a. pelayanan pendidikan;
b. penghargaan akademis;
c. fasilitas asrama, uang saku, makanan dan minuman, olahraga, ibadah,
dan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, perawatan kesehatan dasar;
d. cuti akademis;dan
e. advokasi, perlindungan hukum,dan pembelaan dalam proses hukum.
BAB XI
JENIS PELANGGARAN DISIPLIN
Pasal 19
Jenis pelanggaran disiplin terdiri atas:
13
14
ac.Praja makan dan minum sambil berdiri dan berbicara secara tidak
pantas;
ad. menggunakan kacamata selain dalam kegiatan Perkuliahan dan
Pelatihan di Kelas dan belajar di Wisma;
ae.tidak mengisi buku administrasi Wisma sesuai dengan ketentuan;
af. melewati jalan yang tidak diperuntukkan bagi Praja;
ag.tidak membawa peralatan makan (sendok dan garpu) pada saat upacara
makan di Gedung Nusantara;
ah. bertemu dengan sesama Praja melakukan jabat tangan dan atau
disertai mencium tangan;dan
ai. meludah dan membuang sampah bukan pada tempatnya.
Pasal 21
Jenis pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada Pasal 19
huruf b, meliputi pelanggaran karena:
a. berjualan/berbisnis di dalam kampus;
b. tidak belajar pada waktu jam wajib belajar;
c. berduaan berlainan jenis di jalan maupun di ruangan;
d. keluar dari barisan sebelum barisan dibubarkan;
e. menyimpan, menggunakan barang inventaris tanpa izin dinas;
f. membeli, menjual, menyimpan, memiliki rokok, dan merokok;
g. membeli, menyimpan, dan melihat majalah, tabloid, gambar, film yang
bergambar porno dan internet dengan situs porno dan lain yang
bercorak pornografi dan pornoaksi;
h. Praja putra masuk ke komplek wisma Wanita Praja tanpa izin Piket
Pengasuh dan sebaliknya;
i. membawa tamu/pihak luar ke dalam Wisma tanpa ijin Pengasuh;
j. satu kali tidak mengikuti kegiatan Perkuliahan, Pelatihan, dan
Pengasuhan tanpa ijin dinas dalam satu semester;
k. memelihara hewan di lingkungan Wisma;
l. tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang telah ditentukan;
m. keluar dan kembali pesiar tidak tepat waktu;
n. tidak mengikuti apel dan atau upacara tanpa keterangan;
o. pesiar tanpa menggunakan Pakaian Dinas Pesiar yang berlaku;
p. tidak mengikuti upacara makan di gedung Nusantara;
q. mengumpat dan memaki serta menghardik;
r. memiliki, menyimpan, dan atau menggunakan gadget (laptop, telepon
genggam, android, ipad, tablet, ipod, kamera dan sejenisnya) tidak
sesuai ketentuan;
s. tidak tertib ketika berada di perpustakaan, Bank, Koperasi, Kantin,
dan tempat-tempat umum lainnya;
t. menyimpan, menempatkan, menempelkan gambar, photo, tulisan,
hiasan ataupun grafik secara tidak pantas, dan melanggar etika di
dalam Kampus;
u. naik ke atas plafon wisma atau plafon gedung, bersembunyi dalam
lemari, kamar mandi, dan kolong tempat tidur;
v. menggunakan sarana dan prasarana Pengajaran, Pelatihan, dan
Pengasuhan tidak semestinya;
15
w.
x.
y.
z.
16
17
y. membuat,
membawa,
menyimpan,
memperjual
belikan,
dan
menggunakan senjata tajam dan atau senjata api yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan dinas;
z. ditetapkan tersangka sebagai pelaku pelanggaran pidana atau tindak
pidana oleh pihak yang berwenang;
aa.melakukan pelanggaran disiplin sedang pada saat menjalani sanksi
disiplin sedang dan atau melakukan pelanggaran disiplin sedang yang
sama lebih dari 3 (tiga) kali dalam 2 (dua) bulan yang telah tercatat
dalam keputusan penjatuhan sanksi disiplin.
BAB XII
SANKSI
Bagian Kesatu
Jenis Sanksi
Pasal 23
1) Sanksi terhadap pelanggar peraturan disiplin, disesuaikan dengan jenis
pelanggaran.
2) Jenis pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas:
a. sanksi disiplin ringan;
b. sanksi disiplin sedang;dan
c. sanksi disiplin berat.
Pasal 24
(1) Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf a, terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. pemberian tugas dan pembinaan secara proporsional, edukatif, dan
humanistik.
