Anda di halaman 1dari 58

SALINAN

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 63 TAHUN 2015

TENTANG

PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa pembinaan mental dan disiplin secara konseptual


bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri merupakan
persyaratan untuk mencapai tujuan pendidikan
kepamongprajaan Kementerian Dalam Negeri dalam rangka
menyiapkan kader Pamong Praja sebagai calon aparatur
pemerintah yang berdisiplin tinggi, unggul, berwawasan
negarawan, ilmuan, profesional, demokratis, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun
2009 tentang Pembinaan Praja IPDN, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
14 Tahun 2012 tentang Peraturan Disiplin Praja IPDN, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009
tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman
Tata Kehidupan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
-2-

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
1999 Tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3859);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009
tentang Pembinaan Praja Institut Pemerintahan Dalam
Negeri;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Peraturan Disiplin
Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;
10.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2009
tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja Institut
Pemerintahan Dalam Negeri;
11.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2013
tentang Pelantikan Lulusan Institut Pemerintahan Dalam
Negeri Sebagai Pamong Praja Muda (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1044);
12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 68 Tahun 2013
tentang Pakaian Dinas, Atribut, dan Kelengkapan Praja
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1506).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK


INDONESIA TENTANG PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI.
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Institut Pemerintahan Dalam Negeri selanjutnya disingkat IPDN, adalah
pendidikan tinggi kepamongprajaan di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri.
2. Kampus adalah Kampus Pusat IPDN di Jatinangor, Cilandak, dan
Kampus IPDN di Daerah.
3. Rektor, adalah Rektor IPDN.
4. Dekan adalah Dekan Fakultas di IPDN.
5. Biro Akademik, Perencanaan, dan Kerjasama adalah unsur pembantu
pimpinan di bidang akademik yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang
Akademik.
6. Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan adalah unsur
pembantu pimpinan di bidang administrasi keprajaan dan
kemahasiswaan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
7. Direktur adalah Direktur IPDN di Kampus Daerah.
8. Bagian Akademik adalah bagian akademik pada Kampus Pusat.
9. Bagian Pelatihan adalah bagian pelatihan pada Kampus Pusat.
10. Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni adalah bagian administrasi
keprajaan dan alumni pada Kampus Pusat.
11. Bagian Pengasuhan, adalah Bagian Pengasuhan IPDN pada Kampus
Pusat.
12. Bagian Keprajaan, adalah Bagian Keprajaan IPDN pada Kampus
Daerah.
13. Pengasuh adalah Pegawai Negeri Sipil yang ditunjuk untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap sikap kepribadian Praja pada
IPDN di Kampus Pusat dan Kampus di Daerah.
14. Praja, adalah peserta didik program Diploma dan program Sarjana pada
IPDN.
15. Pembinaan adalah proses pembentukan sikap dan watak Praja sebagai
calon Pamong Praja.
16. Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupanPraja dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN.
17. Disiplin Praja, adalah ketentuan yang mengatur kewajiban, hak,
larangan, sanksi pelanggaran disiplin, dan mekanisme penjatuhan
sanksi pelanggaran disiplin Praja IPDN.
18. Kewajiban Praja IPDN, adalah segala sesuatu yang harus dilaksanakan
oleh Praja IPDN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
19. Hak Praja IPDN, adalah segala sesuatu yang diterima oleh Praja IPDN
dalam kedudukannya sebagai peserta didik.
-4-

20. Larangan, adalah segala sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh Praja
IPDN selama mengikuti pendidikan baik didalam maupun diluar
Kampus.
21. Pelanggaran Disiplin Praja, adalah semua perbuatan baik ucapan,
tulisan, dan perbuatan Praja yang melanggar ketentuan disiplin Praja
IPDN.
22. Sanksi Pelanggaran Disiplin, adalah sanksi yang dijatuhkan kepada
Praja sebagai peserta didik.
23. Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap suatu prestasi
tertentu yang diberikan kepada Praja dari IPDN yang diberikan dalam
bentuk material atau ucapan;
24. Pemberhentian Praja, adalah pemberhentian Praja sebagai peserta didik.
25. Komisi Disiplin yang selanjutnya disingkat Komdis, adalah unit
pelaksana teknis yang mempunyai tugas melakukan verifikasi,
pembahasan, dan memberikan rekomendasi kepada Rektor melalui
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan mengenai penetapan sanksi
pelanggaran disiplin Praja IPDN.
26. Pedoman adalah ketentuan dasar bagi Praja untuk mengikuti proses
pembelajaran dalam aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
27. Ijin adalah pernyataan mengabulkan permohonan.
28. Dispensasi adalah pertimbangan pembebasan dari suatu kewajiban
atau larangan.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, meliputi:


a. Pengangkatan Praja.
b. Penempatan Lokasi Proses Pembelajaran Praja.
c. Kehidupan Praja, meliputi:
1) Kode Kehormatan;
2) Tata Krama;
3) Kegiatan Praja;dan
4) Mekanisme Izin dan Dispensasi.
d. Disiplin Praja, meliputi:
1) Hak, Kewajiban;
2) Jenis Pelanggaran Disiplin;
3) Sanksi;
4) Penghargaan;dan
5) Pembinaan dan Pengawasan.
e. Pemberhentian Praja.
f. Kelulusan Praja.
-5-

BAB III
PENGANGKATAN PRAJA
Pasal 3

Menteri mengangkat dan memberhentikan Praja IPDN

Pasal 4

(1) Pengangkatan Praja IPDN dilaksanakan oleh Menteri, setelah Calon


Praja dinyatakan lulus sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pengangkatan Muda Praja IPDN dilaksanakan oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam Negeri.
(3) Pengangkatan sebagai Muda Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dalam Upacara Pengukuhan oleh Menteri.

Pasal 5

(1) Praja diangkat menjadi CPNS dan PNS, setelah memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan Praja sebagai CPNS dan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai tahapan dan proses Pengangkatan CPNS
dan PNS.

BAB IV
PENEMPATAN LOKASI PEMBELAJARAN PRAJA

Pasal 6
Lokasi pembelajaran di IPDN diselenggarakan di Kampus Pusat Jatinangor
Sumedang, Kampus Cilandak Jakarta, dan Kampus IPDN di Daerah.

Pasal 7
(1) Penempatan pada lokasi pembelajaran ditetapkan Rektor IPDN.
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan
berdasarkan syarat dan kriteria.
(3) Syarat dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), meliputi:
a. Penempatan Praja pada lokasi kampus pembelajaran dilakukan
dengan pertimbangan daya tampung masing-masing kampus,
keterwakilan gender, dan keterwakilan Provinsi asal pendaftaran
Praja dan syarat lainnya;dan
b. Penentuan Praja pada program Sarjana dilakukan dengan
pertimbangan indeks prestasi akademik dan syarat lainnya dari
masing-masing program studi.
(4) Pengaturan lebih lanjut syarat lainnya diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 8

(1) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan dengan


pola kumpul-sebar-kumpul (KSK).
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan siklus sebagai berikut:
a. Muda Praja melakukan proses pembelajaran di Kampus Jatinangor;
b. Madya Praja dan Nindya Praja melakukan proses pembelajaran di
Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara
proporsional sesuai mekanisme yang berlaku;
-6-

c. Wasana Praja yang mengikuti program Diploma IV menempati lokasi


pembelajaran di Kampus Jatinangor;
d. Wasana Praja yang mengikuti program Sarjana menempati lokasi
pembelajaran di Kampus Cilandak;
e. Penempatan kembali Wasana Praja program Sarjana ke Kampus
Jatinangor setelah ujian skripsi dalam rangka persiapan wisuda dan
pelatikan Pamong Praja Muda.
BAB V
KODE KEHORMATAN PRAJA
Pasal 9
(1) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c
angka 1), merupakan tata nilai dan semangat kepamongprajaan.
(2) Kode Kehormatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. kader aparatur pemerintahan dalam negeri yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945;
b. berjiwa Pamong dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa;
c. Putra Bangsa yang siap mengabdi dan rela berkorban, bekerja keras
dan pantang menyerah dalam pelaksanaan tugas untuk kepentingan
bangsa dan negara;
d. Dipercaya, berdisiplin, bertanggungjawab, pembela
kebenaran/keadilan, dan kejujuran;
e. Insan berilmu yang berkemauan dan berkemampuan dalam
membangun bangsa dan Negara.

BAB VI
TATA KRAMA

Pasal 10
(1) Tata Krama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 2),
merupakan penuntun sikap dan perilaku dalam kehidupan Praja.
(2) Tata Krama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara:
a. cara berpakaian dinas Praja;
b. penggunaan tutup kepala dan alas kaki;
c. cara berdiri, berjalan, dan duduk Praja;
d. berbicara;
e. bertamu, menerima tamu, dan mendampingi tamu resmi;
f. tata cara makan;
g. berkenalan;
h. Praja Pria bersama rekan Wanita bukan Praja;
i. Wanita Praja bersama rekan Pria bukan Praja;
j. Praja Pria bersama Wanita Praja dan sebaliknya;
k. berbelanja;
l. mengunjungi orang sakit;
m. melayat, menghadiri pemakaman dan ziarah;
n. perjalanan;
o. membuat janji;
p. meminjam;
q. menulis surat;
r. mengundang;
s. menonton pertunjukan;
t. menelepon;
u. kunjungan ke Rumah Dosen dan Mess Pengasuh.
-7-

(3) Praja wajib melaksanakan tata krama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibawah bimbingan Pengasuh.

BAB VII
KEGIATAN PRAJA

Pasal 11
(1) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 3),
merupakan rangkaian kegiatan dalam kehidupan sehari-hari di dalam
dan di luar kampus.
(2) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a. Kegiatan Pengajaran;
b. Kegiatan Pelatihan;dan
c. Kegiatan Pengasuhan.
(3) Kegiatan Pengajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan pemerintahan
(aspek kognitif) dalam proses belajar mengajar di IPDN.
(4) Kegiatan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
menitikberatkan pada penguasaan keterampilan praktek pemerintahan
(aspek psikomotorik).
(5) Kegiatan Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
menitikberatkan pada pembentukan kepribadian Praja dan atau
internalisasi nilai-nilai kepamongprajaan, dan nilai-nilai juang
kemerdekaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(6) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b
dan huruf c, diarahkan pula pada kegiatan ekstrakurikuler secara
terstruktur meliputi olahraga, seni, budaya, kerohanian, organisasi
Praja, dan pengabdian kepada masyarakat serta kepedulian sosial.
(7) Ketentuan kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Rektor.

BAB VIII
KEHIDUPAN PRAJA

Pasal 12

(1) Kehidupan Praja, adalah rangkaian kegiatan kehidupan Praja dalam


melaksanakan kegiatan pendidikan di dalam dan di luar kampus IPDN;
(2) Kehidupan Praja sebagaimana dimaksud ayat (1), meliputi:
a. Kegiatan Pengajaran, meliputi:
1) pelajaran di kelas;
2) ujian;
3) analisis buku referensi;
4) kuliah kerja nyata (kukerta);dan
5) magang
b. Kegiatan Pelatihan, meliputi:
1) pelatihan di kelas;
2) ujian;
3) praktek lapangan dan bhakti karya praja (bkp);dan
4) latihan integrasi taruna dewasa (latsitarda).
-8-

c. Kegiatan pengasuhan, meliputi:


1) kegiatan rutin
2) apel dan atau upacara;
3) tata tertib makan di gedung nusantara;
4) penghormatan dan sikap;
5) pakaian dinas;
6) kebersihan dan perawatan perorangan;
7) pergerakan dalam kampus;
8) dinas jaga;
9) wajib belajar;
10) kepemilikan dan penggunaan barang;
11) penerimaan tamu;
12) istirahat dan tidur;
13) pesiar dan tempat pesiar;
14) interaksi sosial;
15) berobat dan atau keadaan sakit;
16) kunjungan kantin/koperasi/poliklinik;
17) penggunaan komputer/laptop, internet, handphone dan alat
komunikasi yang lain;dan
18) menonton televisi.
d. Kegiatan ekstrakurikuler, meliputi:
1) organisasi keprajaan dan dewan kehormatan praja;
2) pembinaan rohani;
3) pembinaan olahraga;
4) pembinaan seni;dan
5) kegiatan tradisi kepamongprajaan.

BAB IX
MEKANISME IZIN DAN DISPENSASI
Bagian Kesatu
Jenis Izin
Pasal 13

(1) Jenis izin yang berlaku bagi Praja, terdiri dari:


a. Izin meninggalkan kampus;
b. Izin bermalam;dan
c. Izin sakit dan berobat di daerah.
(2) Izin meninggalkan kampus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara
tersurat kepada Praja dengan waktu kurang dari 12 (dua belas) jam.
(3) Izin bermalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah izin
meninggalkan kampus yang diberikan lembaga secara tersurat kepada
Praja yang membutuhkan waktu lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
(4) Izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah izin meninggalkan kampus yang diberikan lembaga
secara tersurat kepada Praja yang membutuhkan penanganan khusus
karena alasan sakit dan atas rekomendasi dari dokter Poliklinik IPDN
Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus Daerah secara
berjangka.
-9-

Bagian Kedua
Syarat dan Mekanisme Izin
Pasal 14

(1) Syarat pelaksanaan izin meninggalkan kampus merupakan keperluan


yang mendukung proses pendidikan;
(2) Mekanisme pelaksanaan izin meninggalkan kampus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. permohonan secara tertulis dari Praja;
b. pelaksanaan izin meninggalkan kampus pada hari Selasa dan
Jumat;
c. tidak mengganggu kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan
Pengasuhan;
d. Praja yang telah mendapat izin wajib mengisi nomor dan buku
registrasi izin meninggalkan kampus di masing-masing satuan dan
mencantumkan nama Pengasuh dan Petugas Piket Pos Pelayanan
Nusantara di Kampus Jatinangor, Kampus Cilandak, dan Kampus
Daerah.
(3) Syarat pelaksanaan izin bermalam, yaitu:
a. sifatnya darurat (force majeur) diberikan kepada Praja apabila orang
tua (bapak dan atau ibu kandung) dan atau saudara kandung
meninggal dunia atau sakit keras, paling lama 7 hari;dan
b. keperluan yang mendukung proses pendidikan paling lama 3 hari.
(4) Mekanisme pelaksanaan izin bermalam sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sebagai berikut:
a. permohonan secara tertulis dari Praja;dan
b. Praja yang telah mendapat izin wajib mengisi nomor dan buku
registrasi izin meninggalkan kampus di masing-masing satuan dan
mencantumkan nama Pengasuh dan Petugas Piket Pos Pelayanan
Nusantara.
(5) Syarat pelaksanaan izin sakit dan berobat di daerah, yaitu:
a. rekomendasi dari Dokter yang menyatakan Praja menderita sakit
parah dan atau menular;dan
b. permohonan secara tertulis dari Orangtua/Wali dan atau Kepala
Badan kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja.
(6) Mekanisme pelaksanaan izin sakit dan berobat di daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), sebagai berikut:
a. Kampus Pusat
1) Permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja
diajukan kepada Rektor dengan dilampirkan surat rekomendasi
dari Dokter;dan
2) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan
berobat ke daerah.
b. Kampus Daerah
1) permohonan dari Orangtua/Wali dan atau Kepala Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi asal pendaftaran Praja
diajukan kepada Direktur dengan dilampirkan surat rekomendasi
dari Dokter;
2) Direktur meneruskan permohonan orang tua dan atau Kepala
Badan kepegawaian Daerah (BKD) kepada Rektor; dan
3) Rektor memberikan persetujuan dan menetapkan izin sakit dan
berobat ke daerah.
- 10 -

(7) Praja yang selesai melaksanakan izin sakit dan berobat ke daerah wajib:
a. menyerahkan surat keterangan sehat;
b. melakukan pemeriksaan ulang Tim yang dibentuk oleh Rektor;dan
c. rekomendasi dari Dinas Psikologi Angkatan Darat (AD) atau lembaga
lain yang ditunjuk bagi yang sakit mental/psikis.

Bagian Ketiga
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Izin
Pasal 15

(1) Pejabat yang berwenang memberikan izin meninggalkan kampus:


a. Kampus Pusat
1) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 12 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan
Kemahasiswaan dan Penanggung Jawab Kampus;
2) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 5 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Bagian Pengasuhan dan Koordinator
Umum Pengasuh;
3) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 2 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Subbagian pembinaan dan
Pengawasan Bagian Pengasuhan dan Koordinator Pengasuh Putra
dan Putri.
b. Kampus Daerah
1) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 12 jam dalam
sehari diberikan oleh Direktur Kampus;
2) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 5 jam dalam
sehari diberikan oleh Kepala Bagian Keprajaan;
3) Pemberian izin meninggalkan kampus paling lama 2 jam dalam
sehari diberikan oleh kepala Subbagian pengasuhan.
(2) Pejabat yang berwenang memberikan izin bermalam:
a. Kampus Pusat
Pemberian izin bermalam paling lama 7 (tujuh) hari diberikan oleh
Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor.
b. Kampus Daerah
1) Pemberian izin bermalam paling lama 7 (tujuh) hari diberikan
oleh Rektor atau Pejabat lain yang ditunjuk Rektor;
2) Pemberian izin bermalam kurang dari 3 (tiga) hari diberikan oleh
Direktur Kampus Daerah.
(3) Pejabat yang berwenang memberikan izin sakit dan berobat di daerah
di Kampus Pusat dan Kampus Daerah yaitu Rektor atau Pejabat lain
yang ditunjuk Rektor.
Bagian Keempat
Dispensasi

Pasal 16

(1) Praja diberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan Pengajaran,


Pelatihan dan Pengasuhan pada saat:
a. melaksanakan tugas sebagai Jaga Wisma;
b. melaksanakan Perintah dari lembaga untuk mengikuti kegiatan dinas
di luar kampus.
(1) Praja diberikan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
1 (satu) semester akademik maksimal 2 (dua) kali dispensasi.
- 11 -

BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 17
Kewajiban Praja terdiri dari:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. mentaati Peraturan Disiplin Praja;
c. mentaati Peraturan Kehidupan Praja;
d. mentaati peraturan perundang-undangan;dan
e. menyelesaikan pendidikan paling lama 10 (sepuluh) semester.

