TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
20. Larangan, adalah segala sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh Praja
IPDN selama mengikuti pendidikan baik didalam maupun diluar
Kampus.
21. Pelanggaran Disiplin Praja, adalah semua perbuatan baik ucapan,
tulisan, dan perbuatan Praja yang melanggar ketentuan disiplin Praja
IPDN.
22. Sanksi Pelanggaran Disiplin, adalah sanksi yang dijatuhkan kepada
Praja sebagai peserta didik.
23. Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap suatu prestasi
tertentu yang diberikan kepada Praja dari IPDN yang diberikan dalam
bentuk material atau ucapan;
24. Pemberhentian Praja, adalah pemberhentian Praja sebagai peserta didik.
25. Komisi Disiplin yang selanjutnya disingkat Komdis, adalah unit
pelaksana teknis yang mempunyai tugas melakukan verifikasi,
pembahasan, dan memberikan rekomendasi kepada Rektor melalui
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan mengenai penetapan sanksi
pelanggaran disiplin Praja IPDN.
26. Pedoman adalah ketentuan dasar bagi Praja untuk mengikuti proses
pembelajaran dalam aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.
27. Ijin adalah pernyataan mengabulkan permohonan.
28. Dispensasi adalah pertimbangan pembebasan dari suatu kewajiban
atau larangan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
BAB III
PENGANGKATAN PRAJA
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
(1) Praja diangkat menjadi CPNS dan PNS, setelah memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan Praja sebagai CPNS dan PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai tahapan dan proses Pengangkatan CPNS
dan PNS.
BAB IV
PENEMPATAN LOKASI PEMBELAJARAN PRAJA
Pasal 6
Lokasi pembelajaran di IPDN diselenggarakan di Kampus Pusat Jatinangor
Sumedang, Kampus Cilandak Jakarta, dan Kampus IPDN di Daerah.
Pasal 7
(1) Penempatan pada lokasi pembelajaran ditetapkan Rektor IPDN.
(2) Penempatan Praja pada Kampus lokasi pembelajaran dilakukan
berdasarkan syarat dan kriteria.
(3) Syarat dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), meliputi:
a. Penempatan Praja pada lokasi kampus pembelajaran dilakukan
dengan pertimbangan daya tampung masing-masing kampus,
keterwakilan gender, dan keterwakilan Provinsi asal pendaftaran
Praja dan syarat lainnya;dan
b. Penentuan Praja pada program Sarjana dilakukan dengan
pertimbangan indeks prestasi akademik dan syarat lainnya dari
masing-masing program studi.
(4) Pengaturan lebih lanjut syarat lainnya diatur dengan Peraturan Rektor.
Pasal 8
BAB VI
TATA KRAMA
Pasal 10
(1) Tata Krama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 2),
merupakan penuntun sikap dan perilaku dalam kehidupan Praja.
(2) Tata Krama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi tata cara:
a. cara berpakaian dinas Praja;
b. penggunaan tutup kepala dan alas kaki;
c. cara berdiri, berjalan, dan duduk Praja;
d. berbicara;
e. bertamu, menerima tamu, dan mendampingi tamu resmi;
f. tata cara makan;
g. berkenalan;
h. Praja Pria bersama rekan Wanita bukan Praja;
i. Wanita Praja bersama rekan Pria bukan Praja;
j. Praja Pria bersama Wanita Praja dan sebaliknya;
k. berbelanja;
l. mengunjungi orang sakit;
m. melayat, menghadiri pemakaman dan ziarah;
n. perjalanan;
o. membuat janji;
p. meminjam;
q. menulis surat;
r. mengundang;
s. menonton pertunjukan;
t. menelepon;
u. kunjungan ke Rumah Dosen dan Mess Pengasuh.
-7-
(3) Praja wajib melaksanakan tata krama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibawah bimbingan Pengasuh.
BAB VII
KEGIATAN PRAJA
Pasal 11
(1) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c angka 3),
merupakan rangkaian kegiatan dalam kehidupan sehari-hari di dalam
dan di luar kampus.
(2) Kegiatan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a. Kegiatan Pengajaran;
b. Kegiatan Pelatihan;dan
c. Kegiatan Pengasuhan.
(3) Kegiatan Pengajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan pemerintahan
(aspek kognitif) dalam proses belajar mengajar di IPDN.
