Anda di halaman 1dari 31

SALINAN

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
63
TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

a. bahwa pembinaan mental dan disiplin secara konseptual


bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri merupakan
persyaratan
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
kepamongprajaan Kementerian Dalam Negeri dalam rangka
menyiapkan kader Pamong Praja sebagai calon aparatur
pemerintah yang berdisiplin tinggi, unggul, berwawasan
negarawan, ilmuan, profesional, demokratis, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun
2009 tentang Pembinaan Praja IPDN, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
14 Tahun 2012 tentang Peraturan Disiplin Praja IPDN, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009
tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman
Tata Kehidupan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Mengingat

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008


tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
4. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
1999 Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3859);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
7. Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009
tentang Pembinaan Praja Institut Pemerintahan Dalam
Negeri;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Peraturan Disiplin
Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009
tentang
Pedoman
Tata
Kehidupan
Praja
Institut
Pemerintahan Dalam Negeri;
11.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2013

tentang Pelantikan Lulusan Institut Pemerintahan Dalam


Negeri Sebagai Pamong Praja Muda (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1044);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 68 Tahun 2013
tentang Pakaian Dinas, Atribut, dan Kelengkapan Praja
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1506).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

PERATURAN
MENTERI
DALAM
NEGERI
REPUBLIK
INDONESIA TENTANG PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Institut Pemerintahan Dalam Negeri selanjutnya disingkat IPDN, adalah
pendidikan tinggi kepamongprajaan di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri.
2. Kampus adalah Kampus Pusat IPDN di Jatinangor, Cilandak, dan
Kampus IPDN di Daerah.
3. Rektor, adalah Rektor IPDN.
4. Dekan adalah Dekan Fakultas di IPDN.
5. Biro Akademik, Perencanaan, dan Kerjasama adalah unsur pembantu
pimpinan di bidang akademik yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang
Akademik.
6. Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan adalah unsur
pembantu
pimpinan
di
bidang
administrasi
keprajaan
dan
kemahasiswaan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
7. Direktur adalah Direktur IPDN di Kampus Daerah.
8. Bagian Akademik adalah bagian akademik pada Kampus Pusat.
9. Bagian Pelatihan adalah bagian pelatihan pada Kampus Pusat.
10. Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni adalah
administrasi keprajaan dan alumni pada Kampus Pusat.

bagian

11. Bagian Pengasuhan, adalah Bagian Pengasuhan IPDN pada Kampus


Pusat.
12. Bagian Keprajaan, adalah Bagian Keprajaan IPDN pada Kampus
Daerah.

13. Pengasuh adalah Pegawai Negeri Sipil yang ditunjuk untuk


melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sikap kepribadian
Praja pada IPDN di Kampus Pusat dan Kampus di Daerah.
14. Praja, adalah peserta didik program Diploma dan program Sarjana
pada IPDN.
15. Pembinaan adalah proses pembentukan sikap dan watak Praja
sebagai calon Pamong Praja.
16. Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupanPraja dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN.
17. Disiplin Praja, adalah ketentuan yang mengatur kewajiban, hak,
larangan, sanksi pelanggaran disiplin, dan mekanisme penjatuhan
sanksi pelanggaran disiplin Praja IPDN.
18. Kewajiban Praja IPDN, adalah segala sesuatu yang harus
dilaksanakan oleh Praja IPDN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
19. Hak Praja IPDN, adalah segala sesuatu yang diterima oleh Praja IPDN
dalam kedudukannya sebagai peserta didik.
20. Larangan, adalah segala sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh
Praja IPDN selama mengikuti pendidikan baik didalam maupun diluar
Kampus.
21. Pelanggaran Disiplin Praja, adalah semua perbuatan baik ucapan,
tulisan, dan perbuatan Praja yang melanggar ketentuan disiplin Praja
IPDN.
22. Sanksi Pelanggaran Disiplin, adalah sanksi yang dijatuhkan kepada
Praja sebagai peserta didik.
23. Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap suatu prestasi
tertentu yang diberikan kepada Praja dari IPDN yang diberikan dalam
bentuk material atau ucapan;
24. Pemberhentian Praja, adalah pemberhentian Praja sebagai peserta
didik.
25. Komisi Disiplin yang selanjutnya disingkat Komdis, adalah unit
pelaksana teknis yang mempunyai tugas melakukan verifikasi,
pembahasan, dan memberikan rekomendasi kepada Rektor melalui
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan mengenai penetapan sanksi
pelanggaran disiplin Praja IPDN.
26. Pedoman adalah ketentuan dasar bagi Praja untuk mengikuti proses
pembelajaran dalam aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
27.

Ijin adalah pernyataan mengabulkan permohonan.

28. Dispensasi adalah pertimbangan pembebasan dari suatu kewajiban


atau larangan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, meliputi:
a. Pengangkatan Praja.
b. Penempatan Lokasi Proses Pembelajaran Praja.
c. Kehidupan Praja, meliputi:
1) Kode Kehormatan;
2) Tata Krama;
3) Kegiatan Praja;dan
4) Mekanisme Izin dan Dispensasi.
d. Disiplin Praja, meliputi:
1) Hak, Kewajiban;
2) Jenis Pelanggaran Disiplin;
3) Sanksi;
4) Penghargaan;dan
5) Pembinaan dan Pengawasan.
e. Pemberhentian Praja.
f. Kelulusan Praja.

BAB III
PENGANGKATAN PRAJA
Pasal 3
Menteri mengangkat dan memberhentikan Praja IPDN
Pasal 4
(1) Pengangkatan Praja IPDN dilaksanakan oleh Menteri, setelah Calon
Praja dinyatakan lulus sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Pengangkatan Muda Praja IPDN dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam Negeri.
(3) Pengangkatan sebagai Muda Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dalam Upacara Pengukuhan oleh Menteri.
Pasal 5
(1) Praja diangkat menjadi CPNS dan PNS, setelah memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan Praja sebagai CPNS dan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai tahapan dan proses Pengangkatan CPNS
dan PNS.