Pasal 18
Hak Praja:
a. pelayanan pendidikan;
b. penghargaan akademis;
c. fasilitas asrama, uang saku, makanan dan minuman, olahraga, ibadah,
dan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, perawatan kesehatan dasar;
d. cuti akademis;dan
e. advokasi, perlindungan hukum,dan pembelaan dalam proses hukum.

BAB XI
JENIS PELANGGARAN DISIPLIN
Pasal 19

Jenis pelanggaran disiplin terdiri atas:


a. pelanggaran disiplin ringan;
b. pelanggaran disiplin sedang;dan
c. pelanggaran disiplin berat.

Pasal 20

Jenis pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf a, meliputi pelanggaran karena:
a. keluar kampus tidak melewati gerbang utama;
b. membeli, membawa, dan menyimpan makanan dan minuman selain air
mineral di kelas dan wisma;
c. tidak memperlengkapi diri dengan sapu tangan, buku saku, dan alat
tulis pada setiap pergerakan;
d. tidak memperlengkapi diri dengan tas kuliah, buku catatan, buku
referensi sesuai mata kuliah masing-masing, dan alat tulis pada saat
perkuliahan berlangsung;
e. tidak hadir tepat waktu pada saat dinas;
f. tidak mengenakan pakaian dinas dan/atau atribut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. tidak menghormati lambang Negara pada saat masuk dan atau keluar
Menza;
h. membawa makanan dan minuman dari luar ke dalam Menza;
i. makan terlambat atau mendahului tanpa izin Piket Pengasuh dan Piket
Petugas Menza;
- 12 -

j. makan-makanan yang bukan jatahnya atau mengambil jatah Praja yang


lain sebelum Upacara Makan;
k. ukuran dan model rambut tidak sesuai ketentuan;
l. tidak merapikan lemari pakaian, meja belajar, dan tempat tidur;
m. berbuat gaduh di dalam kampus;
n. membiarkan jenggot, kumis, dan cambang tumbuh;
o. memanjangkan dan atau mewarnai kuku;
p. terlambat mengikuti apel atau upacara;
q. melakukan gerakan yang tidak perlu pada saat upacara atau apel;
r. memakai perhiasan;
s. tidur diatas tempat tidur Praja lain;
t. tidak tertib di kelas;
u. bermain musik, televisi, play station, dan DVD dalam ruang tidur atau
ruang belajar;
v. menggunakan payung di dalam kampus;
w. membiarkan asrama tidak rapi dan kotor;
x. menggunakan jam tangan yang tidak sesuai ketentuan baik ukuran,
warna, dan cara pemakaian;
y. Praja memiliki dan menggunakan alat kosmetik yang berlebihan;
z. berpindah tempat tidak dalam keadaan berbaris;
aa. tidak berbaris rapi dan melaksanakan lari saat jumlah Praja kurang dari
10 orang ketika melewati garis putih yang sudah ditentukan (sekitar
lapangan parade dan di depan Kantor Pengasuhan);
bb. Praja duduk di tempat yang tidak layak atau tidak pantas pada saat
menggunakan pakaian dinas;
cc. Praja makan dan minum sambil berdiri dan berbicara secara tidak
pantas;
dd. menggunakan kacamata selain dalam kegiatan Perkuliahan dan
Pelatihan di Kelas dan belajar di Wisma;
ee. tidak mengisi buku administrasi Wisma sesuai dengan ketentuan;
ff. melewati jalan yang tidak diperuntukkan bagi Praja;
gg. tidak membawa peralatan makan (sendok dan garpu) pada saat upacara
makan di Gedung Nusantara;
hh. bertemu dengan sesama Praja melakukan jabat tangan dan atau
disertai mencium tangan;dan
ii. meludah dan membuang sampah bukan pada tempatnya.

Pasal 21

Jenis pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada Pasal 19


huruf b, meliputi pelanggaran karena:
a. berjualan/berbisnis di dalam kampus;
b. tidak belajar pada waktu jam wajib belajar;
c. berduaan berlainan jenis di jalan maupun di ruangan;
d. keluar dari barisan sebelum barisan dibubarkan;
e. menyimpan, menggunakan barang inventaris tanpa izin dinas;
f. membeli, menjual, menyimpan, memiliki rokok, dan merokok;
g. membeli, menyimpan, dan melihat majalah, tabloid, gambar, film yang
bergambar porno dan internet dengan situs porno dan lain yang
bercorak pornografi dan pornoaksi;
h. Praja putra masuk ke komplek wisma Wanita Praja tanpa izin Piket
Pengasuh dan sebaliknya;
i. membawa tamu/pihak luar ke dalam Wisma tanpa ijin Pengasuh;
j. satu kali tidak mengikuti kegiatan Perkuliahan, Pelatihan, dan
Pengasuhan tanpa ijin dinas dalam satu semester;
k. memelihara hewan di lingkungan Wisma;
- 13 -

l. tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang telah ditentukan;


m. keluar dan kembali pesiar tidak tepat waktu;
n. tidak mengikuti apel dan atau upacara tanpa keterangan;
o. pesiar tanpa menggunakan Pakaian Dinas Pesiar yang berlaku;
p. tidak mengikuti upacara makan di gedung Nusantara;
q. mengumpat dan memaki serta menghardik;
r. memiliki, menyimpan, dan atau menggunakan gadget (laptop, telepon
genggam, android, ipad, tablet, ipod, kamera dan sejenisnya) tidak
sesuai ketentuan;
s. tidak tertib ketika berada di perpustakaan, Bank, Koperasi, Kantin,
dan tempat-tempat umum lainnya;
t. menyimpan, menempatkan, menempelkan gambar, photo, tulisan,
hiasan ataupun grafik secara tidak pantas, dan melanggar etika di
dalam Kampus;
u. naik ke atas plafon wisma atau plafon gedung, bersembunyi dalam
lemari, kamar mandi, dan kolong tempat tidur;
v. menggunakan sarana dan prasarana Pengajaran, Pelatihan, dan
Pengasuhan tidak semestinya;
w. mengotori dan atau merusak prasarana dan sarana kampus;
x. tidak mengikuti kegiatan olah raga pagi;
y. tidak melaksanakan Dinas Jaga yang ditentukan;
z. mengecat, menyambung, menanam, meluruskan rambut,
mencabut/menyulam alis, mengeriting/menanam bulu mata,
menyulam bibir, menyulam alis, dan menambah aksesoris di tubuh
serta merias wajah secara berlebihan;
aa. menyewa dan mengemudikan kendaraan bermotor tanpa izin dinas;
bb. mengizinkan atau menyuruh adik Praja ke wisma kakak Praja dan
sebaliknya;
cc. keluar kampus tanpa izin dinas;
dd. ketua Kelas membiarkan kelas tanpa Dosen atau Pelatih, serta tidak
memberitahukan kepada Operasional Pengajaran atau Operasional
Pelatihan;
ee. bermalam di luar asrama kecuali ijin dinas atau cuti;
ff. berangkat mendahului dan atau kembali cuti tidak tepat waktu tanpa
ijin dinas;
gg. melaksanakan kegiatan kumpul utusan daerah tanpa izin dan
pendampingan Pengasuh dan atau Piket Posko Pusat Pelayanan
Nusantara;
hh. melakukan transaksi dalam bentuk apapun dengan pihak luar di
dalam kampus kecuali mendapatkan ijin dari lembaga;
ii. menggantikan teman pada saat pengecekan dan atau tugas dinas jaga
tanpa sepengetahuan dan ijin dari Pengasuh;
jj. menggunakan kelengkapan ibadah diluar kegiatan keagamaan;
kk. tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh Pengajar, Pelatih,
dan Pengasuh;
ll. menggunakan surat ijin yang sudah melampaui batas waktunya;
mm. bergandengan tangan dengan sesama Praja yang berlainan jenis
kelamin;
nn. bertatto dan atau bertindik (kecuali di telinga bagi Wanita Praja);
oo. memiliki, menggunakan, dan atau menyewa rumah atau kamar kos;
pp. menggunakan kawat gigi/behel;
qq. tidak menggunakan pakaian dinas yang telah ditentukan pada saat
cuti/praktek lapangan/magang;
rr. menyuruh junior atau pihak lain untuk mengambil uang di atm,
mengambil cucian dan atau kepentingan pribadi lainnya;dan
ss. memasang dan atau menyimpan foto yang tidak pantas.
- 14 -

Pasal 22

Jenis pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf c, meliputi pelanggaran karena:
a. mencontek pada saat ujian;
b. melanggar sumpah/janji, kewajiban, dan larangan sebagaimana yang
diatur dalam peraturan perundangan tentang Aparatur Sipil Negara
atau Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
c. melakukan tindakan dan atau perbuatan yang menjurus atau mengarah
pada terjadinya pelanggaran pidana dan atau tindakan pidana
sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku;
d. berperilaku penjudi;
e. penyalahgunaan obat-obatan, barang, bahan, dan zat adiktif serta
psikotropika;
f. terbukti dari hasil pemeriksaan laboratorium urine/rambut
mengandung narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
g. melakukan pemukulan pertama yang dapat menyebabkan terjadinya
perkelahian dan atau menimbulkan tindakan kekerasan baik sesama
Praja, civitas akademika maupun dengan masyarakat;
h. melecehkan dan melawan perintah atasan baik dalam bentuk perkataan
maupun perbuatan;
i. melakukan ancaman, pemalakan, pemerasan, dan intimidasi kepada
orang lain;
j. berbohong dan atau memberikan keterangan palsu baik dengan lisan
atau tulisan;
k. tidak mengikuti perkuliahan dan pelatihan dan atau kehadiran kurang
dari 80% dari jumlah tatap muka yang dipersyaratkan pada 2 (dua) atau
lebih mata kuliah dan atau mata pelatihan yang ditetapkan;
l. meninggalkan kampus tanpa ijin selama 7 (tujuh) hari berturut-turut
atau 14 (empat belas) hari akumulatif dalam 1 (satu) bulan;
m. melakukan plagiat dalam menulis makalah dan atau laporan
akhir/skripsi;
n. menyuruh orang lain dalam menggantikannya sebagai peserta ujian
dan atau menggantikan orang lain dalam mengikuti
ujian/apel/pengecekan/upacara;
o. memalsukan atau memindai (scanning) tanda tangan atasan dan atau
membuat surat palsu atau memalsukan surat dinas dengan maksud
menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain;
p. mengambil dan atau mempergunakan barang milik orang lain atau
milik dinas tanpa hak;
q. melakukan perbuatan amoral, pelecehan seksual, dan atau asusila serta
mengedepankan perilaku seks bebas;
r. tanpa ijin dinas, dengan sengaja mendatangi dan berada ditempat yang
dapat menurunkan harkat dan kehormatan sebagai Praja;
s. berduaan atau berpasangan yang bukan muhrimnya berada
dirumah/hotel/kost atau kamar atau ruangan tertutup;
t. terbukti secara medis mengidap penyakit kelamin dan atau hamil
selama mengikuti pendidikan;
u. melakukan perkawinan dan atau menikah selama mengikuti
pendidikan;
v. menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk membuat foto dan atau
video serta menjadi pemeran pada foto dan atau video yang bersifat
pornografi;
w. menggunakan media sosial atau Teknologi Informasi (TI) untuk
melecehkan dan atau menyerang kehormatan dan nama baik lembaga,
civitas akademika dan orang lain;
- 15 -

x. menyimpan, memiliki, mengedarkan, dan atau mengkonsumsi


minuman berakohol;
y. membuat, membawa, menyimpan, memperjual belikan, dan
menggunakan senjata tajam dan atau senjata api yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan dinas;
z. ditetapkan tersangka sebagai pelaku pelanggaran pidana atau tindak
pidana oleh pihak yang berwenang;
aa. melakukan pelanggaran disiplin sedang pada saat menjalani sanksi
disiplin sedang dan atau melakukan pelanggaran disiplin sedang yang
sama lebih dari 3 (tiga) kali dalam 2 (dua) bulan yang telah tercatat
dalam keputusan penjatuhan sanksi disiplin.

BAB XII
SANKSI
Bagian Kesatu
Jenis Sanksi

Pasal 23

1) Sanksi terhadap pelanggar peraturan disiplin, disesuaikan dengan jenis


pelanggaran.
2) Jenis pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas:
a. sanksi disiplin ringan;
b. sanksi disiplin sedang;dan
c. sanksi disiplin berat.
Pasal 24

(1) Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 ayat (2) huruf a, terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. pemberian tugas dan pembinaan secara proporsional, edukatif, dan
humanistik.
(2) Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf b, terdiri dari:
a. teguran tertulis;
b. pengurangan nilai kepribadian;
c. pemberian tugas khusus yang mendidik dan akademis.
(3) Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf c, terdiri dari:
a. Turun tingkat;atau
b. Diberhentikan sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan,


sedang dan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24
diatur dengan Peraturan Rektor.
- 16 -

Pasal 26

(1) Praja melakukan pelanggaran disiplin ringan dan sedang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan dalam Pasal 24 ayat (2),
dikenakan sanksi secara kumulatif.
(2) Madya Praja, Nindya Praja, dan Wasana Praja yang melakukan
pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(3), dikenakan sanksi secara alternatif.
(3) Muda Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dikenakan sanksi pemberhentian
sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Pasal 27

(1) Setiap sanksi pelanggaran disiplin yang dijatuhkan disesuaikan dengan


tingkatan pelanggaran.
(2) Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dicatat di buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh.

Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menerapkan Sanksi Pelanggaran Disiplin

Pasal 28

(1) Rektor berwenang menerapkan sanksi pelanggaran disiplin berat bagi


Praja IPDN.
(2) Penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan dan sedang dicatat di
buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh sesuai dengan kewenangan di
masing-masing aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.

BAB XIII
MEKANISME PELAPORAN BAGI PRAJA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
DISIPLIN PRAJA

Bagian Kesatu
IPDN Kampus Pusat

Pasal 29

(1) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin ringan aspek pengajaran,


pelatihan, atau pengasuhan langsung dilaporkan kepada Fakultas,
Bagian Pelatihan atau Bagian Pengasuhan dan langsung diberikan
sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang telah dilakukan.
(2) Praja yang melakukan pelanggaran disiplin sedang aspek pengajaran,
pelatihan atau pengasuhan dilaporkan kepada Fakultas, Bagian
Pelatihan atau Bagian Pengasuhan yang selanjutnya dibahas intern
untuk memberikan pertimbangan kepada Dekan Fakultas, Kepala Biro
Akademik, Perencanaan dan Kerjasama, dan Kepala Biro Administrasi
Keprajaan dan Kemahasiswaan mengenai jenis sanksi yang akan
dijatuhkan.
- 17 -

Pasal 30

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran


disiplin berat aspek Pengajaran disampaikan kepada Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan menindaklanjuti hasil laporan
sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Dekan Fakultas untuk
dilakukan pendalaman masalah melalui rapat senat Fakultas.

Pasal 31

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran


disiplin berat aspek Pelatihan, laporan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pelatihan.
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas.
(3) Kepala Bagian Pelatihan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) kepada Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama untuk dilakukan pendalaman masalah.

Pasal 32

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran


disiplin berat aspek Pengasuhan, laporan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pengasuhan;
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas;
(3) Kepala Bagian Pengasuhan menindaklanjuti hasil laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) dengan memerintahkan jajaran penegak disiplin Praja
untuk melakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan kepada Praja
yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.

Bagian Kedua
IPDN Kampus Daerah

Pasal 33

(1) Laporan oleh Pelapor terhadap Praja yang melakukan pelanggaran


disiplin berat aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan dapat
dilaporkan melalui masing-masing Kepala Bagian atau kepada
Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan;
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan
dengan jelas identitas pelapor dan terlapor dengan jelas dan disertai
bukti-bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan;
(3) Hasil laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditindaklanjuti dengan
dilakukan pendalaman masalah dan pemeriksaan.
- 18 -

Bagian Ketiga
Pasal 34

(1) Pejabat yang tidak melaporkan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Praja lebih dari 2 (dua) kali baik di Kampus Pusat dan Kampus Daerah
dianggap kelalaian;
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diberi sanksi
teguran lisan dan tertulis;
(3) Pejabat yang berwenang memberikan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah atasan langsung dari pejabat yang melakukan
kelalaian, sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB XIV
MEKANISME PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI
PELANGGARAN DISIPLIN BERAT
Bagian Kesatu
Kampus Pusat
Pasal 35
(1) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat wajib diperiksa
terlebih dahulu sebelum dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.
(2) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek
Pengajaran, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
(3) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pelatihan,
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara
lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Kepala Bagian
Pelatihan.
(4) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek
Pengasuhan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Subbagian Pembinaan Disiplin Praja pada Bagian Pengasuhan.
(5) Pemeriksaan Praja yang melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan
secara tertutup paling kurang 2 (dua) orang pemeriksa.
(6) Pelaksanaan pemeriksaan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
dilakukan pada hari terjadinya pelanggaran atau penerimaan laporan.