(4) Kegiatan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
menitikberatkan pada penguasaan keterampilan praktek pemerintahan
(aspek psikomotorik).
(5) Kegiatan Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
menitikberatkan pada pembentukan kepribadian Praja dan atau
internalisasi nilai-nilai kepamongprajaan, dan nilai-nilai juang
kemerdekaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(6) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b
dan huruf c, diarahkan pula pada kegiatan ekstrakurikuler secara
terstruktur meliputi olahraga, seni, budaya, kerohanian, organisasi
Praja, dan pengabdian kepada masyarakat serta kepedulian sosial.
(7) Ketentuan kegiatan Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Rektor.
BAB VIII
KEHIDUPAN PRAJA
Pasal 12
BAB IX
MEKANISME IZIN DAN DISPENSASI
Bagian Kesatu
Jenis Izin
Pasal 13
Bagian Kedua
Syarat dan Mekanisme Izin
Pasal 14
(7) Praja yang selesai melaksanakan izin sakit dan berobat ke daerah wajib:
a. menyerahkan surat keterangan sehat;
b. melakukan pemeriksaan ulang Tim yang dibentuk oleh Rektor;dan
c. rekomendasi dari Dinas Psikologi Angkatan Darat (AD) atau lembaga
lain yang ditunjuk bagi yang sakit mental/psikis.
Bagian Ketiga
Pejabat Yang Berwenang Memberikan Izin
Pasal 15
Pasal 16
BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 17
Kewajiban Praja terdiri dari:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, dan Pemerintah;
b. mentaati Peraturan Disiplin Praja;
c. mentaati Peraturan Kehidupan Praja;
d. mentaati peraturan perundang-undangan;dan
e. menyelesaikan pendidikan paling lama 10 (sepuluh) semester.
Pasal 18
Hak Praja:
a. pelayanan pendidikan;
b. penghargaan akademis;
c. fasilitas asrama, uang saku, makanan dan minuman, olahraga, ibadah,
dan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, perawatan kesehatan dasar;
d. cuti akademis;dan
e. advokasi, perlindungan hukum,dan pembelaan dalam proses hukum.
BAB XI
JENIS PELANGGARAN DISIPLIN
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
BAB XII
SANKSI
Bagian Kesatu
Jenis Sanksi
Pasal 23
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menerapkan Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 28
BAB XIII
MEKANISME PELAPORAN BAGI PRAJA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
DISIPLIN PRAJA
Bagian Kesatu
IPDN Kampus Pusat
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Bagian Kedua
IPDN Kampus Daerah
Pasal 33
Bagian Ketiga
Pasal 34
(1) Pejabat yang tidak melaporkan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
Praja lebih dari 2 (dua) kali baik di Kampus Pusat dan Kampus Daerah
dianggap kelalaian;
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diberi sanksi
teguran lisan dan tertulis;
(3) Pejabat yang berwenang memberikan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah atasan langsung dari pejabat yang melakukan
kelalaian, sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB XIV
MEKANISME PEMERIKSAAN DAN PENJATUHAN SANKSI
PELANGGARAN DISIPLIN BERAT
Bagian Kesatu
Kampus Pusat
Pasal 35
(1) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat wajib diperiksa
terlebih dahulu sebelum dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin.
(2) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek
Pengajaran, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
(3) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek Pelatihan,
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara
lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh Kepala Bagian
Pelatihan.
(4) Praja yang melakukan jenis pelanggaran disiplin berat aspek
Pengasuhan, pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan secara lisan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan oleh
Subbagian Pembinaan Disiplin Praja pada Bagian Pengasuhan.
(5) Pemeriksaan Praja yang melakukan pelanggaran disiplin, dilakukan
secara tertutup paling kurang 2 (dua) orang pemeriksa.
(6) Pelaksanaan pemeriksaan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
dilakukan pada hari terjadinya pelanggaran atau penerimaan laporan.
Pasal 36
(1) Praja yang diperiksa wajib menjawab secara jujur semua pertanyaan
yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa.
(2) Dalam hal Praja yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan keterangan yang tidak benar, palsu atau berbelit-belit, hal
tersebut dapat memperberat sanksi pelanggaran disiplin dan kepadanya
dapat dijatuhkan sanksi pelanggaran disiplin lebih berat.