BAB IV
PENEMPATAN LOKASI PEMBELAJARAN PRAJA
Pasal 6
Lokasi pembelajaran di IPDN diselenggarakan di Kampus Pusat Jatinangor
Sumedang, Kampus Cilandak Jakarta, dan Kampus IPDN di Daerah.
Pasal 7
(1) Penempatan pada lokasi pembelajaran ditetapkan Rektor IPDN.
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan
berdasarkan syarat dan kriteria.
(3) Syarat dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), meliputi:
a. Penempatan Praja pada lokasi kampus pembelajaran dilakukan
dengan pertimbangan daya tampung masing-masing kampus,
keterwakilan gender, dan keterwakilan Provinsi asal pendaftaran Praja
dan syarat lainnya;dan
b. Penentuan Praja pada program Sarjana dilakukan dengan
pertimbangan indeks prestasi akademik dan syarat lainnya dari
masing-masing program studi.
(4) Pengaturan lebih lanjut syarat lainnya diatur dengan Peraturan Rektor.
Pasal 8
(1) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan dengan
pola kumpul-sebar-kumpul (KSK).
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan siklus sebagai berikut:
a. Muda Praja melakukan proses pembelajaran di Kampus Jatinangor;
b. Madya Praja dan Nindya Praja melakukan proses pembelajaran di
Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara
proporsional sesuai mekanisme yang berlaku;
c. Wasana Praja yang mengikuti program Diploma IV menempati lokasi
pembelajaran di Kampus Jatinangor;
d. Wasana Praja yang mengikuti program Sarjana menempati lokasi
pembelajaran di Kampus Cilandak;
e. Penempatan kembali Wasana Praja program Sarjana ke Kampus
Jatinangor setelah ujian skripsi dalam rangka persiapan wisuda dan
pelatikan Pamong Praja Muda.
BAB V
KODE KEHORMATAN PRAJA
Pasal 9
(1) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
c angka 1), merupakan tata nilai dan semangat kepamongprajaan.
(2) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. kader aparatur pemerintahan dalam negeri yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila dan Undang-Undang

b.
c.

d.
e.

Dasar 1945;
berjiwa Pamong dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa;
Putra Bangsa yang siap mengabdi dan rela berkorban, bekerja keras
dan pantang menyerah dalam pelaksanaan tugas untuk kepentingan
bangsa dan negara;
Dipercaya,
berdisiplin,
bertanggungjawab,
pembela
kebenaran/keadilan, dan kejujuran;
Insan berilmu yang berkemauan dan berkemampuan dalam
membangun bangsa dan Negara.
BAB VI
TATA KRAMA
Pasal 10

(1) Tata Krama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 2),
merupakan penuntun sikap dan perilaku dalam kehidupan Praja.
(2) Tata Krama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara:
a. cara berpakaian dinas Praja;
b. penggunaan tutup kepala dan alas kaki;
c. cara berdiri, berjalan, dan duduk Praja;
d. berbicara;
e. bertamu, menerima tamu, dan mendampingi tamu resmi;
f. tata cara makan;
g. berkenalan;
h. Praja Pria bersama rekan Wanita bukan Praja;
i. Wanita Praja bersama rekan Pria bukan Praja;
j. Praja Pria bersama Wanita Praja dan sebaliknya;
k. berbelanja;
l. mengunjungi orang sakit;
m. melayat, menghadiri pemakaman dan ziarah;
n. perjalanan;
o. membuat janji;
p. meminjam;
q. menulis surat;
r. mengundang;
s. menonton pertunjukan;
t. menelepon;
u. kunjungan ke Rumah Dosen dan Mess Pengasuh.
(3) Praja wajib melaksanakan tata krama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibawah bimbingan Pengasuh.
BAB VII
KEGIATAN PRAJA
Pasal 11

(1) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 3),
merupakan rangkaian kegiatan dalam kehidupan sehari-hari di dalam
dan di luar kampus.
(2) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a. Kegiatan Pengajaran;
b. Kegiatan Pelatihan;dan
c. Kegiatan Pengasuhan.
(3) Kegiatan Pengajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan pemerintahan
(aspek kognitif) dalam proses belajar mengajar di IPDN.
(4) Kegiatan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
menitikberatkan pada penguasaan keterampilan praktek pemerintahan
(aspek psikomotorik).
(5) Kegiatan Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
menitikberatkan pada pembentukan kepribadian Praja dan atau
internalisasi nilai-nilai kepamongprajaan, dan nilai-nilai juang
kemerdekaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(6) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b
dan huruf c, diarahkan pula pada kegiatan ekstrakurikuler secara
terstruktur meliputi olahraga, seni, budaya, kerohanian, organisasi
Praja, dan pengabdian kepada masyarakat serta kepedulian sosial.
(7) Ketentuan kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Rektor.
BAB VIII
KEHIDUPAN PRAJA
Pasal 12
(1) Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupan Praja dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN;
(2) Kehidupan Praja sebagaimana dimaksud ayat (1), meliputi:
a. Kegiatan Pengajaran, meliputi:
1) pelajaran di kelas;
2) ujian;
3) analisis buku referensi;
4) kuliah kerja nyata (kukerta);dan
5) magang
b. Kegiatan Pelatihan, meliputi:
1) pelatihan di kelas;
2) ujian;
3) praktek lapangan dan bhakti karya praja (bkp);dan
4) latihan integrasi taruna dewasa (latsitarda).

c. Kegiatan pengasuhan, meliputi:


1) kegiatan rutin

2) apel dan atau upacara;


3) tata tertib makan di gedung nusantara;
4) penghormatan dan sikap;
5) pakaian dinas;
6) kebersihan dan perawatan perorangan;
7) pergerakan dalam kampus;
8) dinas jaga;
9) wajib belajar;
10)kepemilikan dan penggunaan barang;
11)penerimaan tamu;
12)istirahat dan tidur;
13)pesiar dan tempat pesiar;
14)interaksi sosial;
15)berobat dan atau keadaan sakit;
16)kunjungan kantin/koperasi/poliklinik;
17)penggunaan komputer/laptop, internet, handphone dan alat
komunikasi yang lain;dan
18)menonton televisi.
d. Kegiatan ekstrakurikuler, meliputi:
1) organisasi keprajaan dan dewan kehormatan praja;
2) pembinaan rohani;
3) pembinaan olahraga;
4) pembinaan seni;dan
5) kegiatan tradisi kepamongprajaan.

BAB IX
MEKANISME IZIN DAN DISPENSASI
Bagian Kesatu
Jenis Izin
Pasal 13
(1) Jenis izin yang berlaku bagi Praja, terdiri dari:
a. Izin meninggalkan kampus;
b. Izin bermalam;dan
c. Izin sakit dan berobat di daerah.
(2) Izin meninggalkan kampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara
tersurat kepada Praja dengan waktu kurang dari 12 (dua belas) jam.
(3) Izin bermalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah izin
meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara tersurat kepada
Praja yang membutuhkan waktu lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
(4) Izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga
secara tersurat kepada Praja yang membutuhkan penanganan khusus
karena alasan sakit dan atas rekomendasi dari dokter Poliklinik IPDN
Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara

10

berjangka.