Pasal 36

(1) Praja yang diperiksa wajib menjawab secara jujur semua pertanyaan
yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa.
(2) Dalam hal Praja yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan keterangan yang tidak benar, palsu atau berbelit-belit, hal
tersebut dapat memperberat sanksi pelanggaran disiplin dan kepadanya
dapat dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin lebih berat.
(3) Dalam melakukan pemeriksaan, pejabat yang memeriksa dapat
mendengar atau meminta keterangan dari saksi fakta dan saksi ahli,
serta Dewan Kehormatan Praja;dan
(4) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2), wajib ditanda tangani oleh Pejabat Pemeriksa dan Praja yang
bersangkutan.
- 19 -

Pasal 37

Apabila Praja yang diperiksa tidak bersedia menjawab sebagian atau semua
pertanyaan yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa atau menolak
untuk menandatangani Berita Acara Pemeriksaan maka Pejabat yang
memeriksa harus membuat catatan dan menandatangani sendiri Berita
Acara Pemeriksaan.

Pasal 38

(1) Hasil pemeriksaan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) disampaikan kepada
Dekan Fakultas.
(2) Hasil pemeriksaan Kepala Bagian Pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (3) disampaikan kepada Kepala Biro Akademik,
Perencanaan dan Kerjasama.
(3) Hasil Pemeriksaan Sub Bagian Pembinaan DisiplinPraja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4) disampaikan kepada Kepala Bagian
Pengasuhan.

Pasal 39

(1) Dekan Fakultas dan Kepala Biro Akademik, Perencanaan, dan


Kerjasama menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kelengkapan berkas
pendukung lainnya kepada Rektor dengan tembusan disampaikan
kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kepala Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, dan Komisi Disiplin.
(2) Kepala Bagian Pengasuhan menyampaikan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) disertai dengan
kelengkapan berkas pendukung lainnya kepada Kepala Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan dengan tembusan
disampaikan kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Ketua
Komisi Disiplin, dan Kepala Bagian Administrasi Keprajaan dan Alumni.
(3) Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan
menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada Rektor.

Pasal 40

(1) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk


melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Dekan
Fakultas, Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan, dan
Kerjasama, serta Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan
Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.
(2) Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan yang menerima penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menugaskan Komisi Disiplin
untuk melakukan verifikasi.

Bagian Kedua
IPDN Kampus Daerah
Pasal 41
(1) Pemeriksaan terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat
aspek Pengajaran, Pelatihan, dilakukan oleh Kepala Subbag Akademik,
dan Pengasuhan oleh Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama.
- 20 -

(2) Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) melaporkan hasil pemeriksaan kepada Kepala Bagian
Keprajaan.
(3) Kepala Bagian Keprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melaporkan hasil pemeriksaan kepada Direktur dengan tembusan
kepada Pembantu Direktur Bidang Keprajaan.
(4) Direktur memerintahkan Pembantu Direktur Bidang Keprajaan untuk
melakukan verifikasi dan rekomendasi tindak lanjut atas laporan hasil
pemeriksaan dari Kepala Bagian Keprajaan.
(5) Pembantu Direktur Bidang Keprajaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) melaporkan kepada Direktur hasil verifikasi pemeriksaan yang
disertai rekomendasi tindak lanjut.

Pasal 42

(1) Direktur menyampaikan hasil verifikasi pemeriksaan dan rekomendasi


tindak lanjut kepada Rektor dengan tembusan disampaikan kepada
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kepala Biro Administrasi
Keprajaan dan Kemahasiswaan.
(2) Rektor menugaskan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk
melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh Direktur IPDN
Kampus Daerah, melalui mekanisme rapat Komisi Disiplin Kampus
pusat dan atau dalam rapat gabungan jajaran pimpinan IPDN.

Bagian Ketiga
Mekanisme Penjatuhan Sanksi Pelanggaran Disiplin

Pasal 43

(1) Rektor menjatuhkan sanksi pelanggaran disiplin kepada Praja di IPDN


Pusat dan IPDN Kampus Daerah.
(2) Rektor mendelegasikan kewenangan penjatuhan sanksi pelanggaran
disiplin jenis ringan dan sedang kepada Direktur IPDN Kampus Daerah
bagi Praja di lingkungan IPDN Kampus Daerah.

Pasal 44

Berdasarkan hasil verifikasi dan rekomendasi dari Komisi Disiplin terhadap


laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2)
dan Pasal 42 ayat (2) dilaksanakan rapat jajaran pimpinan IPDN dengan
agenda membahas Praja yang diduga melakukan pelanggaran disiplin berat.

Pasal 45

(1) Rapat jajaran pimpinan IPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 44


adalah rapat yang dipimpin oleh Rektor atau pejabat yang ditunjuk,
dengan peserta rapat terdiri dari:
a. Wakil Rektor;
b. Pembantu Rektor Bidang Akademik;
c. Pembantu Rektor Bidang Administrasi;
d. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan;
e. Dekan Fakultas;
f. Kepala Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Kerjasama;
g. Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan;
h. Kepala Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum;
i. Kepala Pusat Bimbingan dan Konseling;
- 21 -

j. Ketua Komisi Disiplin;


k. Kepala Bagian Pengasuhan;
l. Kepala Bagian Administrasi Keprajaan;dan
m. Jajaran pimpinan lain yang berkaitan dengan permasalahan Praja
dan dibutuhkan keterangannya.
(2) Hasil rapat jajaran pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan Rektor kepada Senat untuk pertimbangan sebagai usulan
dalam penjatuhan sanksi disiplin sebelum Rektor menjatuhkan
Keputusan tentang penjatuhan sanksi disiplin Praja.

Pasal 46

Rektor menetapkan Keputusan tentang Penjatuhan Sanksi pelanggaran


disiplin kepada Praja yang melakukan pelanggaran disiplin Praja, setelah
menerima rekomendasi usulan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin
Praja dari hasil Rapat Praja Bermasalah oleh jajaran pimpinan IPDN dan
atau Senat Institut.

Pasal 47

(1) Praja yang meninggalkan Kampus dan telah dipanggil 3 (tiga) kali
berturut-turut tidak hadir, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat
tanpa kehadiran Praja yang bersangkutan.
(2) Rekomendasi penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin berat
sebagaimana pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Rapat
Pembahasan Rekomendasi Penjatuhan Sanksi pelanggaran disiplin
Praja oleh Komisi Disiplin;
(3) Pemanggilan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
kepada Praja yang bersangkutan melalui Kepala Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi asal pendaftaran Praja dan tembusan disampaikan
kepada Orang Tua Praja yang bersangkutan.

Bagian Ketiga
Penyampaian Keputusan Sanksi Pelanggaran Disiplin Praja

Pasal 48

(1) Rektor menetapkan Keputusan tentang Penjatuhan Sanksi Pelanggaran


Disiplin atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh Praja.
(2) Penyampaian Keputusan penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin,
dilakukan dalam Apel Luar Biasa yang dihadiri oleh seluruh Praja,
Pengasuh, dan Para Pejabat di jajaran Kemahasiswaan.
(3) Dalam pelaksanaan Apel Luar Biasa di Kampus Pusat Bertindak sebagai
Pembina Apel adalah Rektor IPDN atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Dalam pelaksanaan Apel luar biasa di Kampus Daerah bertindak
sebagai Pembina Apel adalah Direktur IPDN.
(5) Apabila dalam penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Praja yang melakukan
pelanggaran disiplin tidak hadir setelah dilakukan pemanggilan secara
patut, maka dilakukan penjatuhan sanksi secara in absensia.
- 22 -

Pasal 49

(1) Praja dapat mengajukan keberatan administratif atas sanksi


pelanggaran displin.
(2) Sanksi pelanggaran disiplin yang dapat diajukan keberatan
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya pada sanksi
pelanggaran disiplin berat.
Pasal 50
(1) Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat dapat mengajukan
keberatan administratif kepada Rektor dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari terhitung mulai tanggal penerimaan keputusan sanksi
pelanggaran disiplin disertai dengan berita acara serah terima
keputusan sanksi pelanggaran disiplin berat;
(2) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memuat alasan-alasan dari keberatan itu;
(3) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diajukan
secara tertulis melalui mekanisme hierarki jabatan;dan
(4) Tata cara penyampaian sanksi pelanggaran disiplin berat dan
penyampaian keberatan atas sanksi pelanggaran disiplin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 51
Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan, sedang, dan berat
wajib dicatat dalam buku catatan khusus oleh pejabat Pengasuh untuk
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan nilai
Pengasuhan Praja.

Bagian Keempat
Berlakunya Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 52
(1) Sanksi Pelanggaran disiplin berat yang dijatuhkan kepada Praja,
berlaku sejak tanggal penyampaian surat keputusan dalam apel luar
biasa.
(2) Apabila Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) tidak hadir pada waktu
penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin, maka sanksi
pelanggaran disiplin itu berlaku pada hari ketujuh terhitung mulai
tanggal penetapan penjatuhansanksi pelanggaran disiplin dalam apel
luar biasa.
BAB XV
PEMBERHENTIAN PRAJA
Pasal 53

(1) Pemberhentian Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada Pasal 3


didelegasikan kepada Rektor IPDN.
(2) Praja diberhentikan dengan hormat dari pendidikan karena:
a. mengundurkan diri sebagai Praja IPDN;
b. meninggal dunia yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Kematian
yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang;
c. tidak cakap jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan Dokter
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;dan
d. tidak dapat menyelesaikan pendidikan dalam jangka waktu paling
lama 5 (lima) tahun.
- 23 -

(3) Praja diberhentikan tidak dengan hormat dari pendidikan karena


melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana diatur dalam
Peraturan ini;
(4) Proses pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilakukan
setelah penetapan hasil rapat antara Pembantu Rektor Bidang
Akademik, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dekan Fakultas,
Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Kerjasama, Biro
Administrasi Keprajaan dan Kemahasiswaan, Pusat Konsultasi dan
Bantuan Hukum, Pusat Bimbingan dan Konseling serta Komisi Disiplin.

Pasal 54

Praja yang belum berstatus CPNS diberhentikan sebagai Praja sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 53, tidak diproses pengangkatannya menjadi CPNS.

Pasal 55

(1) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), dikembalikan kepada
pemerintah daerah asal pendaftaran Praja sesuai ketentuan yang
berlaku.
(2) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan tidak hormat sebagai
Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), proses status
CPNS sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 56

(1) Praja berstatus PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), diproses sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(2) Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada
pemerintah daerah asal pendaftaran Praja.
(3) Praja berstatus PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), diproses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 57

Pemberhentian Praja yang berstatus CPNS dan Praja berstatus PNS


sebagaimana dimaksud pada Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 56
kedudukan sebagai CPNS dan PNS dilaksnakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XVI
PENGHARGAAN PRAJA

Pasal 58

Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang


akademik, seni dan olahraga.
- 24 -

Pasal 59

(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang


akademik sebagaimana dimaksud Pasal 58 pada setiap yudisium
kenaikan tingkat.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Penghargaan Sapta Abdi Praja terbaik di bidang pengajaran,
pelatihan, dan pengasuhan;
b. Penghargaan Kartika Adhi Kertayasa di bidang pengajaran;
c. Penghargaan Kartika Adhi Karyatama di bidang pelatihan;dan
d. Penghargaan Kartika Adhi Mahottama di bidang Pengasuhan.
(3) Penghargaan pengajaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b
diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik I, II, dan III pada masing-
masing Program Studi/Jurusan pada program Diploma IV dan sarjana.
(4) Penghargaan pelatihan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c
diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada bidang Pelatihan.
(5) Penghargaan pengasuhan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d
diberikan kepada Praja nilai terbaik I, II, dan III pada Pengasuhan.
(6) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Keputusan Rektor.

Pasal 60

(1) Menteri memberikan penghargaan kepada lulusan terbaik IPDN.


(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Kartika Pradnya Utama untuk program Sarjana;dan
b. Kartika Asta Brata untuk program Diploma IV.
(3) Penghargaan untuk program sarjana sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang
Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
(4) Penghargaan untuk program Diploma IV sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b diberikan kepada Praja dengan nilai terbaik di bidang
Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
(5) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
Keputusan Menteri.

Pasal 61

(1) Rektor memberikan penghargaan kepada Praja berprestasi bidang seni


dan olahraga sebagaimana dimaksud Pasal 53 pada setiap prestasi yang
diraih oleh Praja pada bidang Seni dan Olahraga.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria pemberian penghargaan bidang
Seni dan Olahraga diatur lebih lanjut dengan peraturan Rektor.
(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
Keputusan Rektor.

BAB XVII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 62

Ruang lingkup pembinaan Praja, meliputi:


a. pembinaan mental dan spiritual;
b. pembinaan kerjasama antar umat beragama;
- 25 -

c. pembinaan konseling;
d. pembinaan olahraga dan kesamaptaan jasmani;
e. pembinaan seni, budaya, dan kreatifitas;
f. pembinaan kepemimpinan;
g. pembinaan sikap kritis dan ilmiah;
h. pembinaan kehidupan sosial masyarakat;dan
i. pembinaan penyaluran aspirasi.

Pasal 63

(1) Pembinaan dan pengawasan Praja dilaksanakan oleh:


a. Pengasuh langsung;dan
b. Pengasuh tidak langsung.
(2) Pengasuh Langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
bertanggung jawab mengasuh Praja dengan melakukan pembinaan
sikap, disiplin dan mental kepribadian serta pengawasan secara
langsung dalam siklus kehidupan Praja.
(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b, sivitas akademika yang berkewajiban secara tidak langsung untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Praja.
(4) Standar kompetensi jabatan Pengasuh langsung sebagai instrumen
seleksi penetapan Pengasuh ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Pasal 64

(1) Pengasuh langsung di Kampus Pusat sebagaimana dimaksud pada


Pasal 63 ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. Kepala Bagian Pengasuhan;
b. Kepala Subbagian Pembinaan Disiplin;
c. Kepala Subbagian Bimbingan dan Pengawasan;
d. Kepala Subbagian Tata Usaha;
e. Kepala Satuan;dan
f. Pengasuh .
(2) Pengasuh langsung di Kampus daerah sebagaimana dimaksud Pasal 63
ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. Kepala Bagian Keprajaan;
b. Kepala Subbagian Pengasuhaan;
c. Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama;
d. Kepala Subbagian Ekstrakurikuler;dan
e. Pengasuh.
(3) Pengasuh tidak langsung sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 ayat (1)
huruf b meliputi seluruh jajaran civitas akademika IPDN.
Pasal 65

Pembinaan dan Pengawasan Praja dilaksanakan dengan sistem penilaian


prestasi bagi Praja yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Rektor.

Pasal 66

(1) Pembinaan Praja dimaksudkan sebagai pembentukan karakter dan


meningkatkan rasa kejuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan
sebagai kader aparatur Pemerintahan.
(2) Pembinaan Praja bertujuan untuk:
- 26 -

a. terwujudnya kader aparatur Pemerintahan yang setia dan taat kepada


Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. membina karakter, watak, rasa persatuan dan kesatuan serta
semangat pengabdian kepada masyarakat;
c. mewujudkan Praja yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung
jawabnya sebagai kader aparatur pemerintahan;dan
d. menumbuhkan dan meningkatkan semangat dan kesadaran dalam
menjaga persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

BAB XVIII
KELULUSAN PRAJA
Pasal 67

(1) Praja yang telah memenuhi syarat akademik Pengajaran, Pelatihan,


dan Pengasuhan, serta selesai mengikuti ujian komprehensif dan
dinyatakan lulus dilakukan yudisium kelulusan sebagai Praja IPDN
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Predikat kelulusan untuk program Diploma IV dan program Sarjana
terdiri dari 3 (tiga) kriteria yaitu memuaskan, sangat memuaskan, dan
dengan pujian (cum laude).
(3) Pejabat yang menyatakan kelulusan Praja adalah Rektor melalui Ketua
Tim Penguji Ujian Komprehensif.

Pasal 68

(1) Dalam hal Praja belum diwisuda dan dilantik oleh pejabat yang
berwenang, sekalipun telah diyudisium dan dinyatakan lulus, sebagai
Praja tetap wajib mengikuti segala ketentuan dalam Pedoman Tata
Kehidupan Praja.
(2) Praja yang belum diwisuda dan dilantik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang melakukan pelanggaran Pedoman Tata Kehidupan Praja
selama masa tenggang waktu tetap diproses sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pasal 69

(1) Praja yang telah menyelesaikan pendidikan dan dinyatakan lulus


diwisuda oleh Menteri.
(2) Praja yang telah diwisuda, dilantik sebagai Pamong Praja Muda oleh
Presiden Republik Indonesia atau Pejabat lain yang ditunjuk.
(3) Praja yang telah dilantik sebagai Pamong Praja Muda, penempatan
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan pelaksanaan Pelantikan Pamong Praja Muda diatur dengan
Peraturan Menteri, dan ketentuan pelaksanaan Wisuda diatur dengan
Peraturan Rektor.