(3) Dalam melakukan pemeriksaan, pejabat yang memeriksa dapat
mendengar atau meminta keterangan dari saksi fakta dan saksi ahli,
serta Dewan Kehormatan Praja;dan
(4) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(2), wajib ditanda tangani oleh Pejabat Pemeriksa dan Praja yang
bersangkutan.
- 19 -
Pasal 37
Apabila Praja yang diperiksa tidak bersedia menjawab sebagian atau semua
pertanyaan yang diajukan oleh Pejabat yang memeriksa atau menolak
untuk menandatangani Berita Acara Pemeriksaan maka Pejabat yang
memeriksa harus membuat catatan dan menandatangani sendiri Berita
Acara Pemeriksaan.
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Bagian Kedua
IPDN Kampus Daerah
Pasal 41
(1) Pemeriksaan terhadap Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat
aspek Pengajaran, Pelatihan, dilakukan oleh Kepala Subbag Akademik,
dan Pengasuhan oleh Kepala Subbagian Disiplin dan Asrama.
- 20 -
Pasal 42
Bagian Ketiga
Mekanisme Penjatuhan Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
(1) Praja yang meninggalkan Kampus dan telah dipanggil 3 (tiga) kali
berturut-turut tidak hadir, dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat
tanpa kehadiran Praja yang bersangkutan.
(2) Rekomendasi penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin berat
sebagaimana pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Rapat
Pembahasan Rekomendasi Penjatuhan Sanksi pelanggaran disiplin
Praja oleh Komisi Disiplin;
(3) Pemanggilan Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
kepada Praja yang bersangkutan melalui Kepala Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi asal pendaftaran Praja dan tembusan disampaikan
kepada Orang Tua Praja yang bersangkutan.
Bagian Ketiga
Penyampaian Keputusan Sanksi Pelanggaran Disiplin Praja
Pasal 48
Pasal 49
Bagian Keempat
Berlakunya Sanksi Pelanggaran Disiplin
Pasal 52
(1) Sanksi Pelanggaran disiplin berat yang dijatuhkan kepada Praja,
berlaku sejak tanggal penyampaian surat keputusan dalam apel luar
biasa.
(2) Apabila Praja yang dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) tidak hadir pada waktu
penyampaian keputusan sanksi pelanggaran disiplin, maka sanksi
pelanggaran disiplin itu berlaku pada hari ketujuh terhitung mulai
tanggal penetapan penjatuhansanksi pelanggaran disiplin dalam apel
luar biasa.
BAB XV
PEMBERHENTIAN PRAJA
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
(1) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), dikembalikan kepada
pemerintah daerah asal pendaftaran Praja sesuai ketentuan yang
berlaku.
(2) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan tidak hormat sebagai
Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), proses status
CPNS sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 56
(1) Praja berstatus PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2), diproses sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(2) Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada
pemerintah daerah asal pendaftaran Praja.
(3) Praja berstatus PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), diproses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 57
BAB XVI
PENGHARGAAN PRAJA
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
BAB XVII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 62
c. pembinaan konseling;
d. pembinaan olahraga dan kesamaptaan jasmani;
e. pembinaan seni, budaya, dan kreatifitas;
f. pembinaan kepemimpinan;
g. pembinaan sikap kritis dan ilmiah;
h. pembinaan kehidupan sosial masyarakat;dan
i. pembinaan penyaluran aspirasi.
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 66
BAB XVIII
KELULUSAN PRAJA
Pasal 67
Pasal 68
(1) Dalam hal Praja belum diwisuda dan dilantik oleh pejabat yang
berwenang, sekalipun telah diyudisium dan dinyatakan lulus, sebagai
Praja tetap wajib mengikuti segala ketentuan dalam Pedoman Tata
Kehidupan Praja.
(2) Praja yang belum diwisuda dan dilantik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang melakukan pelanggaran Pedoman Tata Kehidupan Praja
selama masa tenggang waktu tetap diproses sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pasal 69
Pasal 70
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 71
Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri ini maka
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pembinaan
Praja IPDN, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Disiplin Praja IPDN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Kehidupan Praja dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 72
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Agustus 2015.
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TJAHJO KUMOLO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Agustus 2015.
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONN H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1287.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM,
ttd
W. SIGIT PUDJIANTO
NIP. 19590203 198903 1 001.
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2015.