Bagian Kedua
Syarat dan Mekanisme Izin
Pasal 14

b.

(1) Syarat pelaksanaan izin meninggalkan kampus merupakan keperluan


yang mendukung proses pendidikan;
(2) Mekanisme pelaksanaan izin meninggalkan kampus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. permohonan secara tertulis dari Praja;
b. pelaksanaan izin meninggalkan kampus pada hari Selasa dan
Jumat;
c. tidak
mengganggu
kegiatan
Pengajaran,
Pelatihan,
dan
Pengasuhan;
d. Praja yang telah mendapat izin wajib mengisi nomor dan buku
registrasi izin meninggalkan kampus di masing-masing satuan dan
mencantumkan nama Pengasuh dan Petugas Piket Pos Pelayanan
Nusantara di Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus
Daerah.
(3) Syarat pelaksanaan izin bermalam, yaitu:
a. sifatnya darurat (force majeur) diberikan kepada Praja apabila orang
tua (bapak dan atau ibu kandung) dan atau saudara kandung
meninggal dunia atau sakit keras, paling lama 7 hari;dan
keperluan yang mendukung proses pendidikan paling lama 3 hari.
(4) Mekanisme pelaksanaan izin bermalam sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sebagai berikut:
a. permohonan secara tertulis dari Praja;dan
b. Praja yang telah mendapat izin wajib mengisi nomor dan buku
registrasi izin meninggalkan kampus di masing-masing satuan dan
mencantumkan nama Pengasuh dan Petugas Piket Pos Pelayanan
Nusantara.
(5) Syarat pelaksanaan izin sakit dan berobat di daerah, yaitu:
a. rekomendasi dari Dokter yang menyatakan Praja menderita sakit
parah dan atau menular;dan
b. permohonan secara tertulis dari Orangtua/Wali dan atau Kepala
Badan kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja.
(6) Mekanisme pelaksanaan izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), sebagai berikut:
a. Kampus Pusat
1) Permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja
diajukan kepada Rektor dengan dilampirkan surat rekomendasi
dari Dokter;dan
2) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan

11

berobat ke daerah.
b. Kampus Daerah
1) permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja
diajukan kepada Direktur dengan dilampirkan surat rekomendasi
dari Dokter;
2) Direktur meneruskan permohonan orang tua dan atau Kepala
Badan kepegawaian Daerah (BKD) kepada Rektor; dan
3) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan
berobat ke daerah.

(7) Praja yang selesai melaksanakan izin sakit dan berobat ke daerah wajib:
a. menyerahkan surat keterangan sehat;
b. melakukan pemeriksaan ulang Tim yang dibentuk oleh Rektor;dan
c. rekomendasi dari Dinas Psikologi Angkatan Darat (AD) atau lembaga
lain yang ditunjuk bagi yang sakit mental/psikis.
Bagian Ketiga
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Izin
Pasal 15
a.

b.

(1) Pejabat yang berwenang memberikan izin meninggalkan kampus:


Kampus Pusat
1) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 12 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan
Kemahasiswaan dan Penanggung Jawab Kampus;
2) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 5 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Bagian Pengasuhan dan Koordinator
Umum Pengasuh;
3) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 2 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Subbagian pembinaan dan
Pengawasan Bagian Pengasuhan dan Koordinator Pengasuh Putra
dan Putri.
Kampus Daerah
1) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 12 jam dalam
sehari diberikan oleh Direktur Kampus;
2) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 5 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Bagian Keprajaan;
3) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 2 jam dalam
sehari diberikan oleh kepala Subbagian pengasuhan.
(2) Pejabat yang berwenang memberikan izin bermalam:
a. Kampus Pusat
Pemberian izin bermalam paling lama 7 (tujuh) hari diberikan oleh
Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor.
b. Kampus Daerah
1) Pemberian izin bermalam paling lama 7 (tujuh) hari diberikan
oleh Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor;

12

2) Pemberian izin bermalam kurang dari 3 (tiga) hari diberikan oleh


Direktur Kampus Daerah.
(3) Pejabat yang berwenang memberikan izin sakit dan berobat di daerah
di Kampus Pusat dan Kampus Daerah yaitu Rektor atau Pejabat lain
yang ditunjuk Rektor.
Bagian Keempat
Dispensasi
Pasal 16
(1) Praja diberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan Pengajaran,
Pelatihan dan Pengasuhan pada saat:
a. melaksanakan tugas sebagai Jaga Wisma;
b. melaksanakan Perintah dari lembaga untuk mengikuti kegiatan dinas
di luar kampus.
(1) Praja diberikan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam 1
(satu) semester akademik maksimal 2 (dua) kali dispensasi.

BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 17
Kewajiban Praja terdiri dari:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. mentaati Peraturan Disiplin Praja;
c. mentaati Peraturan Kehidupan Praja;
d. mentaati peraturan perundang-undangan;dan
e. menyelesaikan pendidikan paling lama 10 (sepuluh) semester.
Pasal 18
Hak Praja:
a. pelayanan pendidikan;
b. penghargaan akademis;
c. fasilitas asrama, uang saku, makanan dan minuman, olahraga, ibadah,
dan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, perawatan kesehatan dasar;
d. cuti akademis;dan
e. advokasi, perlindungan hukum,dan pembelaan dalam proses hukum.
BAB XI
JENIS PELANGGARAN DISIPLIN
Pasal 19
Jenis pelanggaran disiplin terdiri atas:

13

a. pelanggaran disiplin ringan;


b. pelanggaran disiplin sedang;dan
c. pelanggaran disiplin berat.
Pasal 20
Jenis pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf a, meliputi pelanggaran karena:
a. keluar kampus tidak melewati gerbang utama;
b. membeli, membawa, dan menyimpan makanan dan minuman selain air
mineral di kelas dan wisma;
c. tidak memperlengkapi diri dengan sapu tangan, buku saku, dan alat
tulis pada setiap pergerakan;
d. tidak memperlengkapi diri dengan tas kuliah, buku catatan, buku
referensi sesuai mata kuliah masing-masing, dan alat tulis pada saat
perkuliahan berlangsung;
e. tidak hadir tepat waktu pada saat dinas;
f. tidak mengenakan pakaian dinas dan/atau atribut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. tidak menghormati lambang Negara pada saat masuk dan atau keluar
Menza;
h. membawa makanan dan minuman dari luar ke dalam Menza;
i. makan terlambat atau mendahului tanpa izin Piket Pengasuh dan Piket
Petugas Menza;
j. makan-makanan yang bukan jatahnya atau mengambil jatah Praja yang
lain sebelum Upacara Makan;
k. ukuran dan model rambut tidak sesuai ketentuan;
l. tidak merapikan lemari pakaian, meja belajar, dan tempat tidur;
m. berbuat gaduh di dalam kampus;
n. membiarkan jenggot, kumis, dan cambang tumbuh;
o. memanjangkan dan atau mewarnai kuku;
p. terlambat mengikuti apel atau upacara;
q. melakukan gerakan yang tidak perlu pada saat upacara atau apel;
r. memakai perhiasan;
s. tidur diatas tempat tidur Praja lain;
t. tidak tertib di kelas;
u. bermain musik, televisi, play station, dan DVD dalam ruang tidur atau
ruang belajar;
v. menggunakan payung di dalam kampus;
w. membiarkan asrama tidak rapi dan kotor;
x. menggunakan jam tangan yang tidak sesuai ketentuan baik ukuran,
warna, dan cara pemakaian;
y. Praja memiliki dan menggunakan alat kosmetik yang berlebihan;
z. berpindah tempat tidak dalam keadaan berbaris;
aa.tidak berbaris rapi dan melaksanakan lari saat jumlah Praja kurang
dari 10 orang ketika melewati garis putih yang sudah ditentukan
(sekitar lapangan parade dan di depan Kantor Pengasuhan);
ab. Praja duduk di tempat yang tidak layak atau tidak pantas pada saat
menggunakan pakaian dinas;

14

ac.Praja makan dan minum sambil berdiri dan berbicara secara tidak
pantas;
ad. menggunakan kacamata selain dalam kegiatan Perkuliahan dan
Pelatihan di Kelas dan belajar di Wisma;
ae.tidak mengisi buku administrasi Wisma sesuai dengan ketentuan;
af. melewati jalan yang tidak diperuntukkan bagi Praja;
ag.tidak membawa peralatan makan (sendok dan garpu) pada saat upacara
makan di Gedung Nusantara;
ah. bertemu dengan sesama Praja melakukan jabat tangan dan atau
disertai mencium tangan;dan
ai. meludah dan membuang sampah bukan pada tempatnya.
Pasal 21
Jenis pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada Pasal 19
huruf b, meliputi pelanggaran karena:
a. berjualan/berbisnis di dalam kampus;
b. tidak belajar pada waktu jam wajib belajar;
c. berduaan berlainan jenis di jalan maupun di ruangan;
d. keluar dari barisan sebelum barisan dibubarkan;
e. menyimpan, menggunakan barang inventaris tanpa izin dinas;
f. membeli, menjual, menyimpan, memiliki rokok, dan merokok;
g. membeli, menyimpan, dan melihat majalah, tabloid, gambar, film yang
bergambar porno dan internet dengan situs porno dan lain yang
bercorak pornografi dan pornoaksi;
h. Praja putra masuk ke komplek wisma Wanita Praja tanpa izin Piket
Pengasuh dan sebaliknya;
i. membawa tamu/pihak luar ke dalam Wisma tanpa ijin Pengasuh;
j. satu kali tidak mengikuti kegiatan Perkuliahan, Pelatihan, dan
Pengasuhan tanpa ijin dinas dalam satu semester;
k. memelihara hewan di lingkungan Wisma;
l. tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang telah ditentukan;
m. keluar dan kembali pesiar tidak tepat waktu;
n. tidak mengikuti apel dan atau upacara tanpa keterangan;
o. pesiar tanpa menggunakan Pakaian Dinas Pesiar yang berlaku;
p. tidak mengikuti upacara makan di gedung Nusantara;
q. mengumpat dan memaki serta menghardik;
r. memiliki, menyimpan, dan atau menggunakan gadget (laptop, telepon
genggam, android, ipad, tablet, ipod, kamera dan sejenisnya) tidak
sesuai ketentuan;
s. tidak tertib ketika berada di perpustakaan, Bank, Koperasi, Kantin,
dan tempat-tempat umum lainnya;
t. menyimpan, menempatkan, menempelkan gambar, photo, tulisan,
hiasan ataupun grafik secara tidak pantas, dan melanggar etika di
dalam Kampus;
u. naik ke atas plafon wisma atau plafon gedung, bersembunyi dalam
lemari, kamar mandi, dan kolong tempat tidur;
v. menggunakan sarana dan prasarana Pengajaran, Pelatihan, dan
Pengasuhan tidak semestinya;

15

w.
x.
y.
z.

mengotori dan atau merusak prasarana dan sarana kampus;


tidak mengikuti kegiatan olah raga pagi;
tidak melaksanakan Dinas Jaga yang ditentukan;
mengecat,
menyambung,
menanam,
meluruskan
rambut,
mencabut/menyulam
alis,
mengeriting/menanam
bulu
mata,
menyulam bibir, menyulam alis, dan menambah aksesoris di tubuh
serta merias wajah secara berlebihan;
aa.menyewa dan mengemudikan kendaraan bermotor tanpa izin dinas;
ab. mengizinkan atau menyuruh adik Praja ke wisma kakak Praja dan
sebaliknya;
ac.keluar kampus tanpa izin dinas;
ad. ketua Kelas membiarkan kelas tanpa Dosen atau Pelatih, serta tidak
memberitahukan kepada Operasional Pengajaran atau Operasional
Pelatihan;
ae.bermalam di luar asrama kecuali ijin dinas atau cuti;
af. berangkat mendahului dan atau kembali cuti tidak tepat waktu tanpa
ijin dinas;
ag.melaksanakan kegiatan kumpul utusan daerah tanpa izin dan
pendampingan Pengasuh dan atau Piket Posko Pusat Pelayanan
Nusantara;
ah. melakukan transaksi dalam bentuk apapun dengan pihak luar di
dalam kampus kecuali mendapatkan ijin dari lembaga;
ai. menggantikan teman pada saat pengecekan dan atau tugas dinas jaga
tanpa sepengetahuan dan ijin dari Pengasuh;
aj. menggunakan kelengkapan ibadah diluar kegiatan keagamaan;
ak. tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh Pengajar, Pelatih,
dan Pengasuh;
al. menggunakan surat ijin yang sudah melampaui batas waktunya;
am. bergandengan tangan dengan sesama Praja yang berlainan jenis
kelamin;
an. bertatto dan atau bertindik (kecuali di telinga bagi Wanita Praja);
ao.memiliki, menggunakan, dan atau menyewa rumah atau kamar kos;
ap. menggunakan kawat gigi/behel;
aq.tidak menggunakan pakaian dinas yang telah ditentukan pada saat
cuti/praktek lapangan/magang;
ar. menyuruh junior atau pihak lain untuk mengambil uang di atm,
mengambil cucian dan atau kepentingan pribadi lainnya;dan
as.memasang dan atau menyimpan foto yang tidak pantas.
Pasal 22
Jenis pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf c, meliputi pelanggaran karena:
a. mencontek pada saat ujian;
b. melanggar sumpah/janji, kewajiban, dan larangan sebagaimana yang
diatur dalam peraturan perundangan tentang Aparatur Sipil Negara
atau Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
c. melakukan tindakan dan atau perbuatan yang menjurus atau
mengarah pada terjadinya pelanggaran pidana dan atau tindakan