Pasal 70

Ketentuan Tata Krama Praja dan kehidupan Praja tercantum dalam


Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
- 27 -

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini maka
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan
Praja IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Disiplin Praja IPDN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 72
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Agustus 2015.
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Agustus 2015.
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONN H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1287.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

W. SIGIT PUDJIANTO
NIP. 19590203 198903 1 001.
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2015.
TENTANG
PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN
DALAM NEGERI

A. TATA KRAMA PRAJA

1. Cara Berpakaian Dinas Praja:


a. Berpakaian sopan dan rapi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. Menjaga kerapian pakaian yang dikenakan sebelum meninggalkan
tempat;
c. Menggunakan Pakaian yang tidak ketat di badan, wajib menggunakan
kaos dalam;dan
d. Memeriksa kelengkapan dan kerapian pakaian sebelum meninggalkan
tempat.
2. Penggunaan Tutup Kepala dan alas kaki
a. Jenis Tutup Kepala :
1) Muts, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas Harian;
2) Pet, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas Pesiar,
Pakaian Dinas Pesiar Malam dan Pakaian Dinas Upacara Besar;
3) Kopiah, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas Upacara;
4) Baret, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas Lapangan
Resimen Mahasiswa dan Pakaian Dinas Lapangan bagi Praja yang
telah melaksanakan pembaretan;
5) Topi Coklat, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas Kerja
dan Pakaian Dinas Lapangan bagi Praja yang belum
melaksanakan pembaretan;dan
6) Jilbab, digunakan bersamaan dengan penggunaan tutup kepala
dan meletakkan muts, pet, kopiah atau baret di atas jilbab.
b. Cara Penggunaan Tutup Kepala :
1) Di gedung Nusantara atau Ruang Makan
a) Setelah memberikan penghormatan pada lambang negara lalu
duduk dan melepaskan tutup kepala dengan cara sopan dan
etis;
b) Sewaktu makan, mutz dan baret diletakkan di pundak sebelah
kiri, topi diletakkan di atas paha sebelah kiri, dan pet/peci
PDU Praja tetap dipakai;dan
c) Selesai makan, dan atau meninggalkan tempat karena sesuatu
hal tutup kepala tetap dipakai.
2) Di tempat lain atau ruang lain
a) Memasuki ruangan, muts atau pet tetap dipakai, dilipat pada
saat duduk dan ditempatkan pada tempatnya yang pantas;dan
b) Meninggalkan ruangan memakai muts atau pet kembali.
3) Di dalam Balairung
a) Acara resmi (Wisuda, Pengukuhan, Pengarahan, Lunstrum,
Lokakarya, Simposium, Seminar, Kuliah Umum, Malam
Keakraban) Praja meletakkan tutup kepala pada tempat yang
telah ditentukan kecuali jilbab;
b) Pada saat pada saat upacara tutup kepala tetap di pakai;
c) Ketua kelas tetap menggunakan tutup kepala pada saat
laporan di mulai atau laporan selesai;dan
d) Perpindahan tempat pada waktu acara dalam ruangan tetap
menggunakan tutup kepala.
2

4) Menghadap atau Dipanggil Atasan


a) Setelah diperbolehkan duduk, melepaskan tutup kepala;dan
b) Sebelum berdiri atau meninggalkan ruangan tutup kepala
dipakai kembali.
5) Pesiar atau Melakukan Perjalanan :
Pada saat pesiar atau melakukan perjalanan dan izin keluar
kampus, Praja tetap menggunakan tutup kepala kecuali di dalam
kendaraan.
c. Jenis alas kaki:
1) Sepatu PDH, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas
Upacara, Pakaian Dinas Harian, dan Pakaian Dinas Pesiar;
2) Sepatu PDL, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas
Lapangan;
3) Sepatu Bot, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas Kerja;
4) Sepatu ketz, digunakan sebagai kelengkapan Pakaian Dinas
Olahraga;
5) Sandal jepit, digunakan sebagai kelengkapan selama tinggal dan
melakukan kegiatan di Wisma.
d. Cara penggunaan alas kaki
1) Sepatu PDH, wajib menggunakan kaos kaki sesuai ketentuan
kecuali Wanita Praja yang tidak menggunakan jilbab;
2) Sepatu PDL, sepatu bot, dan sepatu kets, seluruhnya wajib
menggunakan kaos kaki;
3) Sepatu yang bertali harus ditalikan dengan model pita dan
dimasukkan dengan rapi di dalam sepatu;
4) Sandal jepit hanya digunakan dilingkungan Wisma, meninggalkan
Wisma wajib menggunakan sepatu sesuai dengan pakaian dinas
yang dipakai.

3. Cara Berdiri, berjalan, dan duduk Praja:


a. Berdiri di tempat yang pantas sesuai dengan seragam yang dipakai
dan menyesuaikan dengan norma sosial budaya yang berlaku di
dalam masyarakat;
b. Berdiri dan berjalan dengan langkah wajar, tidak diperkenankan
memasukkan tangan kedalam saku, melipatkan kedua tangan di dada
dan sikap-sikap lain yang kurang pantas;
c. Langkah wajar, lengan dilenggangkan secukupnya tidak menoleh ke
kiri dan ke kanan lebih dari 45 derajat;
d. Jika berjalan bersama orang lain, menyesuaikan langkah dan
ritme/temponya serta tidak berbicara beriebihan dan membual;
e. Apabila berjalan bersama orang lain yang lebih tua atau patut
dihormati, menempatkan diri di sebelah kiri, sebaliknya jika berjalan
dengan orang yang pantas dilindungi menempatkan diri di sebelah
kanan;
f. Bila akan melewati kumpulan orang, bersikap sopan santun sesuai
dengan adat istiadat atau kebiasaan setempat;
g. Berdiri apabila orang yang lebih tua atau patut dihormati mendatangi
atau mengajak bicara;
h. Duduk dengan tegap di tempat yang pantas;
i. Praja yang duduk menyilakan orang yang lebih tua, orang tua
menggendong anak, dan wanita hamil untuk duduk di tempat
duduknya;
j. Tidak berjalan hanya 2 orang berlainan jenis apabila berjalan di luar
kampus untuk Praja putra maupun Wanita Praja;
k. Saling memberikan penghormatan apabila Praja berjumpa dengan
sesama Praja sesuai dengan Peraturan Penghormatan Militer;
3

l. Memberi penghormatan apabila berjumpa dengan pengajar, pelatih,


pengasuh, atau warga Civitas Akademika yang lain sesuai dengan
Peraturan Penghormatan Militer;
m. Tidak berjalan berduaan bagi Praja berlainanjenis di dalam
kampus;dan
n. Praja Pria tidak berada di sekitar lokasi Wisma Wanita Praja dan
begitu juga sebaliknya Wanita Praja tidak boleh berada di sekitar
wisma Praja Pria tanpa ijin dinas.

4. Berbicara.
a. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mudah
dimengerti;
b. Memandang mata orang yang mengajak dan diajak berbicara;
b. Memperhatikan segala pembicaraan dan menjawab pertanyaan
dengan sopan;
c. Memberi kesempatan berbicara pada orang lain dengan selalu
menjaga sikap yang baik;
d. Harus dapat membedakan antara berbicara dengan atasan dan
dengan teman;
e. Tidak berbicara kasar dan atau keras, serta harus berbicara sopan
kepada siapapun;
f. Selama berbicara menyesuaikan volume suara, tidak menguap atau
tertawa berlebihan;
g. Ketika batuk dan atau bersin, meminta maaf sambil menutup mulut
dan menoleh kearah yang tidak ditempati orang lain atau berpindah
tempat;
h. Menghindari penggunaan bahasa isyarat dan atau berbisik-bisik;
i. Tidak membicarakan kejelekan orang lain;
j. Menghindarkan diri dari pembicaraan yang mengarah kepada
masalah politik praktis, pertentangan suku, agama, ras, dan antar
golongan kecuali dalam kerangka akademis, suasana diskusi atau
pembelajaran;
k. Menghindarkan diri dari berbicara keras di sekitar ruang kelas;dan
l. Tata cara berbicara terdiri dari:
1) Berbicara dengan atasan
a) Harus dapat membedakan saat berbicara dengan atasan atau
dengan rekan;
b) Selama berbicara dengan atasan, volume suara tidak lebih
keras dari atasan;
c) Mengatur jarak dengan atasan selama berbicara;
d) Bersikap sewajarnya;dan
e) Memanggil atasan dengan sapaan “Bapak” atau “Ibu”.
2) Berbicara dengan sesama Praja
a) Memanggil rekan satu tingkatan dengan panggilan nama
Praja yang bersangkutan;
b) Memanggil Praja yang lebih tinggi tingkatannya dengan
sapaan “kakak”;dan
c) Memanggil Praja yang lebih rendah tingkatannya dengan
sapaan “adik”.
5. Bertamu, Menerima tamu, dan Mendampingi Tamu Resmi
a. bertamu
1) Memberitahukan terlebih dahulu kepada orang yang dikunjungi
apabila akan bertamu;
2) Bertamu tidak lebih dari 4 (empat) orang, kecuali apabila yang
dikunjungi menghendaki lain;
4

3) Mengetuk pintu atau menekan bel dan memberi penghormatan


dan salam kepada penghuni rumah secara tidak berlebihan;
4) Duduk tertib dan sopan di tempat yang telah ditentukan oleh
penghuni rumah;
5) Membuka tutup kepala dan meletakkannya sesuai ketentuan tata
cara menggunakan tutup kepala;
6) Sewaktu bertamu berbicara efektif, tetapi tidak mendominasi
pembicaraan;
7) Memperhatikan waktu dan jangka waktu bertamu, serta tidak
tidak bertamu pada jam istirahat jam makan dan atau jam
ibadah/sholat;
8) Mengucapkan terimakasih, menghormat dan memberi salam
kepada penghuni rumah ketika selesai bertamu;
9) Tidak terlalu lama bertamu pada orang yang baru dikenal;
10) Tidak merepotkan tuan rumah pada saat bertamu;
11) Apabila akan bermalam agar membawa perlengkapan yang
diperlukan;dan
12) Perhatikan kesopanan dan pakaian pada waktu ke dan dari kamar
mandi.
b. Menerima Tamu
1) Menerima tamu di ruangan yang telah ditentukan Dinas;
2) Berpakaian dinas;
3) Memberi kesan yang baik dan wajar;
4) Apabila tidak dapat menemui tamu, usahakan berbicara sebentar
dengan tetap menjaga sopan santun dan menyatakan penyesalan
karena ada sesuatu kepentingan yang tidak dapat ditunda;
5) Apabila menyediakan hidangan menyesuaikan dengan keadaan,
jangan berlebihan;
6) Apabila Praja bertindak sebagai penerima tamu dalam suatu acara
tertentu, mengantar tamu sampai pada tempat duduk yang
ditentukan;
7) Mengantar tamu yang hendak pulang ke depan pintu atau
kendaraan;dan
8) Apabila tamu wanita atau bersama wanita dan berkendaraan,
membuka pintu kendaraan, membantu dalam batas-batas
kesopanan dan kewajaran.
a. Mendampingi Tamu Resmi
1) Sebelum tamu datang harus telah mengetahui segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan yang akan dihadapi;
2) Harus mengetahui acara atau kegiatan yang akan dilakukan oleh
tamu tersebut;
3) Mengetahui identitas tamu, antara lain mengenai nama, pangkat,
jabatan, riwayat jabatan, keluarga, hobi dan sebagainya;
4) Pada waktu tiba tamu harus disambut;
5) Waktu berjalan menempatkan diri disebelah kiri tamu agak ke
belakang;
6) Apabila naik mobil hendaknya mengambil tempat di sebelah kiri
atau di sebelah pengemudi bila ada pejabat lain yang
mendampinginya;
7) Apabila tamu akan pulang, agar diantar sampai tempat yang
ditentukan;dan
8) Apabila ada pertanyaan dari tamu, menjawab dengan wajar dan
sopan.
5

6. Tata Cara Makan


a. Di meja makan
1) pada saat makan badan selalu bersih dan berpakaian rapi;
2) duduk dengan wajar sesuai dengan kondisi yang ada;
3) berdoa sebelum dan sesudah makan;
4) apabila perlu, minum sedikit sebelum makan;
5) menggunakan lap makan sesuai dengan fungsinya;
6) mendekatkan makanan yang akan diambil ke piring dan tidak
sebaliknya;
7) mengambil makanan secukupnya tidak beriebihan;
8) mempergunakan alat-alat makan yang disediakan sesuai dengan
kegunaan dan tidak berbunyi;
9) sewaktu memasukkan makanan ke mulut, sendok harus diantar
kemulut, tidak sebaliknya;
10) mengunyah makanan dengan sopan, mulut tertutup dan tidak
sampai bersuara;
11) tidak berbicara pada waktu mulut berisi makanan;
12) apabila mempergunakan pisau peganglah dengan tangan kanan;
13) tidak minum apabila mulut masih berisi makanan dan air minum
tidak digunakan untuk berkumur;
14) apabila tengah makan dan ingin minum letakkan sendok dan
garpu terlentang, bersihkan teriebih dahulu bibir dengan lap
makan sebelum minum;
15) apabila tengah makan ada orang yang harus dihormati, berhenti
sejenak untuk menghormatinya;
16) tidak membersihkan sisa makanan di dalam mulut di hadapan
orang lain tanpa menutup mulut dengan tangan, lap atau sapu
tangan;
17) tidak ada sisa makanan yang menempel pada sendok dan garpu,
apabila selesai makan dan kumpulkan sisa makanan di tengah
piring, tutupi dengan sendok, garpu, dan telungkup sejajar. Serta
apabila memakai pisau, letakkan di sebelah kanan sendok bagian
tajamnya menghadap ke kiri;
18) minumlah dengan sopan, selesai makan;
19) menghindari diri bersendawa setelah makan;dan
20) tidak berdiri teriebih dahulu sebelum yang tertua meninggalkan
tempat duduk, kecuali sudah dipersilahkan.
b. Di rumah makan
1) memilih rumah makan yang pantas dan atau memilih tempat
ataumeja yang baik atau strategis dan aman dari lalu – lintas
pelayanan;
2) tidak menempatkan rekan wanita menghadap kejalan;
3) tidak meminta diistimewakan dalam pelayanan, dan menunggu
dengansabar;dan
4) memperhatikan sopan santun, sebelum, selama, dan sesudah
makansertamenunggu dengan sabar sampai rekan semeja selesai
makan.
c. Di rumah keluarga
1) duduk dan menempatkan diri di tempat yang ditunjukkan oleh
tuan rumah;
2) tidak mendahului mengambil makanan sebelum dipersilahkan
olehtuan rumah;
3) mengambil makanan secukupnya dan bila kurang dapat
mengambil kembali;
4) makan dengan sopan dan tidak tergesa-gesa;
6

5) selesai makan tempatkan kembali kursi yang dipakai dengan tertib


dan meninggalkan meja makan bersama-sama dengan tuan
rumah;dan
6) mengucapkan terima kasih atas hidangan yang diberikan.
d. Di perjamuan resmi dan atau pesta
1) memperhatikan kesopanan dan tata cara pengambilan makanan
yang disediakan;
2) makan tanpa meja, piring ditempatkan di pangkuan atau ditopang
dengan tangan kiri serta duduk dengan sopan;
3) makan di tikar atau sejenisnya dan tanpa menggunakan sendok
dan garpu, apabila akan mengambil lauk pauk atau menambah
agar menyesuaikan dengan kebiasaan setempat;
4) apabila jamuan makan sambil berdiri (standing party), jangan
mengunyah sambil berjalan;dan
5) mengambil hidangan hendaknya memperhatikan jenis hidangan,
jangan asal mencampur aduk jenis makanan.

7. Berkenalan
a. Berjabat tangan dengan seseorang hendaknya dilakukan dengan
kesungguhan, menghadap ke arah orang yang diajak atau mengajak
berkenalan atau diperkenalkan dan menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi setempat;
b. Dalam menyebutkan nama, mengucapkan dengan jelas dan lengkap;
c. Terhadap wanita, orang yang lebih tua atau patut dihormati sebaiknya
memperkenalkan diri terlebih dahulu;
d. Apabila sedang bersama rekan wanita atau rekan pria dan bertemu
dengan atasan, maka cara memperkenalkannya adalah dengan
menyebut terlebih dahulu rekan wanita atau rekan pria kemudian
memperkenalkan atasannya. Sedangkan apabila bertemu dengan
sesama teman, maka nama teman disebutkan terlebih dahulu;
e. Berpisah dengan kenalan untuk dibiasakan mengucapkan salam;dan
f. Apabila hendak berkenalan dengan orang lain, terutama terhadap
wanita, dengan cara yang sopan dan ditempat yang pantas.

8. Praja Pria Bersama Rekan Wanita Bukan Praja.


a. Mendapat izin terlebih dahulu dari orang tua atau walinya, apabila
hendak bepergian bersama rekan wanita;
b. Berjalan dengan rekan wanita agar tetap bersikap sopan dan
tempatkan pada tempat yang aman;
c. Tidak bergandengan tangan dan berpegangan tangan, selama berjalan
kecuali hanya untuk membantu dan melindungi;
d. Menempatkan diri disamping kanan dan setengah langkah dibelakang
rekan wanita, apabila naik tangga dan atau menempatkan diri di
samping kanan dan setengah langkah di depan, apabila turun tangga;
e. Mengantar pulang disesuaikan dengan waktu yang ditentukan dan
mengucapkan terima kasih serta salam;dan
f. Apabila berpergian menggunakan kendaraan umum, maka
mempersilahkan rekan wanita naik teriebih dahulu dan turun
belakangan.