TENTANG
PEDOMAN TATA KEHIDUPAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN
DALAM NEGERI
4. Berbicara.
a. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mudah
dimengerti;
b. Memandang mata orang yang mengajak dan diajak berbicara;
b. Memperhatikan segala pembicaraan dan menjawab pertanyaan
dengan sopan;
c. Memberi kesempatan berbicara pada orang lain dengan selalu
menjaga sikap yang baik;
d. Harus dapat membedakan antara berbicara dengan atasan dan
dengan teman;
e. Tidak berbicara kasar dan atau keras, serta harus berbicara sopan
kepada siapapun;
f. Selama berbicara menyesuaikan volume suara, tidak menguap atau
tertawa berlebihan;
g. Ketika batuk dan atau bersin, meminta maaf sambil menutup mulut
dan menoleh kearah yang tidak ditempati orang lain atau berpindah
tempat;
h. Menghindari penggunaan bahasa isyarat dan atau berbisik-bisik;
i. Tidak membicarakan kejelekan orang lain;
j. Menghindarkan diri dari pembicaraan yang mengarah kepada
masalah politik praktis, pertentangan suku, agama, ras, dan antar
golongan kecuali dalam kerangka akademis, suasana diskusi atau
pembelajaran;
k. Menghindarkan diri dari berbicara keras di sekitar ruang kelas;dan
l. Tata cara berbicara terdiri dari:
1) Berbicara dengan atasan
a) Harus dapat membedakan saat berbicara dengan atasan atau
dengan rekan;
b) Selama berbicara dengan atasan, volume suara tidak lebih
keras dari atasan;
c) Mengatur jarak dengan atasan selama berbicara;
d) Bersikap sewajarnya;dan
e) Memanggil atasan dengan sapaan “Bapak” atau “Ibu”.
2) Berbicara dengan sesama Praja
a) Memanggil rekan satu tingkatan dengan panggilan nama
Praja yang bersangkutan;
b) Memanggil Praja yang lebih tinggi tingkatannya dengan
sapaan “kakak”;dan
c) Memanggil Praja yang lebih rendah tingkatannya dengan
sapaan “adik”.
5. Bertamu, Menerima tamu, dan Mendampingi Tamu Resmi
a. bertamu
1) Memberitahukan terlebih dahulu kepada orang yang dikunjungi
apabila akan bertamu;
2) Bertamu tidak lebih dari 4 (empat) orang, kecuali apabila yang
dikunjungi menghendaki lain;
4
7. Berkenalan
a. Berjabat tangan dengan seseorang hendaknya dilakukan dengan
kesungguhan, menghadap ke arah orang yang diajak atau mengajak
berkenalan atau diperkenalkan dan menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi setempat;
b. Dalam menyebutkan nama, mengucapkan dengan jelas dan lengkap;
c. Terhadap wanita, orang yang lebih tua atau patut dihormati sebaiknya
memperkenalkan diri terlebih dahulu;
d. Apabila sedang bersama rekan wanita atau rekan pria dan bertemu
dengan atasan, maka cara memperkenalkannya adalah dengan
menyebut terlebih dahulu rekan wanita atau rekan pria kemudian
memperkenalkan atasannya. Sedangkan apabila bertemu dengan
sesama teman, maka nama teman disebutkan terlebih dahulu;
e. Berpisah dengan kenalan untuk dibiasakan mengucapkan salam;dan
f. Apabila hendak berkenalan dengan orang lain, terutama terhadap
wanita, dengan cara yang sopan dan ditempat yang pantas.
11. Berbelanja
a. Berbelanja di kampus dan apabila terpaksa harus berbelanja diluar
kampus, hendaknya memilih di tempat yang bersih dan pantas;
b. Memasuki tempat perbelanjaan hanya bila ada sesuatu yang benar-
benar diperlukan, tutup kepala tetap dipakai dan tetap
memperhatikan kondisi situasi setempat;
c. Tidak meminta diistimewakan dalam pelayanan;
d. Tidak berdiri dan melihat barang di depan etalase di luar toko;
e. Apabila membawa barang belanjaan hendaknya dimasukkan dalam
tas pesiar dan membawa dengan menggunakan tangan kiri;dan
f. Tidak diperkenankan membawa belanjaan dengan menggunakan tas
plastik.