16

pidana sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan yang


berlaku;
d. berperilaku penjudi;
e. penyalahgunaan obat-obatan, barang, bahan, dan zat adiktif serta
psikotropika;
f. terbukti
dari
hasil
pemeriksaan
laboratorium
urine/rambut
mengandung narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
g. melakukan pemukulan pertama yang dapat menyebabkan terjadinya
perkelahian dan atau menimbulkan tindakan kekerasan baik sesama
Praja, civitas akademika maupun dengan masyarakat;
h. melecehkan dan melawan perintah atasan baik dalam bentuk perkataan
maupun perbuatan;
i. melakukan ancaman, pemalakan, pemerasan, dan intimidasi kepada
orang lain;
j. berbohong dan atau memberikan keterangan palsu baik dengan lisan
atau tulisan;
k. tidak mengikuti perkuliahan dan pelatihan dan atau kehadiran kurang
dari 80% dari jumlah tatap muka yang dipersyaratkan pada 2 (dua)
atau lebih mata kuliah dan atau mata pelatihan yang ditetapkan;
l. meninggalkan kampus tanpa ijin selama 7 (tujuh) hari berturut-turut
atau 14 (empat belas) hari akumulatif dalam 1 (satu) bulan;
m. melakukan plagiat dalam menulis makalah dan atau laporan
akhir/skripsi;
n. menyuruh orang lain dalam menggantikannya sebagai peserta ujian
dan
atau
menggantikan
orang
lain
dalam
mengikuti
ujian/apel/pengecekan/upacara;
o. memalsukan atau memindai (scanning) tanda tangan atasan dan atau
membuat surat palsu atau memalsukan surat dinas dengan maksud
menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain;
p. mengambil dan atau mempergunakan barang milik orang lain atau milik
dinas tanpa hak;
q. melakukan perbuatan amoral, pelecehan seksual, dan atau asusila
serta mengedepankan perilaku seks bebas;
r. tanpa ijin dinas, dengan sengaja mendatangi dan berada ditempat yang
dapat menurunkan harkat dan kehormatan sebagai Praja;
s. berduaan atau berpasangan yang bukan muhrimnya berada
dirumah/hotel/kost atau kamar atau ruangan tertutup;
t. terbukti secara medis mengidap penyakit kelamin dan atau hamil
selama mengikuti pendidikan;
u. melakukan perkawinan dan atau menikah selama mengikuti
pendidikan;
v. menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk membuat foto dan atau
video serta menjadi pemeran pada foto dan atau video yang bersifat
pornografi;
w. menggunakan media sosial atau Teknologi Informasi (TI) untuk
melecehkan dan atau menyerang kehormatan dan nama baik lembaga,
civitas akademika dan orang lain;
x. menyimpan, memiliki, mengedarkan, dan atau mengkonsumsi minuman
berakohol;

17

y. membuat,
membawa,
menyimpan,
memperjual
belikan,
dan
menggunakan senjata tajam dan atau senjata api yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan dinas;
z. ditetapkan tersangka sebagai pelaku pelanggaran pidana atau tindak
pidana oleh pihak yang berwenang;
aa.melakukan pelanggaran disiplin sedang pada saat menjalani sanksi
disiplin sedang dan atau melakukan pelanggaran disiplin sedang yang
sama lebih dari 3 (tiga) kali dalam 2 (dua) bulan yang telah tercatat
dalam keputusan penjatuhan sanksi disiplin.
BAB XII
SANKSI
Bagian Kesatu
Jenis Sanksi
Pasal 23
1) Sanksi terhadap pelanggar peraturan disiplin, disesuaikan dengan jenis
pelanggaran.
2) Jenis pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas:
a. sanksi disiplin ringan;
b. sanksi disiplin sedang;dan
c. sanksi disiplin berat.
Pasal 24
(1) Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf a, terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. pemberian tugas dan pembinaan secara proporsional, edukatif, dan
humanistik.
(2) Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf b, terdiri dari:
a. teguran tertulis;
b. pengurangan nilai kepribadian;
c. pemberian tugas khusus yang mendidik dan akademis.
(3) Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf c, terdiri dari:
a. Turun tingkat;atau
b. Diberhentikan sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan,
sedang dan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24
diatur dengan Peraturan Rektor.

18

Pasal 26
(1) Praja melakukan pelanggaran disiplin ringan dan sedang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan dalam Pasal 24 ayat (2),
dikenakan sanksi secara kumulatif.
(2) Madya Praja, Nindya Praja, dan Wasana Praja yang melakukan
pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(3), dikenakan sanksi secara alternatif.
(3) Muda Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dikenakan sanksi pemberhentian
sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Pasal 27
(1) Setiap sanksi pelanggaran disiplin yang dijatuhkan disesuaikan dengan
tingkatan pelanggaran.
(2) Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dicatat di buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh.
Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menerapkan Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 28
(1) Rektor berwenang menerapkan sanksi pelanggaran disiplin berat bagi
Praja IPDN.
(2) Penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan dan sedang dicatat di
buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh sesuai dengan kewenangan di
masing-masing aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
BAB XIII
MEKANISME PELAPORAN BAGI PRAJA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
DISIPLIN PRAJA
Bagian Kesatu
IPDN Kampus Pusat
Pasal 29
(1) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin ringan aspek pengajaran,
pelatihan, atau pengasuhan langsung dilaporkan kepada Fakultas,
Bagian Pelatihan atau Bagian Pengasuhan dan langsung diberikan
sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang telah dilakukan.
(2) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin sedang aspek pengajaran,
pelatihan atau pengasuhan dilaporkan kepada Fakultas, Bagian

19

Pelatihan atau Bagian Pengasuhan yang selanjutnya dibahas intern


untuk memberikan pertimbangan kepada Dekan Fakultas, Kepala Biro
Akademik, Perencanaan dan Kerjasama, dan Kepala Biro Administrasi
Keprajaan dan Kemahasiswaan mengenai jenis sanksi yang akan
dijatuhkan.