9. Wanita Praja Bersama Rekan Pria Bukan Praja.


a. Mendapat izin terlebih dahulu dari Pengasuh yang bersangkutan,
apabila hendak pergi bersama Pria;
b. Menjaga etika dan menempatkan diri di tempat yang aman serta
berdiri di sebelah kiri, apabila berjalan dengan rekan pria;
7

c. Tidak bergandengan tangan dan berpegangan tangan, selama


berjalan, kecuali hanya untuk mendapatkan bantuan dan
perlindungan;
d. Menempatkan diri di samping kiri, setengah langkah di depan rekan
pria, apabila naik tangga, dan atau menempatkan diri disamping kiri,
setengah langkah di belakang rekan pria, apabila turun tangga;
e. Menyesuaikan dengan batas waktu yang ditentukan Dinas dan atau
atasan Wanita Praja pemberi izin dan ucapkan terima kasih serta
salam, apabila diantar kembali ke kampus;
f. Apabila bepergian dengan menggunakan mobil. Sebelum naik atau
turun mobil, menunggu sampai rekan Pria membukakan pintu mobil
terlebih dahulu;dan
g. Apabila bepergian menggunakan kendaraan umum, memilih
kendaraan yang pantas, tidak berdiri atau mendapat tempat duduk
dan naik kendaraan terlebih dahulu dari teman pria serta turun
setelah rekan pria.

10. Praja Pria Bersama Wanita Praja dan sebaliknya.


a. Tidak berduaan selama pendidikan di IPDN, baik di dalam maupun
diluar kampus untuk menjaga norma dan etika Praja;
b. Tidak diperkenankan untuk mencium tangan;dan
c. Mendapat izin terlebih dahulu dari Pengasuh, apabila pergi bersama
rekan wanita Praja pada saat pesiar dan atau kegiatan yang harus
mendampingi Wanita Praja dan tetap memperhatikan ketentuan Praja
bersama rekan wanita.

11. Berbelanja
a. Berbelanja di kampus dan apabila terpaksa harus berbelanja diluar
kampus, hendaknya memilih di tempat yang bersih dan pantas;
b. Memasuki tempat perbelanjaan hanya bila ada sesuatu yang benar-
benar diperlukan, tutup kepala tetap dipakai dan tetap
memperhatikan kondisi situasi setempat;
c. Tidak meminta diistimewakan dalam pelayanan;
d. Tidak berdiri dan melihat barang di depan etalase di luar toko;
e. Apabila membawa barang belanjaan hendaknya dimasukkan dalam
tas pesiar dan membawa dengan menggunakan tangan kiri;dan
f. Tidak diperkenankan membawa belanjaan dengan menggunakan tas
plastik.

12. Mengunjungi Orang Sakit


a. Di rumah sakit dan Kamar Sakit Asrama
1) mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku;
2) berkunjung sesuai dengan jadwal kunjungan;
3) membatasi perbuatan dan atau pembicaraan yang dapat
mengganggu ketenangan pasien;
4) menciptakan suasana yang membesarkan hati pasien;dan
5) mendapat izin oleh dokter, apabila membawakan makanan.
b. Di rumah
1) mematuhi ketentuan dan atau kebiasaan yang berlaku dalam
keluarga pasien;
2) membatasi perbuatan dan atau pembicaraan yang dapat
mengganggu ketenangan pasien;
3) menciptakan suasana yang membesarkan hati pasien;dan
4) menyesuaikan dengan wajar waktu dan atau lama berkunjung.
8

13. Melayat, menghadiri pemakaman dan ziarah


a. Melayat
1) Melayat melalui prosedur kedinasan yang berlaku;
2) Melayat sebelum jenazah di kebumikan dan ikut mengantar
sampai ke makam serta mengikuti upacara pemakaman dengan
tertib hingga selesai;
3) Memberikan salam dan mengucapkan belasungkawa kepada
keluarga yang berduka, apabila sebelumnya telah ada orang
yang hadir;
4) Tidak menanyakan sebab-sebab kematian
almarhum/almarhumah kepada sanak keluarganya;
5) Mengambil tempat duduk dan atau sesuaikan dengan keadaan
setempat;
6) Ikut berdoa;dan
7) Tidak membuat lelucon dan atau berbicara keras.
b. Menghadiri Pemakaman dan Ziarah
1) Bersikap dan menyesuaikan diri sesuai dengan tata cara yang
berlaku;
2) Apabila menabur bunga lakukan dengan khidmat dan berdoa
serta menghadap penuh ke makam, kearah barat, mulai dari
kepala ke kaki;dan
3) Apabila meletakkan karangan bunga sesuaikan dengan kondisi
dan situasi, sebelum dan atau sesudah agar melakukan
penghormatan.
14. Perjalanan
a. Menunggu kendaraan;
1) memperhatikan sikap dan kesopanan pada waktu menunggu
kendaraan, baik pada waktu pesiar maupun bepergian;
2) menunggu kendaraan di tempat yang sudah disediakan dan
tidak bergerombol;
3) tidak berbuat sesuatu yang tidak pantas, sehingga dapat
menimbulkan perhatian umum;dan
4) tidak berebut dan dilakukan dengan tertib, sewaktu turun
kendaraan.
b. Di dalam kendaraan
1) tetap menjaga sopan santun, tata tertib dan mentaati aturan;
2) tutup kepala dilepas;
3) tidak berdiri dalam kendaraan, apabila terpaksa berdiri tidak
melupakan sikap dan sopan santun;
4) mempersilahkan duduk kepada orang sakit, orang tua atau
wanitahamil yang tidak mendapat tempat duduk;dan
5) tidak tertidur dan jika terpaksa agar memakai sapu tangan
untukmenutup mulut.
c. Naik jenis kendaraan
1) Bus atau kendaraan sejenis
a) memilih kendaraan yang baik dan mengambil tempat
duduk yang sesuai dengan aturan yang berlaku;
b) selama dalam perjalanan dilarang membeli keperluan
apapun lewat jendela;dan
c) naik atau turun kendaraan tetap menggunakan pakaian
dinas.
2) Kereta Api
a) mematuhi semua peraturan yang berlaku;
b) menempati tempat duduk sesuai dengan aturan;dan
c) membeli keperluan apapun sebaiknya di restorasi atau
kantin stasiun.
9

3) Becak
a) menaiki dalam keadaan terpaksa;
b) tidak boleh naik lebih dari 2 (dua) orang;
c) duduk yang sopan;
d) apabila bersama dengan rekan wanita, persilahkan naik
lebih dahulu dan tempatkan di sebelah kiri dan pada
waktu turun, Prajamendahuluidan berikan pertolongan
pada rekan wanita apabila dianggap perlu;dan
e) menghindari tawar menawar yang berkepanjangan.
4) Pesawat Terbang
a) tetap memperhatikan sikap, naik dan turun pesawat tetap
menggunakan pakaian dinas dan aturan yang berlaku;dan
b) memperhatikan dan ikuti petunjuk yang berlaku.
5) Kapal Laut dan sejenisnya
a) memperhatikan tata cara naik dan turun dari kapal;
b) memperhatikan petunjuk keharusan dan larangan yang
ada di dalam kapal;dan
c) naik dan turun kapal tetap menggunakan pakaian dinas.
6) Ojek, Sepeda, Delman atau Bendi dan sejenisnya
a) menaiki dalam keadaan terpaksa;dan
b) mengikuti aturan yang berlaku.
15. Membuat Janji
a. Memastikan hari, tanggal, jam, dan tempat;
b. Menepati janji;
c. Datang tepat pada waktu yang telah disepakati bersama;dan
d. Secepat mungkin memberitahukan disertai dengan pemohonan maaf,
apabila mendadak berhalangan sehinga tidak dapat menepati janji
dan tidak sempat memberitahukan agar segera minta maaf pada
kesempatan pertama.
16. Meminjam
a. Tidak meminjam sesuatu dari orang lain kalau tidak terpaksa dan
atau tidak ada jalan lain;dan
b. Bertanggungjawab penuh dan dikembalikan setelah selesai digunakan
atau sesuai dengan perjanjian disertai dengan ucapan terima kasih,
apabila terpaksa meminjam sesuatu.
17. Menulis Surat
a. Menulis alamat untuk surat-surat resmi disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku;
b. Menulis alamat secara wajar dan tidak beriebihan, untuk surat tidak
resmi;
c. Menulis surat sesuai aturan yang berlaku;
d. Menempelkan perangko di sudut kanan atas sampul surat dengan
wajar;dan
e. Menulis nama dan alamat pengirim atau penerima dengan jelas dan
lengkap.
18. Mengundang
a. Mengisi undangan sebagai berikut:
1) jelaskan mengenai:
a) hari, tanggal, waktu, dan tempat;
b) sifat, peristiwa dan acaranya;
c) pakaian yang dikenakan;dan
d) berlaku untuk berapa orang.
2) mencantumkan nomor telepon dan peta lokasi, apabila
memungkinkan.
10

b. Mengirim undangan dengan mempertimbangkan waktu agar tidak


diterima mendadak;
c. Menghadiri undangan 15 menit sebelum acara dimulai;dan
d. Menggunakan pakaian dinas dengan ketentuan yang berlaku.

19. Menonton Pertunjukan


a. Menonton bioskop atau hiburan lainnya dan mengunjungi tempat-
tempat rekreasi, hendaknya di tempat yang dipandang pantas;
b. Tidak merokok;
c. Membeli karcis melalui loket atau tempat lain dengan tertib; dan
d. Memperhatikan kesopanan pada waktu masuk gedung, menempati
tempat duduk yang sesuai selama pertunjukan berlangsung dan
keluar dari gedung pertunjukan berjalan dengan wajar;dan
e. Menggunakan pakaian dinas dengan ketentuan yang berlaku.

20. Menelepon
a. Berbicara dengan siapapun melalui telepon menggunakan kata-kata
yang jelas, singkat dan perhatikan kesopanan;
b. Tidak menelepon sambil berjalan;
c. Tata cara berbicara lewat telepon:
1) Menerima telepon
a) angkat telepon dan ucapkan salam : “Selamat pagi, Selamat
siang atau Selamat malam” atau menurut kebiasan yang
berlaku ;
b) “di sini... ..” (Sebutkan nomor telepon atau tempat dan nama);
c) “dengan siapa saya berbicara?;
e) setelah selesai berbicara, ucapkan salam: “Selamat pagi,
Selamat Siang, Selamat malam” atau menurut kebiasaan yang
berlaku.
2) Menelpon
a) angkat telepon, tekan nomor yang dikehendaki dan setelah
telepon diterima, ucapkan salam, “Selamat pagi, Selamat slang,
Selamat malam” atau menurut kebiasaan yang berlaku;
(1) “di sini.....” (Sebutkan nama dan tempat);
(2) “dapatkah saya berbicara dengan... ..”? ; (sebutkan
nama orang yang dikehendaki);
b) setelah selesai berbicara, ucapkan salam: “Selamat pagi,
Selamat Siang, Selamat malam” atau menurut kebiasaan yang
berlaku”.

21. Kunjungan ke Rumah Dosen dan Mess Pengasuh


a. memberitahukan terlebih dahulu kepada Dosen atau Pengasuh yang
akan dikunjungi;
b. Ijin berkunjung ke rumah Dosen atau Mess Pengasuh kepada
Perwira Jaga Posko Pelayanan Nusantara;
c. Bertamu tidak lebih dari 4 (empat) orang, kecuali apabila dikunjungi
menghendaki lain;
d. Mengetuk pintu atau menekan bel dan member penghormatan dan
salam kepada penghuni rumah/Mess Pengasuh secara tidak
berlebihan;
e. Duduk tertib dan sopan di tempat yang telah ditentukan oleh
penghuni rumah;
f. Membuka tutup kepala dan meletakkan sesuai ketentuan tata cara
menggunakan tutup kepala;
g. Sewaktu bertamu berbicara efektif, tetapi tidak mendominasi
pembicaraan;
11

h. Waktu berkunjung ke rumah Dosen atau Mess Pengasuh tidak pada


saat melaksanakan jam Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
i. Diijinkan berkunjung sampai dengan pukul 21.00 dan tidak
berkunjung pada jam istirahat, jam makan, dan/atau jam
ibadah/sholat;
j. Mengucapkan terima kasih, menghormat, dan member salam kepada
penghuni rumah/Mess Pengasuh ketika selesai berkunjung.

B. KEHIDUPAN PRAJA
1. Kegiatan Pengajaran
a. Pelajaran di kelas
1) Ketua Kelas
a) Ketua Kelas, dipilih dari Praja setiap kelas yang ada pada
Pengajaran dan Pelatihan;
b) Ketua kelas, mempunyai tugas sebagai berikut:
(1) Menyiapkan kelas, 15 menit sebelum kuliah mulai, Praja
harus sudah siap di kelas;
(2) Menyiapkan buku daftar hadir Praja, daftar hadir
Dosen/Pelatih dan menyerahkan kembali kepada
Petugas opjar dan Petugas Pelatih;
(3) Melapor kepada Petugas Operasional Pengajaran,
Operasional Pelatihan dan atau Operasional Fakultas
apabila Dosen atau Pelatih belum hadir dalam waktu 15
menit sesudah waktu yang telah ditentukan;
(4) Ketua kelas wajib membawa daftar Jaga Wisma yang
ditetapkan Pengasuh dan keterangan sakit dari Poliklinik
untuk setiap anggota kelas untuk keperluan keterangan
tidak mengikuti kuliah dan atau pelatihan;dan
(5) Ketua kelas bertugas selama 1 (satu) semester.
c) Dalam melaksanakan tugas Ketua Kelas melakukan
koordinasi dengan Pengajaran, Pelatihan, dan atau
Fakultas;dan
d) Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Ketua Kelas dibantu
oleh Piket kelas yang diatur bergiliran.
2) Tata Tertib Ruangan Kelas
a) Menggunakan tas kuliah dalam melaksanakan kuliah;
b) Memelihara ketertiban dan ketenangan belajar dalam
melaksanakan kuliah;
c) Melakukan laporan dengan tata cara sebelum kuliah dan
setelah kuliah, sebagai berikut:
(1) Sebelum kuliah dimulai
(a) Ketua kelas menyiapkan kelasnya;
(b) Ketua Kelas melakukan penghormatan perorangan
dan setelah dibalas menyampaikan laporan;
(c) Ketua Kelas memimpin doa;dan
(d) Kelas diistirahatkan kembali untuk menerima
Perkuliahan.
(2) Setelah kuliah selesai:
(a) Ketua Kelas menyiapkan kelasnya;
(b) Ketua Kelas menyampaikan laporan setelah itu
melakukan penghormatan perorangan;
(c) Ketua Kelas memimpin doa, Kelas diistirahatkan
selanjutnya melaksanakan kegiatan berikutnya;
12

(d) mengajukan pertanyaan atau menjawab


pertanyaan, dengan tata cara sebagai berikut:
• Mengambil sikap yang baik dan wajar sesuai
etika sambil mengangkat tangan kanan setelah
diberi kesempatan, kemudian bertanya atau
menjawab;
• Praja memiliki dan diberi kebebasan sesuai
dengan rambu-rambu akademis;dan
• Berdiri saat mengajukan pertanyaan dalam
mengikuti ceramah.
3) Pembebasan dari Pengajaran
a) Praja wajib mengikuti setiap perkuliahan, kecuali yang
sedang melaksanakan tugas Jaga Wisma;dan
b) Dibebaskan dari Perkuliahan atas Perintah dan persetujuan
Rektor IPDN, setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas
dan Pengasuhan setelah menerima permohonan dari Praja.
4) Datang Terlambat
a) Memberitahukan secara tertulis kepada Ketua Kelas yang
diteruskan kepada Dosen karena ada tugas atau perintah
dinas;dan
b) Melaporkan diri kepada Dosen tentang sebab-sebab
keterlambatannya, kemudian mengambil tempat duduk atas
perintah Dosen yang bersangkutan.
5) Meninggalkan Ruang Kelas
a) Meminta izin kepada Dosen;
b) Meminta izin kepada Ketua Kelas yang diteruskan kepada
petugas operasional Pengajaran dan Fakultas jika tidak ada
Pengajar;dan
c) Meninggalkan ruangan kelas setelah Dosen meninggalkan
kelas, kecuali diijinkan oleh Dosen yang bersangkutan.
6) Pindah Kelas
a) Dilakukan dengan tepat dan tertib dipimpin oleh Ketua
Kelas;dan
b) Membawa perlengkapan dan alat bantu belajar.
b. Ujian
1) Ujian dilaksanakan untuk mengukur kemampuan belajar Praja;
2) Praja wajib mengikuti ujian sesuai ketentuan Pedoman Akademik;
3) Ujian meliputi:
a) Ujian Tengah Semester (UTS);
b) Ujian Akhir Semester (UAS);
c) Ujian Susulan;
d) Ujian Perbaikan;dan
e) Ujian Lisan Kompeherensif, Laporan Akhir dan Skripsi.
4) Pelanggaran terhadap ketentuan dan tata tertib dalam ujian akan
dikenai sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Kepemilikan Buku Referensi
1) Praja wajib memiliki buku referensi selama pendidikan di IPDN;
2) Buku referensi disesuaikan dengan jurusan dan fakultas yang ada
di IPDN;dan
3) Setiap bulannya, Pengasuh memeriksa kepemilikan buku referensi
dan dijadikan pertimbangan di dalam pemberian nilai Pengasuhan.
13

