bukan
cendikiawan.
3. Menurut sarananya dikenal ragam bahasa lisan, sastra, surat kabar, dan ragam bahasa
undang-undang.
4. Menurut suasana penggunaannya dikenal ragam bahasa resmi dan tak resmi atau santai.
Ragam bahasa ilmu didefenisikan sebagai ragam bahasa yang tidak termasuk suatu
dialeek, yang dalam suasana resmi, baik secara tertulis maupun lisan, digunakan oleh para
cendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan.
Bahasa Indonesia, menurut Lumintaintang (1990), terdiri atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulisan, yang masing-masing terdiri atas ragam baku dan tidak baku. Selanjutnya
dijelaskan, ada perbedaan mendasar antara ragam bahas Indonesia lisan dan tulisan, yaitu bahwa
salah satu unsur bahasa yang terdapat dalam ragam bahasa lisan adalah lafal sedangkan dalam
ragam bahasa tulisa adalah ejaan. Perbedaan lainnya ialah bahwa hadirnya pembicara pada
ragam lisan memungkinkan komunikasi yang kurang komunikatif ditanyakan secara langsung
oleh pendengar. Sebaliknya, tidak hadirnya pembicara pada ragam tulis menuntut agar
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan dalam tulisannya harus jelas dan eksplisit secara tata
bahasa, sehingga informasi yang disampaikannya komunikatif.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, kiranya perlu digunakan ragam bahasa tulis yang
baku, ejaan yang baku, kata-kata dan istilah yang baku, singkatan yang baku, dan struktur
kalimat yang baku pula, yang dirangkai dalam paragraph secara sistematis dan masuk akal.
B. Ciri-ciri Bahasa Ilmiah
Selain mengikuti kaidah-kaidah umum bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan dalam
menyusun karya tulis ilmiah mempunyai ciri-ciri tertentu berikut ini :
1. Bahasa dalam karya tulis ilmiah bersifat formal dan obyektif. Oleh karena itu tingkat
bahasa
yang
digunakan
juga
tingkat
bahasa
formal,
bukan
harian
S.E
Bpk.
Sdr.
Kol.
2. Singkatan
sarjana ekonomi
Bapak
Saudara
Kolonel
nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
3. Kata-kata bahasa Negara tetangga
Contoh :
Jiran
tetangga
Makmal
laboratorium
4. Kata-kata bahasa asing
Dalam membentuk istilah baru yang dipungut dari bahasaasing, perlu diperhatikan
bahwa ejaannya disesuaikan dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Belanda
Contoh :
Frekuensi, bukan frekwensi
Konsekuen, bukan konsekwen
Fundamental, bukan fundamental
Individual, bukan individual
D. Syarat Pembentukan Istilah
Bila dalam membentuk istilah baru terdapat beberapa alternative, maka sebaiknya
dipilih :
1. Ungkapan yang paling singkat
Contoh :
Tanpa lebih diutamakan daripada tidak dengan
Gulma lebih diutamakan daripada tanaman pengganggu
Suaka politik lebih diutamakan daripada perlindungan politik
2. Ungkapan yang maknanya tidak menyimpang
Contoh :
Sampel penelitian diambil secara rambang
Kata rambang lebih digunakan daripada acak atau awur, karena sampel selalu diambil
secara bersistem, dan tidak pernah acak-acakan atau awur-awuran
3. Ungkapan yang tidak berkonotasi buruk dan sedap didengar
Contoh :
Tunarungu lebih diutamakan daripada tuli
Pramuwisma lebih diutamakan daripada pelayan/babu/jongos
(Johannes,1979,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1975b,1993b)
E. Awalan Sebagai Unsur Pembentukan Istilah