3) Becak
a) menaiki dalam keadaan terpaksa;
b) tidak boleh naik lebih dari 2 (dua) orang;
c) duduk yang sopan;
d) apabila bersama dengan rekan wanita, persilahkan naik
lebih dahulu dan tempatkan di sebelah kiri dan pada
waktu turun, Prajamendahuluidan berikan pertolongan
pada rekan wanita apabila dianggap perlu;dan
e) menghindari tawar menawar yang berkepanjangan.
4) Pesawat Terbang
a) tetap memperhatikan sikap, naik dan turun pesawat tetap
menggunakan pakaian dinas dan aturan yang berlaku;dan
b) memperhatikan dan ikuti petunjuk yang berlaku.
5) Kapal Laut dan sejenisnya
a) memperhatikan tata cara naik dan turun dari kapal;
b) memperhatikan petunjuk keharusan dan larangan yang
ada di dalam kapal;dan
c) naik dan turun kapal tetap menggunakan pakaian dinas.
6) Ojek, Sepeda, Delman atau Bendi dan sejenisnya
a) menaiki dalam keadaan terpaksa;dan
b) mengikuti aturan yang berlaku.
15. Membuat Janji
a. Memastikan hari, tanggal, jam, dan tempat;
b. Menepati janji;
c. Datang tepat pada waktu yang telah disepakati bersama;dan
d. Secepat mungkin memberitahukan disertai dengan pemohonan maaf,
apabila mendadak berhalangan sehinga tidak dapat menepati janji
dan tidak sempat memberitahukan agar segera minta maaf pada
kesempatan pertama.
16. Meminjam
a. Tidak meminjam sesuatu dari orang lain kalau tidak terpaksa dan
atau tidak ada jalan lain;dan
b. Bertanggungjawab penuh dan dikembalikan setelah selesai digunakan
atau sesuai dengan perjanjian disertai dengan ucapan terima kasih,
apabila terpaksa meminjam sesuatu.
17. Menulis Surat
a. Menulis alamat untuk surat-surat resmi disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku;
b. Menulis alamat secara wajar dan tidak beriebihan, untuk surat tidak
resmi;
c. Menulis surat sesuai aturan yang berlaku;
d. Menempelkan perangko di sudut kanan atas sampul surat dengan
wajar;dan
e. Menulis nama dan alamat pengirim atau penerima dengan jelas dan
lengkap.
18. Mengundang
a. Mengisi undangan sebagai berikut:
1) jelaskan mengenai:
a) hari, tanggal, waktu, dan tempat;
b) sifat, peristiwa dan acaranya;
c) pakaian yang dikenakan;dan
d) berlaku untuk berapa orang.
2) mencantumkan nomor telepon dan peta lokasi, apabila
memungkinkan.
10
20. Menelepon
a. Berbicara dengan siapapun melalui telepon menggunakan kata-kata
yang jelas, singkat dan perhatikan kesopanan;
b. Tidak menelepon sambil berjalan;
c. Tata cara berbicara lewat telepon:
1) Menerima telepon
a) angkat telepon dan ucapkan salam : “Selamat pagi, Selamat
siang atau Selamat malam” atau menurut kebiasan yang
berlaku ;
b) “di sini... ..” (Sebutkan nomor telepon atau tempat dan nama);
c) “dengan siapa saya berbicara?;
e) setelah selesai berbicara, ucapkan salam: “Selamat pagi,
Selamat Siang, Selamat malam” atau menurut kebiasaan yang
berlaku.
2) Menelpon
a) angkat telepon, tekan nomor yang dikehendaki dan setelah
telepon diterima, ucapkan salam, “Selamat pagi, Selamat slang,
Selamat malam” atau menurut kebiasaan yang berlaku;
(1) “di sini.....” (Sebutkan nama dan tempat);
(2) “dapatkah saya berbicara dengan... ..”? ; (sebutkan
nama orang yang dikehendaki);
b) setelah selesai berbicara, ucapkan salam: “Selamat pagi,
Selamat Siang, Selamat malam” atau menurut kebiasaan yang
berlaku”.