d. Kuliah Kerja Nyata


1) Kuliah kerja nyata merupakan bagian dari penyelenggaraan
pendidikan dalam bentuk kegiatan pengalaman ilmu, teknologi,
dan seni oleh Praja kepada masyarakat. Kuliah Kerja Nyata
dilaksanakan secara melembaga dan terstruktur sebagai bagian
dari pelaksanaan kurikulum pendidikan tinggi kepamongprajaan,
yang wajib diikuti oleh setiap Praja program strata satu (S1) dengan
status intrakurikuler wajib;
2) Kuliah Kerja Nyata (KKN) diselenggarakan satu kali dalam setiap
satu tahun ajaran berlangsung selama 30 hari setelah ujian akhir
semester berakhir;
3) Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan sasaran pada tingkat desa,
kelurahan, kecamatan, dan SKPD;dan
4) Syarat mengikuti Kuliah Kerja Nyata adalah Praja tingkat Wasana
yang mengikuti program strata satu (S1.
2. Kegiatan Pelatihan
a. Pelatihan di Kelas
1) Penyelenggaraan Pelatihan secara klasikal, dilakukan dengan
metode:
a) Ceramah;
b) Tanya jawab;
c) Diskusi kelompok;
d) Bermain peran (role play);
e) Studi kasus (case study);
f) Curah pendapat (brainstorming);
g) Peragaan;
h) Penugasan;
i) Permainan;dan
j) Simulasi.
2) Ketua Kelas
a) Ketua Kelas, dipilih dari Praja setiap kelas yang ada pada
Pelatihan;
b) Ketua Kelas, mempunyai tugas sebagai berikut:
(1) Menyiapkan kelas, 15 menit sebelum pelatihan dimulai,
Praja harus sudah siap di kelas;
(2) Menyiapkan buku daftar hadir Praja, daftar hadir Pelatih
dan menyerahkan kembali kepada Petugas Pelatih;
(3) Melapor kepada Petugas Operasional Pelatihan dan atau
Pelatih belum hadir dalam waktu 15 menit sesudah waktu
yang telah ditentukan;
(4) Ketua Kelas wajib membawa daftar Jaga Wisma yang
ditetapka Pengasuh dan keterangan sakit dari Poliklinik
untuk setiap anggota kelas untuk keperluan keterangan
tidak mengikuti Pelatihan;dan
(5) Ketua kelas bertugas selama 1 (satu) semester.
c) Tata Tertib Ruangan Kelas
(1) Menggunakan tas kuliah dalam melaksanakan pelatihan;
(2) Memelihara ketertiban dan ketenangan belajar dalam
melaksanakan pelatihan;
(3) Melakukan laporan dengan tata cara seperti mengikuti
perkuliahan.
14

d) Pembebasan dari Pelatihan


(1) Praja wajib mengikuti pelatihan, kecuali yang sedang
melaksanakan tugas Jaga Wisma;dan
(2) Dibebaskan dari Pelatihan atas perintah dan persetujuan
Rektor IPDN, setelah mendapat rekomendasi dari Pelatihan
dan Pengasuhan setelah menerima permohonan dari Praja.
e) Datang terlambat
(1) Memberitahukan secara tertulis kepada Ketua Kelas yang
diteruskan kepada Pelatih karena ada tugas atau perintah
dinas;dan
(2) Melaporkan diri kepada Pelatih tentang sebab-sebab
keterlambatannya, kemudian mengambil tempat duduk atas
perintah Pelatih yang bersangkutan.
f) Meninggalkan ruang kelas
(1) Meminta izin kepada Pelatih;
(2) Meminta izin kepada Ketua Kelas yang diteruskan kepada
petugas operasional Pelatihan jika tidak ada Pelatih;dan
(3) Meninggalkan ruangan kelas setelah Pelatih meninggalkan
kelas, kecuali diijinkan oleh Pelatih yang bersangkutan.
g) Pindah Kelas
(1) Dilakukan dengan tepat dan tertib dipimpin oleh Ketua
Kelas;dan
(2) Membawa perlengkapan dan alat bantu belajar.
b. Ujian
1) Setiap akhir semester dengan jadwal disesuaikan dengan kalender
akademik tahun berjalan, melaksanakan evaluasi pelatihan yaitu
evaluasi akhir pelatihan;
2) Evaluasi pelatihan dilaksanakan untuk mengukur hasil pelatihan
Praja sesuai dengan materi Pelatihan yang telah diberikan selama
satu semester;
3) Praja wajib mengikuti ketentuan ujian;dan
4) Pelanggaran terhadap ketentuan dan tata tertib dalam ujian akan
dikenai sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Praktek Lapangan
1) Praktek Lapangan dilaksanakan dengan tujuan agar Praja
mendapatkan pengalaman kerja secara riil pada bidang tugas
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta sebagai
wahana pelatihan kerja bagi Praja diluar kampus;
2) Jenis Praktek Lapangan sesuai dengan tingkatan Praja
sebagaimana dimaksud dengan angka 1), yaitu:
a) Praktek Lapangan I atau disebut PL I, dilaksanakan oleh Praja
tingkat I atau Muda Praja;
b) Praktek Lapangan II atau disebut PL II, dilaksanakan oleh
Praja tingkat II atau Madya Praja;
c) Praktek Lapangan III atau disebut PL III, dilaksanakan oleh
Praja tingkat III atau Nindya Praja;
d) Bhakti Karya Praja atau disebut BKP dan/atau Latihan
Integrasi Taruna Dewasa atau disebut Latsitarda dilaksanakan
oleh Praja tingkat IV atau Wasana Praja.
3) Program dan kegiatan Praktek Lapangan bagi Praja disesuaikan
dengan jenis Praktek Lapangan dan jenjang tingkatan Praja;
4) Program kegiatan Praktek Lapangan sebagaimana dimaksud pada
angka 2), dilaksanakan pada 2 (dua) program yaitu:
15

a) Program umum mencakup pemerintahan, pembangunan, dan


kemasyarakatan;dan
b) Program khusus dititikberatkan pada bidang pemerintahan.
5) Penentuan lokasi dilakukan dengan mengadakan koordinasi dengan
pihak Pemerintah Daerah yang menjadi lokasi pelaksanaan Praktek
Lapangan;
6) Diselenggarakan satu kali dalam setiap tahun ajaran berlangsung
selama 21 hari untuk Praktek Lapangan dan 30 hari untuk Bhakti
Karya Praja;dan
7) Beban 2 (dua) SKS, dengan sasaran pada tingkat desa, kelurahan,
kecamatan, dan SKPD.

3. Kegiatan Pengasuhan
a. Kegiatan Rutin
1) Hari Kerja Senin s.d. Jumat
a) bangun pagi, ibadah mulai 04.30 – 04.45;
b) olah raga/aerobik pagi mulai 05.00 – 05.30;
c) Kegiatan mandiri 05.30-06.00;
d) makan pagi mulai 06.20 – 06.40;
e) apel pagi mulai 07.00- 07.20;
f) perkuliahan dan pelatihan mulai 07.30 – 12.30;
g) ibadah mulai pukul 12.00-12.30;
h) makan siang mulai 12.30 – 13.00;
i) Kegiatan Mandiri 13.00 – 13.30;
j) perkuliahan dan pelatihan mulai 13.30 – 15.30 ;
k) pengembangan minat dan bakat dari jam 15.30 – 17.30;
l) istirahat dan ibadah dari jam 17.30 – 18.30;
m) makan malam dari jam 18.30 – 19.00;
n) wajib belajar mandiri dari jam 19.30 – 21.00;
o) apel malam dari jam 21.00 – 21.30;
p) Kegiatan Mandiri 21.30 – 22.00;dan
q) tidur dari jam 22.00 – 04.30.
2) Hari Sabtu adalah kegiatan dan atau jam pengasuhan;
a) bangun pagi, ibadah mulai 04.30 – 04.45;
b) Kegiatan mandiri 05.30-06.60;
c) makan pagi mulai 06.20 – 06.40;
d) apel provinsi mulai 07.00- 07.20;
e) Kegiatan Pengasuhan 07.30 – 20.45;
f) apel malam dari jam 21.00 – 21.30;
g) Kegiatan Mandiri 21.30 – 22.00;dan
h) tidur dari jam 22.00 – 04.30
3) Hari Minggu dan Hari Libur
a) bangun pagi dan ibadah mulai 05.00 – 06.00;
b) makan pagi mulai 06.00 – 06.45;
c) kegiatan keagamaan mulai 07.00 – 09.00;
d) pesiar atau kegiatan mandiri mulai 09.30 – 21.00;
e) makan siang (bagi praja yang tidak pesiar) mulai 12.30 – 13.00;
f) makan malam (bagi praja yang tidak pesiar) 18.30 – 19.00;
g) apel malam atau apel pesiar mulai 21.30 – 22.00;dan
h) tidur mulai 22.00 – 04.30.
b. Apel
1) Jenis Apel Praja.
a) Apel Olahraga;dan
b) Apel Harian.
16

2) Tata Cara pelaksanaan Apel.


a) Apel Olahraga, merupakan apel yang dilaksanakan pada saat
Praja akan dan telah melaksanakan olah raga bersama;
b) apel harian, meliputi:
(1) Apel Pagi, merupakan apel yang dilaksanakan pada saat
Praja memulai kegiatan pendidikan;
(2) Apel Siang, merupakan apel yang dilaksanakan pada saat
Praja selesai melaksanakan kegiatan Pengajaran;
(3) Apel Malam, merupakan apel yang dilaksanakan pada saat
Praja akan menutup kegiatan dan akan melaksanakan
waktu istirahat;
(4) Apel Provinsi, merupakan apel yang dilaksanakan oleh
Pamong Pengasuh yang diikuti oleh seluruh Praja dan
seluruh jajaran Pengasuh;
(5) Apel Pesiar, merupakan apel yang dilaksanakan pada saat
Praja akan mulai dan telah selesai melaksanakan pesiar;dan
(6) Apel Luar Biasa, apel yang diselenggarakan oleh dinas dalam
rangka kegiatan lapangan mengatasi situasi mendesak serta
situasi pendidikan lainnya.
3) Tata Cara Pelaksanaan Apel, diatur dalam Peraturan Rektor.
c. Tata Tertib Makan di Gedung Nusantara
1) Sebelum makan
a) berpakaian PDL bagi petugas jaga;
b) berangkat menuju ruang makan harus tertib;dan
c) melapor kepada Pengawas Jaga untuk pengaturan selanjutnya,
bila Praja dinas luar dan tidak dapat makan bersama.
2) Pelaksanaan makan
a) masuk ruang makan dengan tertib dalam bentuk barisan dan
wajib menghormat kepada lambang negara. Kemudian menuju
tempat duduk sesuai dengan pengaturan yang sudah
ditentukan, duduk dengan membuka tutup kepala dan
diletakkan di pundak kiri;
b) memasuki ruang makan terlebih dahulu oleh Praja tingkatan
terendah, diikuti oleh Praja tingkatan berikutnya secara
berturut-turut, sedangkan ke luar ruang makan didahului oleh
Praja yang tingkatannya lebih tinggi dan terakhir Praja
tingkatan paling rendah;
c) duduk dengan tertib pada tempatnya masing-masing, setelah
seluruh Praja duduk pejabat yang memimpin pelaksanaan
makan lonceng dibunyikan 2 kali sebagai tanda bagi seluruh
Praja berdo’a sesuai dengan agama masing-masing. Do’a selesai
ditandai dengan bunyi lonceng 2 kali;
d) tetap memelihara etika, selama pelaksanaan makan;
e) menempati kepala meja dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan ketertiban di meja tersebut, bagi yang dituakan;
f) melapor kepada petugas jaga dan menunggu sampai
pelaksanaan upacara makan selesai, bila karena satu dan lain
hal Praja datang teriambat ke ruang makan;
g) berhenti makan, mengatur alat-alat makan sesuai ketentuan
dan duduk dalam sikap sempurna, bila lonceng dibunyikan 1
kali sebagai tanda makan selesai;
17

h) berdo’a sesuai dengan agama masing-masing, bila lonceng


dibunyikan 2 kali sebagai tanda untuk. Do’a selesai ditandai
dengan bunyi lonceng 2 kali;dan
i) pelaksanaan makan bagi petugas dilakukan setelah makan
selesai.
3) Setelah pelaksanaan makan
a) berdiri, mengatur kursi sesuai susunan kursi pada waktu
datang;
b) menyusun peralatan makan ke tempat yang sudah
ditentukan,kemudian meninggalkan ruangan makan dalam
bentuk barisan setelah teriebih dahulu melakukan
penghormatan kepada lambang negara dengan tertib;dan
c) meneruskan makan, bagi yang belum selesai makan.
4) Hal-hal yang tidak dibenarkan selama makan di Gedung Nusantara
a) bersenda gurau, berteriak-teriak;
b) menyanyi/bersenandung atau bersiul;
c) membawa makanan atau lauk pauk sendiri;
d) mengambil lauk-pauk atau jatah Praja lain;
e) membawa barang inventaris gedung Nusantara;dan
f) membawa makan keluar ruangan.
5) Ketentuan lainnya selama makan
a) selama makan berlangsung, jaga korps Praja membantu
ketertiban pelaksanaan makan;
b) tidak diizinkan memasuki atau lewat ruang makan selama
makan kecuali sedang bertugas;
c) dilarang lewat dapur, kecuali sedang bertugas;dan
d) tata cara makan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
berlaku, dalam keadaan khusus.
d. Penghormatan dan Sikap
2) Menghormati civitas akademika selama dalam pendidikan;
2) Penghormatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan
dengan cara penghormatan secara militer;
3) Menegakkan kehormatan Korps dalam kehidupan sehari-hari;dan
4) Bersikap terhadap Dosen, Pelatih dan Pengasuh dalam hubungan
pendidikan adalah sebagai anak murid terhadap guru atau anak
terhadap orang tua.
e. Pakaian Dinas
1) Jenis Pakaian Dinas
a) PDH (Pakaian Dinas Harian);
b) PDU (Pakaian Dinas Upacara);
c) PDUB (Pakaian Dinas Upacara Besar)
d) PDP (Pakaian Dinas Pesiar);
e) PDPM (Pakaian Dinas Pesiar Malam);
f) PDL (Pakaian Dinas Lapangan) Praja;
g) PDL (Pakaian Dinas Lapangan) Menwa;dan
h) Pakaian Dinas Olahraga dan atau Training Pack.
2) Penggunaan Pakaian Dinas
a) penggunaan Pakaian Dinas wajib digunakan baik di dalam
maupun di luar kampus sesuai dengan jenis kegiatan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) Pakaian Dinas Harian digunakan pada kegiatan harian
Praja;
18

(2) Pakaian Dinas Upacara digunakan pada kegiatan upacara


hari besar, yudicium dan wisuda atau Upacara Pengukuhan
Praja;
(3) Pakaian Dinas Upacara Besar digunakan untuk kegiatan
pelantikanPamong Praja Muda;
(4) Pakaian Dinas Pesiar digunakan untuk kegiatan Pesiar Praja
dan kegiatan resmi lainnya pada waktu siang hari;
(5) Pakaian Dinas Pesiar Malam digunakan untuk kegiatan
pesiar dan kegiatan resmi lainnya pada waktu malam hari
seperti kegiatan mengikuti ritual hari besar keagamaan atau
kegiatan seminar, simposium, temu wicara dan yang
seienisnya ;
(6) Pakaian Dinas Lapangan digunakan untuk kegiatan Jaga
Praja dan pembersihan lingkungan (kurvey);
(7) Pakaian Dinas Lapangan menwa digunakan untuk kegiatan
menwa;dan
(8) Pakaian Dinas Olahraga atau training pack digunakan
untuk kegiatan aerobik pagi, kegiatan olahraga, di wisma
dan tugas lain yang mengharuskan memakai pakaian
tersebut yang ditentukan dinas.
b) penggunaan pakaian dinas, menggunakan kaos dalam, dengan
ketentuan:
(1) PDL menggunakan kaos dalam warna coklat muda;
(2) PDH tidak menggunakan kaos dalam kecuali Polisi Praja
menggunakan kaos putih berkerah tinggi saat kegiatan
resmi kelembagaan;
(3) PDL Menwa menggunakan kaos warna hijau;dan
(4) Pakaian dinas olahraga atau Training Pack menggunakan
kaos warna biru, hitam dan putih.
c) Penggunaan Pakaian dinas lapangan (PDL):
(1) pada malam hari lengan baju tidak dilipat dan atau
digulung;dan
(2) pada siang hari dari jam 06.00 s/d 18.00 dengan batas
lengan baju dilipat 2-3 jari dengan lebar lipatan 4 jari dari
siku dan kancing menghadap keluar kecuali pada saat
pelaksanaan kegiatan lapangan.
d) Penggunaan pakaian dinas, bagi Wanita Praja yang memeluk
Agama Islam dibolehkan menggunakan jilbab, dengan
ketentuan :
(1) jilbab harus sesuai dengan warna seragam dengan jenis dan
model sesuai ketentuan dinas.
(2) semua atribut seragam dinas harus lengkap dipakai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku termasuk tutup kepala;dan
(3) jilbab dimasukkan ke dalam pakaian dinas kecuali pakaian
dinas olaharga atau training pack.
e) Selama jam dinas Praja wajib menggunakan pakaian Pakaian
Dinas Harian selama di dalam kampus, kecuali melaksanakan
olah raga dan dinas jaga;dan
f) Pemakaian tanda jabatan, kecakapan dan prestasi bagi
Fungsionaris Korps Praja wajib menggunakan tanda jabatan,
talikur, tanda prestasi dan tanda kecakapan, kecuali hari pesiar
dan hari libur nasional.
19

f. Pemeliharaan kebersihan dan perawatan perorangan


1) Berpakaian dinas harus bersih dan diseterika dengan rapi;
2) Rambut dicukur rapi dengan perbandingan 0-1-2 untuk Praja Pria;
3) Ukuran rambut untuk Wanita Praja, di depan tidak sampai alis,
samping tidak sampai telinga, belakang tidak sampai kerah baju
dan dicukur rapi;
4) Praja tidak diperkenankan:
a) memelihara kumis;
b) memelihara jambang/jenggot;
c) memakai gigi emas atau platina;
d) memasang kawat gigi/behel;
e) menggunakan perhiasan;
f) menggunakan pewarna kuku dan rambut, memelihara kuku
panjang;
g) menggunakan tindik;
h) menggunakan make up yang berlebihan;
i) melakukan operasi kecantikan;
j) membuat, memelihara, dan memakai tattoo permanen atau
temporer;
k) menggunakan kontak lensa (softlense)
5) Bagi wanita Praja yang menggunakan jilbab, harus sesuai dengan
ketentuan.
g. Pergerakan dalam kampus
1) Pindah tempat dilakukan dalam formasi barisan;
2) Pada lokasi tertentu perpindahan formasi barisan harus melakukan
penghormatan dengan langkah tegap;dan
3) Lokasi tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf b, ditentukan
oleh Kepala Bagian Pengasuhan dan atau Kepala Bagian Keprajaan.
h. Dinas Jaga
1) Jenis Dinas Jaga adalah dinas yang dilakukan oleh Praja dan atau
Pengasuh dalam rangka pelaksanaan kehidupan Praja
a) Jaga Posko Pelayanan Praja
(1) jaga Posko Pelayanan Praja, adalah jaga yang dilaksanakan
oleh Pengasuh dan Praja pada Posko Pelayanan Praja dalam
rangka memberikan pelayanan dan menumbuhkan rasa
tanggungjawab Praja dalam melaksanakan tugas dan
mengawasi kelancaran pekerjaan sehari-hari, baik di dalam
maupun di luar jam kerja;
(2) pejabat Jaga Posko Pelayanan terdiri dari Pengasuh dan
tingkatan Praja yang ditetapkan dengan surat perintah
Kepala Biro Kemahasiswaan pada Kampus Pusat dan atau
Kepala Bagian Keprajaan pada Kampus di daerah;
(3) Pejabat jaga posko pelayanan, terdiri dari:
(a) Jaga Pengasuh;dan
(b) Jaga Praja.
(4) Jaga Pengasuh terdiri dari:
(a) Pengawas Jaga dijabat oleh koordinator pengasuh;
(b) Koordinator Jaga;
(c) Wakil Koordinator Jaga;
(d) Sekretaris Jaga;dan
(e) Anggota
(5) Jaga Praja terdiri dari:
(a) Pembina Jaga dijabat oleh Wasana Praja;
(b) Penata Jaga dijabat oleh Nindya Praja;
20

