Anda di halaman 1dari 4

A.

Ragam Bahasa Indonesia


Seperti bahasa-bahasa lain, bahasa Indonesia mempunyai berbagai ragam bahasa.
Menurut Ramelan (1982), ragam bahasa Indonesia dapat digolongkan menurut beberapa
cara :
1. Menurut tempat atau daerahnya dibedakan ragam bahasa dialek Jakarta, Sunda, Jawa,
Medan, Manado dan sebagainya.
2. Menurut penuturnya dibedakan ragam bahasa golongan cendikiawan dan

bukan

cendikiawan.
3. Menurut sarananya dikenal ragam bahasa lisan, sastra, surat kabar, dan ragam bahasa
undang-undang.
4. Menurut suasana penggunaannya dikenal ragam bahasa resmi dan tak resmi atau santai.
Ragam bahasa ilmu didefenisikan sebagai ragam bahasa yang tidak termasuk suatu
dialeek, yang dalam suasana resmi, baik secara tertulis maupun lisan, digunakan oleh para
cendikiawan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan.
Bahasa Indonesia, menurut Lumintaintang (1990), terdiri atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulisan, yang masing-masing terdiri atas ragam baku dan tidak baku. Selanjutnya
dijelaskan, ada perbedaan mendasar antara ragam bahas Indonesia lisan dan tulisan, yaitu bahwa
salah satu unsur bahasa yang terdapat dalam ragam bahasa lisan adalah lafal sedangkan dalam
ragam bahasa tulisa adalah ejaan. Perbedaan lainnya ialah bahwa hadirnya pembicara pada
ragam lisan memungkinkan komunikasi yang kurang komunikatif ditanyakan secara langsung
oleh pendengar. Sebaliknya, tidak hadirnya pembicara pada ragam tulis menuntut agar
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan dalam tulisannya harus jelas dan eksplisit secara tata
bahasa, sehingga informasi yang disampaikannya komunikatif.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, kiranya perlu digunakan ragam bahasa tulis yang
baku, ejaan yang baku, kata-kata dan istilah yang baku, singkatan yang baku, dan struktur
kalimat yang baku pula, yang dirangkai dalam paragraph secara sistematis dan masuk akal.
B. Ciri-ciri Bahasa Ilmiah
Selain mengikuti kaidah-kaidah umum bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan dalam
menyusun karya tulis ilmiah mempunyai ciri-ciri tertentu berikut ini :
1. Bahasa dalam karya tulis ilmiah bersifat formal dan obyektif. Oleh karena itu tingkat
bahasa

yang

digunakan

juga

tingkat

bahasa

formal,

bukan

harian

(Johannes,1979).gagasan yang disampaikan didasarkan atas fakta dan tidak berpihak


kepada siapapun.
2. bahasa dalam karya tulis ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, bahasa
yang digunakan mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku dan sedapat mungkin
menghindari kata-kata asing atau daerah yang tidak lazim digunakan atau ada yang sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
3. Bahasa dalam karya tulis ilmiah bukan suatu dialek. Oleh karena itu, dalam karya tulis
ilmiah perlu dihindari ungkapan-ungkapan yang berbau dialek (Ramelan,1982)
4. Bahasa dalam karya tulis ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan
perasaan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan bersifat tenang, sederhana, tidak
emosional, tidak ekstrim, tidak berlebihan (Johannes,1979)
5. Komunikasi gagasan dalam karya tulis ilmiah harus secara lengkap, jelas, ringkas,
meyakinkan, tepat. Dalam bahasa Inggris dikatakan, The a, b, c of scientific writing is
that it should be accurate, brief, and clear (Johannes,1979). Bahasa dalam karya tulis
ilmiah harus cermat, singkat, dan jelas.
6. Dalam karya tulis dihindari bahasa yang using, kolot, dan basi (Johannes,1979).
7. Dam karya tulis dihindari kata-kata yang mubazir (redundani) (Johannes,1979).
8. Dalam karya tulis dihindari kalimat-kalimat yang mendua arti (bermakna ganda,
ambigus) (Ramelan, 1982).
9. Dalam karya ilmiah lazim digunakan ragam pasif(Johannes,1979) karena dalam ragam
pasif, peristiwa lebih dutamakan daripada pelaku perbuatan (Ramelan,1982). Namun
perlu diperhatikan bahwa kalimat pasif umumnya kurang tegas dan lebih panjang. Jadi
tidak seluruh karangan harus ditulis dalam ragam pasif
10. Kalimat-kalimat dalam karya tulis ilmiah panjangnya sedang.
11. Karya tulis ilmiah lazim menggunakan gambar, diagram, table, dan analisis ilmu pasti
(Johannes,1979).
12. Tanda baca, lambang ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf (besar, kecil, tegak, miring,
tebal, tipis) dalam karya ilmiah sangat diperhatikan (Johannes,1979).
C. Singkatan Dan Akronim
Seperti dikemukakan di atas, singkatan dalam karya tulis ilmiah sangat diperhatikan
Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Contoh :
Muh. Yamin

S.E
Bpk.
Sdr.
Kol.
2. Singkatan

sarjana ekonomi
Bapak
Saudara
Kolonel
nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau

organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
3. Kata-kata bahasa Negara tetangga
Contoh :
Jiran
tetangga
Makmal
laboratorium
4. Kata-kata bahasa asing
Dalam membentuk istilah baru yang dipungut dari bahasaasing, perlu diperhatikan
bahwa ejaannya disesuaikan dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Belanda
Contoh :
Frekuensi, bukan frekwensi
Konsekuen, bukan konsekwen
Fundamental, bukan fundamental
Individual, bukan individual
D. Syarat Pembentukan Istilah
Bila dalam membentuk istilah baru terdapat beberapa alternative, maka sebaiknya
dipilih :
1. Ungkapan yang paling singkat
Contoh :
Tanpa lebih diutamakan daripada tidak dengan
Gulma lebih diutamakan daripada tanaman pengganggu
Suaka politik lebih diutamakan daripada perlindungan politik
2. Ungkapan yang maknanya tidak menyimpang
Contoh :
Sampel penelitian diambil secara rambang
Kata rambang lebih digunakan daripada acak atau awur, karena sampel selalu diambil
secara bersistem, dan tidak pernah acak-acakan atau awur-awuran
3. Ungkapan yang tidak berkonotasi buruk dan sedap didengar
Contoh :
Tunarungu lebih diutamakan daripada tuli
Pramuwisma lebih diutamakan daripada pelayan/babu/jongos
(Johannes,1979,Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1975b,1993b)
E. Awalan Sebagai Unsur Pembentukan Istilah

Anda mungkin juga menyukai