B. KEHIDUPAN PRAJA
1. Kegiatan Pengajaran
a. Pelajaran di kelas
1) Ketua Kelas
a) Ketua Kelas, dipilih dari Praja setiap kelas yang ada pada
Pengajaran dan Pelatihan;
b) Ketua kelas, mempunyai tugas sebagai berikut:
(1) Menyiapkan kelas, 15 menit sebelum kuliah mulai, Praja
harus sudah siap di kelas;
(2) Menyiapkan buku daftar hadir Praja, daftar hadir
Dosen/Pelatih dan menyerahkan kembali kepada
Petugas opjar dan Petugas Pelatih;
(3) Melapor kepada Petugas Operasional Pengajaran,
Operasional Pelatihan dan atau Operasional Fakultas
apabila Dosen atau Pelatih belum hadir dalam waktu 15
menit sesudah waktu yang telah ditentukan;
(4) Ketua kelas wajib membawa daftar Jaga Wisma yang
ditetapkan Pengasuh dan keterangan sakit dari Poliklinik
untuk setiap anggota kelas untuk keperluan keterangan
tidak mengikuti kuliah dan atau pelatihan;dan
(5) Ketua kelas bertugas selama 1 (satu) semester.
c) Dalam melaksanakan tugas Ketua Kelas melakukan
koordinasi dengan Pengajaran, Pelatihan, dan atau
Fakultas;dan
d) Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Ketua Kelas dibantu
oleh Piket kelas yang diatur bergiliran.
2) Tata Tertib Ruangan Kelas
a) Menggunakan tas kuliah dalam melaksanakan kuliah;
b) Memelihara ketertiban dan ketenangan belajar dalam
melaksanakan kuliah;
c) Melakukan laporan dengan tata cara sebelum kuliah dan
setelah kuliah, sebagai berikut:
(1) Sebelum kuliah dimulai
(a) Ketua kelas menyiapkan kelasnya;
(b) Ketua Kelas melakukan penghormatan perorangan
dan setelah dibalas menyampaikan laporan;
(c) Ketua Kelas memimpin doa;dan
(d) Kelas diistirahatkan kembali untuk menerima
Perkuliahan.
(2) Setelah kuliah selesai:
(a) Ketua Kelas menyiapkan kelasnya;
(b) Ketua Kelas menyampaikan laporan setelah itu
melakukan penghormatan perorangan;
(c) Ketua Kelas memimpin doa, Kelas diistirahatkan
selanjutnya melaksanakan kegiatan berikutnya;
12
3. Kegiatan Pengasuhan
a. Kegiatan Rutin
1) Hari Kerja Senin s.d. Jumat
a) bangun pagi, ibadah mulai 04.30 – 04.45;
b) olah raga/aerobik pagi mulai 05.00 – 05.30;
c) Kegiatan mandiri 05.30-06.00;
d) makan pagi mulai 06.20 – 06.40;
e) apel pagi mulai 07.00- 07.20;
f) perkuliahan dan pelatihan mulai 07.30 – 12.30;
g) ibadah mulai pukul 12.00-12.30;
h) makan siang mulai 12.30 – 13.00;
i) Kegiatan Mandiri 13.00 – 13.30;
j) perkuliahan dan pelatihan mulai 13.30 – 15.30 ;
k) pengembangan minat dan bakat dari jam 15.30 – 17.30;
l) istirahat dan ibadah dari jam 17.30 – 18.30;
m) makan malam dari jam 18.30 – 19.00;
n) wajib belajar mandiri dari jam 19.30 – 21.00;
o) apel malam dari jam 21.00 – 21.30;
p) Kegiatan Mandiri 21.30 – 22.00;dan
q) tidur dari jam 22.00 – 04.30.
2) Hari Sabtu adalah kegiatan dan atau jam pengasuhan;
a) bangun pagi, ibadah mulai 04.30 – 04.45;
b) Kegiatan mandiri 05.30-06.60;
c) makan pagi mulai 06.20 – 06.40;
d) apel provinsi mulai 07.00- 07.20;
e) Kegiatan Pengasuhan 07.30 – 20.45;
f) apel malam dari jam 21.00 – 21.30;
g) Kegiatan Mandiri 21.30 – 22.00;dan
h) tidur dari jam 22.00 – 04.30
3) Hari Minggu dan Hari Libur
a) bangun pagi dan ibadah mulai 05.00 – 06.00;
b) makan pagi mulai 06.00 – 06.45;
c) kegiatan keagamaan mulai 07.00 – 09.00;
d) pesiar atau kegiatan mandiri mulai 09.30 – 21.00;
e) makan siang (bagi praja yang tidak pesiar) mulai 12.30 – 13.00;
f) makan malam (bagi praja yang tidak pesiar) 18.30 – 19.00;
g) apel malam atau apel pesiar mulai 21.30 – 22.00;dan
h) tidur mulai 22.00 – 04.30.
b. Apel
1) Jenis Apel Praja.
a) Apel Olahraga;dan
b) Apel Harian.