(2) Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf b, terdiri dari:
a. teguran tertulis;
b. pengurangan nilai kepribadian;
c. pemberian tugas khusus yang mendidik dan akademis.
(3) Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf c, terdiri dari:
a. Turun tingkat;atau
b. Diberhentikan sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan,
sedang dan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24
diatur dengan Peraturan Rektor.
18
Pasal 26
(1) Praja melakukan pelanggaran disiplin ringan dan sedang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan dalam Pasal 24 ayat (2),
dikenakan sanksi secara kumulatif.
(2) Madya Praja, Nindya Praja, dan Wasana Praja yang melakukan
pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(3), dikenakan sanksi secara alternatif.
(3) Muda Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dikenakan sanksi pemberhentian
sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Pasal 27
(1) Setiap sanksi pelanggaran disiplin yang dijatuhkan disesuaikan dengan
tingkatan pelanggaran.
(2) Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dicatat di buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh.
Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menerapkan Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 28
(1) Rektor berwenang menerapkan sanksi pelanggaran disiplin berat bagi
Praja IPDN.
(2) Penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan dan sedang dicatat di
buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh sesuai dengan kewenangan di
masing-masing aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
BAB XIII
MEKANISME PELAPORAN BAGI PRAJA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
DISIPLIN PRAJA
Bagian Kesatu
IPDN Kampus Pusat
Pasal 29
(1) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin ringan aspek pengajaran,
pelatihan, atau pengasuhan langsung dilaporkan kepada Fakultas,
Bagian Pelatihan atau Bagian Pengasuhan dan langsung diberikan
sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang telah dilakukan.
(2) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin sedang aspek pengajaran,
pelatihan atau pengasuhan dilaporkan kepada Fakultas, Bagian
19
Pasal 30
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pengajaran disampaikan kepada Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan menindaklanjuti hasil laporan
sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Dekan Fakultas untuk
dilakukan pendalaman masalah melalui rapat senat Fakultas.
Pasal 31
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pelatihan, laporan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pelatihan.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas.
(3) Kepala Bagian Pelatihan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) kepada Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama untuk dilakukan pendalaman masalah.
Pasal 32
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pengasuhan, laporan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pengasuhan;
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas;
(3) Kepala Bagian Pengasuhan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) dengan memerintahkan jajaran penegak disiplin Praja
untuk melakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan kepada Praja
yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.
Bagian Kedua
20
Bagian Ketiga
Pasal 34
(1) Pejabat yang tidak melaporkan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Praja lebih dari 2 (dua) kali baik di Kampus Pusat dan Kampus Daerah
dianggap kelalaian;
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diberi sanksi
teguran lisan dan tertulis;
(3) Pejabat yang berwenang memberikan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah atasan langsung dari pejabat yang melakukan
kelalaian, sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB XIV
MEKANISME PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI
PELANGGARAN DISIPLIN BERAT
Bagian Kesatu
Kampus Pusat
Pasal 35
(1) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat wajib diperiksa
terlebih dahulu sebelum dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.
(2) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek
Pengajaran, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
(3) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pelatihan,
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara
lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Kepala Bagian
Pelatihan.
21
Pasal 37
Apabila Praja yang diperiksa tidak bersedia menjawab sebagian atau semua
pertanyaan yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa atau menolak
untuk menandatangani Berita Acara Pemeriksaan maka Pejabat yang
memeriksa harus membuat catatan dan menandatangani sendiri Berita
Acara Pemeriksaan.
Pasal 38
(1) Hasil pemeriksaan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) disampaikan kepada
Dekan Fakultas.
(2) Hasil pemeriksaan Kepala Bagian Pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (3) disampaikan kepada Kepala Biro Akademik,
Perencanaan dan Kerjasama.
(3) Hasil Pemeriksaan Sub Bagian Pembinaan DisiplinPraja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) disampaikan kepada Kepala Bagian
Pengasuhan.
Pasal 39
(1) Dekan Fakultas dan Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
22
dalam Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kelengkapan berkas
pendukung lainnya kepada Rektor dengan tembusan disampaikan
kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kepala Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, dan Komisi Disiplin.
(2) Kepala Bagian Pengasuhan menyampaikan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) disertai dengan
kelengkapan berkas pendukung lainnya kepada Kepala Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan dengan tembusan
disampaikan kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Ketua
Komisi Disiplin, dan Kepala Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni.
(3) Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan menyampaikan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Rektor.
Pasal 40
(1) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk
melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Dekan
Fakultas, Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama,
serta
Kepala
Biro
Administrasi
Keprajaan
dan
Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.
(2) Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan yang menerima penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugaskan Komisi Disiplin
untuk melakukan verifikasi.