(c) Pengatur Jaga dijabat oleh Madya Praja;dan


(d) Juru Jaga dijabat oleh Muda Praja.
(6) Tugas dan tanggung jawab pejabat jaga Posko Pelayanan
Nusantara, yaitu:
(a) Pengawas Jaga, bertugas:
• melakukan serah terima piket dari petugas
sebelumnya;
• memberikan petunjuk dan arahan pelaksanaan piket
kepada pembina jaga;
• mengawasi dan mengendalikan petugas jaga dari
Pengasuh atau pegawai lain yang ditunjuk oleh Dinas;
• mengkoordinasikan pelaksanaan patroliSetiap 1 (satu)
jam khususnya pada malam hari;
• membuat laporan tugas, mengisi buku inventaris
Posko dan Buku Kejadian serta Buku Laporan
Kegiatan Posko dan serah terima tugas;dan
• Dalam pelaksanaan tugas bertanggung jawab kepada
Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan melalui
Kepala Bagian Pengasuhan untuk kampus pusat dan
atau Kepala Bagian Keprajaan pada kampus di daerah.
(b) Pembina Jaga, bertugas:
• melakukan serah terima piket dari petugas
sebelumnya;
• mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
dinas;
• memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas jaga
Praja yang berada dibawah subordinasinya;
• melaksanakan patroli keliling asrama dan
lingkungannya setiap 1 (satu) jam sekali khususnya
pada malam hari;
• membuat laporan tugas, mengisi buku Inventaris
Posko dan Buku Kejadian serta Buku Laporan
Kegiatan Posko dan serah terima tugas;dan
• bertanggung jawab terhadap barang-barang inventaris
jaga.
(c) Penata Jaga, bertugas:
• bertanggungjawab kepada Pembina Jaga;
• melaksanakan perintah dan petunjuk Pembina Jaga
dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas jaga
sebagai tenaga operasional dalam dinas jaga.
(7) Dinas Jaga Posko Pelayanan bertugas dengan ketentuan:
(a) untuk Pengawas dan Pembina Jaga bertugas selama 1 x
24 jam mulai dari pukul 08.00 sampai dengan 08.00 hari
berikutnya;dan
(b) untuk Penata Jaga sudah harus berada di Posko Pusat
Pelayanan Nusantara pukul 16.00 dan bertugas sampai
dengan pukul 24.00.
(8) Petugas Jaga dilarang meninggalkan posko jaga termasuk
jampesiar tanpa izin dari Perwira Jaga;
(9) Praja setelah melaksanakan tugas jaga Posko Pelayanan
wajib mengikuti kegiatan Pengajaran, Pelatihan dan
Pengasuhan;
21

(10) Jaga Praja diperkenankan menggunakan kendaraan dinas


selama melaksanakan Jaga seijin Perwira Jaga;dan
(11) perubahan susunan pejabat jaga dapat disesuaikan dengan
kepentingan Dinas atas sepengetahuan Kepala Bagian
Pengasuhan dan atau Kepala Bagian Keprajaan.
b) Jaga Wisma Praja
(1) Jaga Wisma Praja, adalah jaga yang dilaksanakan oleh
setiap tingkatan Praja pada Wisma Praja;
(2) Jaga Wisma dilaksanakan setiap hari oleh tingkatan Praja,
dari pukul 05.00 – 22.00;
(3) Pengaturan jadwal Jaga Wisma oleh tingkatan Praja
ditetapkan berdasarkan Surat Perintah Pengasuh Wisma
mengetahui Kepala Satuan dan disampaikan kepada Kepala
Bagian Pengasuhan, dan Dekan Fakultas;
(4) Tugas dan tanggungjawab serta kewajiban Jaga Wisma,
meliputi:
(a) memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Praja sesuai
dengan ketentuan penggunaan Pakaian Dinas Praja;
(b) bertanggungjawab atas keamanan, kebersihan dan
kerapihan Wisma termasuk mengawasi penggunaan alat
penerangan, air dan lain-lain;
(c) selama Jaga tidak diperbolehkan tidur atau
meninggalkan Wisma;
(d) mengisi buku laporan kegiatan Jaga Wisma dan laporan
kejadian Wisma, membuat buku daftar Jaga Serambi
yang diketahui oleh Ketua Wisma dan Pengasuh Wisma
yang selanjutnya dilaporkan dan dikumpulkan ke
Perwira Jaga Posko Pelayanan Nusantara dan atau Posko
Satuan;
(e) menyerahkan tugas kepada Jaga Serambi pertama;dan
(f) bertanggungjawab kepada Pembina Jaga.
(5) selama melaksanakan tugas jaga Wisma Praja diperbolehkan
tidak mengikuti kegiatan Pengajaran, Pelatihan dan
Pengasuhan.
c) Jaga Serambi Wisma Praja
(1) Jaga Serambi Wisma Praja, adalah jaga yang dilaksanakan
oleh setiap tingkatan Praja pada serambi Wisma Praja setiap
malam selama 1 (satu) jam yang dilakukan secara bergiliran;
(2) Jaga Serambi Wisma dilaksanakan setiap hari oleh
tingkatan Praja dari pukul 22.00 sampai dengan pukul
05.00 keesokan harinya;dan
(3) tugas dan tanggungjawab serta kewajiban Jaga Serambi:
(a) memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Praja sesuai
dengan ketentuan penggunaan Pakaian Dinas Praja;
(b) Jaga Serambi pertama menerima penyerahan tugas dari
Jaga Wisma dan Jaga Serambi terakhir sekaligus
menjadi Jaga Wisma pada hari tersebut;
(c) Jaga Serambi terakhir bertugas membangunkan Praja
dalam Wismanya masing-masing untuk melaksanakan
kegiatan aerobik pagi;
(d) bertanggung jawab terhadap urusan keamanan dan
kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tugas;
22

(e) mengisi dan melaporkan semua kegiatan/aktivitas yang


ada di wisma dan dicatat dalam buku Jaga Serambi ke
Posko Pelayanan Nusantara dan atau Posko Jaga
Satuan;dan
(f) karena sesuatu hal terpaksa meninggalkan tugas, maka
harus menyerahkan pada pengganti berikutnya.
2) Pakaian Jaga
a) Pengasuh yang melaksanakan tugas jaga berpakaian Pakaian
Dinas Lapangan (PDL) Pengasuh;dan
b) Praja yang sedang melaksanakan dinas jaga berpakaian Pakaian
Dinas Lapangan Praja.
3) Tanda Jaga
a) Pengawas Jaga memakai tanda jaga berupa Ban Lengan
berwarna hitam bertuliskan “PENGAWAS JAGA” yang dikenakan
di lengan sebelah kiri;
b) Pembina Jaga memakai tanda jaga berupa Ban Lengan
berwarna hitam bertuliskan “PEMBINA JAGA” yang dikenakan
di lengan kiri dan memakai selempang jaga;
c) Penata Jaga memakai tanda jaga berupa Ban Lengan
bertuliskan “PENATA JAGA” yang dikenakan di lengan sebelah
kiri berwarna biru;dan
d) Jaga Wisma Praja dijabat oleh anggota Wisma masing-masing
secara bergiliran, memakai tanda jaga berupa ban lengan
bertuliskan “JAGA WISMA” yang dikenakan di lengan sebelah
kiri berwarna kuning.
i. Wajib belajar
1) Praja wajib belajar pada malam hari dari pukul 19.15 sampai dengan
pukul 21.00 atau setelah pelaksanaan makan malam sampai dengan
sebelum pelaksanaan apel malam;
2) kegiatan wajib belajar diisi dengan membaca buku/literatur, diskusi
akademik dan kegiatan lain yang berhubungan dengan
pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan;
3) selama jam wajib belajar Praja wajib berada di depan meja belajar
Wisma masing-masing dan tidak diperkenankan di tempat lain atau
berada di luar wisma tanpa seizin Pengasuh;dan
4) Praja waktu belajar Praja harus menjaga ketenangan, ketertiban dan
kebersihan ruang belajar dan memadamkan lampu setelah belajar.
j. Kepemilikan dan penggunaan barang
1) Menggunakan dan merawat barang dinas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
2) Memiliki barang-barang non dinas dalam batas-batas
kesederhanaan dan kewajaran sesuai dengan norma dan etika;
3) Penggunaannya disesuaikan dengan fungsi dan ketentuan yang
berlaku;
4) Barang kiriman Praja dicatat oleh Petugas Jaga selanjutnya
diserahkan kepada Praja yang bersangkutan dan dibuka di depan
Petugas Jaga;dan
5) Barang kiriman yang bukan milik Praja wajib diantarkan ke alamat
yang bersangkutan.
23

k. Tamu
1) Menerima tamu
a) tidak menerima menerima tamu pada hari-hari kerja, apabila
terpaksa Praja dapat menerima tamu di kantor Jaga Posko
Pelayanan Nusantara;
b) menerima tamu pada hari-hari pesiar Praja;
c) menemui tamu menggunakan PDH, PDL atau PDP serta tetap
memelihara etika dan kesopanan;dan
d) tidak membawa tamu memasuki wisma tempat tinggal Praja dan
tempat lain yang telah ditentukan dalam peraturan.
2) Perlakukan terhadap tamu
a) menerima tamu dan melapor kepada pembina Jaga Posko
Pelayanan Nusantara dan mengisi buku tamu;
b) mempersilahkan untuk menunggu di ruang tamu, dan
memanggil Praja yang dicari;
c) mendampingi tamu yang berjalan-jalan di dalam kampus dan
dapat membawa tamu ke kantin sampai pukul 17.30;
d) pada malam hari tamu diizinkan menunggu di ruang tunggu
Jaga Posko Pelayanan Nusantara sampai dengan pukul
20.00;dan
e) tamu dilarang memakai sandal, aksesoris yang berlebihan atau
pakaian yang tidak pantas secara etika kesopanan.

l. Istirahat dan Tidur


1) Istirahat pada siang hari dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan mandiri;
2) Istirahat dan tidur pada malam hari dari pukul 22.00 atau setelah
apel malam sampai dengan pukul 04.30 atau sebelum waktu
aerobik pagi, kecuali bila ada kegiatan tambahan diatur Dinas;
3) Selama kegiatan istirahat dan tidur malam hari sebagaimana
dimaksud huruf b, Praja harus:
a) bertempat tinggal dan tidur di Wisma masing-masing;
b) tidur malam di tempat tidur masing-masing dari pukul 22.00
atau setelah apel malam sampai dengan pukul 04.30 atau
sebelum waktu aerobik pagi, kecuali bila ada kegiatan
tambahan diatur dinas;
c) menggunakan piyama dan atau training pack, selama tidur;
d) mematikan lampu yang tidak dipergunakan di ruang tidur dan
ruang belajar;
e) menyala lampu serambi;
f) menjaga ketenangan dan ketertiban;
g) tidak melakukan kegiatan pertemuan kontingen, tradisi korp
dan kegiatan lainnya yang melibatkan Praja yang tingkatannya
lebih tinggi dengan Praja yang tingkatannya lebih rendah;
h) tidak memanggil Praja yang tingkatannya lebih rendah ke wisma
dan atau Praja yang tingkatannya lebih tinggi ke Wisma Praja
yang tingkatannya lebih rendah;
i) tidak bermain komputer atau laptop;
j) tidak menonton televisi;
k) tidak berkeliaran atau tidak berada di luar Wisma kecuali dinas
jaga;dan
l) merapikan tempat tidur setelah bangun tidur.
24

m. Pesiar dan tempat pesiar


1) Jadwal pelaksanaan pesiar
a) Bagi Muda Praja pada hari minggu serta hari-hari libur;
b) Bagi Madya Praja pada hari Sabtu dan Minggu serta hari-hari
libur; dan
c) Bagi Nindya Praja dan Wasana Praja pada hari Rabu sore, Sabtu
dan Minggu, serta hari-hari libur.
2) Pencabutan Hak Pesiar
a) hak pesiar dapat dicabut dengan pertimbangan-pertimbangan
prestasi akademis dan kepribadian.
b) pertimbangan prestasi akademis dan kepribadian, yaitu:
(1) sedang menjalankan dinas jaga;
(2) dalam keadaan sakit;
(3) wisma dalam keadaan tidak bersih atau kotor;
(4) bagi Praja yang sedang menjalani sanksi disiplin;dan
(5) Peraturan Urusan Dinas Dalam (PUDD) tidak sesuai
ketentuan.
n. Interaksi sosial
1) Hubungan antar Praja
a) hubungan inter dan antar Praja didasarkan pada asas
kekeluargaan;
b) saling membantu dalam meningkatkan kepribadian, intelektual
dan keterampilan sehingga dalam menyelesaikan pendidikan
dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya;
c) saling menghormat, kepada sesama Praja sesuai dengan
ketentuan Peraturan Penghormatan Militer;
d) saling menghormat, kepada rekan yang sedang menjabat
ataumelaksanakan tugas;dan
e) hubungan antara Praja adalah antara rekan, adik dan kakak
seperti dalam keluarga dan kolegial persaudaraan.
2) Hubungan Praja dengan anggota masyarakat.
a) senantiasa menyesuaikan diri dalam pergaulan dengan
masyarakat tanpa meninggalkan ketentuan yang berlaku;
b) mengikuti dan mengamati perkembangan masyarakat, bangsa
dan negara;dan
c) berhubungan dengan masyarakat, Praja bersikap luwes dan
fleksibel serta mengedepankan sikap kepamongan sesuai Kode
Kehormatan dan Tata Krama Praja.
3) Hubungan Praja dengan generasi muda mengharuskan Praja
menjalin kerjasama dan saling mengenai dengan sesama generasi
muda lainnya baik di dalam maupun di luar negeri;