16
k. Tamu
1) Menerima tamu
a) tidak menerima menerima tamu pada hari-hari kerja, apabila
terpaksa Praja dapat menerima tamu di kantor Jaga Posko
Pelayanan Nusantara;
b) menerima tamu pada hari-hari pesiar Praja;
c) menemui tamu menggunakan PDH, PDL atau PDP serta tetap
memelihara etika dan kesopanan;dan
d) tidak membawa tamu memasuki wisma tempat tinggal Praja dan
tempat lain yang telah ditentukan dalam peraturan.
2) Perlakukan terhadap tamu
a) menerima tamu dan melapor kepada pembina Jaga Posko
Pelayanan Nusantara dan mengisi buku tamu;
b) mempersilahkan untuk menunggu di ruang tamu, dan
memanggil Praja yang dicari;
c) mendampingi tamu yang berjalan-jalan di dalam kampus dan
dapat membawa tamu ke kantin sampai pukul 17.30;
d) pada malam hari tamu diizinkan menunggu di ruang tunggu
Jaga Posko Pelayanan Nusantara sampai dengan pukul
20.00;dan
e) tamu dilarang memakai sandal, aksesoris yang berlebihan atau
pakaian yang tidak pantas secara etika kesopanan.
4) Malam Keakraban
a) Praja dapat menyelenggarakan malam keakraban dengan
maksud sebagai hiburan untuk mengembangkan pergaulan
dengan sesama Praja, generasi muda dan masyarakat sekitar
IPDNdi tempat dan waktu yang telah ditentukan melalui
prosedur yang telah ditetapkan oleh dinas;
b) memperhatikan pola hidup sederhana dan tetap mengutamakan
tugas pokok sebagai praja dalam penyelenggaraan malam
keakraban;dan
c) tidak membawa rekan wanita atau rekan pria dalam malam
keakraban.
25
o. Sakit
1) Tata cara berobat
a) Mengisi formulir/blanko ijin berobat dan mengisi buku berobat
di Posko Pelayanan Nusantara;
b) Formulir/blanko yang sudah ditandatangani oleh Pengasuh dan
Piket Pelayanan Nusantara dibawa oleh Praja yang berobat ke
Poliklinik IPDN;
c) Setelah selesai berobat formulir/blanko dibawa kembali ke
Posko Pelayanan Nusantara;
d) bagi Praja yang sakit dan perlu perawatan khusus di luar
kampus yang dibawa orang tuanya harus mengikuti ketentuan
dinas;dan
e) bagi Praja yang sakit, dapat diberikan cuti sakit berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
2) Ketentuan Jam kunjungan.
a) pagi hari : Senin s.d Minggu, dari jam 10.00 – 11.00;
b) sore hari : Senin s.d.Minggu, dari jam 16.00 -17.00.
p. Kantin/koperasi
1) Memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) dan Pakaian Dinas Lapangan
(PDL). Bagi Praja yang sedang melaksanakan jaga, berpakaian rapi
serta tidak diperbolehkan memakai pakaian dinas olahraga
(training pack);
2) Selama di Kantin/Koperasi tetap memperhatikan tata cara makan;
3) Jam Kantin hanya berlaku dari pukul 13.30 sampai dengan pukul
17.00 pada siang hari dan dari pukul 19.15 sampai dengan pukul
21.30 pada malam hari;
4) Praja dilarang berada di Kantin/Koperasi pada saat pelaksanaan
upacara makan Praja (makan pagi, makan siang dan makan
malam), jam Pengajaran, jam Pelatihan dan pada saat pelaksanaan
jam wajib belajar Praja (19.15 sampai dengan pukul 21.00);
5) Dilarang membawa makanan dari kantin/Koperasi ke Wisma,
kecuali yang sakit melalui izin dari Pengasuh/Jaga Posko
Pelayanan Nusantara;
6) Selama di kantin praja dilarang duduk berduaan berlawanan jenis
dan duduk berdampingan beriawanan jenis;dan
7) kantin ditutup pada pukul 21.30.