Pasal 30
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pengajaran disampaikan kepada Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan menindaklanjuti hasil laporan
sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Dekan Fakultas untuk
dilakukan pendalaman masalah melalui rapat senat Fakultas.
Pasal 31
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pelatihan, laporan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pelatihan.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas.
(3) Kepala Bagian Pelatihan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) kepada Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama untuk dilakukan pendalaman masalah.
Pasal 32
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pengasuhan, laporan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pengasuhan;
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas;
(3) Kepala Bagian Pengasuhan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) dengan memerintahkan jajaran penegak disiplin Praja
untuk melakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan kepada Praja
yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.
Bagian Kedua

20

IPDN Kampus Daerah


Pasal 33
(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran
disiplin berat aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan dapat
dilaporkan melalui masing-masing Kepala Bagian atau kepada
Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan;
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan;
(3) Hasil laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditindaklanjuti dengan
dilakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan.

Bagian Ketiga
Pasal 34
(1) Pejabat yang tidak melaporkan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Praja lebih dari 2 (dua) kali baik di Kampus Pusat dan Kampus Daerah
dianggap kelalaian;
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diberi sanksi
teguran lisan dan tertulis;
(3) Pejabat yang berwenang memberikan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah atasan langsung dari pejabat yang melakukan
kelalaian, sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB XIV
MEKANISME PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI
PELANGGARAN DISIPLIN BERAT
Bagian Kesatu
Kampus Pusat
Pasal 35
(1) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat wajib diperiksa
terlebih dahulu sebelum dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.
(2) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek
Pengajaran, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
(3) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pelatihan,
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara
lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Kepala Bagian
Pelatihan.

21

(4) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek


Pengasuhan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Subbagian Pembinaan Disiplin Praja pada Bagian Pengasuhan.
(5) Pemeriksaan Praja yang melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan
secara tertutup paling kurang 2 (dua) orang pemeriksa.
(6) Pelaksanaan pemeriksaan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
dilakukan pada hari terjadinya pelanggaran atau penerimaan laporan.
Pasal 36
(1) Praja yang diperiksa wajib menjawab secara jujur semua pertanyaan
yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa.
(2) Dalam hal Praja yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan keterangan yang tidak benar, palsu atau berbelit-belit, hal
tersebut dapat memperberat sanksi pelanggaran disiplin dan kepadanya
dapat dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin lebih berat.
(3) Dalam melakukan pemeriksaan, pejabat yang memeriksa dapat
mendengar atau meminta keterangan dari saksi fakta dan saksi ahli,
serta Dewan Kehormatan Praja;dan
(4) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2), wajib ditanda tangani oleh Pejabat Pemeriksa dan Praja yang
bersangkutan.

Pasal 37
Apabila Praja yang diperiksa tidak bersedia menjawab sebagian atau semua
pertanyaan yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa atau menolak
untuk menandatangani Berita Acara Pemeriksaan maka Pejabat yang
memeriksa harus membuat catatan dan menandatangani sendiri Berita
Acara Pemeriksaan.
Pasal 38
(1) Hasil pemeriksaan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) disampaikan kepada
Dekan Fakultas.
(2) Hasil pemeriksaan Kepala Bagian Pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (3) disampaikan kepada Kepala Biro Akademik,
Perencanaan dan Kerjasama.
(3) Hasil Pemeriksaan Sub Bagian Pembinaan DisiplinPraja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) disampaikan kepada Kepala Bagian
Pengasuhan.
Pasal 39
(1) Dekan Fakultas dan Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud

22

dalam Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kelengkapan berkas
pendukung lainnya kepada Rektor dengan tembusan disampaikan
kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kepala Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, dan Komisi Disiplin.
(2) Kepala Bagian Pengasuhan menyampaikan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) disertai dengan
kelengkapan berkas pendukung lainnya kepada Kepala Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan dengan tembusan
disampaikan kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Ketua
Komisi Disiplin, dan Kepala Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni.
(3) Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan menyampaikan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Rektor.
Pasal 40
(1) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk
melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Dekan
Fakultas, Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama,
serta
Kepala
Biro
Administrasi
Keprajaan
dan
Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.
(2) Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan yang menerima penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugaskan Komisi Disiplin
untuk melakukan verifikasi.
Bagian Kedua
IPDN Kampus Daerah
Pasal 41
(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

Pemeriksaan terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat


aspek Pengajaran, Pelatihan, dilakukan oleh Kepala Subbag Akademik,
dan Pengasuhan oleh Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama.
Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melaporkan hasil pemeriksaan kepada Kepala Bagian Keprajaan.
Kepala Bagian Keprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melaporkan hasil pemeriksaan kepada Direktur dengan tembusan
kepada Pembantu Direktur Bidang Keprajaan.
Direktur memerintahkan Pembantu Direktur Bidang Keprajaan untuk
melakukan verifikasi dan rekomendasi tindak lanjut atas laporan hasil
pemeriksaan dari Kepala Bagian Keprajaan.
Pembantu Direktur Bidang Keprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) melaporkan kepada Direktur hasil verifikasi pemeriksaan yang
disertai rekomendasi tindak lanjut.
Pasal 42

(1) Direktur menyampaikan hasil verifikasi pemeriksaan dan rekomendasi


tindak lanjut kepada Rektor dengan tembusan disampaikan kepada
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kepala Biro Administrasi
Keprajaan dan Kemahasiswaan.