Bagian Kedua
IPDN Kampus Daerah
Pasal 41
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
23
24
Pasal 49
(1) Praja dapat mengajukan
pelanggaran displin.
keberatan
administratif
atas
sanksi
25
26
BAB XVI
PENGHARGAAN PRAJA
27
Pasal 58
Rektor memberikan penghargaan
akademik, seni dan olahraga.
kepada
Praja
berprestasi
bidang
Pasal 59
(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang
akademik sebagaimana dimaksud Pasal 58 pada setiap yudisium
kenaikan tingkat.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Penghargaan Sapta Abdi Praja terbaik di bidang pengajaran,
pelatihan, dan pengasuhan;
b. Penghargaan Kartika Adhi Kertayasa di bidang pengajaran;
c. Penghargaan Kartika Adhi Karyatama di bidang pelatihan;dan
d. Penghargaan Kartika Adhi Mahottama di bidang Pengasuhan.
(3) Penghargaan pengajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b
diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik I, II, dan III pada masingmasing Program Studi/Jurusan pada program Diploma IV dan sarjana.
(4) Penghargaan pelatihan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c
diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada bidang Pelatihan.
(5) Penghargaan pengasuhan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d
diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada Pengasuhan.
(6) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Keputusan Rektor.
Pasal 60
(1) Menteri memberikan penghargaan kepada lulusan terbaik IPDN.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Kartika Pradnya Utama untuk program Sarjana;dan
b. Kartika Asta Brata untuk program Diploma IV.
(3) Penghargaan untuk program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang
Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
(4) Penghargaan untuk program Diploma IV sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang
Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
(5) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Keputusan Menteri.
Pasal 61
(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang seni
dan olahraga sebagaimana dimaksud Pasal 53 pada setiap prestasi yang
28
BAB XVII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 62
Ruang lingkup pembinaan Praja, meliputi:
a. pembinaan mental dan spiritual;
b. pembinaan kerjasama antar umat beragama;
c. pembinaan konseling;
d. pembinaan olahraga dan kesamaptaan jasmani;
e. pembinaan seni, budaya, dan kreatifitas;
f. pembinaan kepemimpinan;
g. pembinaan sikap kritis dan ilmiah;
h. pembinaan kehidupan sosial masyarakat;dan
i. pembinaan penyaluran aspirasi.
Pasal 63
(1) Pembinaan dan pengawasan Praja dilaksanakan oleh:
a. Pengasuh langsung;dan
b. Pengasuh tidak langsung.
(2) Pengasuh Langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
bertanggung jawab mengasuh Praja dengan melakukan pembinaan
sikap, disiplin dan mental kepribadian serta pengawasan secara
langsung dalam siklus kehidupan Praja.
(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b, sivitas akademika yang berkewajiban secara tidak langsung untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Praja.
(4) Standar kompetensi jabatan Pengasuh langsung sebagai instrumen
seleksi penetapan Pengasuh ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 64
(1) Pengasuh langsung di Kampus Pusat sebagaimana dimaksud pada Pasal
63 ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. Kepala Bagian Pengasuhan;
b. Kepala Subbagian Pembinaan Disiplin;
c. Kepala Subbagian Bimbingan dan Pengawasan;
d. Kepala Subbagian Tata Usaha;
e. Kepala Satuan;dan
f. Pengasuh .
29
30
(1) Dalam hal Praja belum diwisuda dan dilantik oleh pejabat yang
berwenang, sekalipun telah diyudisium dan dinyatakan lulus, sebagai
Praja tetap wajib mengikuti segala ketentuan dalam Pedoman Tata
Kehidupan Praja.
(2) Praja yang belum diwisuda dan dilantik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang melakukan pelanggaran Pedoman Tata Kehidupan Praja
selama masa tenggang waktu tetap diproses sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pasal 69
(1) Praja yang telah menyelesaikan pendidikan dan dinyatakan lulus
diwisuda oleh Menteri.
(2) Praja yang telah diwisuda, dilantik sebagai Pamong Praja Muda oleh
Presiden Republik Indonesia atau Pejabat lain yang ditunjuk.
(3) Praja yang telah dilantik sebagai Pamong Praja Muda, penempatan
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan pelaksanaan Pelantikan Pamong Praja Muda diatur dengan
Peraturan Menteri, dan ketentuan pelaksanaan Wisuda diatur dengan
Peraturan Rektor.
Pasal 70
Ketentuan Tata Krama Praja dan kehidupan Praja tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini maka
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan
Praja IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Disiplin Praja IPDN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 72
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
31