q. Penggunaan komputer/laptop, internet, handphone dan alat
komunikasi yang lain
1) Komputer/Laptop dan Internet
a) menggunaan Komputer dan atau Laptop bagi Praja dalam
rangka mendukung proses pembelajaran, diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
(1) pada saat pelaksanaan jam wajib belajar Praja berlangsung
yaitu dari pukul 19.30 s/d 21.30;
(2) pada waktu siang hari dari jam 13.30 s/d 17.30 dan atau
pada saat tidak adanya jam bagi Pengajaran, Pelatihan dan
Pengasuhan dengan alasan mengerjakan tugas dari Dosen
atau Pelatih;dan
(3) pada waktu pesiar.
b) menggunakan pada saat jam siang dari jam 13.30 s.d 17.30
sebagaimana dimaksud ayat (2) butir b dan sepanjang tidak ada
kegiatan pelatihan, harus memperiihatkan keterangan dari
Dosen atau Pelatih dan disampaikan kepada Pengasuh masing –
masing untuk mendapat Izin;dan
26
4. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Organisasi Keprajaan dan Dewan Kehormatan Praja
1) Organisasi Keprajaan
a) organisasi Keprajaan, adalah organisasi senat kemahasiswaan
perguruan tinggi kedinasan bagi Praja, yang diselenggarakan
dari, oleh, dan untuk Praja di lingkungan Institut Pemerintahan
Dalam Negeri dan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
kegiatan kemahasiswaan dalam meningkatkan kreativitas,
minat, bakat, seni dan kemampuan berorganisasi;
b) organisasi Keprajaan Praja bertujuan:
(1) Memberikan gambaran dan kesempatan praktek
berorganisasi guna mengembangkan kepemimpinan,
kepelayanan dan kenegaraan;
(2) sebagai wadah dan penyalur aspirasi, potensi serta kegiatan
Praja yang bermanfaat dan mendukung tercapainya tujuan
pendidikan;dan
27
d. Pembinaan Seni
Pembinaan Seni terdiri dari:
1) menggali minat dan bakat di bidang seni;
2) pembinaan penambahan wawasan pengetahuan dan keterampilan
Seni (pilihan).
8) Dies Natalis
a) Maksud dan Tujuan
Dies Natalis IPDN dimaksudkan untuk memperingati Hari Ulang
Tahun (HUT) Kampus IPDN Pusat dan atau Kampus Daerah.
b) Ketentuan Penyelenggaraan
• Dies Natalis IPDN dilaksanakan pada tanggal berdirinya
Kampus IPDN dalam suatu acara atau Upacara;
• Dies Natalis IPDN dilaksanakan baik di Kampus IPDN Pusat
maupun di Kampus Daerah.
9) Upacara Pelepasan Purna Bhakti APDN, STPDN, dan IPDN di
Lingkungan IPDN
Maksud dan tujuan
a) Pelepasan Purna Bhakti dimaksudkan untuk melepas secara
resmi setiap anggota Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Institut
Pemerintahan Dalam Negari yang telah menyelesaikan masa
bhaktinya di lingkungan Institut Pemerintahan Dalam Negeri,
dengan tujuan memberikan penghormatan atau penghargaan
atas segala dharma bhaktinya selama melaksanakan tugas;
b) Pelepasan Purna Bhakti diatur sebagai berikut:
1. tempat Penyelenggaraan
a. untuk golongan IV tempat penyelenggaraan dalam suatu
Upacara di dalam ruangan;
b. untuk golongan III tempat penyelenggaraan di laksanakan
dalam suatu upacara di luar ruangan (lapangan parade).
2. Waktu penyelenggaraan
a. untuk golongan IV dilaksanakan sekali dalam setahun
pada waktu yang dianggap mempunyai nilai-nilai sejarah
di kalangan Pegawai negeri Sipil atau dapat juga
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu atas
pertimbangan dari Rektor selaku pimpinan tertinggi di
Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
b. Untuk golongan III dilaksanakan setiap saat sesuai
dengan pertimbangan Rektor Institut Pemerintahan Dalam
Negeri.
W. SIGIT PUDJIANTO
NIP. 19590203 198903 1 001.