23

(2) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk


melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Direktur IPDN
Kampus Daerah, melalui mekanisme rapat Komisi Disiplin Kampus
pusat dan atau dalam rapat gabungan jajaran pimpinan IPDN.
Bagian Ketiga
Mekanisme Penjatuhan Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 43
(1) Rektor menjatuhkan sanksi pelanggaran disiplin kepada Praja di IPDN
Pusat dan IPDN Kampus Daerah.
(2) Rektor mendelegasikan kewenangan penjatuhan sanksi pelanggaran
disiplin jenis ringan dan sedang kepada Direktur IPDN Kampus Daerah
bagi Praja di lingkungan IPDN Kampus Daerah.
Pasal 44
Berdasarkan hasil verifikasi dan rekomendasi dari Komisi Disiplin terhadap
laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2)
dan Pasal 42 ayat (2) dilaksanakan rapat jajaran pimpinan IPDN dengan
agenda membahas Praja yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.
Pasal 45
(1) Rapat jajaran pimpinan IPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 44
adalah rapat yang dipimpin oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk,
dengan peserta rapat terdiri dari:
a. Wakil Rektor;
b. Pembantu Rektor Bidang Akademik;
c. Pembantu Rektor Bidang Administrasi;
d. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan;
e. Dekan Fakultas;
f. Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Kerjasama;
g. Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan;
h. Kepala Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum;
i. Kepala Pusat Bimbingan dan Konseling;
j. Ketua Komisi Disiplin;
k. Kepala Bagian Pengasuhan;
l. Kepala Bagian Administrasi Keprajaan;dan
m. Jajaran pimpinan lain yang berkaitan dengan permasalahan Praja
dan dibutuhkan keterangannya.
(2) Hasil rapat jajaran pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Rektor kepada Senat untuk pertimbangan sebagai usulan
dalam penjatuhan sanksi disiplin sebelum Rektor menjatuhkan
Keputusan tentang penjatuhan sanksi disiplin Praja.
Pasal 46

24

Rektor menetapkan Keputusan tentang Penjatuhan Sanksi pelanggaran


disiplin kepada Praja yang melakukan pelanggaran disiplin Praja, setelah
menerima rekomendasi usulan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin
Praja dari hasil Rapat Praja Bermasalah oleh jajaran pimpinan IPDN dan
atau Senat Institut.
Pasal 47
(1) Praja yang meninggalkan Kampus dan telah dipanggil 3 (tiga) kali
berturut-turut tidak hadir, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat
tanpa kehadiran Praja yang bersangkutan.
(2) Rekomendasi
penjatuhan
sanksi
pelanggaran
disiplin
berat
sebagaimana pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Rapat
Pembahasan Rekomendasi Penjatuhan Sanksi pelanggaran disiplin Praja
oleh Komisi Disiplin;
(3) Pemanggilan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
kepada Praja yang bersangkutan melalui Kepala Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi asal pendaftaran Praja dan tembusan disampaikan
kepada Orang Tua Praja yang bersangkutan.
Bagian Ketiga
Penyampaian Keputusan Sanksi Pelanggaran Disiplin Praja
Pasal 48
(1) Rektor menetapkan Keputusan tentang Penjatuhan Sanksi Pelanggaran
Disiplin atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh Praja.
(2) Penyampaian Keputusan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin,
dilakukan dalam Apel Luar Biasa yang dihadiri oleh seluruh Praja,
Pengasuh, dan Para Pejabat di jajaran Kemahasiswaan.
(3) Dalam pelaksanaan Apel Luar Biasa di Kampus Pusat Bertindak sebagai
Pembina Apel adalah Rektor IPDN atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Dalam pelaksanaan Apel luar biasa di Kampus Daerah bertindak
sebagai Pembina Apel adalah Direktur IPDN.
(5) Apabila dalam penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Praja yang melakukan
pelanggaran disiplin tidak hadir setelah dilakukan pemanggilan secara
patut, maka dilakukan penjatuhan sanksi secara in absensia.

Pasal 49
(1) Praja dapat mengajukan
pelanggaran displin.

keberatan

administratif

atas

sanksi

25

(2) Sanksi pelanggaran disiplin yang dapat diajukan keberatan administratif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya pada sanksi pelanggaran
disiplin berat.
Pasal 50
(1) Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat dapat mengajukan
keberatan administratif kepada Rektor dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari terhitung mulai tanggal penerimaan keputusan sanksi
pelanggaran disiplin disertai dengan berita acara serah terima
keputusan sanksi pelanggaran disiplin berat;
(2) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memuat alasan-alasan dari keberatan itu;
(3) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diajukan
secara tertulis melalui mekanisme hierarki jabatan;dan
(4) Tata cara penyampaian sanksi pelanggaran disiplin berat dan
penyampaian keberatan atas sanksi pelanggaran disiplin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 51
Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan, sedang, dan berat
wajib dicatat dalam buku catatan khusus oleh pejabat Pengasuh untuk
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan nilai
Pengasuhan Praja.
Bagian Keempat
Berlakunya Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 52
(1) Sanksi Pelanggaran disiplin berat yang dijatuhkan kepada Praja, berlaku
sejak tanggal penyampaian surat keputusan dalam apel luar biasa.
(2) Apabila Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) tidak hadir pada waktu
penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin, maka sanksi
pelanggaran disiplin itu berlaku pada hari ketujuh terhitung mulai
tanggal penetapan penjatuhansanksi pelanggaran disiplin dalam apel
luar biasa.
BAB XV
PEMBERHENTIAN PRAJA
Pasal 53
(1) Pemberhentian Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
didelegasikan kepada Rektor IPDN.
(2) Praja diberhentikan dengan hormat dari pendidikan karena:
a. mengundurkan diri sebagai Praja IPDN;
b. meninggal dunia yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Kematian
yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang;
c. tidak cakap jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan Dokter
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;dan

26

d. tidak dapat menyelesaikan pendidikan dalam jangka waktu paling


lama 5 (lima) tahun.
(3) Praja diberhentikan tidak dengan hormat dari pendidikan karena
melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana diatur dalam
Peraturan ini;
(4) Proses pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan
setelah penetapan hasil rapat antara Pembantu Rektor Bidang
Akademik, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dekan Fakultas,
Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Kerjasama, Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, Pusat Konsultasi dan
Bantuan Hukum, Pusat Bimbingan dan Konseling serta Komisi Disiplin.
Pasal 54
Praja yang belum berstatus CPNS diberhentikan sebagai Praja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53, tidak diproses pengangkatannya menjadi CPNS.
Pasal 55
(1) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), dikembalikan kepada
pemerintah daerah asal pendaftaran Praja sesuai ketentuan yang
berlaku.
(2) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan tidak hormat sebagai
Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), proses status
CPNS sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 56
(1) Praja berstatus PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), diproses sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(2) Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada
pemerintah daerah asal pendaftaran Praja.
(3) Praja berstatus PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), diproses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 57
Pemberhentian Praja yang berstatus CPNS dan Praja berstatus PNS
sebagaimana dimaksud pada Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 56
kedudukan sebagai CPNS dan PNS dilaksnakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XVI
PENGHARGAAN PRAJA

27

Pasal 58
Rektor memberikan penghargaan
akademik, seni dan olahraga.