4) Malam Keakraban
a) Praja dapat menyelenggarakan malam keakraban dengan
maksud sebagai hiburan untuk mengembangkan pergaulan
dengan sesama Praja, generasi muda dan masyarakat sekitar
IPDNdi tempat dan waktu yang telah ditentukan melalui
prosedur yang telah ditetapkan oleh dinas;
b) memperhatikan pola hidup sederhana dan tetap mengutamakan
tugas pokok sebagai praja dalam penyelenggaraan malam
keakraban;dan
c) tidak membawa rekan wanita atau rekan pria dalam malam
keakraban.
25

o. Sakit
1) Tata cara berobat
a) Mengisi formulir/blanko ijin berobat dan mengisi buku berobat
di Posko Pelayanan Nusantara;
b) Formulir/blanko yang sudah ditandatangani oleh Pengasuh dan
Piket Pelayanan Nusantara dibawa oleh Praja yang berobat ke
Poliklinik IPDN;
c) Setelah selesai berobat formulir/blanko dibawa kembali ke
Posko Pelayanan Nusantara;
d) bagi Praja yang sakit dan perlu perawatan khusus di luar
kampus yang dibawa orang tuanya harus mengikuti ketentuan
dinas;dan
e) bagi Praja yang sakit, dapat diberikan cuti sakit berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
2) Ketentuan Jam kunjungan.
a) pagi hari : Senin s.d Minggu, dari jam 10.00 – 11.00;
b) sore hari : Senin s.d.Minggu, dari jam 16.00 -17.00.
p. Kantin/koperasi
1) Memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) dan Pakaian Dinas Lapangan
(PDL). Bagi Praja yang sedang melaksanakan jaga, berpakaian rapi
serta tidak diperbolehkan memakai pakaian dinas olahraga
(training pack);
2) Selama di Kantin/Koperasi tetap memperhatikan tata cara makan;
3) Jam Kantin hanya berlaku dari pukul 13.30 sampai dengan pukul
17.00 pada siang hari dan dari pukul 19.15 sampai dengan pukul
21.30 pada malam hari;
4) Praja dilarang berada di Kantin/Koperasi pada saat pelaksanaan
upacara makan Praja (makan pagi, makan siang dan makan
malam), jam Pengajaran, jam Pelatihan dan pada saat pelaksanaan
jam wajib belajar Praja (19.15 sampai dengan pukul 21.00);
5) Dilarang membawa makanan dari kantin/Koperasi ke Wisma,
kecuali yang sakit melalui izin dari Pengasuh/Jaga Posko
Pelayanan Nusantara;
6) Selama di kantin praja dilarang duduk berduaan berlawanan jenis
dan duduk berdampingan beriawanan jenis;dan
7) kantin ditutup pada pukul 21.30.
q. Penggunaan komputer/laptop, internet, handphone dan alat
komunikasi yang lain
1) Komputer/Laptop dan Internet
a) menggunaan Komputer dan atau Laptop bagi Praja dalam
rangka mendukung proses pembelajaran, diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) pada saat pelaksanaan jam wajib belajar Praja berlangsung
yaitu dari pukul 19.30 s/d 21.30;
(2) pada waktu siang hari dari jam 13.30 s/d 17.30 dan atau
pada saat tidak adanya jam bagi Pengajaran, Pelatihan dan
Pengasuhan dengan alasan mengerjakan tugas dari Dosen
atau Pelatih;dan
(3) pada waktu pesiar.
b) menggunakan pada saat jam siang dari jam 13.30 s.d 17.30
sebagaimana dimaksud ayat (2) butir b dan sepanjang tidak ada
kegiatan pelatihan, harus memperiihatkan keterangan dari
Dosen atau Pelatih dan disampaikan kepada Pengasuh masing –
masing untuk mendapat Izin;dan
26

c) tidak menggunakan speaker aktif dan fasilitas lainnya, yang


dapat menganggu hak privasi Praja lain.
2) Handphone
a) menggunaan handphone tidak berkamera;
b) tidak diperbolehkan membawa, mempergunakan dan atau
mengaktifkan telepon genggam/hp pada saat kegiatan barisan,
perpindahan tempat sambil berjalan, rumah ibadah, ruang
makan/menza, perpustakaan, apel/upacara, kegiatan wajib
belajar, pengajaran, pelatihan dan acara-acara resmi;
c) berkomunikasi dengan telepon genggam/hp baik itu
menerima/mengirim hanya diperbolehkan di wisma;
d) nada yang digunakan adalah nada getar/beep dengan 1 not/I
kali;dan
e) Praja diizinkan hanya memiliki nomor kartu dan 1 (satu) buah
telpon genggam/hp serta wajib menyampaikan nomor kartu dan
jenis/merk telepon genggam/hp yang digunakan kePengasuh.
1) Ketentuan penggunaan alat komunikasi dan barang elektronik,
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Rektor.
r. Menonton Televisi
1) Dapat menggunakan dan menonton televisi di wisma/barak dalam
rangka mendapatkan informasi untuk mendukung proses
pembelajaran;
2) Penggunaan televisi sebagaimana dimaksud ayat huruf a, diatur
dengan ketentuan:
a) sebelum dan sesudah makan pagi atau dari jam 05.30 s/d
06.15;
b) sesudah jam 12.30 dan atau sesudah makan siang sebelum jam
13.30;
c) sesudah jam 17.30 dan atau sebelum makan malam serta
sebelum jam 19.30;
d) sesudah pelaksanaan apel malam jam 21.30 s/d 22.00;dan
e) pada waktu pelaksanaan pesiar.
3) Tidak menggunakan dan menonton televisi pada saat jam belajar
berlangsung;dan
4) Tidak menggunakan televisi untuk bermain play station atau
memutar CD/DVD.

4. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Organisasi Keprajaan dan Dewan Kehormatan Praja
1) Organisasi Keprajaan
a) organisasi Keprajaan, adalah organisasi senat kemahasiswaan
perguruan tinggi kedinasan bagi Praja, yang diselenggarakan
dari, oleh, dan untuk Praja di lingkungan Institut Pemerintahan
Dalam Negeri dan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
kegiatan kemahasiswaan dalam meningkatkan kreativitas,
minat, bakat, seni dan kemampuan berorganisasi;
b) organisasi Keprajaan Praja bertujuan:
(1) Memberikan gambaran dan kesempatan praktek
berorganisasi guna mengembangkan kepemimpinan,
kepelayanan dan kenegaraan;
(2) sebagai wadah dan penyalur aspirasi, potensi serta kegiatan
Praja yang bermanfaat dan mendukung tercapainya tujuan
pendidikan;dan
27

(3) untuk memberi kesempatan menjalin hubungan sosial


dengan lembaga pendidikan atau instansi lain di luar IPDN,
baik di dalam maupun di luar negeri setelah memperoleh ijin
tertulis dari Rektor IPDN.
c) struktur Organisasi Korps Praja dan tata kerja ditetapkan
dengan peraturan Rektor.
2) Dewan Kehormatan Praja
a) Dewan Kehormatan Praja, merupakan alat kelengkapan
organisasi korps Praja yang dibentuk oleh Praja.
b) Dewan Kehormatan Praja, mempunyai tugas:
(1) menerima dan meneruskan pengaduan Praja;
(2) mensosialisasikan peraturan-peraturan;
(3) melakukan konfirmasi pelanggaran disiplin;
(4) membahas dan merumuskan rekomendasi kepada Rektor
mengenai pemberhentian atau rehabilitasi terhadap Praja
dari kedudukannya sebagai fungsionaris Korps Praja;dan
(5) memberikan rekomendasi kepada Komisi Disiplin mengenai
penerapan sanksi disiplin.
c) struktur organisasi Dewan Kehormatan Praja dan tata kerja
ditetapkan dengan Peraturan Rektor.
b. Pembinaan Rohani
1) Pembinaan Rohani terdiri dari:
a) Kerohanian wajib, yang meliputi kegiatan ibadah wajib, ceramah
umum dan pemberian materi kerohanian;
b) Seminar agama, yang meliputi kegiatan Bedah Buku dan KKR;
c) Wisata Rohani, yang meliputi kunjungan ke tempat ibadah dan
retreat;
d) Kegiatan sosial keagamaan, yang meliputi kegiatan kunjungan
ke panti asuhan.
2) Pemberian materi kerohanian diberikan melalui pelatihan agama
yang dilaksanakan setiap hari Senin malam dan Kamis malam.
Pelaksanaan kegiatan diatur oleh Bagian Ekstrakurikuler.

c. Pembinaan Olah Raga


Pembinaan Olahraga terdiri dari:
1) Menggali minat dan bakat dalam bidang olah raga, yang meliputi
pembuatan, penyebaran, menginventaris penelusuran minat dan
bankat terhadap olah raga;
2) Pembentukan dan peningkatan serta memelihara kebugaran
jasmani (aerobic pagi);
3) Pembinaan olah raga beladiri wajib;
4) pembinaan penambahan wawasan pengetahuan dan keterampilan
Olahraga (pilihan);
5) Pembinaan Penambahan wawasan pengetahuan dan keterampilan
pencinta alam (pilihan) melalui kegiatan;
6) Evaluasi kesegaran jasmani.
a) Setiap semester Praja wajib mengikuti tes kesemaptaan dan
pedoman penilaian tes menggunakan skor standar Mabes TNI;
b) 3 (tiga) kali berturut-turut tidak mengikuti semapta
mendapatkan teguran secara tertulis 1, 2, dan 3 berada pada
level pelanggaran sedang, yang kemudian diusulkan pada
PDPP dan Komisi Disiplin.
28

d. Pembinaan Seni
Pembinaan Seni terdiri dari:
1) menggali minat dan bakat di bidang seni;
2) pembinaan penambahan wawasan pengetahuan dan keterampilan
Seni (pilihan).

e. Kegiatan Tradisi Kepamongprajaan


terdiri dari:
1) Gelar Kreatifitas Muda Praja (GKMdp)
a) Maksud dan Tujuan
Gelar Kreatifitas Muda Praja dimaksudkan untuk menggali
kreatifitas Muda Praja dalam bidang seni dan mengembangkan
bakat olahraga dalam bentuk krasi dan kompisi yang sehat
dengan mengutamakan kebersamaan dan kekompakan antar
Muda Praja tanpa menonjolkan sifat-sifat egoism kedaerahan.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Gelar Kreativitas Muda Praja dilaksanakan pada saat Muda
Praja selesai melaksanakan Ujian Akhir Semester I;
• Gelar Kreativitas Muda Praja diwujudkan dalam kegiatan
penampilan kreativitas seni dan kompetensi olahraga yang
sehat;
• Gelar Kreativitas Muda Praja dilaksanakan tanpa unsur-
unsur yang menonjolkan egoism kedaerahan.
2) Gelar Kreativitas Madya Praja (GKMP)
a) Maksud dan Tujuan
Gelar Kreativitas Madya Praja dimaksudkan untuk
mengembangkan kreativitas Madya Praja dalam bidang seni dan
mengasah bakat olahraga dalam bentuk krasi dan kompetisi
yang sehat dengan mengutamakan kebersamaan dan
kekompakan antar Madya Praja tanpa menonjolkan sifat-sifat
egoism kedaerahan.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Gelar Kreativitas Madya Praja dilaksanakan pada saat
Madya Praja selesai melaksanakan Ujian Akhir Semester III;
• Gelar Kreativitas Madya Praja diwujudkan dalam kegiatan
penampilan kreativitas seni dan kompetisi olahraga yang
sehat;
• Gelar Kreativitas Madya Praja dilaksanakan tanpa unsur-
unsur yang menonjolkan egoism kedaerahan.
3) Gelar Kreativitas Nindya Praja
a) Maksud dan Tujuan
Gelar Kreativitas Nindya Praja dimaksudkan untuk
menampilkan kreativitas Nindya Praja dalam bidang seni dan
mengasah bakat olahraga dalam bentuk kreasi dan kompetisi
yang sehat dengan mengutamakan kebersamaan dan
kekompakan antar Ninya Praja tanpa menonjolkan sifat-sifat
egoism kedaerahan.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Gelar Kreativitas Nindya Praja dilaksanakan pada saat
Nindya Praja selesai melaksanakan Ujian Akhir Semester V;
• Gelar Kreativitas Nindya Praja diwujudkan dalam kegiatan
penampilan kreativitas seni dan kompetisi olahraga yang
sehat;
• Gelar Kreativitas Nindya Praja dilaksanakan tanpa unsur-
unsur yang menonjolkan egoism kedaerahan.
29

4) Gelar Purna Praja (GPP)


a) Maksud dan Tujuan
Gelar Purna Praja dimaksudkan untuk menampilkan
persembahan terakhir Wasana Praja sebelum diwisuda dan
dilantik sebagai Pamong Praja Muda;
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Gelar Purna Praja dilaksanakan sebelum Wasana Praja
diwisuda dan dilantik sebagai Pamong Praja Purna;
• Gelar Purna Praja diwujudkan dalam rangkaian kegiatan
sebelum pelaksanaan Wisuda dan Pelantikan seperti bhakti
social, malam pengantar tugas dan malam puncak Gelar
Purna Praja;
• Gelar Purna Praja dilaksanakan dengan tetap berpedoman
pada Peraturan tata Kehidupan Praja.
5) Pekan Olahraga dan Seni Praja (PORSIPRA)
a) Maksud dan Tujuan
Pekan Olahraga dan Seni Praja dimaksudkan untuk
menampilkan kreativitas Praja dalam bidang Seni dan
mengasah bakat olahraga dalam bentuk kompetisi yang sehat
antar Kampus IPDN baik Kampus Pusat dan Kampus Daerah
dengan mengutamakan kebersamaan dan kekompakan antar
Praja tanpa menonjolkan sifat-sifat egoism kedaerahan atau
egoism kampus-kampus IPDN yang ada.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Pekan Olahraga dan Seni Praja dilaksanakan pada saat
selesai melaksanakan Ujian Akhir Semester Ganjil;
• Pekan Olahraga dan Seni Praja diwujudkan dalam kegiatan
penampilan kreativitas seni dan kompetisi olahraga yang
sehat antar Kampus IPDN baik Kampus Pusat dan Kampus
daerah;
• Pekan Olahraga dan Seni Praja dilaksanakan tanpa unsur-
unsur yang menonjolkan egoisme kedaerahan atau egoism
kampus-kampus IPDN yang ada.
6) Pelepasan Evolet
a) Maksud dan Tujuan
Pelepasan Evolet dimaksudkan untuk melepaskan tanda
pangkat Praja sebagai symbol Praja telah selesai mengikuti
pendidikan di IPDN dan siap untuk diwisuda dan dilantik
sebagai Pamong Praja Muda;
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Evolet dilaksanakan sebelum Wasana Praja diwisuda dan
dilantik sebagai Pamong Praja Muda;
• Evolet dilaksanakan dalam suatu bentuk Upacara Pelepasan
Tanda Pangkat.
7) Kirab
a) Maksud dan Tujuan
Kirab dimaksudkan untuk berpamitan kepada masyarakat
sekitar lingkungan Kampus IPDN sebagai wujud telah
berakhirnya proses pendidikan di IPDN.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Kirab dilaksanakan setelah Wasana Praja melaksanakan
upacara Pelepasan Evolet dan sebelum diwisuda dan dilantik
sebagai Pamong Praja Muda;
• Kirab dilaksanakan di sekitar wilayah Kampus IPDN.
30

8) Dies Natalis
a) Maksud dan Tujuan
Dies Natalis IPDN dimaksudkan untuk memperingati Hari Ulang
Tahun (HUT) Kampus IPDN Pusat dan atau Kampus Daerah.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Dies Natalis IPDN dilaksanakan pada tanggal berdirinya
Kampus IPDN dalam suatu acara atau Upacara;
• Dies Natalis IPDN dilaksanakan baik di Kampus IPDN Pusat
maupun di Kampus Daerah.
9) Upacara Pelepasan Purna Bhakti APDN, STPDN, dan IPDN di
Lingkungan IPDN
Maksud dan tujuan
a) Pelepasan Purna Bhakti dimaksudkan untuk melepas secara
resmi setiap anggota Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Institut
Pemerintahan Dalam Negari yang telah menyelesaikan masa
bhaktinya di lingkungan Institut Pemerintahan Dalam Negeri,
dengan tujuan memberikan penghormatan atau penghargaan
atas segala dharma bhaktinya selama melaksanakan tugas;
b) Pelepasan Purna Bhakti diatur sebagai berikut:
1. tempat Penyelenggaraan
a. untuk golongan IV tempat penyelenggaraan dalam suatu
Upacara di dalam ruangan;
b. untuk golongan III tempat penyelenggaraan di laksanakan
dalam suatu upacara di luar ruangan (lapangan parade).
2. Waktu penyelenggaraan
a. untuk golongan IV dilaksanakan sekali dalam setahun
pada waktu yang dianggap mempunyai nilai-nilai sejarah
di kalangan Pegawai negeri Sipil atau dapat juga
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu atas
pertimbangan dari Rektor selaku pimpinan tertinggi di
Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
b. Untuk golongan III dilaksanakan setiap saat sesuai
dengan pertimbangan Rektor Institut Pemerintahan Dalam
Negeri.

10) Upacara Pelepasan/Penyambutan Jenazah di Lingkungan Institut


Pemerintahan Dalam Negeri
a) Maksud dan Tujuan
Upacara pengantaran dan pelepasan jenazah dimaksudkan
untuk memberikan penghormatan terakhir yang setinggi-
tingginya, karena rasa hormat yang didasarkan atas ketentuan
agama/adat/kebiasaan yang dianut dan menjadi kewajiban
setiap umat manusia, termasuk Pegawai Negeri Sipil.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Upacara pengantaran dan penyambutan jenazah
diselenggarakan apabila dalam pemakaman dilakukan
pemindahan jenazah, yaitu perjalanan pemindahan jenazah
dari suatu tempat ke tempat pelaksanaan upacara pelepasan
jenazah dan kemudian dilaksanakan pelepasan jenazah ke
tempat persemayaman;
• Upacara pelepasan dilaksanakan di tempat pemberangkatan
sebelum menuju ke tempat pelaksanaan upacara
persemayaman/pemakaman di kota lain;
• Upacara penyambutan dilaksanakan di tempat jenazah akan
disemayamkan;
31

• Selama perjalanan, khusus ditempat-tempat transit (stasiun,


pelabuhan, lapangan terbang) tidak dilaksanakan upacara
pelepasan/penyambutan.
11) Prosesi Pernikahan Purna Praja Dharma Asthabrata
Prosesi Pernikahan Purna Praja Dharma Asthabrata merupakan
upacara prosesi pernikahan bagi alumni pendidikan tinggi
kepamongprajaan.

MENTERI DALAM NEGERI


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,

W. SIGIT PUDJIANTO
NIP. 19590203 198903 1 001.

Anda mungkin juga menyukai