kepada

Praja

berprestasi

bidang

Pasal 59
(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang
akademik sebagaimana dimaksud Pasal 58 pada setiap yudisium
kenaikan tingkat.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Penghargaan Sapta Abdi Praja terbaik di bidang pengajaran,
pelatihan, dan pengasuhan;
b. Penghargaan Kartika Adhi Kertayasa di bidang pengajaran;
c. Penghargaan Kartika Adhi Karyatama di bidang pelatihan;dan
d. Penghargaan Kartika Adhi Mahottama di bidang Pengasuhan.
(3) Penghargaan pengajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b
diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik I, II, dan III pada masingmasing Program Studi/Jurusan pada program Diploma IV dan sarjana.
(4) Penghargaan pelatihan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c
diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada bidang Pelatihan.
(5) Penghargaan pengasuhan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d
diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada Pengasuhan.
(6) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Keputusan Rektor.
Pasal 60
(1) Menteri memberikan penghargaan kepada lulusan terbaik IPDN.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Kartika Pradnya Utama untuk program Sarjana;dan
b. Kartika Asta Brata untuk program Diploma IV.
(3) Penghargaan untuk program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang
Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
(4) Penghargaan untuk program Diploma IV sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang
Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
(5) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Keputusan Menteri.
Pasal 61
(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang seni
dan olahraga sebagaimana dimaksud Pasal 53 pada setiap prestasi yang

28

diraih oleh Praja pada bidang Seni dan Olahraga.


(2) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria pemberian penghargaan bidang
Seni dan Olahraga diatur lebih lanjut dengan peraturan Rektor.
(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
Keputusan Rektor.

BAB XVII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 62
Ruang lingkup pembinaan Praja, meliputi:
a. pembinaan mental dan spiritual;
b. pembinaan kerjasama antar umat beragama;
c. pembinaan konseling;
d. pembinaan olahraga dan kesamaptaan jasmani;
e. pembinaan seni, budaya, dan kreatifitas;
f. pembinaan kepemimpinan;
g. pembinaan sikap kritis dan ilmiah;
h. pembinaan kehidupan sosial masyarakat;dan
i. pembinaan penyaluran aspirasi.
Pasal 63
(1) Pembinaan dan pengawasan Praja dilaksanakan oleh:
a. Pengasuh langsung;dan
b. Pengasuh tidak langsung.
(2) Pengasuh Langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
bertanggung jawab mengasuh Praja dengan melakukan pembinaan
sikap, disiplin dan mental kepribadian serta pengawasan secara
langsung dalam siklus kehidupan Praja.
(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b, sivitas akademika yang berkewajiban secara tidak langsung untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Praja.
(4) Standar kompetensi jabatan Pengasuh langsung sebagai instrumen
seleksi penetapan Pengasuh ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 64
(1) Pengasuh langsung di Kampus Pusat sebagaimana dimaksud pada Pasal
63 ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. Kepala Bagian Pengasuhan;
b. Kepala Subbagian Pembinaan Disiplin;
c. Kepala Subbagian Bimbingan dan Pengawasan;
d. Kepala Subbagian Tata Usaha;
e. Kepala Satuan;dan
f. Pengasuh .

29

(2) Pengasuh langsung di Kampus daerah sebagaimana dimaksud Pasal 63


ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. Kepala Bagian Keprajaan;
b. Kepala Subbagian Pengasuhaan;
c. Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama;
d. Kepala Subbagian Ekstrakurikuler;dan
e. Pengasuh.
(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 ayat (1)
huruf b meliputi seluruh jajaran civitas akademika IPDN.
Pasal 65
Pembinaan dan Pengawasan Praja dilaksanakan dengan sistem penilaian
prestasi bagi Praja yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Rektor.
Pasal 66
(1) Pembinaan Praja dimaksudkan sebagai pembentukan karakter dan
meningkatkan rasa kejuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan
sebagai kader aparatur Pemerintahan.
(2) Pembinaan Praja bertujuan untuk:
a. terwujudnya kader aparatur Pemerintahan yang setia dan taat kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. membina karakter, watak, rasa persatuan dan kesatuan serta
semangat pengabdian kepada masyarakat;
c. mewujudkan Praja yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung
jawabnya sebagai kader aparatur pemerintahan;dan
d. menumbuhkan dan meningkatkan semangat dan kesadaran dalam
menjaga persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
BAB XVIII
KELULUSAN PRAJA
Pasal 67
(1) Praja yang telah memenuhi syarat akademik Pengajaran, Pelatihan,
dan Pengasuhan, serta selesai mengikuti ujian komprehensif dan
dinyatakan lulus dilakukan yudisium kelulusan sebagai Praja IPDN
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Predikat kelulusan untuk program Diploma IV dan program Sarjana
terdiri dari 3 (tiga) kriteria yaitu memuaskan, sangat memuaskan, dan
dengan pujian (cum laude).
(3) Pejabat yang menyatakan kelulusan Praja adalah Rektor melalui Ketua
Tim Penguji Ujian Komprehensif.
Pasal 68

30

(1) Dalam hal Praja belum diwisuda dan dilantik oleh pejabat yang
berwenang, sekalipun telah diyudisium dan dinyatakan lulus, sebagai
Praja tetap wajib mengikuti segala ketentuan dalam Pedoman Tata
Kehidupan Praja.
(2) Praja yang belum diwisuda dan dilantik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang melakukan pelanggaran Pedoman Tata Kehidupan Praja
selama masa tenggang waktu tetap diproses sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pasal 69
(1) Praja yang telah menyelesaikan pendidikan dan dinyatakan lulus
diwisuda oleh Menteri.
(2) Praja yang telah diwisuda, dilantik sebagai Pamong Praja Muda oleh
Presiden Republik Indonesia atau Pejabat lain yang ditunjuk.
(3) Praja yang telah dilantik sebagai Pamong Praja Muda, penempatan
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan pelaksanaan Pelantikan Pamong Praja Muda diatur dengan
Peraturan Menteri, dan ketentuan pelaksanaan Wisuda diatur dengan
Peraturan Rektor.
Pasal 70
Ketentuan Tata Krama Praja dan kehidupan Praja tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini maka
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan
Praja IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Disiplin Praja IPDN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 72
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan

Peraturan Menteri Dalam Negeri ini dengan penempatannya dalam Berita


Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta

31

pada tanggal 24 Agustus 2015


MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONN H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR1287
Salinan sesuai dengan aslinya
Kapala Biro Hukum
Ttd basah
SIGIT PUJIANTO
NIP.19590203 198903 1 001

Anda mungkin juga menyukai